"SIAPA DIANTARA KALIAN YANG BERNAMA HINATA ?!"

Teriak salah seorang pemuda beririskan warna langit di siang hari, serta dengan warna rambut secerah sang mentari di salah satu kelas yang baru saja ia masuki bersama dua orang pengikut setianaya –Gaara dan Kiba.

Teriakannya mampu menarik perhatian puluhan pasang mata yang ada di kelas tersebut. Dan saat itu pula, belasan –ah puluhan manusia yang melihat pemuda tersebut mendadak pucat.

"I –Itu Kyuubi no kitsune." Bisik salah satu siswi berambut soft pink kepada temannya.

"Huh ? Kyuubi no kitsune ? Apa itu ?" Tanya temannya yang kebetulan adalah Hinata.

"Kau tidak tahu si Kyuubi no kistune ?" Siswi berambut sohf pink –Sakura memekik tertahan mendengar pertanyaan sahabatnya.

Sedangkan Hinata hanya menggeleng. Polos.

"Haduuh Hinata, itu loh siswa yang sering di juluki Kyuubi adalah dia." Jari Sakura menunjuk seorang siswa –Naruto- yang kini sedang berjalan menghampiri salah seorang siswa lainnya.

"Dan di kabarkan ia pernah melukai –ah membuat koma, seorang maha siswa hanya karna masalah sepele, dan ia bahkan meninggalkan ujiannya demi berkelahi." Papar Sakura.

Dan Hinata hanya mengangguk.

"APA KALIAN TULI ?! KAKAK KU BERTANYA PADA KALIAN ! MANA DIANTARA KALIAN YANG BERNAMA HINATA ?!" Kali ini yang berteriak adalah pemuda dengan tato segitiga terbalik di setiap pipinya.

Dan saat itu pula seluaruh pasang mata yang ada di ruangan tersebut langsung beralih pada seseorang. Dan itu membuat wajah yang sudah pucat makin pucat, tatkala orang yang kini menjadi pusat perhatian sedang mengangkat tangan kanannya. Dan sambil berkata.

"Aku." Sontak satu kata itu mampu membuat seluruh manusia –kecuali ketiga orang itu- memekik tertahan. Menahan napas.

'Apa ia gila ?!'

'Bodoh ! Malah menyerahkan diri begitu.'

'Haaahh, sudah kuduga akan seperti ini.'

'Tamatlah kau Hinata.'

Tanggapan-tanggapan di atas sudah memberikan gambaran bahwa, tamat-sudah-nasib-mu-kawan.

Naruto dengan pasti berjalan mendekati meja Hinata. Dan tak lupa di ikuti Gaara dan Kiba. Mata shappire-nya menatap lurus kepada siswi yang kini sedang menatapnya dengan pandangan tenang.

Sakura yang berada di sebelah Hinata langsung berdiri ketika Kiba menyuruhnya pergi tepat saat senpai-nya –Naruto berada sejengkal di depan meja Hinata.

"Jadi kau yang bernama Hinata ?" Tanya Naruto kepada Hinata, dan dibalas anggukan.

"Begini, mungkin ini mendadak. Dan aku tidak menerima kata tidak darimu ! Kau harus menjadi pacarku !"

"Heeee ?" Dengan kompak seluruh manusia –minus Naruto, Kiba, Gaara dan Hinata- yang ada di ruangan tersebut membeo tak percaya.

Dan beo-an itu harus berhenti tatkala Kiba dan Gaara langsung menghadiahi mereka ancaman –yang berupa tatapan tajam plus seringai dari Kiba, serta Gaara yang langsung merenggangkan jari-jari tangannya.

"Umm, tapi kitakan belum saling mengenal." Ujar Hinata dengan tenang.

"Kita bisa kan berkenala sambil pacaran." Imbuh Naruto, dan saat itu Hinata bergumam 'Benar juga.'

Mendengar gumaman Hinata senyuman –seringai lebih tepatnya- langsung bersarang di wajah eksotis kecoklatan itu.

"MULAI HARI INI HINATA ADALAH PACARKU ! YANG MENDEKATINYA AKAN BERURUSAN DENGAN KU !" Naruto mengumandangkan proklamasi bahwa mulai hari ini dan seterusnya ia resmi menjadikan Hinata menjadi pacarnya.

"KALIAN PAHAM ?!" Tanya –bentak- Naruto pada seluruh penghuni yang ada di kelas tersebut.

Dan langsung di jawab anggukan.

. . .

