HEAT
JAESON/IM JAEBUM|WANG JACKSON
GOT7/ROMANCE/M/ALPHA/OMEGA/OMEGAVERSE/BL/OOC
ALL CAST BELONGS TO GOD AND THEMSELF
WARNING!
IF YOU DON'T LIKE BOYS LOVE/SHOUNEN AI/YAOI, PLEASE JUST IGNORE IT.
.
.
Gelincir roda-roda kecil menggelitik tiap pendengaran yang terpasang. Rentetan koper-koper berbaris menunggu akan tuannya yang mulai mendarat. Ratusan pasang mata pun bergeriliya mencari mereka yang telah tiba. Menjemput mereka yang telah lama dinanti. Namun tidak dengan dirinya, dirinya yang melenggang meninggalkan kerumunan.
"Huwaaaa.. Korea, i'm comiiiing." Teriaknya setelah berhasil keluar dari kerumunan. Meninggalkan tempat di mana orang-orang berkumpul dari berbagai daerah bahkan negara lain, sebuah tempat yang biasa mereka sebut dengan bandara. Dengan dua buah koper yang cukup besar dalam genggamannya, ia meningggalkan bandara dengan menggunakan taxi sebagai tumpangannya menuju tempat tujuannya.
"Annyeong ahjushi, Gocheok Hyundai Apartement, please." Ucapnya pada supir taxi yang membawanya.
Mereka pun melaju menuju tempat yang telah ditentukan. Ia pun memilih menyamankan tubuhnya di kursi penumpang. Melepaskan semua atribut yang mengganggu pandangan dan geraknya. Menampakkan wajah tampannya yang sejak keberangkatannya ia sembunyikan.
"Ahh.. Sepertinya wajah anda tidak asing." Ujar sang supir dengan ragu setelah melihat wajah penumpangnya.
"Benarkah? Apa anda mengenal saya Ahjushi?" Tanyanya dengan antusias, berharap sang supir benar-benar mengenalnya.
"Hmm.. Ahh.. Kalau tidak salah, bukankah anda idol asal Cina itu, yang pernah ikut acara Real Man? Mianhanda saya lupa nama anda." Jawab sang supir sedikit ragu, takut akan tebakannya salah.
"Ahh.. Benar, itu saya. Tidak saya sangka ternyata ada yang mengenal saya di Korea. Apa kau tahu ahjushi? Saya sempat berpikir. 'Apakah ada yang mengenal saya?' 'Apakah ada yang mengetahui lagu saya?' 'Apakah ada yang kan menikmati penampilan saya nanti'? dan pemikiran-pemikiran yang lainnya. Saya sangat khawatir akan hal itu." Jelas ia panjang lebar, mencurahkan kekhawatirannya kepada sang supir yang baru ia kenal.
"Hahahaha... Anda terlalu merendahkan diri. Tak perlu khawatir, anda cukup terkenal di negara kami." Balas sang supir, menanggapi kekhawatiran penumpangnya.
"Jinjjayo ahjushi? Syukurlah." Ia menghela nafas, seakan bebannya telah hilang. Menciptakan kekehan kecil dari sang supir yang melihat tingkah berlebihan penumpangnya.
"Ah.. Saya baru ingat, Jackson. Yah nama anda Jackson bukan? Anak saya sangat menyukai lagu-lagu anda. Anda menuju Gocheok untuk acara festival bukan? Anak saya sudah memesan tiketnya." Tutur sang supir setelah mengingat nama penumpangnya.
"Seriously, sir? Kebetulan sekali bukan. Kira-kira apa yang bisa saya berikan untuk anak anda yah? Apakah saya harus selfie aegyo dengan tanda tangan?" Celoteh Jackson, setelah dia mengetahui bahwa orang yang sedang mengantarnya adalah orang tua dari penggemarnya. Ia pun mencari sesuatu di dalam tasnya, mencari sesuatu yang dapat ia berikan kepada penggemarnya.
