Malam yang dingin di sebuah desa,

"Kita terjebak…"

Utakata, pria bermata tajam dengan rambut kecoklatan yang menutupi wajah kirinya mendengus pelan. Dia memandang ke atas, ke arah bulan yang tertutupi awan sehingga suasana saat itu sangat suram.

"Seharusnya ini…seharusnya ini tidak terjadi."

Utakata menoleh ke arah Hotarou, muridnya, dengan tatapan terkejut. Dia memegang pundak gadis bersurai pirang bergelombang itu dengan ekspresi berusaha menenangkan. Hotarou menepis tangan Utakata dan memandang penuh kesedihan. Mata Hotarou membulat.

"Maafkan aku, Utakata-sensei…"

"Ini bukan salahmu, Hotarou. Hanya saja mereka…"

"Tidak, ini adalah salahku!" Hotarou menggelengkan kepalanya. Dia menunduk sejenak, kemudian mengangkat kepala dengan penuh keyakinan "Ini adalah salahku! Aku akan menebusnya,"

"Apa yang mau kau lakukan Ho-" mata Utakata melebar. Hotarou tepat memukul di ulu hatinya sehingga Jinchuuriki Rokubi itu jatuh berlutut sambil memegang perutnya. Hotarou berlari dari gubuk terbuka tempat mereka bersembunyi, keluar menuju kegelapan mencekam yang telah menunggu tanpa belas kasihan.

"HOTAROUUUUU!"

.

.

.

"Namaku Utakata, aku diberi misi oleh seorang pemimpin paling misterius dari Uzu untuk mengumpulkan mayat demi persiapanku menyempurnakan Edo Tensei yang coba kukuasai. Bersama Hotarou, kami akan berjalan di kegelapan malam, dipenuhi ulat belatung dan darah-nanah kebusukan, menggali makam dan bertemu hal penuh teror yang tak pernah terlintas di pikiran kami, bahwa semuanya terjebak dalam kondisi menyedihkan…"

.

..

"Namaku Utakata, aku adalah pengawal seorang pemimpin dengan karakter tak tertebak di dunia Shinobi. Aku Utakata, pengawal dari Yondaime Uzukage-sama!"

.

.

.

The Uzukage Hiden: Utakata-Hotarou Chronicles

Naruto By Masashi Kishimoto

The Uzukage main story by Doni and Icha Ren

Based on The Uzukage

Rate: M

Genre: Adventure-Mystery-Romance-Drama and Little Bit Horror

.

.

.

Selamat Membaca

Cerita ini bersetting 1 tahun 7 bulan pasca kehancuran Uzu

Chapter 1: Edo Tensei

Kita kembali ke awal, ke alur cerita sebelum kejadian di atas terjadi. Sedikit menggambarkan latar belakang yang terjadi pada dunia Shinobi saat ini.

Kalian sudah tahu?

Sepertinya. Namun hal yang paling ramai dibicarakan di Dunia Shinobi ada dua hal. Pertama, kebangkitan Uzu setelah dihancur dan diluluhlantakkan 5 desa besar satu tahun lebih yang lalu. Uzukage keempat para Uzumaki, anak muda bersurai merah jabrik dengan iris safir bernama Uzumaki Naruto berhasil menyatukan kembali kekuatan Uzu, mengumpulkan para Uzumaki dan dengan taktik hebatnya mengalahkan kelima desa besar dengan epic dan dramatis. Tidak dipungkiri nama Uzumaki Naruto sangat diperhitungkan di dunia shinobi. Yondaime Uzukage telah berhasil membangun kembali desanya menjadi desa tersembunyi yang diperhitungkan.

Kedua adalah kematian 5 Kage. Lebih tepatnya pembunuhan 5 Kage. Hal yang menjadi menarik adalah bahwasanya Yondaime Uzukage dicurigai sebagai dalang pembunuhan tersebut, walaupun bukti otentik belum ada. Hanya saja Naruto punya motif yang kuat. Balas dendam tentunya. Namun, kembali lagi ke kata namun, cara membunuh menggelikan seperti itu seperti bukan tipe Uzumaki Naruto. Bayangkan saja orang yang mampu mengalahkan Yondaime Mizukage Yagura saat peperangan saudara di Kiri, atau mampu mengalahkan Danzo yang mengendalikan Kyuubi ternyata membunuh 5 Kage dengan cara diam-diam. Kenapa tidak dari awal saja melakukannya? Ketika desa-desa besar sebenarnya sudah jatuh di tangan sang Uzukage?