Hembusan angin sepoi itu menerbangkan beberapa helai rambut salah seorang perempuan dan tiga orang laki-laki yang kini sedang berhadap-hadapan.

Suasana canggung menyelimuti mereka sejak lima menit yang lalu ketika mereka baru saja sampai di atap sekolah.

Hinata dengan tenangnya terus menatap –memperhatikan Naruto, sedangkan yang bersangkutan harus menahan blushing. Bagaimana tidak ? Bayangkan saja jika orang yang kau sukai itu sekarang sedang menatapmu dengan pandangan lembut. Akankah kau bisa mengatur detak jantungmu itu ?

"Eerr, Hinata-chan…" Naruto mencoba memecahkan keheningan tersebut.

"Ya ?" Hinata menanggapinya, tenang. Dan itu sudah cukup membuat Naruto bersyukur.

"Umm, kau yakin dengan ini ?" Terdapat keraguan di kalimat yang baru saja terlontakan oleh Naruto.

Ya, memang harus diakui bahwasannya sejak ia –Naruto memproklamasikan hubungannya dengan Hinata, belum ada jawaban yang pasti dari pihak lawan. Dan itu yang membuatnya ragu.

"Maksudmu ?" Tanya Hinata sambil memiringkan kepalanya ke kiri. Imut.

Dan Naruto langsung menatap horror kepada kedua rekannya yang kini sedang ber-blushing ria.

Menghela napas, "Apa kau menerima keputusanku itu ?" Kali ini Naruto mencoba untuk memberikan 'clue' agar Hinata mengerti.

"Kau ragu dengan keputusanmu ?" Kali ini Hinata mengerti maksud Naruto. Maka ia mencoba untuk menguji 'calon' pacarnya ini.

"Eeer, eto…" Naruto sungguh kehabisan kata. Ia pun merutuki dirinya sendiri. Kenapa ia jadi mudah ragu dengan keputusannya itu ?

Bukankah saat ia mengambil keputusan bahwa 'berkelahi' untuk 'hak' yang seharusnya ia dapatkan, tak ada keraguan sedikitpun ? Atau ketika ia putuskan untuk mencari informasi tentang Hinata dan menjadikannya miliknya, ia tak ragu sedikitpun.

Lantas apa yang membuat seorang Kyuubi no kitsune –yang sangat di takuti ini ragu ?

"Kenapa kau jadi ragu dengan keputusanmu Naruto-kun ?" Suara lembut itu bergema indah di telinga Naruto.

Mendengar suara indah Hinata saja sudah mampu membuatnya terlena akan kecantikan wanita ini. Dan itu lah alasan kenapa ia ragu.

"Karna, aku merasa tidak pantas berdampingan denganmu Hime." Papar Naruto sendu sambil menundukkan kepalanya.

Dan pemandangan itu mampu membuat ke dua sahabatnya kini ikut bergalau ria –walau Gaara tetap terlihat datar.

Karna Kiba maupun Gaara belum pernaha melihat senpai-nya kini terlihat sangat lemah dihadapan mereka. Tak pernah sekalipun.

"Jadi itu alasanmu Naruto-kun ?" Lagi, Hinata bertanya dengan nada lembut kepada Naruto.

Dan dibalas dengan anggukan lemah dari Naruto.

Hinata melangkahkan kakinya dengan perlahan. Menatap lurus pada satu sosok yang ada di depannya. Tersenyum lembut untuk sosok tersebut. Begitu jarak mereka hanya tinggal selangkah, Hinata menghentikan langkahnya dan menganggat kepala Naruto dengan memegangi kedua pipinya. Lembut.

"Mana Kyuubi no kitsune yang sangat menakutkan itu ? Aku tidak melihatnya di mata ini." Hinata kini mengusap lembut pipi kiri Naruto.

"Mata ini, menunjukan keberanian yang sangat kuat. Serta komitmen yang sangat tinggi. Dan mata ini, terlihat sangat lembut." Kali ini Hinata mengusap kelopak mata kanan Naruto.

"Namun mata ini bisa terlihat sangat terluka dan rapuh. Tapi kau tak mau memperlihatkannya di hadapan mereka kan ?" Hinata memandang Kiba dan Gaara.

Naruto memejamkan matanya, menikmati sentuhan yang di berikan Hinata untuknya. Terasa sangat nyaman dan hangat.

Ia –Naruto bahkan tidak ingat kapan terakhir kali ia merasakan kenyamanan dan kehangatan seperti ini.

