.

.

.

.

.

Tahukah kalian bahwa dunia ini dipenuh dengan berbagai macam misteri yang belum bisa terpecahkan?. Berbagai narasumber hadir di tengah-tengah kita dengan banyak penjelasan yang menjurus untuk menguak tabir dari sekian banyaknya misteri yang ada. Namun tidak sedikit pula kasus-kasus misterius di seluruh penjuru dunia dapat terpecahkan dengan akal, nalar, dan begitu juga logika. Misteri bagai mikroba yang kehadirannya ada namun tidak bisa kita lihat dengan mata telanjang.

Lalu apakah gendang telinga kalian familiar mendengar kata Vampire?. Seberapa sering kalian mendengar kata itu?. Atau bahkan mungkin, kalian benar-benar pernah melihatnya dengan mata kalian sendiri?. Tidak begitu banyak orang yang tahu dengan jelas asal-usul mereka. Bahkan tidak sedikit pula yang tidak percaya dengan kehadiran mereka di dunia ini. Tetapi di situlah hal yang membuatnya masih menjadi salah satu teka-teki misteri dari sekian banyak misteri di dunia yang belum terpecahkan.

Jadi, apa jawaban yang paling logis untuk menggambarkan wujud mereka...?

Tidak ada...

Namun yang jelas, percaya atau tidak, mereka ada...

.

.

.

.

.

Sweetest Miracle

.

Chapter 1 : Aku Menyukai Matamu

Genre : Romance

Main Cast : Naruto U., Shion

.

.

.

.

.

Mentari sore bersinar cerah seperti biasa pada musim semi yang indah. Daun-daun hijau pepohonan di sepanjang jalan tak pernah berhenti memainkan simponi merdunya terbantu oleh hembusan angin. Ranting-ranting mereka seakan tidak kenal lelah untuk tetap bergoyang mengikuti irama. Hingga sampai akhirnya, sebuah daun hijau muda terlepas dari ranting pohonnya. Ia terus terbang tertiup angin yang berhembus sejauh mata memandang. Melewati sungai-sungai di sekitar taman yang hijau.

Berkelok ke sana dan kemari, daun itu seolah terbang mencari tempat ternyaman untuk ia mendarat. Sampai pada akhirnya angin berhenti berhembus, dan daun hijau tersebut ikut berhenti menari-nari di udara. Ia tidak perlu lagi bersusah-susah mengelilingi dunia, karena ia telah menemukan tempat ternyamannya untuk singgah. Daun itu jatuh dan mendarat dengan mulus di atas kepala seorang gadis berambut pirang.

Merasa ada sesuatu yang menempel di antara rambutnya, Shion menggerayangi pucuk kepalanya menggukan kedua tangannya. Warna antara daun yang hijau dan helai rambut pirangnya membuatnya terlihat begitu kontras berbeda. Sepucuk daun itu telah mengentikan langkah pulang gadis berparas manis tersebut.

"Nee, nee... Coba lihat apa yang dia lakukan."

"Benar juga. Apa yang sedang dia lakukan di tengah jalan begitu? Sungguh aneh!"

"Ah, bukankah dia anak aneh dari kelas tiga yang sering dibicarakan teman-teman?"

"Hohh... Benar-benar! Ternyata itu dia! Tapi, kenapa dia diam di tengah jalan sambil memegangi kepala seperti itu?"

"Mungkin dia sedang pusing?"

"Ahaha... Pasti dia sedang PMS!"

"Jika dilihat, anak itu memang benar-benar aneh. Sebaiknya kita jangan lewat sana. Aku tidak mau tertular dan jadi bahan ledekan di kelas!"

Terdengar bisik-bisik empat gadis lain mengenakan seragam yang sama persis dengan seragam yang Shion kenakan. Mereka berempat sedang membicarakan gadis pirang tersebut.

"...Um?" Mendengar suara bisik dan tawa yang tidak jauh di belakangnya, Shion menoleh ke arah mereka dengan pose kedua tangan masih di kepala.

"Ueehh... Dia melihat kemari! Ayo kita pergi dari sini sebelum tertular sifat anehnya!"