Naruto duduk di kursi Uzukage-nya sambil memutar pen di tangan kanannya dan memandang dokumen yang akan ia tanda tangani. Permintaan Daimyo Negeri Teh kepada Uzu untuk mengirim 2 tim ninja Uzu dalam pengawalan anaknya menuju Negeri Buah. Sang Uzukage memandang cost yang dibayar oleh Daimyo tersebut. Pria bersurai merah jabrik dan bermata biru itu meletakkan pen di atas kertas permintaan tersebut dan menguap, lalu menyandarkan kepalanya ke kursi.

"Ingin tidur lagi, Uzukage-sama?"

Naruto memandang Nagato yang membawakannya segelas teh panas. Asap minuman dari pucuk daun Camellia sinensis (teh) itu mengepul pelan ke atas. Naruto memandang kebingungan kawannya yang memiliki iris mata violet dan surai merah lurus tersebut, tumben si Nagato ini baik kepada dirinya. Biasanya mereka selalu berdebat soal ragi, soda kue, roti dan hal-hal yang tidak penting lainnya.

"Ayolah…kau pikir menandatangi dokumen ini pekerjaan mudah. Aku lebih baik pergi mengunjungi istriku dan bermain-main di sana sambil memainkan seruling," kepala Naruto dipukul pelan oleh Nagato.

"Jangan berpikir seperti itu. Shion-sama juga melaksanakan tugasnya di Negeri Iblis." Nagato menghela napas dan berjalan meninggalkan ruangan Uzukage sambil melambaikan tangannya dengan malas. Naruto menopang dagunya dengan wajah bosan. Dia memandang kepulan asap di teh panas itu seolah-olah membentuk wajah menyebalkan Nagato.

Sorenya Naruto berhasil menyelesaikan semua dokumen dan duduk di bangku taman Uzu sambil menyeruput jus jeruk yang ia beli di sebuah kedai jus. Dia memandang matahari sore yang bersinar jingga kemerahan. Siluet yang indah. Sang Uzukage membuang gelas jus di tempat sampah dan berjalan menuju tempat tinggal para Uzukage, sebuah istana Uzu yang memiliki pilar-pilar seperti kastil di Yunani. Sang Uzukage disambut para pelayan istana Uzu dan dia hanya melambaikan tangan, tidak ingin dipersiapkan sesuatu. Naruto masuk mengunjungi adiknya, Uzumaki Sara, yang sedang membaca buku di ruang baca. Naruto melihat tangan kanan adiknya yang buntung akibat terkena serangan Sandaime Kazekage, sang Uzukage berdehem pelan sehingga Sara memandang abangnya dengan tatapan semangat.

"Hm? Merindukan Shion-nee, Naruto-nii chan?"

"Eh, anak kecil sepertimu selalu saja sok menebak…" Naruto duduk di depan Sara sambil mengetuk-ngetukkan jarinya di meja. Sara tahu bahwa abang tampannya itu sedang memikirkan sesuatu.

"Sedang memikirkan apa?"

"Tidak. Hanya saja aku berpikir bagaimana bisa membuatmu menjadi lebih kuat."

Sara tertawa kecil. Dia mengangkat tangan kirinya dan melambaikan tangan itu seolah-olah menolaknya.

"Lagipula aku masih ada abang yang sangat kuat, jadi aku percaya Naruto-nii chan masih bisa melindungiku…"

"Bagaimana kalau aku tidak ada di dekatmu?"

Sara memajukan wajahnya sehingga wajah kedua abang-adik itu berdekatan.

"Kau kan punya Hikari Sunshin, Baka Naruto-nii…"

"EEEEEHH?!" Naruto mundur ke belakang sehingga kursi yang ia duduki terbalik dan sang Uzukage jatuh tidak elit di lantai "Sara, wajahmu terlalu dekat dan kau berkata seolah-olah aku akan selalu ingat menandaimu dengan Fuin Hikari Sunshin." Naruto membenarkan posisi kursinya dan menggaruk belakang kepalanya.

"Jangan lupa makan…"

"Hai'!"

Naruto keluar ruangan dan berpikir untuk merendam dirinya di air panas. Ya, ia akan lakukan hal tersebut.

Selama 2 jam, sang Uzukage berendam di dalam bathup air panas sambil memikirkan sesuatu. Tentu saja, jari telunjuk kanannnya berkali-kali menyentuh pinggiran bathup atau dengan kata lain berkali-kali mengetuk pinggiran tempat berendam tersebut. Naruto memandang tidak fokus ke depan. Dia menghela napasnya dan memejamkan mata, menenangkan pikirannya ke alam sadar yang nikmat.

