Author : Itami Shinjiru

Disclaimer : Ansatsu Kyoushitsu © by Yusei Matsui

Rating : T (Due to rough language and assassination theme don't read this with your little brother and/or sister!)

.

.


"Nagisa, apa kau sudah menerima surat dari Seiji Kishi-san?" seru Kayano riang sambil melambaikan secarik amplop besar berwarna kuning.

"Aku baru menerimanya beberapa jam lalu di kotak surat," Nagisa mengibarkan amplop kuning yang sama. "Kira-kira isinya apa ya?"

"Dari teksturnya, kayak ada benda yang digulung ke dalam sini. Mungkin ini gulungan uang sebagai gaji atau semacam kompensasi," ucap Maehara penuh harap.

"Jangan terlalu berharap," ledek Isogai. "Lebih baik kita buka saja."

Karma mengangguk. "Aku juga baru dapat dari tukang pos, nih. Kita buka sama-sama, ya! Tiga, dua, satu!"

SREK-SREK-SREK!

.

.

"Roll film?" seru Rio. "Apaan tuh? Kenapa si sutradara memberi kita itu?"

"Yee, yang dapat kiriman kan cuma mereka berlima," ralat Kataoka. "Ah, sudahlah. Kenapa tidak kita putar saja untuk mengetahui isinya? Aku bawa proyektor!"

.

.

.


An

教室

ASSASSINATION CLASSROOM

Fanfiction

All Characters and Property belong to Yusei Matsui-sensei. I just create the story and timeline

BEHIND-THE-SCENE!

ROLL PART 1: EPISODE 1-2

.

.

.


.

EPISODE 1: TIME FOR ASSASSINATION

SCENE 1: FIRST-APPEAR ASSASSINATION EXPERIMENT

LOCATION: 3-E CLASSROOM

"Baiklah kalau begitu," ucap sang guru bertentakel banyak itu meletakkan buku presensi siswa dan mengedarkan senyum sepuluh-tentakelnya yang biasa. "Mari kita mulai saja pelajarannya."

Mikrofon didekatkan. Suara tegukan ludah para siswa terdengar.

"Baiklah ketua kelas, berikan perintahmu," ujar sang guru abnormal itu lagi.

"Be-berdiri!" Nagisa berseru tertahan. Seisi makhluk hidup di kelas 3-E berdiri, menodongkan senjata modifikasi mereka masing-masing. "Bersiap!" komando Nagisa lagi.

Keheningan menggantung di udara.

Peluh mengalir dari kepala.

Semua diam seribu bahasa.

Tahi cicak jatuh ke hidung sutradara *PLAKS*

Nagisa berseru, "Tembak!"

Peluru meluncur. Pelatuk ditekan. Pengaman pistol dibuka. Target dikunci (ini urutannya bener gak sih?!) dan suara tembakan khas senapan mesin menggaung mengisi seluruh kelas.

"AH!" pekik Hara. "Siapa yang menembak pipi kiriku?!"

"Aduh!" keluh Sugino. "Ada yang kena dahiku!"

"Hei, ada peluru BB yang masuk ke telingaku! Stop! Stop!" teriak Rio. Suasana makin ricuh. Siapakah yang bisa menghentikan segala kekacauan ini?

"AAAAAAAAAKKKKHHHH!" Okajima menjerit dramatis. "BURUNGKU KENA! DASAR PELURU LAKNATULLAH!"

"STOP, STOP!" sang sutradara meraung. "ULANG DARI AWAL! BUKANNYA KALIAN SUDAH MENDAPAT PELATIHAN INTENSIF?!"

Semua berhenti menembak.

"Yah, Pak Kishi, menembakkan senapan itu kan nggak semudah kelihatannya," ucap Nagisa sambil menggaruk kepala. "Bahkan yang sudah dimodifikasi juga butuh latihan berkali-kali supaya tidak mengenai teman."

"Betul tuh," dukung Maehara sambil menghembus-hembuskan napas dari hidungnya, persis kayak orang mau buang ingus. Tak lama, setengah lusin peluru BB warna pink ngejreng terlontar dari kedua lubang hidungnya. "Ah, lega," ucapnya.

