Ada satu hari yang masih kuingat sampai sekarang. Hari di mana aku mengetahui bahwa Rukia telah kehilangan salah satu orang yang berharga baginya.
Bleach by Tite Kubo
:: Memoria ::
Chapter 1
_Sorayuki Nichan_
Apa kau punya seorang sahabat sejak kesil? Ya, aku punya. Kami bertemu di salah satu distrik terparah di Rukongai, Inuzuri. Kami besar bersama di tempat kumuh itu. Sejak kecil kami selalu bersama, aku tidak begitu ingat sejak kapan kami mulai berteman. Kami mempunyai beban hidup yang sama, kami saling melengkapi satu sama lain dan sejak itulah kami mulai berteman. Sejak pertemuan kami pertama kali.
Aku senang bisa memilki sahabat seperti dia. Anak perempuan yang kuat dan baik hati. Dia selalu terlihat keren di antara kami. Meskipun begitu dia tetap terlihat lembut seperti anak perempuan lainnya. Dia anak yang hebat dan pintar bercerita. Dia juga suka menyuruh-nyuruh dan berbicara seperti anak laki-laki. Entah kenapa perlahan-lahan teman-temanku yang lain mulai menyukainya. Awalnya aku sebal. Aku yang dianggap sebagai pemimpin di antara anak-anak jalanan ini merasa tersaingi olehnya. Tetapi begitu aku mau marah-marah di depannya, dia malah tersenyum manis di depanku dan mulai saat itu kami menjadi dekat satu sama lain.
Rukia. Itulah nama orang yang baru saja kuceritakan. Ya, awalnya namanya memang hanya Rukia, tetapi sejak dia diangkat oleh keluarga bangsawan saat kami berada di Akademi Shinigami dulu namanya berubah menjadi Rukia Kuchiki. Dan saat itu kami mulai jauh.
Ada satu hari yang masih kuingat sampai sekarang. Hari di mana aku mengetahui bahwa Rukia telah kehilangan salah satu orang yang berharga baginya.
Hari itu masih sangat pagi. Matahari mulai merambat naik untuk melaksanakan tugasnya—menyinari dunia, udara pun masih terasa segar, kabut juga masih menyelimuti sudut-sudut Seireitei, tempat para shinigami tinggal. Namun pagi itu berbeda dengan pagi-pagi seperti biasanya. Para shinigami, termasuk aku, berkerumun dan saling berbisik satu sama lain begitu melihat dua orang yang saat ini tengah berjalan gontai menuju ruang Soutaichou.
Aku mencoba menerobos kerumunan para shinigami untuk mencari tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi saat ini. Pagi itu, dari kerumunan para shinigami, kulihat dia menunduk dan menatap ke bawah. Langkah kakinya terasa berat bagiku. Aku tak bisa melihat wajahnya dengan jelas, tapi aku sadar ada yang aneh dengannya. Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi padanya, tapi persaanku benar-benar tidak menentu. Bersamanya, kulihat seorang pria paruh baya berambut putih panjang. Orang itu tak asing lagi bagiku, dia adalah kapten divisi 13, Ukitake-taichou. Mereka berjalan bersama, dia berada di samping kanan Ukitake-taichou.
"Rukia… Rukia…!"
Aku mencoba berteriak memanggilnya, berharap dia akan melihatku. Tapi Rukia tak berpaling ke arahku. Dia tetap memandang ke bawah, seolah tak mau seorang pun tahu bagaimana ekspresi wajahnya saat itu.
Sekujur tubuhnya basah. Baju shinigami yang dikenakannya pun berlumuran darah. Dari kerumunan para shinigami yang ikut melihatnya seperti aku, hanya itulah pemandangan yang tampak dari dirinya.
Sebagai sahabat, perasaan khawatir pun terbesit dalam benakku. Aku tak mengerti apa yang sedang terjadi saat itu. Yang ku tahu salah satu anggota dari divisi kami bilang, "Wakil kapten divisi 13, Kaien Shiba tewas tadi malam." Aku tak mengerti apa yang terjadi, benar-benar tak mengerti. Saat mendengar berita itu, yang terbesit dalam benakku hanya, bagaimana keadaan Rukia?
Walau Rukia sama sekali tidak pernah bercerita apapun padaku, aku tahu betul bagaimana Rukia, dialah orang yang selalu memperhatikan Shiba-san. Dialah orang yang sangat mengagumi dan berusaha untuk selalu dekat dengan Shiba-san. Kupikir karena kejadian ini, Rukia akan sangat terpukul dan menangis. Tapi apa? Yang kulihat hanya sekujur tubuhnya yang basah, baju shinigaminya yang berlumuran darah dan Sode no Shirayuki yang di bawa oleh Ukitake-taichou.
Aku semakin khawatir. Aku mencoba berfikir keras, tapi meskipun begitu satu jawaban pun tak terbesit dalam benakku. Sebenarnya apa yang terjadi? Begitu tanyaku dalam hati saat Rukia dan Ukitake-taichou terus berjalan menuju ke ruang Soutaichou.
"Renji-kun…," seseorang berteriak memanggil Renji yang masih terpaku dengan pemandangan barusan. Renji menoleh dilihatnya seorang gadis manis yang sudah tak asing baginya.
"Ada apa Hinamori?" tanya Renji kepada gadis manis itu.
"Sini…!" Hinamori tak menjawab pertanyaan Renji, dia menarik Renji keluar dari
kerumunan para shinigami.
"Apa kau tahu berita tentang tewasnya wakil kapten Kaien Shiba?" tanya Momo singkat
"I-iya, kenapa?"
"Kau tahu siapa pembunuhnya?" tanya Momo lagi dengan wajah sedikit tegang.
"A-apa? Jadi maksudmu, Shiba-san tewas karena dibunuh seseorang?" Renji bertanya dengan perasaan tak percaya. Hinamori tak menjawab pertanyaan Renji barusan, dia hanya terdiam, menajuh sedikit dari Renji dan menunduk, tubuhnya sedikit gemetar.
"Ada apa Hinamori? Sebenarnya apa yang …," belum sempat Renji meneruskan perkataanya, Hinamori memotongnya dengan kepala yang menunduk, "Ru…kia…," kata Hinamori pelan.
"A-apa?" tanya Renji dengan persaan khawatir.
"Yang membunuh Shiba-san adalah Kuchiki-san," Hinamori mencoba memperjelas apa yang dikatakannya barusan.
Renji terdiam, tidak tahu harus berkata dan berekspresi seperti apa, "Hal seperti itu… tidak mungkin terjadi 'kan?"
:: TSUZUKU ::
Ada yang pernah baca fic yang mirip-mirip dengan fic ini? Oh yeah, sebenarnya ini fic yang telah saya hapus berbulan-bulan yang lalu karena saya buntu ide dan nggak bisa memikirkan ending yang pas untuk fic ini, hiks. T.T
Dan… yah begitulah akhirnya saya mencoba untuk memperbaiki semuanya. Maaf untuk ketidaknyamanan ini.
Sampai jumpa di chapter depan.
Oke, akhir kata, Yang baca wajib review! *plak*