"Hahahaha.. Anda tak perlu melakukan itu. Anak saya pasti akan sangat senang walau hanya mendengar cerita bahwa ayahnya mengantarkan idolanya." Ujar sang supir dengan senyuman di wajahnya, dan kekehan juga keluar dari bibirnya ketika melihat berbagai ekspresi yang di keluarkan penumpangya. 'Pria baik' dalam benaknya akan Jackson.
"Kenapa anda datang sendiri? Kemana menejer anda?" Tanya sang supir sedikit heran, mengapa seorang idol pergi untuk urusan pekerjaan tanpa seorang menejer.
"Oh.. Menejer saya tiba-tiba sakit, jadi tidak bisa datang menemani saya." Jawab Jackson dengan santai, masih sibuk dengan pencariannya.
"Tidak ada yang menggantikan?" Lanjut sang supir.
"AH.. KETEMU!" Teriak Jackson tiba-tiba, sambil memperlihatkan sebuah gantungan mungil dengan bandul berbentuk seekor anjing.
"Ini untuk anak anda, dan tolong sampaikan terima kasih saya padanya karena sudah mendukung saya." Ujarnya kepada sang supir sambil menyerahkan gantungan tersebut. Tak lupa senyuman manis melekat di wajahnya.
"Anda membuat saya terkejut. Seharusnya anda tak perlu melakukan ini. Tapi saya akan menyampaikannya. Anak saya pasti akan menjerit setelah mendapatkan ini. Kamsahamnida." Ujar sang supir.
Mereka pun terus berbincang selama dalam perjalanan. Membicarakan akan karirnya, akan keluarganya. Melupakan segala lelahnya akibat perjalanan sebelumnya dan menikmati perjalanannya kini. Memperhatikan ramainya kota Seoul dan indahnya sungai Han yang ia lalui.
.
Setelah satu jam perjalanan, Jackson sampai pada tempat tujuannya. Sebuah apartement yang cukup besar di daerah Gochoek, tidak jauh dari tempat ia akan perfom nanti. Sebuah stadium baseball yang sangat besar di daerah Gocheok, Seoul. Sebuah tempat yang akan menjadi panggungnya bersama dengan idol-idol lainya pada acara Asian Music Festival dua minggu ke depan, Gocheok Sky Dome.
"Kamsahamnida, ahjushi." Pamit Jackson. Ia pun beregagas memasuki apartementnya yang akan ia tinggali selama dua minggu ke depan.
"Pergi tanpa menejer ternyata merepotkan. Cepatlah sembuh hyung." Doanya untuk menejernya, tak ingin mengerjakan segalanya sendirian. Manja.
"Kira-kira seperti apa orang yang akan menjadi roomateku yah?" Tanyanya pada dirinya sendiri sambil memasuki apartementnya tanpa memastikan dahulu apakah sudah ada orang lain yang datang lebih dulu darinya.
Ia pun dengan santai memasuki kamarnya. Hingga ia terpaku setelah melihat sosok lainnya yang sudah ada di dalam kamarnya. Sosok lain yang kini hanya berbalutkan handuk basah pada pinggangnya, mengekspos bagian atas tubuh kekarnya. Membuat wajah Jackson memanas seketika.
"Ahh Ahh.. Mianhae jeongmal mianhae, aku tidak mengetuk terlebih dahulu." Ujar Jackson sedikit tergagap dan sontak membalikkan badannya.
"Kau bukan seorang gadis." Balas sosok itu dengan dingin. Dengan santai ia memakai pakaiannya, menghiraukan Jackson yang kini tersungut akan komentarnya. Mendapat perlakuan demikian, Jackson pun langsung membalikkan badannya dan berlenggang menuju tempat tidur yang ia yakin adalah miliknya.