Setelah berendam, sang Uzukage membuka dua gulungan Fuinjutsu pemberian Jiraiya saat ia berlatih Rasengan dan Chidori. Fuinjutsu: Eikou Ryuusei (penarik meteor) dan Fuinjutsu: Shiringu Mano Mane (Penyegel Copy). Fuinjutsu: Shiringu Mano Mane adalah fuinjutsu yang diciptakan Orochimaru bersama Sandaime Hokage, dan Naruto ingat bahwa tanda-tanda itu muncul saat Orochimaru datang mengambil Danzo sehingga orang tua bermarga Shimura itu melakukan apa yang dilakukan Orochimaru.

'Segel tangan kebangkitan…tetapi siapa yang dibangkitkan oleh Orochimaru…?' Naruto yang berada di kamar pribadinya meletakkan dua gulungan itu di atas kasurnya. Mata birunya menajam. Dua Fuinjutsu kelas atas ini, dua fuinjutsu ini harus ia pelajari. Segala persiapan yang matang akan menjadi payung kesigapan bagi dirinya di masa yang akan datang!

.

.

.

Ada yang menarik dari Orochimaru.

Naruto membuka buku bingo di atas meja kantornya pagi hari itu dan membuka halaman demi halaman untuk mencari Missing-nin dengan awalan kanji nama Orochimaru. Saat mendapatkannya, Naruto membaca latar belakang, jutsu yang diketahui dan kejahatan shinobi berkulit pucat tersebut. Salah seorang murid Sandaime Hokage bersama Jiraiya dan Tsunade, ayah-ibunya meninggal karena perang dunia shinobi, tercurigai melakukan penelitian-penelitian berbahaya untuk mengembangkan Ninjutsu terlarang, dan akhirnya ditetapkan sebagai Missing-nin setelah kabur dari desa dan bekerja sama dengan Danzo dalam pembunuhan Sandaime Hokage.

Naruto memandang foto Orochimaru yang terlihat memakai rompi Konoha. Dia dapat melihat pancaran kelicikan dari iris kuning berpupil vertikal seperti ular tersebut.

'Salah satu Kinjutsunya adalah Edo Tensei…dia mengembangkan jutsu terlarang buatan Nidaime Hokage,' Naruto menutup buku bingo itu perlahan, sekilas ia melihat nama seorang ninja buronan bernama Fuushin, tetapi Naruto mengabaikannya dan menutup buku tebal tersebut. Sang Uzukage menyatukan kedua tangannya di atas meja dan menutup mata. Edo Tensei…

'Orochimaru masih hidup dan bisa saja dia mengembangkan jutsu terlarang tersebut,' Naruto membuka kelopak matanya dan terlihat iris biru indah itu memandang serius ke depan 'Aku harus mempersiapkan payung sebelum hujan turun!'

Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu kantor Naruto. Setelah sang Uzukage mempersilahkan si pengetuk masuk, pengetuk itu membungkuk penuh hormat kepada Naruto. Dia adalah salah seorang ninja di Divisi Intel Uzu.

"Ada apa?" tanya sang Uzukage dengan nada tenang.

"Maaf mengganggu waktu anda, Uzukage-sama…" ninja Uzu itu menegakkan tubuhnya dan memandang serius sang Uzukage "…Saya diperintahkan Michiru-sama untuk menemui anda untuk melaporkan temuan yang mengejutkan pada makam 3 Uzukage terdahulu…"

"Ada apa dengan makam para pendahuluku?!" nada suara Naruto terdengar sedikit berat. Ninja itu meneguk ludah perlahan.

"Saat pembersih makam sedang membersihkan makam Shodaime Uzukage, dia menemukan gumpalan tanah yang menunjukkan suatu bukti cukup kuat…" ninja Uzu itu menghela napas perlahan "…Anda harus melihatnya Uzukage-sama."

Naruto memandang Bingo Book yang telah ia tutup. Entah kenapa dia kembali teringat wajah Orochimaru di buku tersebut.

.

.

.

(Mainkan Theme Song Naruto Shippuden II nomor 25: Shirohae)

Utakata meniup gelembung dengan mata terpejam. Dia mencelupkan pipa gelembungnya ke dalam sebuah wadah toples kecil di dekat kakinya dan meniup gelembung kembali. Pria itu bersandar di depan pintu gubuk sederhana di pinggiran sawah yang ada di desa Kiri. Matanya memandang gelembung-gelembung itu dengan syahdu, lalu pandangannya mengarah ke Hotarou yang sedang belajar ninjutsu Suiton di sawah tersebut.

Utakata tersenyum tipis. Hotarou benar-benar berlatih keras ingin menguasai jutsu yang ia berikan. Keringat dan bercakan lumpur menghiasi wajah cantik Hotarou, namun gadis bermata bulat indah dan bersurai pirang bergelombang itu tetap tidak menyerah. Dia berusaha menguasai jutsu Suiton: Teppudama yang telah didemonstrasikan oleh Utakata. Hotarou bertekad di dalam hatinya agar Utakata benar-benar mau mengajarinya sebagai seorang guru abadi baginya. Berlebihan memang, tetapi Hotarou benar-benar sangat menghormati pria bermata tajam tersebut.

