bangtan fic; in the mood for love.

they all spell love differently.


(throwback "RM and Suga are going to SMTM?!" 2015)

i.

Argumen itu terjadi saat pengumuman audisi kompetisi rap terkenal muncul di media. Mereka bertiga sedang ada di lantai dua BigHit, duduk berjejer di ruangan kosong yang sudah ditinggalkan para staf jika dini hari begini.

Biasanya mereka memilih bersumpalan di studio Yoongi, tapi ruangan itu sedang dalam masa renovasi karena Taehyung tidak sengaja membakar separuh sofa di sana—bagaimana bisa terjadi, kalian tidak akan mau tahu. Yang pasti Yoongi marah besar. Tapi tidak cukup marah untuk meninggalkan rutinitasnya berkumpul dengan Namjoon dan Hoseok, mendiskusikan jalan cerita lagu mereka. Melapisi beat demi beat dengan melodi yang kadang baru bisa muncul jika mereka bertiga sudah saling bertukar pikiran.

Walaupun begitu, bukan berarti Yoongi bebas lepas dari status uring-uringan.

Jadi ketika Hoseok dengan santai menceletuk, "Hyung tidak mau daftar Show Me The Money? Lumayan loh, untuk tambah-tambah ketenaran."

Yoongi menjawab dengan ketus (nada asli Yoongi memang selalu ketus, hanya saja kali ini ada secuil api di dalamnya dan baik Hoseok atau Namjoon langsung tahu di detik Yoongi mengatakannya).

"Apa aku terlihat seperti orang yang haus ketenaran bagimu?"

Hoseok terlihat bingung, tentu saja bukan itu maksudnya. Namjoon bergerak-gerak gelisah di bangkunya, sedikit merutuki Hoseok yang agak kurang peka.

"E-eh? Tentu saja bukan itu maksudku, hyung…,"

"Lalu kenapa kau mengatakannya? Huh? 'Untuk tambah-tambah ketenaran', katamu?"

Hoseok menarik napas, bibirnya yang masih terlapis pelembab bibir dijilatnya sedikit—tipikal Hoseok saat sedang gugup.

"Bukan begitu, ah, Yoongi-hyung~" Pemuda yang lebih tinggi mencoba mencairkan suasana dengan mengayunkan nada bicaranya, bertingkah imut. Hoseok tahu hal seperti itu tidak akan mempan terhadap Yoongi (terhadap semua anggota, sejujurnya) tapi tidak ada salahnya mencoba, 'kan? "Aku hanya bilang kalau idol rapper yang muncul di SMTM, setidaknya punya kesempatan untuk mengenalkan grupnya pada penonton."

"Sebagai apa? Grup yang tidak punya rapper kompeten?"

"Tapi hyung 'kan hebat. Banyak orang yang menuntut hyung dan Namjoon untuk ikut acara itu musim ini."

Namjoon mendongak dari ponselnya saat namanya disebut. Tapi melihat perhatian dua anggotanya itu sama sekali tidak tertuju padanya, ia menunduk lagi.

"Apa kau ingin jadi salah satu dari mereka?"

"Hah?" Hoseok mengernyitkan alis bingung.

"Para netizen itu."

"Woah, hyung." Hoseok mengalihkan pandangannya, paham benar Yoongi sedang kesal karena banyak hal. Tapi ia sedikit merasa tersinggung saat Yoongi, kakak seperjuangannya dalam merintis Bangtan, mengatainya netizen di saat mereka sama-sama tahu seburuk apa pengaruh netizen bagi karir mereka.

"Mau jadi satu dari banyak orang yang bersemangat menjualku di SMTM, jadi korban editan produser setan, dan menyaksikanku dikunyah habis-habisan oleh orang? Memangnya tidak cukup waktu aku dan Namjoon diinjak-injak secara publik di acara radio waktu itu?"

Namjoon berdiri dari tempatnya, menggumamkan sesuatu tentang, "Sooyeon-noona ingin bicara denganku soal jadwal besok" tapi tidak ada dari Yoongi dan Hoseok yang memperhatikan.

Hoseok tidak langsung menjawab. Tidak yakin jawaban yang ia lontarkan akan keluar dengan benar. Takut malah tambah menyinggung Yoongi. Alih-alih ia menggumam di bawah napasnya sendiri, "Hyung punya mental lebih dari cukup untuk menghadapi itu semua."

"Tentu saja." Yoongi berbicara lagi dan butuh lima detik penuh bagi Hoseok untuk sadar jika Yoongi mendengarnya. "Semua orang berpikir begitu, tidak apa kalau Yoongi dibakar hidup-hidup di SMTM, toh itu cuma Yoongi, bukan Jungkook atau Taehyung atau Jimin."