"K-Kau benar! Ayo kita pergi!"

Keempat gadis berseragam SMA Konoha Highschool itu pun berbalik arah dan berlari kecil menjauhi Shion. Mereka mencari jalan pulang memutar seolah jijik dan takut terhadapnya. Tetapi, Shion tidak bergeming. Karena ia merasa, akan seperti itulah reaksi orang-orang ketika melihatnya. Entah apa yang aneh dari dirinya, Shion tidak bisa menemukan satupun jawaban yang tepat. Ia hanya sudah terbiasa dikucilkan tanpa alasan. Ia sudah biasa dijauhi oleh semua orang.

Jemari putih lentiknya menarik daun hijau yang jatuh di pucuk kepalanya. Sepasang manik lavender indah itupun intens memandangi daun tersebut.

"Nggg-ngg-nggg..." Tenggorokannya mulai mengeluarkan suara aneh saat ia memelototi daun hijau yang dipegangnya. Sudah sangat lama Shion menatap benda itu hingga saraf-saraf di sudut matanya keluar semua. Dan ia menyerah pada akhirnya.

"Fuuaahhh~... Ternyata tidak mau terbakar juga..." Gumamnya pelan dengan mimik wajah sweatdrop kelelahan.

"Tapi aku percaya, keajaiban pasti ada!" Pekiknya ceria dengan percaya diri sembari membuang daun tersebut. Raut wajahnya pun berubah drastis dari detik sebelumnya.

Namun gadis itu belum menyadari ada seorang anak kecil sedang terpaku melihat gerak-geriknya semenjak tadi. Hingga ice cream coklat yang bocah itu genggam akhirnya leleh terjatuh. Angin berhembus kembali dan membuat daun yang Shion buang terhempas ke wajah bocah tersebut.

"Oh... Ada anak kecil." Katanya singkat baru menyadari keberadaan bocah laki-laki itu.

Membuang daun yang menempel menutupi wajahnya, bocah tersebut kembali menatap Shion yang kini sedang mengacungkan jempol dan tersenyum lebar kearahnya. Seperti orang gila.

"HUWEEEE... MAMAAA!" Entah mengapa bocah itu menjerit dan berlari terbirit-birit melihat orang seaneh Shion.

Sedangkan gadis pirang tersebut terkejut dengan reaksi bocah tadi. Ia menoleh cepat ke kanan dan ke kiri takut bila ada polisi yang melihatnya.

'A-Aku harus segera pergi dari sini sebelum nanti ditangkap karena membuat bocah itu menangis!' Ujarnya dalam hati, lalu mulai menggerakkan kedua kaki mungilnya untuk berlari. Dengan kata lain, kabur dari sana.

Tapi belum jauh ia berlari, lirik matanya menangkap seekor kucing berbulu putih yang sedang menjilati tubuhnya dipinggir trotoar.

"Hahkk! Neko-chann!" Pekiknya gembira melihat kucing tersebut. Tanpa pikir panjang kedua tangan putih mulusnya langsung menyambar kucing tersebut lalu menggendong ke pelukannya.

Terkejut karena tiba-tiba tubuhnya dipungut oleh orang tak dikenal, kucing itupun berusaha berontak. Namun apa daya ia sudah terjerat dalam pelukan Shion.

"Nyaawnn... Ayo kita bermain di pantai sampai malam!" Kata Shion senang bersamaan dengan aura bunga-bunga yang menguar di sekitarnya. Kedua mata kucing itu membulat seolah mengerti apa yang baru saja dikatakan Shion. Berontakpun sudah percuma. Kucing tersebut hanya bisa pasrah menerima takdirnya.

Begitulah pertemuan pertama mereka. Bila kucing itu bisa bicara, mungkin ia sudah melaporkan gadis pirang tersebut ke polisi dengan dakwaan penculikan. Mereka menghabiskan waktu berdua bermain di tepi pantai kota bersama. Sampai akhirnya sore menjadi malam, dan malam pun menjadi sore kembali. Hari memang terasa begitu cepat berlalu.