"Menyerah sajalah…"

Hotarou memandang sekilas Utakata dan mencemberutkan pipinya. Dia segera menggerakkan segel tangan untuk jutsu Teppudama dan hasilnya hanya semburan air kecil yang keluar dari mulut gadis tersebut.

"Lebih baik kau memasakkanku Tamago, Hotarou…"

"Utakata-sensei, anda mengejek saya?" Hotarou berjalan mendekati Utakata lalu menarik tangan pria berkimono biru itu agar ikut terjun ke sawah "Ajari saya lebih spesifik jutsu tersebut!"

"Ja-jangan tarik-tarik dong, ooy…" Utakata yang belum seimbang akhirnya tergelincir dan wajahnya menabrak dua gunung kembar Hotarou yang berbentuk bulat dan lumayan, ehem, besar.

"Boyke sialan…" gumam Utakata dengan mata sweatdropped. Hotarou memandang sensei-nya dengan wajah terkejut dan pipi sedikit kemerahan.

"Ja-jadi ini yang anda inginkan sejak dulu, Utakata-sensei…" Hotarou memegang kepala Utakata dan sepertinya ingin menekan wajah pria itu di antara dua dadanya "Sa-saya akan berikan yang lebih banyak kepada anda!"

"W-woy…" Utakata melepaskan tangan Hotarou dari kepalanya dan mundur dua langkah menjauhi gadis bersurai pirang gelombang tersebut "A-aku hanya tergelincir. Jangan berpikir yang macam-macam!" Utakata menghela napas perlahan.

(Kalau bisa Soundtrack tadi dimatikan, tidak cocok untuk adegan tadi :v)

"Kau sudah cukup berlatih keras selama 3 jam untuk menguasai Teppudama, Hotarou. Kita akan lanjutkan besok-"

"Tetapi Utakata-sensei, saya belum puas jika belum bisa menguasainya! Ketika saya bisa menguasai Mizurappa saat itu, hal tersebut karena tekad dan kerja keras saya dalam pembelajaran! Seorang yang tidak berbakat seperti saya harus bisa memporsir dirinya dalam usaha dan kerja keras! Bahkan manusia jenius yang tidak pernah belajarpun bisa menjadi idiot karena tidak pernah mengasah otaknya…" Hotarou memandang penuh keyakinan kepada Utakata "Ijinkan saya untuk melanjutkannya, sensei!"

Utakata berbalik meninggalkan Hotarou dan melambaikan tangannya.

"Terserah. Lagipula perkembanganmu juga tidak mempengaruhiku…"

Hotarou tersenyum dan membungkukkan tubuhnya "Arigatou gozaimasu!" kata gadis itu, yang kemudian melanjutkan latihannya penuh semangat.

Matahari terbenam, bulan pun menggantikan posisi sang mentari sebagai penerang langit di malam hari. Hotarou masih setia berlatih di sawah untuk menguasai teknik Teppudama. Saat waktu malam menunjukkan pukul 8, perut gadis itu berbunyi tanda bahwa dirinya harus makan. Hotarou berjalan gontai ke dalam gubuk, jika ingin makan berarti dia harus masak terlebih dahulu dan tenaganya untuk memasak terasa tidak mencukupi karena tenaga tersebut terporsir untuk latihannya tadi.

Hotarou memandang Utakata yang tidur di dalam gubuk dengan punggung yang menghadap ke luar. Dia tidak bisa memandang wajah tampan sensei-nya. Hotarou menghela napas dan mencuci kakinya sebelum naik ke atas gubuk. Ketika masuk ke dalam dan menuju ruang dapur, di atas tudung saji di meja makan terdapat selembar kertas dengan tulisan Utakata yang berbunyi,

"Ini aku masakkan sup ayam dan ikan goreng. Nasi juga tersedia. Jangan berterima kasih kepadaku gadis keras kepala."

Hotarou tersenyum haru, dia menoleh ke arah gurunya yang terlihat bergerak tidak nyaman dengan posisi tidur miringnya. Hotarou sangat berterima kasih kepada guru tsundere tersebut, dia membuka tudung saji tersebut dan hidungnya langsung dihinggapi aroma makanan yang lezat.

Utakata yang belum tidur tersenyum tipis. Mendengar Hotarou makan sudah menjadi lagu nina bobo untuknya agar ia bisa tidur tenang malam itu.

.

.

.

