WARNING!
YAOI
BL
HOMO
GAY
BDSM RINGAN
PSIKOPAT
PARK JIMIN X MIN YOONGI
.
.
.
.
BUKAN BUAT DEDEK2 YG BELUM KAMBING OF AGE..
NC 95%
.
.
.
.
.
.
.
.
.
UDAH DIINGETIN LHO YA!
.
.
.
.
.
Happy Reading
LIE
"JANGAN DEKATI AKU! TIDAKKK... AKU TAK INGIN KEMBALI..." Seorang namja bersurai hitam legam berteriak histeris di sebuah basement salah satu club mewah di Gangnam.
"Ti-tidak... Pergi... Kumohon.. biarkan aku pergi." Ia meronta dalam cengkraman 2 lelaki berjas hitam yg menariknya ke arah lift.
Tinggg...
Bunyi lift terbuka menampilkan sesosok namja tinggi nan cantik berjas pink yang kini tersenyum manis ke arah orang-orang yang akan masuk kedalam.
"Tidak... kumohon... lepaskan... aku tak mau.." surai hitam memohon kepada namja berjas pink itu. Tapi dia mengacuhkannya dan menekan tombol lantai paling atas.
Surai hitam terus meronta, mengucapkan sumpah serapahnya bahkan kini air matanya mengalir begitu deras tanpa menghentikan rontaannya.
"Yoongi-ssi." Suara halus itu mengalun ke dalam pendengaran namja surai hitam-Yoongi. Yoongi diam hanya sesekali terisak. "Maafkan aku. Tapi... Kau tahu kesalahanmu bukan? Aku tak bisa membantumu." Lanjut namja cantik itu.
"Seokjin-hyung. Ku mohon. Jangan."
"Maafkan aku Yoongi." Namja berjas pink itu mengalihkan lagi pandangannya ke depan dengan senyuman lemah merasakan kesakitan di belakangnya.
Kalimat itu seperti sebuah aliran listrik yg menyengat Yoongi hingga kini dia merasa begitu lemas. Yoongi tak ingin kembali lagi. Dia tahu jika dia tertangkap maka tak ada yg bisa menolongnya lagi. Dia tak ingin melakukan ini lagi. Dia tak mau. Dia ingin lari dari jeratan cinta yang begitu salah membelenggunya.
Tingggg...
Pintu lift terbuka terdapat sebuah ruangan dengan pintu besi yang membuat Yoongi lemas. Ia sudah pasrah membiarkan orang2 tadi menyeretnya begitu saja ke dalam pintu itu setelah namja pink-Seokjin- memasukkan beberapa sandi.
Saat pintu terbuka, pemandangan yg dilihat pertama oleh Yoongi adalah sebuah ruang tamu yg indah.. tapi tidak untuk Yoongi. Tempat itu begitu familiar untuknya. Yoongi di seret ke sebuah ruangan yg terlihat seperti ruang kerja mungkin?! Dengan dindin yang jelas2 dibuat dari kaca. Dia begitu hapal tempat ini.
"Caught in a liiiiiiiieeeeeee"
Saat memasuki ruangan itu terdengar alunan sebuah lagu dari seseorang yg melenggokkan badannya seperti seorang penari kontemporer profesional. Semua orang hanya terdiam memperhatikan orang itu menari. Orang itu namja berambut abu metalic, warna yg kontras dengan ruangan yg berwarna kuning gading dan elegan.
"sungyeolhaetdeon nal chajajwo
i geojit soge heeonal su eobseo
nae useumeul dollyeonwajwo
Caught in a liiiiiieeeeeeeee
i jiogeseo nal kkeonaejwi
i gotongeseo heeonal su eobseo
beolbanneun nareul guhaejwo"
Namja itu begitu menikmati tariannya dan tidak menyadari orang-orang yg masuk ke ruangan itu. Atau dia hanya acuh saja. Ia menikmati gerakannya sampai ia tiba-tiba berhenti. Membalikkan tubuhnya menuju ke arah Yoongi dan
"Mmmppphhh.." Namja itu menarik surai Yoongi kasar dan mencumbunya begitu liar. Yang lain hanya bisa diam membisu. Yoongi? Dia mencoba berontak, tapi apa yg bisa ia lakukan?! Kedua tangannya ditahan oleh dua laki-laki kekar dan rambutnya ditarik ke belakang mengunci pergerakannya.