"Kenapa aku harus sekamar dengan seorang alpha? Huft.." Keluhnya membatin. Tanpa banyak bicara, ia merapikan semua barang-barangnya. Mengeluarkan seluruh isi kopernya dan menatanya pada lemari yang telah tersedia. Hingga ia merasakan hawa dingin pada tengkuknya. Ia pun membalikkan tubuhnya, dan..
"HUWAAAAAAA!" Teriak Jackson, terperanjat karena teman sekamarnya yang tiba-tiba berada di hadapannya. Ia pun mengambil jarak dari sosok yang masih menatapnya intens.
"Kau apa?" Tanya pria itu masih dengan nada dinginnya.
"Aku apa?" Tanya balik Jackson, tidak mengerti dengan pertanyaan dari sosok dihadapannya.
"Aku alpha, kau?" Tanyanya kembali setelah memberitahu akan dirinya.
"Aahh.. A.. aku beta." Jawab Jackson sedikit tergagap, karena sosok dihadapanya masih menatapnya dengan intens dengan jarak yang sangat dekat dengan wajahnya.
"Beta?" Ia menaikkan sebelah alisnya, tidak yakin dengan jawaban yang ia dengar. Jackson pun hanya menjawab dengan anggukkan kepala untuk meyakinkan sosok tersebut. Meski raut wajahnya masih ragu, namun sosok itu memilih kembali ke tempat tidurnya.
"Im Jaebum, panggil aku Jaebum saja." Ia, Im Jaebum, memperkenalkan dirinya kepada pria di hadapnnya yang akan menjadi teman sekamarnya untuk beberapa pekan ke depan.
"Jackson, Wang Jackson Imnida. Benarkah aku boleh memanggil Jaebum? Setahuku di Korea sangat polite mengenai usia. Usiaku dua bulan lebih muda dari padamu. Tapi karena kau mengizinkanku memanggil Jaebum. Maka aku akan panggil demikian. Jaebum-ah. Hehehe." Balas Jackson memperkenalkan dirinya.
"Kau tahu tentang diriku?" Tanya Jaebum heran.
"Tentu saja, siapa yang tidak mengetahui dirimu. Seorang idol yang terkenal dengan b-boy-nya. Aku sering melihat penampilanmu. Seorang b-boy. Yo, b-boy king, yo." Jawab Jackson dengan antusias. Tubuhnya bergerak tak beraturan seakan sedang menari. Menggambarkan kekagumannya akan teman sekamarnya.
"Kalau begitu panggil aku Hyung!" Celetuk Jaebum memutuskan, membuat Jackson menghentikan gerakan anehnya.
"Ne? Baru tadi kau memintaku memanggil Jaebum saja, tapi mengap.." Protes Jackson terhenti ketika sebuah handuk sudah mendarat di wajahnya.
"Segeralah mandi dan tidur! Kau pasti lelah setelah perjalanan panjangmu." Ujar Jaebum kepada Jackson, yang entah mengapa membuat hati Jackson menghangat.
"Ne." Patuh Jackson yang langsung menuju kamar mandi, meninggalkan Jaebum yang mulai merebahkan diri di atas tempat tidur empuknya.
.
Hawa panas menguasai tubuhnya. Rasa gelisah pun menguasai dirinya. Tempat tidur nyamannya berubah seakan menyakitinya. Ia pun membuka matanya. Menangkap dalam pandangnya sosok yang terlelap di seberang tempat tidurnya. Ia perhatikan wajah yang terlelap itu dalam remang. Wajah itu terlihat gusar, tubuh itu pun tak nyaman di tempat tidurnya.
"Mimpi burukkah?" Ia pun menghampiri sosok yang terlelap dalam gusar.
"Jackson, ireona! Jackson-ah!" Ia berusaha membangunkan sosok yang ia panggil Jackson. Namun Jackson tetap tidak terbangun, maka ia memutuskan mendudukkan tubuhnya pada ranjang Jackson. Ia tepuk pelan pipi Jackson sambil memanggil namanya. Ia lakukan berkali-kali untuk membangunkan Jackson. Jackson tetap tidak terbangun, namun ketegangan di wajah Jackson mulai mengendur. Dengan perlahan, wajah itu menunjukkan ketenangan.