Saat Utakata bangun sambil menggaruk-garuk perut di balik kimononya, pemandangan pertama yang dilihat matanya adalah Hotarou yang sudah berlatih pagi-pagi di sawah depan gubuk mereka. Utakata bangkit, dengan rambut yang terlihat kusut, lalu bersandar di pintu gubuk sambil menguap pelan. Dia merapikan rambut kecoklatan tersebut dan memandang Hotarou yang terlihat menembakkan sebuah peluru kecil dari mulutnya. Mata tajam Utakata sedikit melebar.

'Dia sudah menyentuh jutsu tersebut…' Utakata tersenyum tipis 'Kau memang gadis keras kepala yang pantang menyerah!'

Suara seekor burung elang menyadarkan Utakata dari lamunan. Dia berjalan keluar dari gubuk dan memandang seekor burung elang terbang berputar di atas gubuknya seperti memberikan kode. Utakata tahu kode tersebut dan dia keluar dari gubuk dan merentangkan tangan kanannya ke depan. Hotarou berhenti berlatih dan melihat lengan kanan sensei-nya dihinggapi seekor burung elang berbulu coklat kemerahan.

"Sebuah pesan, sensei?" tanya Hotarou, sedikit penasaran. Yang ditanya mengangguk.

'Dari Uzukage-sama ya…' Utakata menerbangkan burung elang itu lalu melipat surat kecil tersebut untuk dimasukkan ke dalam kimono birunya. Utakata berjalan mendekati gubuk dengan langkah yang sedikit cepat.

"Ada apa sensei?"

"Ayo kita mandi dan kemasi barang," Utakata mencuci kakinya dengan air dari tong di depan tangga gubuk "Yondaime Uzukage memanggilku dan kau harus ikut."

"Kenapa saya harus ikut sensei?"

Utakata memandang datar Hotarou dan terdiam beberapa detik, sebelum Utakata mengatakan "Kau memanggilku sensei terus…jika kau bertanya kenapa harus ikut, kau pasti tahu jawabannya kan?"

Mata Hotarou melebar senang. Dia mengangguk dan berlari mendekati gurunya.

"Yeey, mandi bersama sensei!"

"Siapa yang bilang kita mandi bersama?!"

"Ayo kita mandi dan kemasi barang!" Hotarou meniru suara Utakata dengan wajah yang lucu "Itu tadi sensei bilang, ayo kita mandi-"

"Bergiliran!" tegas Utakata dengan wajah sedikit memerah dan agak kesal. Hotarou menjulurkan lidahnya sambil menggaruk-garuk belakang kepalanya.

"Tehee…"

"Tehe gundulmu!"

.

.

.

Perjalanan dari Kiri menuju Uzu memakan waktu 3 hari 2 malam. Di setiap kesempatan beristirahat, Hotarou selalu saja menggunakan kesempatan tersebut untuk berlatih. Saat Utakata tertidur, setelah selesai makan, bahkan ketika Utakata duduk sejenak untuk mengistirahatkan kakinya sambil meniup gelembung di pipa gelembungnya, Hotarou selalu berlatih agar bisa menguasai jutsu Suiton: Teppudama.

"Sebenarnya konsep Mizurappa dan Teppudama sama. Sebuah jutsu yang memanfaatkan air di dalam tubuh agar menjadi serangan jutsu ninja. Berbeda dengan jutsu Suiton yang harus ada daerah air seperti jutsu kelas atas yakni Suiton: Suiryuudan no Jutsu, Teppudama memanfaatkan cairan di dalam tubuh agar bisa membentuk sebuah peluru air besar sebagai serangan. Intinya, kau harus bisa membentuk peluru air besar itu ketika jumlah air di dalam tubuhmu cukup-"

"Aku akan minum banyak air sekarang juga!" Hotarou membuka tutup botol air minumnya dan ingin menenggaknya dengan ganas, namun Utakata menahan tangan gadis tersebut.

"Aku belum selesai berbicara, Hotarou…" mata Utakata menatap tajam mata bulat indah Hotarou.

"Se-sensei…" Hotarou tersenyum jahil "Saya hanya mencari perhatianmu saja, teheeee..wkwkwkwk…"

Utakata melepas pegangan tangannya pada tangan Hotarou dan mendengus pelan.

"Tehee…"

"Sekali lagi kau mengatakan tehe, akan kusembur kau dengan Teppudama!"

.

.

.

Setelah menjelaskan konsep Teppudama kepada Hotarou, perjalanan dilanjutkan. Keduanya pun sampai di depan gerbang Uzu ketika matahari sudah sedikit terbenam. Utakata tertawa kecil ketika melihat Hotarou sedikit antusias memasuki desa yang katanya pernah diluluhlantahkan 5 desa besar, namun bisa bangkit kembali berkat Uzukage keempat mereka…

"Selamat datang di Uzushiogakure…" seorang ninja penjaga Uzu maju mendekati Utakata dengan mata waspada "Anda berasal dari mana?"