Namja itu melepas ciumannya melihat Yoongi yg kini tengah menundukkan kepalanya dengan nafas memburu. Mencoba mengembalikan oksigen yg baru saja terenggut darinya.
"Kau pulang sayang." Namja itu mengisyaratkan bodyguardnya melepaskan Yoongi. Ia berjalan menuju sebuah sofa yang ada di pinggir ruangan. Mendudukkan dirinya dengan rileks.
"Kemarilah." Namja itu menepuk pahanya. Isyarat untuk Yoongi agar ia duduk dipangkuannya.
"A-aku..ti-" "MIN YOONGI!" Suara itu membentaknya.. penuh dengan intimidasi yang membuat Yoongi menciut. Ia mulai berjalan menuju sofa. Mendudukkan dirinya menghadap sang dominan yang sedari tadi mengeluarkan aura dominasi yang kuat.
Namja itu menarik tengkuk Yoongi mempertemukan bilah cherry milik mereka. Menyatu dalam sebuah gairah. Bukan gairah Yoongi tentunya. Sekarang Yoongi menangis dalam diamnya merasakan semua sensasi dari ciuman dan remasan di bongkahan kenyalnya.
"Tu-tuan Park. Kami permisi dulu." Ucap Seokjin terbata-bata tak ingin melihat sahabatnya yg batinnya akan tersiksa sebentar lagi.
Kini ruangan itu telah kosong tinggal dua orang yg sedang bercumbu di atas sofa. Yoongi mulai mengalungkan lengannya di leher dominannya. Mau tak mau ia harus mengikuti permainan ini. Air matanya meleleh saat ia merasakan bibirnya digigit dengan kuat, mungkin kini berdarah. Saat ini pilihan Yoongi hanya dua. Mengikuti kemauan namja yg mencumbunya atau berakhir dengan ia yang akan diikat dan disiksa hingga hampir mati. INGAT.. HAMPIR.. MATI... Yoongi lebih memilih mati daripada disiksa seperti itu. Itupun jika ia bisa mati.
Tautan itu terputus dengan Yoongi yg sudah mulai kehabisan nafas.
"Kita ke kamar. Aku sudah menyiapkan hadiah kepulanganmu sayang." Yoongi tersenyum getir mengetahui apa 'hadiah' yang sudah disiapkan tuannya ini.
.
.
.
.
KRIIIINGGGG...
"Yoboseo mom.. Ada apa?"
"Jim..kau tahu di mana kakakmu?"
"Tidak Mom. Kenapa?"
"Bantu Mommy mencarinya ne. Dia menghilang sejak kemarin siang. Sebulan yang lalu dia pulang dengan menangis ketakutan. Aku takut terjadi sesuatu padanya. Jimin tolong cari kakakmu."
"Ne Mom. Aku akan menjaga hyung saat menemukannya."
Tut...tut..tut...
Sambungan itu terputus. Jimin. Park Jimin. Seseorang yang baru saja bangun dari tidurnya karena telpon dari ibu kandungnya. Ya.. Dia dan ibunya tak tinggal serumah. Ayah dan ibu Jimin bercerai. Sang ayah mendapatkan hak asuhnya dan ibunya mendapatkan kakaknya.
Hubungan mereka masih baik. Sangat baik malah, itu menurut ibunya. Jimin tak terlalu perduli lagi dengan ibunya. Yang ia tahu ibunya pergi dengan pria lain membawa kakaknya. Ayahnya gila kerja dan memaksa Jimin untuk melanjutkan bisnisnya. Semua jatuh ke tangan Jimin saat sang ayah meninggal, Jimin menangis? Tidak. Dia hanya diam dan terus menjalankan bisnis ayahnya hingga perusahaan ayahnya menjadi nomor 1 di dunia.
Jimin ingin menghancurkan ibunya dan suami barunya. Ia sangat membenci ibunya yang berselingkuh dan membuat keluarga kecil mereka hancur berantakan. Jimin harus merasakan bagaimana kerasnya sang ayah mendidiknya hingga dia kini hampir setengah gila. Jimin tak perduli dengan sang ayah atau ibu. Dia hanya mencoba menjadi anak yang tak durhaka. Menuruti kemauan sang ayah dan tetap menjaga kontak dengan sang ibu yg begitu mencintai harta. Well... Ibunya saat itu pergi dengan orang yg lebih kaya dari ayahnya. Tapi kini Jimin lebih kaya dari orang itu dan Jimin menikmatinya. Dia bersumpah akan membuat ibunya menyesal karena memisahkan dirinya dengan-
"Eungghh..." Suara dari kasur mengalihkan atensi Jimin yang sedari tadi bergumul dengan pikirannya sembari berdiri memandang jendela. Dia mendekati ranjang, mendudukkan dirinya di sebelah sosok yang sedang menggeliat di tempat tidur king size miliknya.