Setelah melihat Jackson kembali tenang dalam tidurnya. Ia menghentikan pergerakannya, namun tangannya masih senantiasa berada di pipi Jackson dan ibu jarinya mulai bergerak membelai lembut permukaan pipi Jackson. Ia terus melakukannya bersamaan dengan hilangnya rasa gundah yang ia rasakan sebelumnya. Mungkinkah ia merasakan juga kegelisahan yang Jackson rasakan? Dan menghilang setelah Jackson kembali tenang dalam tidurnya?
"Itu hanya kebetulan." Gumamnya dalam hati. Ia pun bergegas kembali tidur.
-Nappeun Bamie-
"HOAAAAMM.." Menggeliat dalam tidurnya, Jackson menguap kuat dengan mulut terbuka cukup lebar namun matanya senantiasa terpejam. Dan kembali bergelut dalam selimutnya.
Sreekk..
Terdengar suara gesekan ring tirai dengan penyanggahnya. Bergeser dengan arah berlawanan, membiaskan cahaya yang terhalang karenanya. Membuat ia yang terpejam terusik untuk membuka netranya.
"Mimpi indah, hm?" Tanya sang pelaku pembuka tirai kepada sosok yang kini mendudukkan diri dari tidurnya.
"Ne." Jawabnya singkat dengan senyuman merekah di wajahnya.
"Aish, setelah mengganggu tidurku semalam, sekarang kau terbangun dengan wajah tanpa berdosa seperti itu." Protes Jaebum mengingat kejadian semalam.
"Ye? Memangnya apa yang sudah aku lakukan semalam? Apa aku tidur mendengkur? Atau jangan-jangan akau melindur dan tiba-tiba memelukmu dalam tidur? Apa aku benar-benar mengganggu?" Tanya Jackson bertubi-tubi, takut ia telah melakukan hal yang memalukan di hari pertamanya bersaama dengan orang itu.
"Apa kau sering melakukan itu?" Tanya balik Jaebum.
"Terkadang hehehe." Jawab Jackson sambil menggaruk pelipisnya, sedikit malu dengan kebiasan tidurnya.
"Aigo. Sudah lupakan. Sekarang cepat basuh wajahmu, kita sarapan." Titah Jaebum.
"Wah, apa kau akan memasak untuk kita berdua?" Tanya Jackson bahagia. Tak menyangka bahwa teman sekamarnya sungguh baik.
"Jangan harap, Cepat!"
Lupakan apa yang dipikirkan Jackson tadi. Ia tarik kembali kata-katanya barusan setelah mendengar perkataan Jaebum. Bergegas ke kamar mandi sebelum mendengar kata-kata dingin lagi dari bibir Jaebum.
Setelah beberapa menit Jackson menyelesaikan ritualnya di kamar mandi. Ia bergegas menuju ruang tengah apartement mereka. Setibanya di sana ia sudah disuguhkan dengan semangkuk sup dan segelas susu hangat.
"Aku semakin lapar." Gumam Jackson setelah melihat sarapan di meja makannya.
"Makanlah selagi hangat." Titah Jaebum lagi. Namun berbeda dengan titah-titah sebelumnya. Sekarang terdengar lebih hangat. Membuat Jackson sedikit heran dengan perlakuan Jaebum yang berubah-ubah. Ia pun memilih langsung menurut, dari pada ia harus melihat lagi Jaebum yang begitu dingin kepadanya.
Drrttt.. Drrtt.. Drrtt..
Terdengar suara getaran dari ponsel Jackson. Menandakan sebuah pesan telah masuk.
From: Makkipoo
To : Jackson
"Kenapa baru mengabariku setelah kau sampai, Pabo? Jam 9 datanglah ke Caffe Bene seberang Sky Dome. Temui aku di sana."