"Nurufufufufu," tawa Koro-sensei. "Kalau begini, gimana kalian bisa membunuhku?"

"ULANGI ADEGANNYA!"

.

.

.


SCENE 3: INTRODUCION

LOCATION: 3-E CLASSROOM

"Perkenalkan. Aku adalah orang yang menghancurkan bulan kalian."

.

.

.

"HAAHH?!"

"Aku berencana melakukan hal yang sama pada Bumi tahun depan. Sekarang aku adalah guru kalian. Senang bertemu dengan kalian semua," ucap sang guru bertentakel dengan lancar. Yah, sejauh ini dia berhasil menghafal teks dialognya dengan baik.

DIA SANGAT BERBEDA DARI PENAMPILANNYA!

Itulah yang dipikirkan semua murid di kelas.

Seorang pria berpakaian necis di sebelahnya menghela napas pendek. "Yah ... aku adalah Karasuma dari Menteri Pertahanan," si pria memperkenalkan diri. "Pertama, mohon dimengerti bahwa apa yang akan kukatakan ini adalah rahasia negara."

Ia terdiam beberapa detik.

Keheningan menggantung di udara.

Peluh mengalir—

'JANGAN PAKE PUISI-PUISIAN LAGI!' (Author digampar sutradara)

"Langsung ke intinya saja. Aku ingin kalian membunuh makhluk ini."

.

"CUT!" teriak sang sutradara. "Karasuma, kenapa kamu nggak jelasin?!"

"Buang-buang waktu," kilah Karasuma. "Kan kita cuma dijatah 23 menit, Pak Sutradara. Itu belum dipotong opening dan ending sekitar 3 menitan. Lagian di komik juga nggak ada penjelasannya kok."

"Alah, alesan," goda Kurahashi. "Bilang aja Anda lupa teksnya, Karasuma-sensei!"

.

.

.


SCENE 7: GRENADE "SUICIDE" PLAN

LOCATION: 3-E CLASSROOM

Jika kau mencobanya, kau pasti bisa.

Nagisa melangkah dengan tenang ke depan, di mana sang guru sedang terdiam jinak dengan kulitnya yang berwarna merah muda, kenyang sehabis makan siang. Ia lalu melancarkan serangan secepat kilat, menghunus pisau yang disembunyikan di balik catatan tugasnya dan menikam sang guru.

Koro-sensei menghentikannya dengan mencengkeram pergelangan tangan.

"Sudah kubilang, bukan? Untuk lebih ..."

Kata-kata Koro-sensei terhenti karena Nagisa tiba-tiba melompat ke arahnya ... dan granat di kalungnya berayun dengan gerakan slow motion.

Kami harus membuktikan diri kami ... apapun yang harus dilakukan.

Sambil menyeringai, Terasaka memencet detonator.

.

.

.

"WOI! KENAPA NGGAK MELEDAK?!" Terasaka mencak-mencak. "Ini remotenya rusak apa gimana sih?!"

"Ya ampun," Koro-sensei menjauhkan Nagisa sambil mengusap peluh. "Moga-moga nggak ada yang bikin OTP KoroNagi."

"Ampun deh, Sensei," Nagisa sweatdrop. "Kesalahan teknis, ya?" Ia lantas melepaskan kalung granatnya.

"Coba sini kulihat," ujar Maehara. "Kayaknya kuncinya mesti dibuka dulu, deh," ia menggigit ujung granat, tapi kuncinya tidak bisa melonggar. Akhirnya ia memasukkan seluruh granat mainan itu ke rongga mulutnya (segede apa nih mulutnya Maehara?).

"Coba geser yang ini," saran Yoshida yang sejak tadi mengamati alat kendali punya Terasaka. Terasaka menggeser tuas kecil di alat kendalinya dan kembali memencet tombol.

DUUAAARRRR!

.

"MEDIS!"

.

.

.


"Wah, ternyata isinya behind the scene, toh," ucap Rio. "Hihihi, ternyata usul kita diterima," bisiknya pelan sambil mengajak Karma tos. Rupanya duo jahil itu meminta seorang kameramen yang selalu nganggur untuk merekam tiap adegan, terutama yang gagal-gagal. Yah, lumayanlah daripada gabut.