"Sudah bangun my sugar?" Bisik Jimin sembari membisikkan kalimat cinta.
"Jim.. Kumohon lepaskan aku. Hiks." Sosok itu mulai terisak.
Jimin merebahkan tubuhnya dan memeluk sosok yang kini penuh bercak merah keunguan di badannya dan bekas rantai di pergelangan tangannya. "Sstt.. Jangan menangis. Aku mencintaimu."
"Jimin..." "Ssstttt... Tidurlah lagi sayang..."
.
.
.
.
Seokjin terbangun dari tidurnya memandang kekasihnya yang tengah memeluknya. Harusnya Seokjin senang hari ini karena mereka akan merayakan haei jadi ke 3 mereka, tapi nyatanya ada hal yg mengganjal di hati Seokjin.
"Jinnie..." Kekasih Seokjin terbangun merasakan kegelisahannya. "Kenapa sayang? Sedari semalam kau begitu risau."
"Aku... Memikirkan Yoongi. Dia tertangkap lagi Namjoon-ah." Seokjin terlihat sedih, Namjoon sang kekasih merengkuh kekasihnya.
"Jimin akan menjaganya sayang. Jangan khawatir." Namjoon mencoba menenangkan kekasihnya.
"Tapi.. Yoongi-""Sshhhh... Sayang... Jimin sangat mencintai Yoongi begitu juga sebaliknya. Percayalah." Seokjin hanya mengangguk dan menenggelamkan dirinya dalam pelukan Namjoon. Hari ini dia cuti dari pekerjaan menjadi asisten Jimin.
.
.
.
.
"Sayang... Bangunlah.. kau harus makan.. Yoongi hyung... Bangun."
"Engghhh... Jim..." Tak ada tanda-tanda makhluk manis dalam selimut itu akan bangun.
"Jangan menggodaku baby. Kau harus keluar dr kasur atau kau akan mendesah lagi." Bisikan Jimin seketika membuat mata Yoongi terbuka lebar dan mendudukkan dirinya. Yang membangunkan hanya tersenyum dan membantu Yoongi untuk bersandar.
Jimin mengambil nampan berisi telur sandwich tuna dan susu yang tadi ia bawa dari dapur. "Makanlah dulu. Aku tau kau belum makan." Ucap Jimin lembut.
Yoongi memakan sarapannya dalam diam. Tak ingin membantah karna ia tak ingin ada hal buruk menimpanya kalau dia menolak.
Selesai makan ia meminum susunya, menandaskan susu itu sekali teguk. Sungguh saat ini Yoongi sangat kelaparan. "Mau air putih sayang?" Yoongi hanya mengangguk pelan. Jimin keluar sembari membawa nampan bekas Yoongi makan. Dia menyeringai mengerikan tanpa diketahui siapapun.
Ceklekk...
Suara pintu dibuka. Namja yg membuka pintu membawa segelas air putih ditangannya. Memandang puas pemandangan yg berad di atas kasur. Memandang sosok yg kini tengah memerah dan menggeliat hebat di atas kasur.
"Sayang ini air putihmu." Jimin menyentuh Yoongi yang kini memerah.
"Jimmmhh... Nghhh... Panas..." Yoongi merintih saat Jimin menyentuhnya untuk membantunya minum.
"Minum ini dlu sayang. Agar kau tak kepanasan."
Yoongi mengangguk cepat dan meminum putih itu dengan rakus berharap rasa panas di badannya mereda. Tapi yg terjadi malah sebaliknya. Badannya semakin panas dan ia merasa sangat terangsang. Jimin menyeringai penuh kemenangan. Ya... Jimin menyeringai karna dia yang memberi obat perangsang ke Yoongi di dalam susu dan ke air putih untuk menggandakan efeknya.