"Cukup ketat juga ya, tidak seperti di Kumo…" gumam Utakata, dia jadi teringat saat dirinya, Haku dan Naruto menyusup ke Kumo untuk membebaskan Shion-sama yang katanya dibawa ke desa awan tersebut. Utakata menunjukkan kertas yang ia terima dari burung elang Uzu dan penjaga tersebut langsung mempersilahkan mereka masuk ke desa.

"Kita tamu spesial, sensei?"

Utakata menganggukkan kepala. Kini yang terbentang di retina matanya adalah kepala-kepala merah khas Uzumaki. Jadi bagi orang yang memiliki surai berwarna tidak senada dengan mereka ada dua kemungkinan. Pertama rambut orang itu dicat karena mereka masuk Divisi Intel Uzu yang kini diketuai oleh Uzumaki Michiru, kedua orang itu adalah orang asing.

"Semuanya memandang waspada ke arah kita sensei…"

"Kau peka juga ya," Utakata memandang sekeliling desa. bangunan Uzu banyak sekali terlihat direnovasi. Pembangunan terjadi di sana-sini walaupun sudah berlalu satu tahun lebih sejak kejadian penghancuran itu. Bisa dibilang desa ini benar-benar bangkit dari kebinasaan mereka.

Setelah bertanya di mana kantor Uzukage, yang membuat seorang Jounin Uzu menawarkan diri untuk mengantarkan sepasang guru-murid tersebut, keduanya sampai di kantor Uzukage yang cukup besar dan megah, walaupun renovasi masih terus dilanjutkan. Utakata tahu Jounin itu ingin mengantarnya dan Hotarou karena waspada jika dirinya adalah orang jahat, si Jounin bisa bertindak cepat. Utakata mengucapkan terima kasih lalu dicegat ninja penjaga gerbang kantor Uzukage. Jinchuuriki Rokubi itu menunjukkan kertas surat yang diantar burung elang dan akhirnya keduanya memasuki kantor dengan mudah.

'Dana minta maaf dari 5 desa besar kepada Uzushio benar-benar dimanfaatkan Naruto-san, dasar Uzumaki cerdik itu heheheh…' Utakata berdiri di depan pintu Uzukage yang juga dijaga oleh dua ninja Uzu, Utakata menunjukkan kertas surat dari Naruto dan seorang penjaga membukakan pintu dengan sopan.

"Selamat datang di Uzu, sahabatku Utakata…" Naruto yang sedang mengupil langsung menjetikkan upilnya ke wajah sweatdropped sang Jinchuuriki "…Apa ada oleh-oleh untuk Uzukage ini?"

Walaupun terlihat konyol, Naruto tetaplah Naruto. Aura wibawanya tidak hilang sehingga Hotarou memandang adegan upil tadi seperti sang Uzukage sedang mengoles hidungnya dengan krim anti komedo. Utakata menghela napas dan mengajak Hotarou mendekati sang Uzukage.

"Jadi, apa menyangkut hal tersebut?"

Naruto tiba-tiba memasang wajah serius.

"Bukannya hipotesa-ku gila atau apa, tetapi aku sudah mewaspadai gerakan dari 'lawan' yang bersembuyi dalam kegelapan…" Naruto memandang Hotarou dan memberikan kode isyarat kepada Utakata soal gadis di sebelahnya.

"Kau kan punya Fuinjutsu: Bainda Kokoro yang bisa menghilangkan memori seseorang. Ingat saat kau memakainya di pemandian air panas kepada ibu pemilik pemandian tersebut dan anaknya pasca Iwa-Suna kalah?"

Naruto menepuk keningnya dan berterima kasih kepada Utakata yang masih mengingat kejadian tersebut.

"Baiklah…"

Hotarou memandang penasaran dua pria tersebut. Apa yang mereka bicarakan? Entah kenapa pembicaraan dua orang tersebut juga sedikit menyinggung dirinya…

Jangan-jangan…

Jangan-jangan Utakata-sensei memaksanya ikut ke sini agar dia bisa mengajari Yondaime Uzukage-sama bagaimana cara menempelkan wajah pria di antara dua dada wanita?!

Kenapa gurunya mempunyai keinginan seekstrim dan sekeren itu?!

Saat Naruto ingin menyebutkan kalimat selanjutnya, Hotarou pingsan dengan wajah memerah dan hidung mimisan. Kedua matanya berputar seperti obat nyamuk.

"Ke-kenapa dia?" tanya Naruto dengan wajah jawsdropped.

"Jangan perdulikan. Dia memang gadis yang lucu…" Utakata memandang serius sahabat sekaligus orang yang dikawalnya tersebut. Naruto menyatukan kedua tangannya di atas meja dan memandang tajam Utakata.