Setelah membacanya, Jackson pun membalasnya. Menyetujui akan pertemuannya.
"Apa rencanamu siang ini? Kita baru akan latihan sore ini." Tanya Jaebum mengawali percakapan pagi mereka.
"Aku akan menemui temanku dulu. Kami sudah lama tidak bertemu secara langsung." Jawab Jackson.
"Oh." Respon singkat Jaebum, tak tahu lagi apa yang harus ia katakan.
"Oh ya, kenapa kau juga menginap?" Tanya Jackson heran. Bukankah lebih nyaman tinggal di rumah sendiri.
"Kau tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan dari Goyang ke sini?" Tanya Jaebum yang disambut dengan gelengan kepala dari lawan bicaranya.
"2 jam." Terang Jaebum, menjawab pertanyaan Jackson sebelumnya.
"Ohh.. Pasti sangat melelahkan bila harus pulang pergi untuk latihan di sini." Ujar Jackson menyimpulkan.
Mengapa mereka harus latihan dari jauh hari di sini? Mengapa mereka tidak latihan di agensi mereka masing-masing? Itu karena mereka akan melakukan konser megah, yang mereka namai Asian Music Festival. Di mana para Idol dari berbagai negara di Asia berkumpul. Dan tentu banyak kolaborasi dari beberapa idol dilakukan, yang tentu mereka tidak bisa melakukannya di agensi mereka masing-masing.
"Apa yang kau minum?" Tanya Jaebum yang melihat Jackson menelan beberapa pil.
"Vitamin." Jawab Jackson singkat, masih berusaha menelan pilnya.
"Kau yakin hanya vitamin? Temanku juga meminum pil itu. Tapi dia tidak pernah memberitahuku itu pil untuk apa." Tanya Jaebum kembali, masih penasaran dengan pil yang diminum Jackson, karena salah satu temannya juga meminumnya. Namun temannya selalu menghindar ketika ditanya akan hal itu.
"Entahlah, mama hanya memberitahuku bahwa aku harus meminumnya. Terutama saat memasuki bulan Maret. Sejak kecil, jika memasuki bulan Maret kondisi tubuhku akan sedikit berubah. Dan pil ini yang mengatasinya. Tapi aku heran, kemarin aku lupa meminumnya. Tetapi aku bisa tidur dengan lelap semalam. Biasanya aku tidak akan bisa tidur jika belum meminumnya." Terang Jackson panjang lebar. Menjawab alasan mengapa semalam Jackson menggangu tidur Jaebum.
"Ei, jadi karena itu." Jaebum memasang wajah lelah. Sepertinya ke depannya ia akan sering mengingatkan Jackson untuk meminum pilnya, jika ia tak ingin tidurnya terganggu.
"Habiskan sarapanmu. Aku harus pergi bertemu dengan partner panggungku. Jangan lupa mengunci pintu sebelum pergi. Aku berangkat." Pamit Jaebum setelah merapikan bekas sarapannya.
"Aku seperti sedang diasuh olehnya." Gumam Jackson, mengingat sudah kesekian kali ia dititah oleh Jaebum.
"Baiklah, sebaiknya aku siap-siap. Aku tak ingin Mark menunggu terlalu lama." Ia pun bersiap-siap untuk menemui temannya di tempat yang telah mereka sepakati.
-Nappeun Bamie-
Terlihat beberapa pasangan duduk pada bangku-bangku pelanggan dalam caffe. Menikmati secangkir kopi dan waffle menemaninya. Menyambut pagi mereka dengan sesuatu yang hangat. Termasuk ia yang kini terduduk manis dengan segelas Latte di bangku luar sebuah cafe yang bertuliskan Caffe Bene pada plangnya. Menunggu sosok yang dinantinya.
"Markeuuu..!" Teriak Jackson setelah melihat sosok yang dicarinya.
"Jackson, Come here!" Panggil pria yang Jackson sebut Mark.