Jimin menaiki tempat tidur dan menindih tubuh ramping Yoongi. Tangannya menarik dua tangan Yoongi yang tengah memilin niplenya sendiri dan bermain dengan membernya sendiri. Yoongi merintih tak terima. Tangan Yoongi kembali dirantai ke kepala ranjang. Kalau kau bertanya kapan ada rantai di sana? Jawabannya semalam itu bagian dari 'hadiah' yang diberikan Jimin. Oh jangan lupakan berbagai 'mainan' yg masih tergeletak di atas kasur.
"Jim.. ngaahhhh... Lepash... Uhhh... Jim..." Jimin hanya menyeringai senang melihat tubuh Yoongi yang meliuk-liuk karena gairah yang menyesakkan. Jimin hampir mencium Yoongi saat ia mendengar ponsenya berbunya di meja sebelah tempat tidur.
"Ya.. Halo?"
"Semua sudah siap Pak."
"Bagus... Telpon aku 3 menit lagi."
"..."
Telpon ditutup. Jimin kini tertawa bahagia, membuat Yoongi sedikit mengerut bingung.
"Baby Sugar... Aku akan mengobrak-abrikmu hari ini karena hari ini spesial. Aku akan menusuk lubangmu hingga kau pingsan. Ah bahkan aku akan melanjutkannya tanpa jeda hingga esok hari. Itu yang kau inginkan bukan?" Jimin meremas milik Yoongi yg sudah keras sempurna. Mengocoknya dengan tempo kasar. Membuat Yoongi mendesah kuat tak karuan.
Jimin terus memompa milik Yoongi hingga Yoongi berteriak saat ia akan datang tapi...
"Jimhhhh... Akhhh... Jimm... Nooo..." Jimin menghentikan pergerakan tangannya dan menutup lubang milik Yoongi agar ia tak bisa menikmati orgasmenya. Yoongi hanya bisa berteriak frustasi. Sungguh ini sangat menyiksanya. Bahkan kini tangannya sudah memerah karna ia terus menarik-narik rantai yang membelenggu kedua tangannya.
"Katakan kau menginginkanku. Dan aku akan membiarkanmu menikmati hari ini hingga esok." Bisik Jimin seduktif di telinga Yoongi sembari melumat telinga mungil itu.
Yoongi mencoba mengatur nafasnya yang terengah untuk bicara.
"Bicara sayang." Jimin memainkan nipple Yoongi dengan tangan kirinya dan menjilati nipple yang satunya.
"Jimhhh... Nghhh... Akuuhhh..." Yoongi tak bisa berkata-kata tapi dia mencoba.
"Apa sayang." Jimin menggigit nipple Yoongi dan mengeratkan pegangannya pada milik Yoongi.
"Aaarrggghhhh... Jimin... Jimin... Setubuhi aku... Hancurkan aku... Aku menginginkanmu... Kumohon... Sekarang... Jimhhh..." Yoongi susah payah berkata. Dia menarik nafas tersengal setiap satu frasa kata yg ia teriakkan.
Jimin menyeringai menang. Entah sejak kapan Jimin melepas celana trainingnya dan bertelanjang sempurna. Ia mengarahkan miliknya di depan hole Yoongi. Memasukkannya sekali hentak tanpa penetrasi apapun membuat Yoongi mendesah kencang. Ia menembakkan orgasmenya saat Jimin melepaskan pegangannya pada miliknya tepat saat Jimin menghentakkan miliknya masuk. Jimin mengerang merasakan miliknya diremas kuat di dalam Yoongi.
Yoongi terkulai lemas. Lalu suara dering ponsel milik Jimin berbunyi kembali. Jimin tersenyum kecil memandang wajah Yoongi yang begitu sayu tp menggairahkan karena masi memerah menginginkan lagi. Jimin mengambil ponselnya yang masih berdering lalu meletakkannya pada holder yang sudah ia pasang di atas kepala ranjang.
.
.
.
.
Di kediaman keluarga Min.
Terlihat seorang wanita paruh baya duduk di sofa dan 2 orang lainnya di ruangan itu. Wanita paruh baya itu sebut saja dan 2 orang lainnya adalah pria berjas pink-Seokjin- dan pria berjas hitam-Namjoon.
Seokjin sedang meletakkan sebuah kamera ponsel di atas tv besar milik keluarga Min. Lalu ia menekan beberapa angka. Ny. Min hanya diam memperhatikan, tadi Seokjin datang bersama kekasihnya ini untuk menyampaikan pesan dari Jimin. Tentu saja Ny. Min menhenal Seokjin dengan baik karena ia adalah sekretaris Jimin yang selalu menyambut saat Jimin tak bisa menyambut kedatangan ibu kandungnya sendiri. Namjoon hanya berdiri diam di belakang sofa yang diduduki oleh .