Di sana, di dalam ruang kelas tiga SMA Konoha Highschool, Shion duduk tepat di bangku paling belakang dekat jendela. Sudah lama guru di depan ruangan menjelaskan berbagai macam dedukasi bagi murid-muridnya, tetapi Shion nampak mengacuhkan mata pelajaran tersebut dan memilih untuk menggambar sesuatu. Lengkap dengan buku pelajaran yang ia berdirikan di atas bangkunya agar tidak terlihat oleh guru tentang apa yang ia lakukan. Gadis begitu asik menggambar pada secarik kertas sembari terus mengembangkan senyum. Sampai akhirnya bel tanda sekolah berakhir berbunyi nyaring menjangkau setiap sudut kelas.

"Ppsstt... Coba kau lihat apa yang anak itu lakukan!"

Setelah guru keluar ruangan, murid-murid yang duduk di dekat Shion mulai penasaran dengan apa yang gadis pirang itu lakukan semenjak tadi. Hingga salah satu siswa berdiri dan merebut kertas miliknya. Siswa tersebut lalu memelototi hasil gambaran tangan Shion lalu memamerkannya kepada yang lain.

"Heii..! Coba kalian lihat ini. Dia menggambar Godzilla yang sedang beol..!" Ucap siswa itu dengan suara keras lengkap dengan tawa gelinya. Sontak seluruh kelas terkikik dan tertawa dengan perkataan siswa tadi.

"Hahaha...! Coba lihat gambarnya yang aneh itu! Sangat lucu sampai membuat perutku mual!"

"Tidak gambarannya, tidak orangnya, sama-sama aneh hahaha..."

Mereka semua menertawakan apa yang Shion gambar pada secarik kertas tersebut. Tertawa dengan tatapan mata merendahkan.

'Itu kucing... Kucing yang sudah menemaniku semalaman.' Gumam pelan Shion dalam hati. Ia diam tak bergerak dari kursi bangkunya. Hanya diam menunduk sambil menggigit bibir bawahnya mendengar semua tawa mereka.

Kehidupan Shion di sekolah tak seindah kehidupan siswi-siswi lain pada umumnya. Gadis secantik itu dikucilkan seisi kelas. Mungkin kini sudah seisi sekolah. Gadis semanis itu dicap aneh. Teman-teman sekelasnya begitu cepat menyebarkan berbagai macam rumor buruk tentang dirinya. Tatapan jijik selalu terjurus hanya kepadanya. Di mata mereka, semua yang gadis itu lakukan, tak pernah ada baiknya. Tak ada satupun yang mengerti bagaimana sifatnya. Tak ada satupun yang mau memahaminya. Merasa kalah cantik membuat siswi lain makin merendahkannya. Hari-hari penuh bullyan seolah tidak pernah absen dari kehidupannya.

Akan tetapi, Shion sudah terbiasa dengan hal itu. Ia sudah terbiasa mendengar ribuan ejekan yang mengarah kepadanya hari demi hari ia menjalani hidupnya. Shion mengerti bahwa mereka hanya sebatas iri padanya. Memang sangat menyebalkan diperlakukan seperti ini. Memang sangat sakit rasanya di hati. Namun baginya, membenci bukanlah sebuah opsi.

Tiba-tiba Shion berdiri dan mengambil tasnya. Ia melangkah dan berhenti tepat di depan siswa yang sudah merebut gambarnya.

"Terima kasih untuk pujiannya!" Ucap gadis berambut pirang panjang tersebut dengan sedikit membungkuk singkat.

"Sekedar saran... Kau boleh menyimpannya jika kau mau." Lanjutnya lagi sembari tersenyum sebelum akhirnya berjalan pergi meninggalkan kelas ini.

"Hahhh...?" Siswa itu hanya bisa terbengong mendengar saran yang tidak jelas dari Shion.

"Wueehh... Lihatlah, betapa sombongnya anak itu." Ucap pelan siswi yang lain mulai berbisik-bisik kembali membicarakan Shion.

Kedua kakinya terus berlari keluar dari area sekolah. Shion berlari sekencang yang ia bisa bersama tetesan air mata yang keluar dari pelupuk matanya. Meski sudah terbiasa dengan bullying, gadis itu tetaplah seorang gadis biasa yang juga memiliki hati. Tak peduli kemana langkah kaki membawanya, ia hanya ingin berlari sejauh yang ia bisa.