"Pencarian mayat Edo Tensei harus dimulai, aku sudah memikirkan kemungkinan terburuk dan kemungkinan itu menjadi kenyataan…para ninja divisi intel-ku menemukan suatu bukti mengerikan,"

Mata Utakata melebar ketika mendengar kalimat itu keluar dari mulut Naruto.

"Aku bersama ninja-ninja Divisi Intel memeriksa tiga kuburan Uzukage terdahulu ketika mendapat laporan dari pembersih kuburan bahwasanya melihat gumpalan tanah aneh di sekitar kuburan Shodaime-sama, dan saat kami memeriksa seluruh kuburan…" suara Naruto terdengar agak berat "…Tiga mayat Uzukage menghilang dari kuburannya!"

Sebuah pernyataan gila dari Uzumaki Naruto, namun fakta berbicara seperti itu.

.

.

.

Hotarou tertidur di kursi Uzukage setelah dirinya pingsan akibat pemikiran kotor kepada Naruto dan sang guru. Gadis itu tidak tahu percakapan dari dua pria tersebut. Walaupun masalah ini menyeret Utakata, gurunya, Hotarou tidak boleh dilibatkan dan mengetahui lebih jauh, Naruto dan Utakata harus pasang badan karena sosok musuh yang akan mereka hadapi adalah Orochimaru dan 'orang lain'nya. Utakata memandang wajah muridnya dengan tatapan sedikit cemas. Sang Uzukage melirik Jinchuuriki Rokubi tersebut lalu menepuk bahu pria bersurai kecoklatan dan mata berbentuk tajam tersebut.

"Kau sangat perhatian dengan muridmu ya?"

"E-eh," Utakata menoleh ke arah Naruto dengan tatapan membantah "Bukan, hanya saja aku…"

"Ah sudahlah. Melihatnya saja sudah membuatku tahu kawan. Tatapanmu sama dengan tatapan Shion saat memandangku." Naruto menyengir lalu berjalan menuju pintu ruangannya. Utakata kembali memandang Hotarou dan memfokuskannya pada wajah cantik yang sedang tertidur pulas tersebut. Utakata tersenyum tipis lalu berjalan menuju pintu ruangan yang telah dibuka oleh Naruto.

Keduanya kini berdiri di depan tiga makam Uzukage terdahulu yang terlihat baru dibongkar. Naruto mengambil segenggam tanah lalu menjatuhkannya lewat sela-sela jarinya. Utakata memandang butiran-butiran tanah itu jatuh, seperti gerimis hujan yang menjatuhkan air langit dengan perlahan.

"Tanah ini berwarna coklat keputihan di dalam kuburan ketika aku bersama 5 Ninja Divisi Intel Uzu menggali makam para Uzukage terdahulu," Naruto membuka telapak tangannya sehingga tanah-tanah di tangan tersebut jatuh bersamaan ke bawah "Tanah yang bertekstur kering dan berwarna coklat keputihan artinya tanah bagian atas yang tertimbun ke bawah. Saat penggalian suatu lubang, orang-orang biasanya membuang tanah galian ke tepi-tepi lubang. Ketika ingin menimbunnya kembali, tanah-tanah galian tidak akan sengaja tercampur tanah bagian atas sehingga bekas penutupan lubang jika dianalisis bagian tanahnya akan mudah ketahuan…" Naruto terdiam sejenak "…kata mudah ketahuan sedikit tidak pantas. Orang ini bisa menyamarkan tanah bagian atas karena mencampurnya dengan tanah galian, lagipula kami tidak bisa menentukan apakah ini tanah atas atau tanah galian jika seorang Jounin yang memiliki keahlian di ilmu tanah tidak datang membantu. Jounin itu mengatakan bahwa kuburan tiga Uzukage terdahulu sudah lama dibongkar. Makam Shodaime dan Nidaime kemungkinan dibongkar saat diriku masih kecil, kuburan ayahku, Sandaime Uzukage, kemungkinan dibongkar saat diriku baru menjabat sebagai Uzukage keempat bahkan bisa sebelum itu…dengan kata lain makam ayah bisa jadi dibongkar beberapa hari setelah kematiannya…"

Naruto menoleh ke arah Utakata dengan pandangan serius "Ini bisa jadi adalah ulah Orochimaru."

"Bagaimana dia menyusup ke desa?" tanya Utakata. Pertanyaan yang cerdas.

"Ingat pengkhianat yang bahkan membawa isi ramalan Rikudou Sennin di kitab tua para Uzumaki?"

"Dewan ketujuh ya…" gumam Utakata sambil memandang sendu ke langit. Pengkhianatan dan penghinaan. Manusia memang kadang-kadang lebih busuk dari seonggok nasi basi.