Pelan namun pasti, rasa ragu itu menguap menghilang. Dan rasa itu tergantikan dengan sebuah tekat. Ya tekat untuk melindung orang yang ia sayangi.

"Jika kau sudah memantapkan hatimu, maka lakukanlah. Jangan pernah ragu, karna keraguan hanya akan membuatmu hancur."

. . .

"Umm, Hinata-san."

"Ya ?"

"Aku merasa kakak sangatlah beruntung. Ia memilih orang yang tepat."

"Maksudnya ?"

"Yah, bisa dibilang kami ini sudah seperti saudaranya mengingat kami ini suda bersama hampir tiga tahun. Jadi kami tahu sifatnya. Dan ku pastikan Hinata-san tak akan menyesal karna sudah menerima kakak !"

Hinata yang mendengar penuturan dari Kiba hanya bisa tersenyum lembut. Mereka bertiga –Kiba, Gaara dan Hinata kini sedang duduk di atap sekolah setelah sekitar lima menit yang lalu Naruto berlari kencang meninggalkan ketiganya di atap sekolah. Dan tak lama kemudian mereka dapat mendengar teriakan kebahagiaan Naruto Uzumaki.

Membayangkan kejadian itu, senyuman itu mengembang di wajah cantik Hyuga Hinata. Ia sungguh tak menyangka bahwa hari dimana seorang pangeran akan menjemputnya. Dan pangeran itu Naruto.

Hinata yakin bahwa Naruto merupakan pilihannya. Dan ia akan berusaha membuat Naruto bahagia. Walau apapun yang terjadi, ia akan membuatnya bahagia.

"Bagaimana caranya kau bisa membaca mata Naruto ?" Kali ini terdengar suara bass yang lebih berat dari suara Kiba. Dan tak lama kemudian Gaara bangun dari posisi tidurnya.

Hinata yang baru pertama kali mendengar suara Gaara tertegun. Ia tahu, dari suaranya, Gaara adalah tipe orang yang tegas dan berkepala dingin. Dan ia tidak mudah terpancing emosinya. Namun dari suaranya pula Hinata bisa mendengar sebuah teriakan pilu. Sebuah beban yang ia tanggung sendiri dan Gaara pastinya adalah tipe orang yang tidak mudah memberi tahukan masalahnya kepada orang lain.

"Kau pasti selalu jadi penengah kan ?" Bukannya menjawab, Hinata bertanya kepada Gaara.

Dan tentunya pertanyaannya itu mampu membuat Kiba terkagum. Karna memang selama ini Gaara lah yang selalu jadi penengah jika ada suatu masalah.

"Bagaimana –"

"Suaramu. Aku bisa merasakan perasaanmu melalui suaramu. Samahalnya dengan Naruto-kun, saat aku melihat matanya, yang terpancar di matanya adalah ke sungguhan, dan tekat. Namun tetap saja mata itu tidak dapat berbohong, di mata itu pula aku bisa merasakan kesedihan yang sangat mendalam serta luka yang sangat bersar di hatinya." Papar Hinata panjang lebar.

"Wow, berarti Hinata-san bisa membaca perasaan orang dong ? Kereeennn." Seru Kiba yang sepertinya sangat terkagum akan kemampuan istimewa Hinata.

"Yah begitulah." Jawab Hinata santai.

"Kini aku bisa sedikit lebih tenang jika Naruto berada di tanganmu Hinata." Ujar Gaara seraya tersenyum lembut.

"WOW ! GAARA-NII TERSENYUM ! ITU MUSTAHIL !"

Plak !

"Berisik kau Kiba."

"Huuu Gaara-nii jahat, kenapa aku di pukul."

"Karna kau berisik !"

Hinata sungguh bersyukur bisa bertemu dengan ketiga sahabat ini. Mereka, walau terlihat sangat kasar namun di balik itu senua mereka tidaklah lebih dari seorang pelajar SMA biasa.

Ia berharap. Persahabatan mereka akan terus berlanjut hingga waktu memisahkan mereka. Ya semoga saja.


Fic NaruHina pertama ku !

Semoga saja ini tak terlalu abal -_- dan kalian suka

Dan ku mohon bantuan pasa readers dan senpai untuk memberi kritik dan saran jika ada yang kurang o:)

So jangan lupa RIVIEW ! See you in next capter :D

RIVIEW RIVIEW RIVIEW RIVIEW RIVIEW RIVIEW RIVIEW RIVIEW RIVIEW RIVIEW RIVIEW RIVIEW RIVIEW RIVIEW RIVIEW