"Meaooww..."

NCIIIITTTT...!

Tiba-tiba langkah kedua kakinya berhenti mendadak setelah tidak sengaja ia melihat seekor kucing. Kucing berbulu putih itu diam di pinggir trotoar sedang menjilati tubuhnya sendiri sama seperti kemarin.

"Hahkk! Neko-chann...!" Pekik Shion yang terlihat sangat senang meski hidup serta pipinya memerah seusai menitikkan air mata.

"Meooww!"

Kucing itupun terkejut setelah mendengar suara gadis menjengkelkan kemarin. Tidak ingin diculik lagi seperti kemarin, dia langsung lari terbirit-birit meninggalkan Shion. Sedangkan gadis itu kembali menangis melihat kucing kesayangannya kabur tak mau bermain dengannya.

"Huweee neko-chaannn~"

.

.

.

.

.

.

.

TIK.. TOK...

TIK.. TOK...

Di dalam sebuah kamar apartemen yang gelap, hanya suara jam dinding yang terdengar. Di ruang tamu yang sepi, seorang pemuda berambut kuning terus-menerus menatapi layar laptopnya. Entah merenung ataukah melamun, kedua manik biru itu seakan terpaku melihat layar LCD yang terang membias wajah tampannya.

"Sial... Aku benar-benar kehabisan ide untuk chapter ini..." Gumamnya gusar sembari menutup matanya yang lelah.

Di dalam ruang tamu apartemen yang gelap dan dingin, pemuda berambut kuning tersebut duduk bersandar di lantai dekat jendela yang terbuka. Angin malam masuk menghelai rambut jabriknya. Kedua manik biru itu lelah setelah berjam-jam menatap layar untuk menyelesaikan novel ringan karangannya. Tetapi nampaknya pada fase tertentu, ia kesulitan melanjutkan alur cerita novel tersebut.

"Hahh..." Naruto menghela nafas panjang.

Kedua mata sebiru langit itu sayu terbuka. Entah mengapa begitu kontras menyala di balik gelapnya ruangan. Ditambah suasana malam yang sunyi, sepasang manik itu seolah semakin anggun terlihat bercahaya.

Karena sudah lama tak mendapat ide untuk melanjutkan novelnya, ia berdiri dan meletakkan laptop itu di atas sofa. Naruto berbalik mengarah kepada jendela, lalu mengirup udara segar. Malam ini begitu sunyi seperti malam-malam sebelumnya di kota Konoha. Mungkin karena memang saat ini sudah memasuki jam tidur. Di sepanjang jalan, hanya ada mobil polisi lewat menghempas debu jalanan lengkap dengan bunyi sirinenya yang dapat Naruto temukan.

'Mungkin ada kejadian lagi...' Pikirnya dalam hati saat melihat mobil patroli polisi itu melaju dengan buru-buru.

Para penduduk yang tinggal di kota ini sangat menghindari jam malam. Biasanya kebanyakan dari mereka selalu pulang lebih awal dan langsung mengunci pintu rumah. Seperti ada sesuatu yang mereka takutkan. Karenanya setiap sudut jalanan di kota Konoha menjadi terlihat begitu sepi nan sunyi. Bagai tak ada tanda-tanda kehidupan di bawah lampu-lampu jalanan.

Tidak lama kemudian, Naruto yang masih mengenakan kemeja putih lengkap dengan sebuah dasi merah teringat sesuatu. Jari-jemarinya memegang tenggorokan yang terasa kering.

"Aku... Sangat haus..." Gumamnya pelan.

Lalu ia mulai beranjak dari jendela apartemennya. Langkah kedua kakinya mengantar Naruto untuk mendekat ke pintu. Pemuda berambut kuning tersebut keluar dari kamar apartemen untuk mencari sesuatu yang bisa melegakan tenggorokannya yang kering.

.

.

.

.

.

.

"Neko-chann...?"

"Neko-chan kau di manaa...?"