Naruto menganggukkan kepala. Dia memegang sisi kanan keningnya karena bagian itu terasa berdenyut-denyut. Sekilas iris biru mata kanannya berubah menjadi iris merah darah dengan pupil salib terbalik. Sklera mata kanannya menghitam. Beberapa detik kemudian mata itu kembali menjadi biasa. Utakata memandang kebingungan sang Uzukage yang terlihat sedikit terengah-engah.

"Ada apa Naruto-san?"

Naruto menggelengkan kepalanya. Mengingat kebaikan dewan ketujuh yang ternyata adalah pengkhianat terbesar di dalam hidupnya membuat sisi kegelapannya bangkit. Sang Uzukage memasukkan kedua tangannya di saku celana.

"Petunjuk satu-satunya yang kami dapatkan adalah tanda fuin di mayat Shodaime Uzukage yang ada di lengan kanan beliau. Shodaime-sama benar-benar mengantisipasi hal buruk," Naruto mengambil sesuatu dari saku celananya dan memberikannya kepada Utakata. Sebuah gulungan kecil berkulit luar berwarna merah. Utakata membuka gulungan itu dan peta dunia shinobi terpampang di matanya. Ada kedip-kedip cahaya putih di peta yang terkhususkan menunjuk sebuah desa. Utakata memandang tajam ke arah Naruto.

"Apa ini?"

"Fuinjutsu: Shirokete yang diciptakan Shodaime-sama sebelum kematiannya. Dia memperkirakan bahwa mayat seorang shinobi hebat bisa menjadi alat mematikan suatu saat nanti. Dia membuat Fuin di lengan kanannya yang menghubungkan dengan gulungan peta ini. Bisa dikatakan peta ini adalah peta radar dimana kau bisa mencari letak tubuh Shodaime-sama, hanya saja…" Naruto berhenti sejenak dan memandang kedip-kedip cahaya putih di peta tersebut "Karena termakan oleh waktu, kemungkinan ada bias pada tanda radar di peta ini. Tetapi tidak terlalu jauh…dengan melihat tanda di peta, maka desa dimana kemungkinan besar mayat Shodaime-sama berada sudah bisa diketahui. Tinggal pencarian spesifiknya lagi."

"Mau bayar berapa untuk misi sulit ini?" tanya Utakata dengan nada bercanda.

Tep.

Naruto memegang pundak Utakata dan tersenyum.

"Akan kusuruh istriku memasak Tamago spesial khas Negeri Iblis, kau pasti menyukainya…"

Utakata membayangkan Shion-sama menyediakan tamago dihiasi tengkorak manusia, otak dan belatung. Ada kesan horror bin dark gitu…tetapi membayangkannya membuat Utakata menolak tawaran dari sang Uzukage.

"T-tidak usah," Utakata menghela napas "Lagipula aku ini adalah pengawalmu. Tentu saja aku harus siap dengan permintaan-permintaanmu yang berarah ke kebaikan dan menunjang kepemimpinanmu." Utakata menutup scroll peta tersebut lalu mengacungkan tinjunya di depan dada Naruto.

"Aku terima kawan…"

Naruto yang sedikit terkejut dengan perkataan Utakata akhirnya bersyukur di dalam hati. Dia beradu tinju dengan Jinchuuriki Rokubi tersebut sebagai tanda misi pencarian mayat dimulai!

.

.

.

"Bukan hanya mencari mayat 3 Uzukage, Utakata…kau juga harus mengambil sampel dari mayat-mayat ninja hebat terdahulu lainnya,"

"Jangan lupa untuk menyempurnakan teknik terlarang itu!"

Itulah pesan dari sang Uzukage keempat.

Utakata berdiri di depan Hotarou yang masih tertidur di kursi Naruro. Jinhcuuriki Rokubi itu tersenyum lelah lalu menganggukkan kepala.

"Pada akhirnya aku perlu bantuanmu juga Hotarou…"

TBC

AN:

Tidak banyak yang ane katakan, sekali lagi…Welcome to The Uzukage Project! Dalam proyek kedua fic The Uzukage. Anda sedang membaca cerita yang berfokus kepada Utakata dan Hotarou dalam misi pencarian mayat untuk Edo Tensei sekaligus mencari mayat 3 Uzukage yang hilang.

Untuk Question and Answers dari The Uzukage: Princess from Land of Snow Chapter terakhir kemungkinan akan ane jawab di chap depan.

Sekali lagi, selamat datang di dunia Uzukage, dan bacalah dengan tenang…sebelum memasuki era kebangkitan Uchiha Madara!

Please Reviews and see you

Tertanda. Doni Ren