"Akhh.. What's up, Bro? Long time no see." Sapa Jackson sambil memeluk Mark dengan erat. Menghantarkan rasa rindunya yang cukup dalam.
"Bogosipeoyo, Jackson-ah." Sambut Mark, membalas pelukan temannya.
"Nado, hyung. Neomu bogosipeo." Ujar Jackson yang masih tak ingin melepaskan pelukannya.
"Ei. Sudahlah. Duduklah dan pesan sesuatu." Titah Mark, menghentikan aksi melepas rindu Jackson. Jackson pun hanya menurut, mendudukkan dirinya dan memesan americano dengan donat sebagai pelengkapnya.
"Bagaimana datang ke Korea seorang diri, hm?" Tanya Mark membuka percakapan mereka.
"Biasa saja, yah walau sedikit merepotkan harus mengurus segalanya sendirian." Jawab Jackson, mengatakan seakan ia dengan mudah dapat melaluinya. Namun wajahnya menggambarkan bahwa ia sangat membencinya.
"Hilangkan sifat manjamu itu. Belajarlah melakukan apapun sendiri, jangan selalu bergantung pada orang lain." Nasihat Mark kepada dongsaengnya yang manja.
"Siapa yang manja? Buktinya aku bisa sampai sini dengan selamat. Kalian saja yang selalu memperlakukanku seperti anak kecil." Sungut Jackson tak terima dikatakan manja.
"Araso. Aku takkan mengatakannya lagi. Jadi bagaimana dengan teman sekamarmu?" Tanya Mark merubah topik pembicaraan mereka.
"Kau pasti tahu Im Jaebum bukan. Hah.. Dia benar-benar.. Bagaimana bisa ada manusia setampan dan seseksi dia. He's so cool, chic and sexy." Aku Jackson.
"Setampan itukah? Bahkan aku tak bisa menandinginya?" Tanya Mark, tak ingin kalah di mata Jackson.
"Kau tetap nomer satu hyung. Dia terkadang menyebalkan, suka memerintahku seenaknya. Ahh.. Tapi aku tak bisa menolaknya. Dia terlalu tampan dan berkarismatik. Walau sangat dingin tapi terkadang dia juga hangat. Aakkhh.." Terang Jackson dengan ekspresi berubah-ubah sesuai dengan apa yang ia katakan, yang berakhir dengan ia yang kini tertunduk lelah.
"Bukankan kalian baru bertemu kurang dari 12 jam? Sudah banyak sekali penilaianmu terhadapnya. Membuat iri saja." Keluh Mark setelah mendengarnya. Membuatnya merasa tersaingi.
"Jangan mengatakan itu, di saat kau sudah memiliki kekasih." Protes Jackson.
"Why? I'm your brother?" Mark memprotes balik akan respon Jackson sambil meruffle rambut Jackson. Yang tentu dibalas dengan wajah risih dari korbannya. Namun tubuhnya tak menolak akan perlakuan Mark.
"Oh ya hyung. Kau tahu pil yang selalu aku minum kan?" Tanya Jackson yang teringat akan pertanyaan Jaebum kepadanya.
"Wae?" Tanya balik dari Mark.
"Apa kau tahu sebenarnya pil apa yang diberikan mama kepadaku?" Jackson melanjutkan tanyanya.
"Lebih baik kau tanya saja pada mama. Tapi kau tidak pernah lupa meminumnya kan?" Jawab Mark, yang malah membuat Jackson semakin penasaran.
"Aku semakin penasaran. Jika kau berkata seperti itu, aku semakin yakin kalau pil ini bukan hanya sekedar vitamin. Akan aku tanya mama nanti. Atau sebaikknya aku mencoba untuk tidak mengkonsumsinya lebih lama?" Celoteh Jackson yang sontak membuat Mark tersedak mendengarnya.
"Jangan pernah berpikir untuk melakukannya."
.
.
Bersambung...