Shion berlarian ke sana kemari mencari seekor kucing berbulu putih yang sudah ia anggap sebagai teman. Sudah dari sore tadi gadis itu masih mencari kucing tersebut sampai ke pinggiran kota. Bahkan seragam siswinya masih melekat, menandakan ia sama sekali belum pulang ke rumah.

"Heii, kau yang di sana!" Seorang petugas polisi wanita berambut merah jambu memanggilnya.

Shion pun menghentikan langkahnya dan menoleh kebelakang. Ia melihat seorang wanita muda berpakaian polisi datang mendekatinya. Nama 'Haruno Sakura' tertulis pada seragam petugas tersebut.

"Apa yang kau lakukan tengah malam begini...?! Apa kau tidak tahu sangat berbahaya jika gadis sepertimu keluyuran malam-malam tidak jelas seperti ini?!" Celetuk polisi muda tersebut saat memergoki Shion berlarian ke sana kemari di pinggir jalan.

"Maaf! Aku sedang buru-buru mencari kucingku. Sampai jumpa!" Ujar gadis pirang tersebut sembari membungkuk sebentar kepada petugas tadi. Lalu ia berbalik dan berlari kembali.

"H-Heii, tunggu..!"

Shion tidak menghiraukan peringatan petugas tersebut. Dia memang cukup bandel untuk mendengarkan nasehat orang lain. Karena yang ada di pikirannya saat ini hanyalah segera menemukan kucing putih kesayangannya. Shion terus berlari tiada henti, menengok ke kanan dan ke kiri. Berharap melihat seekor kucing yang sedang ia cari-cari.

Sampai akhirnya gadis manis itu berhenti sejenak untuk mengambil nafas di depan sebuah toko elektronik dengan beberapa TV yang menyala di etalase. Tangannya menyeka bulir keringat yang keluar dari dahinya. 'Di mana ya kucing itu...' Pikirnya dalam hati.

"Kami akan membacakan berita utama pada malam ini. Seorang wanita paruh baya ditemukan tewas di pinggir jalan. Pihak polisi yang telah berkumpul di tempat kejadian belum tahu secara pasti apa penyebab kematiannya. Tetapi polisi menemukan luka bekas gigitan di sekitar leher wanita tersebut. Banyak pengguna media sosial mengatakan, kemungkinan besar dia telah diserang oleh vampire. Namun dari pihak kepolisian masih belum memberi tanggapan mengenai hal itu. Kini beberapa polisi sedang melakukan pengejaran terhadap seorang pria yang diduga adalah pelaku pembunuhan tersebut."

Shion menoleh ke arah beberapa TV di etalase toko yang sepertinya menyiarkan berita pembunuhan secara live. Dari layar kaca di TV tersebut, dapat ia lihat banyak polisi dan wartawan sedang mengerumuni tempat kejadian perkara yang ternyata tidak terlalu jauh dari tempatnya saat ini. Tetapi Shion tidak begitu menghiraukan berita tersebut ketika ia kembali mendengar suara kucing yang ia cari.

"Meaowww..."

"Neko-chan...!"

Shion lekas menegakkan postur tubuhnya, lalu bergegas berlari menuju arah suara kucing tersebut. Hingga akhirnya kedua kaki gadis itu mengantarkannya di tengah-tengah taman pinggir kota. Merasa kehabisan tenaga setelah seharian berlari ke sana kemari, Shion memutuskan untuk berjalan. Ia menengok ke kiri dan ke kanan berharap segera menemukan kucing nakal itu. Namun sejauh mata memandang, ia tak bisa menemukan apapun di taman ini.

TSSSREEKKHH...

Tiba-tiba gendang telinganya mendengar sesuatu di ujung sana. Ia mengira bahwa itu mungkin kucing nakal yang bersembunyi di balik semak-semak taman. Tanpa pikir panjang Shion lalu bergegas menghampirinya.

"Neko-Chan...?" Panggil dengan suara lirih di tengah malam yang sunyi.

Bukan seekor kucing yang ia dapati. Melainkan seperti sosok seseorang yang berada di balik semak-semak tersebut.

Menyadari ada keberadaan orang lain di dekatnya, dengan terkejut seorang pemuda berdiri dan mengambil satu langkah ke depan. Berusaha menutupi apa yang ada di balik semak-semak tersebut dengan tubuhnya.