"Hyung, tidak ada yang bilang begitu. Tidak ada yang menyuruhmu jadi tumbal."

"Semua orang mengisyaratkan hal itu. Bahkan kau!" Yoongi kali ini menatap lurus ke wajah Hoseok, yang lebih muda menahan keinginannya berpaling karena tidak nyaman. "Dan walaupun yang lain tidak bilang, mereka pasti sedikit banyak mengharapkan hal yang sama. Oh, Yoongi-hyung, coba pergi keluar sana dan lakukan SMTM, kalau hyung berhasil Bangtan akan terkenal, kalau tidak, well, setidaknya bukan aku yang dihujat masyarakat."

Hoseok ternganga. Kali ini benar-benar tersinggung. Tapi separuh otaknya memberi tahu kalau ini Yoongi. Kakak yang paling punya banyak beban di bahu, yang ada disini sejak awal bersamanya, yang tentu saja bisa punya kekhawatiran seperti dia dan lainnya.

"Apa kau melihatnya seperti itu? Bahwa kami berusaha memanfaatkanmu demi ketenaran?" Tanpa sadar suara Hoseok meninggi setengah oktaf dan ia hampir menyesal melakukannya.

Yoongi memutuskan pandangan, seolah sadar sesuatu. Menghela napas panjang, pemuda bersurai merah tua itu menyenderkan punggung di kursi tua gedung mereka. Dari tempatnya duduk, Hoseok bisa melihat eyeliner Yoongi yang belum sempat dihapus sedikit belepotan karena si empunya berulang kali menggosok matanya yang berlapis lensa kontak.

"Tidak," Yoongi bilang, suaranya lebih lirih tapi masih kental akan sesuatu yang gelap dan berduri. "Tentu saja tidak."

Hening.

"Hyung," Hoseok memanggil. Tahu kalau sisi Yoongi yang gelap sedang muncul, sisi yang hanya Hoseok dan Namjoon yang tahu—mungkin Seokjin juga, tapi Hoseok tidak yakin. Sisi kelam yang membuat Yoongi sempat 'mampir' ke psikiater secara klandestin.

Yoongi menoleh, jemarinya yang pucat bertempelan dengan pelipisnya yang mengerut dan jika mereka ada di suasana lain, Hoseok akan tertawa karena, astaga, eyeliner Yoongi belepotan sekali.

"…kontak lens yang itu cocok sekali dengan rambutmu." Ucap Hoseok setelah beberapa detik menimbang perkataan.

Yang lebih tua terperangah sebentar, kemungkinan besar tidak menduga Hoseok akan melontarkan celetukan yang sangat jauh dari topik. Tapi kemudian Yoongi mendengus, dengusan geli yang berbeda kutub-ke-kutub dibanding helaan napasnya sekian menit lalu.

Dan hanya seperti itu. Hoseok melihat Yoongi tersenyum sampai gusinya terlihat, menggeleng-gelengkan kepala sambil menggumamkan, "Dasar idiot."

Hanya seperti itu. Atmosfer berat yang sempat berembus di antara mereka langsung menguap tak bersisa. Bertahun-tahun bersama Yoongi membuat Hoseok tahu tombol mana untuk ditekan jika ingin membuat kakaknya itu rileks kembali. Terkadang ia salah menekan tombol, menciptakan salah paham, membuat kernyitan di dahi dan mata yang disipitkan.

Tapi toh, ini Yoongi.

Hoseok tahu orang itu tidak bisa marah lama-lama dengan anggotanya. Bahkan pada Taehyung sekalipun.

Saat Namjoon kembali ke ruangan itu sejam kemudian, ia mendapati Yoongi dan Hoseok berdebat tentang haruskah 'aku' putus dengan pacarnya di intro album baru mereka. Ketika pintu ruangan tertutup dengan bunyi 'klik' dan Namjoon duduk di samping Yoongi, yang paling tua di antara mereka bertiga menatapnya dengan tatapan paling serius.

"Namjoon-ah, jika ada yang bertanya, bilang pada mereka kalau aku bukannya tidak bisa ikut Show Me The Money. Aku hanya tidak minat pada acara picisan yang lebih mirip drama Rabu-Kamis begitu."

"…hah?"


in the mood for love (i)

END.


a/n:

dibuat karena saya cinta interaksi trio rapper, terutama yoonseok. dibuat karena saya pernah membaca kalimat, "your view on love will change once you find yourself admiring their eyes in the middle of an argument". gak begitu sesuai dengan yang saya tulis, tapi… well… inspirasi awal saya ya dari situ. hehe.

dan fans smtm? maaf, men, saya gak bermaksud menjelekkan. hanya demi kepentingan cerita.

haruskah saya mendeklarasikan review goals? yang harus dipenuhi untuk saya melanjutkan ke chapt selanjutnya?