"Seokjin-ssi.. Apa yang ingin Jimin sampaikan? Apa dia ingin memberikan Eomma kejutan?" Tanya Ny. Min antusias. Seokjin hanya tersenyum lemah mendengar pertanyaan itu.
Tiba-tiba layar televisi itu menampilkan seseorang yang sedang bertelanjang dada. Dan sepasang kaki yang mengangkangi badan itu.
"Eomma... Anyeong..." Kata orang itu di seberang sana.
"Ommona... Jiminie anak Eomma. Kenapa kau berpenampilan begitu?" Ibu Jimin a.k.a Ny. Min tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya.
"Hehe... Maaf Eomma... Sedang..hhahh... Tak tahan... Maaf Eomma. Tak apa kan?" Senyuman konyol menghiasi wajah Jimin.
"Ya.. lanjutkan. kau bahkan membuat eomma harus menonton video mesum anaknya sendiri. Apa kau dapat kabar dari kakakmu?" Ibunya tersenyum maklum. Tentu saja. Anaknya kaya raya. Dia bisa menyetubuhi siapapun. Yang penting eommanya mendapatkan uang dari anaknya tiap bulan dan suaminya mendapatkan suntikan dana perusahaan terus menerus. Bagi ibunya, Jimin hanya mesin penghasil uang saat ini. Tapi ia sangat sayang dengan anak pertamanya. Kakak Jimin.
Jimin masih menghentakkan badannya dan tersenyum ke arah kamera. "Aku menemukannya Eomma. Dia aman bersamaku. Engghhh... Babyhhh... Kau nikmath sekali." Terdengar suara erangan orang lain dan ibunya tau itu pasti jalang milik anaknya yang sedang disetubuhi.
"Baguslah... Eomma sangat khawatir pada hyungmu. Kau taukan dia sempat menghilang selama 2 bulan dan tiba-tiba kembali. Kondisinya begitu menyedihkan, pulang dengan lebam dan luka, juga bekas2 menjijikkan itu. Tapi ia tak mau buka mulut sama sekali apa yang terjadi saat ia pulang. Lalu sekarang dia hilang lagi." Ibu Jimin memasang wajah sedihnya. Seokjin hanya menunduk mendengar cerita itu dan Namjoon memandang datar ke arah layar televisi.
"Eomma. Sangat menyanyanginya ya?"
"Tentu saja Jim-" terdengar suara erangan tertahan yang cukup keras dan Ny. Min dapat melihat semburan cairan putih juga. "Kau tak bisa berhenti dulu? Astaga kau ingin membuat Eomma jantungan hah? Melihat video live anaknya yang bercinta. Astaga.." menggoda anaknya sambil tersenyum menahan rasa mualnya. Jimin hanya tertawa kencang seperti orang kesetanan. 'GILA' batin sang ibu.
"Eomma." Suara Jimi dari layar kaca terdengar lebih berat dan berbisik membuat sang eomma memperhatikan anaknya. Ya.. Jimin menghentikan sejenak aktifitasnya. "Eomma ingin melihat hyung?" Tanya Jimin penuh intimidasi. Ibunya hanya mengangguk kaku. Entah kenapa pandangan Jimin dan seringaiannya terlihat begitu menakutkan saat ini. Jimin tersenyum lalu dari layar terlihat dia menundukkan badannya. Terdengar suara gemerincing rantai. Terlihat Jimin yang sedang membalikkan tubuh di bawahnya. Wajah orang itu memang tidak terlihat karena angle kamera membuatnya hanya terlihah sebatas perut.
Jimin menarik orang itu duduk dipangkuannya dengan milik Jimin yang masih tertancap. Mata ibu Jimin melebar tak kala melihat sosok yang tengah ditutup matanya dan terpasang gag ball membuat namja yg sedang di pangkuan Jimin tak bisa mengeluarkan suaranya. Hanya desahan dan rintihan tertahan yang terdengar. Jangan lupakan kedua tangan yang terantai kuat. Tapi bukan kondisi namja itu yg membuat ibu Jimin terkejut. Ibu Jimin menutup mulutnya. Dia masih syok. Air mata mulai menggenangi sudut kedua matanya. Sebelum ibunya membuka suaranya, Jimin sudah mengatakan sesuatu lebih dulu.