"A-Apa yang kau lakukan tengah malam begini...?!" Tanya pemuda berambut kuning rancung itu dengan nada terbata.

Nafas pemuda tersebut bagai tersenggal. Kemeja putihnya terlihat sangat lusuh. Dan posisi dasi merahnya sangat berantakan. Itulah yang dapat Shion lihat dari pemuda itu.

"Aku sedang mencari seekor kucing. Apa kau melihatnya di sekitar sini...?" Tanya Shion dengan nada tak berdosa.

"K-Kucing...?" Tanya balik pemuda bermanik sebiru saffir itu.

'Ada apa dengan gadis ini?!' Pekik Naruto dalam hati kebingungan melihat gadis berparas manis tidak jauh di depannya.

"Tunggu, sebelum itu, kenapa kau berkeliaran malam-malam begini...? Apa kau tidak takut berjalan sendirian di tempat seperti ini...?" Tanya pemuda itu masih kebingungan tentang gadis berseragam SMA di depannya. Sembari ia menyembunyikan tangan kanannya yang berlumuran dengan darah.

TES...

"U-Um... Tentu aku takut. Tapi entah kenapa aku harus menemukan kucingku." Jawabnya setelah mengangguk singkat.

TES...

TES...

"Dengar, di sini sangat berbahaya. Kuharap kau segera pulang dan mengunci pintu rumah."

TES...

"Ano... Tanganmu berdarah..." Ucap gadis berambut pirang tersebut sembari ia menunjuk tangan kanan yang Naruto sembunyikan.

"...?!"

Kedua manik sebiru saffir itu membulat. Naruto sangat terkejut mendengar ucapan gadis muda tersebut. Tentu Shion tahu bahwa tangan kanannya berlumuran darah. Karena darah-darah segar terus saja menetes membasahi rumbut di mana Naruto berpijak.

'Hariku sial sekali...' Gumam pemuda itu dalam hati. Kedua mata biru itu terpejam dan ia menghela nafas panjang.

Ia merasa bahwa mungkin hari ini adalah hari tersial baginya. Setelah novel pertamanya ditolak pihak publisher tadi pagi, lalu ia kehabisan ide untuk mengerjakan novel keduanya, dan sekarang ia bertemu dengan gadis aneh berseragam SMA yang keluyuran di tengah malam. Naruto merasa bahwa ia sudah tidak bisa mengelak apapun lagi di hadapan gadis berparas manis tersebut.

"Apa kau percaya dengan vampire...?" Tanya Naruto yang berusaha tenang dengan nada pelan.

"Aku percaya... Bahwa keajaiban itu benar-benar ada." Jawab Shion.

Mendengar jawaban yang sangat aneh dan tidak nyambung dengan pertanyaannya, entah mengapa malah membuat Naruto tersenyum kecil. Gadis yang ada di depannya itu benar-benar aneh, pikirnya.

Kini Naruto tidak lagi menyimpan tangan kanannya di balik punggung. Ia berdiri di hadapan Shion dengan apa adanya. Lalu darah segar milik orang lain yang menyelimuti tangan kanannya mengucur deras menetes ke rerumputan hijau. Di bawah sinar rembulan nan indah, hanya berdiri mereka berdua. Sepasang insan yang berbeda namun saling berhadapan. Naruto mulai membuka kedua mata birunya yang nampak bercahaya dibalik kegelapan, dengan senyum tipis di antara sudut bibirnya.

"Apa... Kau tidak takut padaku...?" Tanya Naruto lagi sembari menatap sayu gadis berambut pirang di sana.

"..."

"...Aku, menyukai matamu."

.

.

.

.

.

Sweetest Miracle

.

Chapter 1 : Aku Menyukai Matamu

Genre : Romance

Main Cast : Naruto U., Shion

.

.

.

.

.

"Keajaiban itu benar-benar ada. Semenyakitkan apapun kehidupanmu, semenyakitkan apapun penderitaanmu, jangan pernah putus asa.

Teruslah berjuang, untuk menggapai keajaiban itu." (Felix-kun)