"Asem. Terasaka, kamu tau nggak rasanya granat meledak di mulut, hah?" bentak Maehara. "Gigiku ngilu semua waktu itu!"

"Sori, Mae," jawab Terasaka kalem. "Lagian uang miliaran yen pasti cukup buat ngobatin itu."

"Ngobatin dengkulmu!" gerutu Maehara. "Habisnya, kalau gigiku jelek kan, nggak bisa nggaet cewek-cewek lagi."

"Udah deh. Yuk, kita tonton BtS Episode 2!" saran Yada.

.

.

.


EPISODE 2: TIME TO PLAY BASEBALL

SCENE 1: BASEBALL KILL

LOCATION: BACKYARD

Dia bersantai di halaman belakang sekolah setiap pagi sebelum jam masuk sekolah ... ditemani sebotol minuman dan koran berbahasa Inggris yang dia dapatkan dari Hawaii ... dengan kecepatan 20 Mach miliknya.

"Sesuai catatanmu. Terima kasih, Nagisa."

"Ya. Berjuanglah, Sugino!"

"Sepuluh miliar yen-nya akan menjadi milikku!" Sugino memosisikan diri, menapakkan kaki kanannya mantap selagi kaki kirinya membentuk sudut 90 derajat, meniru gaya pitcher profesional Arita dari New York Yankee (bukan, gue bukan penggemar bisbol. Sante aja).

Nyut

"AAKH!" Sugino memekik kencang. "SIAPA YANG NARUH TAHI KUCING DI SINI SIIIHH?!"

.

"CUUUUTTT!"

.

.

.


SCENE 5: PACK AMBUSH

LOCATION: BACKYARD

"Dia di sini!"

"Dia bilang dia mau makan es serut dari Kutub Utara."

"Gurita itu pergi ke Kutub Utara seperti kita pergi ke supermarket!"

"Ayo! Sepuluh miliarnya akan kita bagikan."

Mereka berhamburan dari semak belukar dan berseru, "Koro-sensei ...! Boleh kami mencoba makan es serutnya juga?"

Sang guru meneteskan airmata. "Mereka membuka hatinya untukku dengan senyuman di wajah!"

Isogai, Kataoka, Yada, Mimura, dan Hinata melompat sambil menghunus pisau.

"Senyuman mereka sangat ganas!"

Mereka menghunjamkan pisau, tetapi target bergerak begitu cepat sehingga mereka tidak melihatnya, hanya tabir debu yang beterbangan yang mengiringi kegagalan mereka.

"Perlu kalian ketahui, senyum kalian sedikit memaksa. Itu tak cukup untuk membuatku lengah. Aku akan menaruh pisau kelemahanku di sini, dan contohlah bunga-bunga itu lalu belajar dari senyuman mereka," ucap Koro-sensei panjang lebar.

"AAAHH!" Kataoka yang pertama berteriak. "Harusnya Koro-sensei kan memberi kami bunga, kok malah kutang?!"

Isogai melempar kutang berwarna biru yang menggantikan posisi pisau di tangannya. "Jijik ah sensei! Ulang! Ulang adegannya dari awal! Kok sensei bisa salah ambil sejauh itu sih?!"

"Nyunya! Mana kutahu?!" Koro-sensei berseru dengan wajah merah muda. "Aku—aku sangat malu! Pak Sutradara, nanti cut adegan ini ya!"

.

.

.

.

.

TO BE CONTINUED


Author Note:

Terima kasih telah membaca Behind the Scene. Fic ini menceritakan "kesalahan di balik layar" para karakter saat syuting Assassination Classroom. Aku akan menampilkan 2-4 cupilkan setiap episode, tergantung seberapa banyak cuplikan menarik yang bisa di-parodikan. Mohon dukungannya semoga fic ini bisa terus lanjut sampai season 2-nya ya!

Omong-omong, Seiji Kishi itu sutradaranya anime ini, tapi tenang aja, dia nggak ikut saya masukkan di sini sebagai karakter. Ada yang sudah nonton Koro-sensei Quest belum? Itu spin-off AnKyou 12 episode lho.

Sampai jumpa di chapter 2!

-Itami Shinjiru-