"Eomma... Lihat... Ini hyung..." Jimin melepas gag ball dari mulut Hyungnya "Yoongi hyung. Anda merindukannya bukan?! Ny. Min." Nada Jimin begitu ceria. Ia mengangkat pinggul Yoongi lalu menghempaskannya turun membuat milik Jimin melesak masuk lebih dalam lagi. "Aaakkkhhhh... Jiminnhhhh..." Jimin mengecup pundak Yoongi dan membuat bekas kemerahan yang entah keberapa.
Ibu Jimin -dan Yoongi- menundukkan wajahnya menahan tangis. Sungguh ia tak kuasa melihat adegan itu lebih lanjut. Jimin yang melihat itu dari layar ponselnya menggeram marah dan meneriakkan nama Namjoon. Namjoon yang mendengarnya menodongkan pistol ke kepala Ny. Min (mari kita panggil Ny. Min).
"Nyonya harus melihatnya hingga selesai." Ny. Min mengangkat kepalanya dengan berat hati dan memandang layar itu dengan air mata dan isakkan tangis yang ditahan. "Kau harus melihat anak kesayanganmu ini menggerakkan tubuhnya seperti jalang untuk memanjakan adiknya. Setidaknya sampai aku klimaks. Eomma... Oooh... Soal Yoongi hyung yang menghilang beberapa bulan yang lalu. Dia tak menghilang. Dia hanya menghangatkan ranjangku dan mendesahkan namaku tiap malam.
Aku tak tahu bagaimana dia kabur. Dia menjadi tahananku. Oh.. tunggu... Budak seksku ... Dia melakukannya demi memberikan suntikan dana untuk suami kayamu dan mengirim bulanan untukmu.. hyungku anak teladan bukan."
Ny. Min tercekat mendengar penuturan Jimin. Ia masih terisak. Jika kalian bertanya apa Yoongi mendengar percakapan itu. Iya dia mendengar tapi otaknya sedang tak berfungsi. Yang dia inginkan hanya ia dan milik Jimin yang menghujamnya. Jimin masih menaik turunkan badan Yoongi di pangkuannya. Jimin memasukkan tiga jari kanannya ke dalam mulut Yoongi dan membuat hyungnya tak bisa mengeluarkan suaranya. Jangan lupa Yoongi yang terus menghisap jemari Jimin. Jimin melanjutkan perkataannya.
"Aku menawarkan bantuan dengan syarat dia mau kusetubuhi. Dia menolak. Aku tak suka penolakan. Jadi dia ku kurung di dalam kamar ini dan menikmati tubuhnya setiap saat."
Ny. Min terisak dan menangis sambil tetap memaksakan matanya memandang layar besar di depannya. Lidahnya begitu kelu menyaksikan anak kesayangannya tengah disetubuhi oleh adiknya sendiri layaknya jalang di luar sana.
Seokjin memalingkan wajahnya dari layar. Menahan tangisnya dan mengusap lelehan air matanya. Lain dengan kekasihnya yang masih memasang wajah datar masih dengan pistol yg menempel di kepala Ny. Min. Sungguh Namjoon dan Seokjin tak kuasa melihat teman baiknya tersiksa. Tapi mereka harus kuat jika mereka ingin selamat.
Di layar sana terlihat Jimin yang melepas rantai di pergelangan Yoongi. Tanpa menunggu, Yoongi menarik surai Jimin dan meremas tangan Jimin yang sedang memompa miliknya, menyalurkan kenikmatan yang ingin ia salurkan. Badan Yoongi tersentak-sentak hebat. Mengendarai milik Jimin yang keluar masuk holenya. Suara teriakan penuh kenikmatan menggema di dua ruangan -kamar Jimin dan ruang tamu Ny. Min. Yoongi dan Jimin mendapatkan klimaksnya. Mereka berdua terengah.
Yoongi lemas tapi ia belum puas. Dia mencoba meraih penutup mata yang dipasang di matanya tapi dicegah oleh Jimin dengan cepat.
Jimin membalikkan badan Yoongi untuk menghadapnya. Masih dengan Yoongi dipangkuannya. Ikat mata mulai dilepas. Kondisi Yoongi membelakangi kamera. Jimin memandang kamera melalui pundak Yoongi.
"Eomma... Anyeong... Kami 'sibuk' hingga pagi. Hyung milikku. Hanya milikku. Tenang saja.. aku akan tetap memberikan uang yang kau inginkan. Selamat sore Ny. Min yang terhormat." Lalu Jimin mulai mencumbu Yoongi yang ada dipangkuannya dengan panas disertai erangan Yoongi yang terdengar begitu mendamba tapi bak sayatan pedang untuk ibunya. Ibunya hanya bisa menangis tersedu tak tahu apa yang harus ia lakukan.
Sambungan video itu berakhir. Namjoon menurunkan pistolnya. Seokjin membereskan peralatannya. Mereka berdua hendak melangkahkan kaki keluar. Seokjin merasakan sesuatu yg berat di kakinya. Ia menengok dan melihat Ny. Min memeluk sebelah kakinya dengan tersedu-sedu.
"Aku mohon... Selamatkan Yoongi. Seokjin-ah... Kau sahabatnya kan?" Tangis Ny. Min.
Seokjin mematung. Sungguh ia ingin menolong tapi ia tak bisa. Melawan Jimin sama saja bunuh diri. Bukan hanya membunuh dirinya tapi semua orang di dekatnya bisa mati. Akhirnya Namjoon melepaskan pelukan wanita itu dan berkata, "Maafkan kami. Kami cuma bisa melakukan itu sekali. Mereka saling mencintai. Percayalah." Setelah itu Ny. Min menangis semakin keras dan Namjin pun keluar dari rumah itu.
.
.
.
.
Kediaman Park.
Suara erangan dan rintihan lemah memenuhi sebuah kamar di pension Park Jimin. Sang dominan yang mengerang nikmat dan sang submisif yang pasrah. Tubuh Yoongi masi tersentak di atas kasur. Waktu sudah menunjukkan pukul 4 pagi dan tak ada tanda-tanda Jimin menyerah menggagahi Yoongi. Kini sprei kasur di bawah mereka sudah tak berbentuk dan lengket. Yoongi sudah pingsan 4 kali karena Jimin yg tak berhenti sejak siang tadi. Kali ini Yoongi sudah benar-benar letih. Ia tak kuat lagi. Badannya serasa seperti jelly yang mulai meleleh.
"Jim...min..." Suara lemah Yoongi menyapa telinga sang dominan yang tengah menghisap lehernya untuk menandainya kesekian kali. "Cukuph.." suara lemah itu memohon dengan sangat. Jimin yang merasa hyung kesayangannya sudah 'cukup' dihukum mulai meraup bibir Yoongi, mempercepat gerakan pinggulnya untuk mengejar klimaksnya dan membantu Yoongi mendapatkan lagi klimakanya dengan memompa milik Yoongi.
Erangan dan desahan penuh kepuasan menggema menandakan pergumulan mereka ditutup setelah kenikmatan yang mereka capai bersama. Jimin menempelkan bibirnya ke bibir Yoongi. Hanya menempel. Penuh cinta kasih. Penuh rasa sayang yg tak diperlihatkan. Bibir itu saling menempel lama. Rasa nyaman dan hangat menjalari sekujur tubuh Yoongi, membuatnya rileks dan tertidur nyenyak. Jimin memundurkan kepalanya, memandang sosok indah yang berada di bawahnya. Sosok yang selalu ia inginkan dan ia sayangi sedari ia kecil. Karena Yoongi adalah dunianya.
"Hyung... Aku sangat mencintaimu..." Jimin meneteskan air matanya. Air asin itu mengalir begitu saja, tanpa isakan. "Aku sangat menyayangimu. Kau milikku hyung. Milikku. Aku tak ingin kau pergi lagi. Aku mencintaimu. Kau duniaku. Berhentilah berlari dariku." Hening. Hanya ada nafas teratur yang terdengar. Jimin terkekeh lalu meraih selimut untuk menyelimuti tubuh mereka berdua. Jimin mendekap badan Yoongi dan berbisik, "Kau milikku hyung. Park Yoongi milik Park Jimin."
.
.
.
.
FIN
.
.
.
.
APAAAAA YANG AKU TULISSSSS... ASTAGAAAAAA...
Hmm..maafkan aku semua :"
Bukannya apdet ff lama malah bikin oneshoot... Sedang stuck.. butuh respirasi *plak
Inspirasi... Hehehe..
Please review atau komentar atau kritik atau saran atau hinaan ke author sok aja...
Ada yg mo sekuel? Gegegehehe...
Nyahahaha... Thank you buat yang udah baca ampe bagian akhir ini :*
Luph u..
