JOMBLO
(Rewrite dari Novel "JOMBLO" karya Aditya Mulya)
Alur cerita tidak dirubah, hanya sedikit menyesuaikan.
Nama Tokoh, tempat dan Universitas diganti demi keseimbangan cerita.
.
Part 1
Hinanya Menjadi Jomblo
.
.
Peluh membasahi kedua badan mereka. Deru nafas Sehun mengibas rambut seorang wanita yang dia peluk dari belakang. Kulit langsat wanita itu bersinar indah diterpa lampu meja belajar di kamar kos. Menderu cinta, berbalas nafsu. Tenggelam dalam kecupan.
" Sehun, datangi aku... " desah wanita itu,
" Saya sayang kamu...tapi...mengapa saya tidak pernah ingat nama kamu? Dimana kita pernah bertemu?"
"Aku juga sayang kamu...minta korek donk."
"HAH?" Sehun tergagap ketika wanita tanpa nama yang kerap datang dalam mimpinya tiba-tiba berbicara diluar konteks dan bersuara mengindikasikan adanya jakun. Sehun terbangun, mendapati dirinya di kursi penumpang depan dalam mobil Kai yang meminta korek.
Sehun, Kai, Chen dan Chanyeol adalah empat mahasiswa tingkat 3 jurusan tekhnik sipil Korea Advanced Institute of Science and Technologi (KAIST) yang sedang ada perlu ke Seoul National University (SNU), sebuah kampus yang terletak di Gwanak. Mereka menemani Chanyeol membeli ganja ke pengedar terkenal se-Seoul yang kuliah di jurusan Ilmu Pemerintahan SNU, sekaligus cuci mata dan jual pesona ke anak-anak kampus seberang kota ini. Hal yang tidak dapat mereka lakukan di kampus mereka sendiri, karena mayoritas mahasiswa di KAIST adalah pria.
Mereka sampai di kampus SNU. Kai memarkir mobilnya di areal parkir kampus. Keempat anak itu turun dan menuju kantin. Sehun memperhatikan mahasiswa-mahasiswa yang sedang bermain basket dari kejauhan. Dalam otaknya, dia berusaha membuat perbandingan antara mahasiswa SNU dan KAIST.
Mahasiswa SNU. Wanitanya cantik-cantik,modis dan terlebih lagi, intelek dan pintar. Banyak mahasiswa SNU yang berprofesi sampingan sebagai model. Pria-pria terlihat gagah, tampan dan wangi. Berotot perut seperti martabak yang membuat Sehun merasakan pilunya iri ketika membandingkan mereka dengan dirinya yang berbentuk seperti ikan asin. Mereka gagah seperti yang sering dia lihat di poster iklan parfum maskulin atau celana dalam pria.
Mahasiswa KAIST. Bau naga.
Pikiran Sehun kembali ke celana dalam pria dan dia gagal menemukan korelasi mengapa sebuah iklan celana dalam harus memasangkan pria berparas tampan. Tidak berkoneksi, kecuali jika celana itu dipasang di muka dan meski sekonyol itu, tetap akan menimbulkan efek minder dan rasa bahwa dunia ini tidak adil kepada orang2 bertampang minus sepertinya.
"Ngelamun jorok lu ya?" Kai mendorong Sehun yang akan duduk di kantin.
"Gak"
Sesaat mereka terdiam geli. Mereka mendapati beberapa kelompok mahasiswa yang mereka kenal sebagai mahasiswa KAIST. Ada prinsip mendasar yang semua mahasiswa KAIST pegang teguh secara kompak. Jangan pernah membuka identitas seorang teman, jika bertemu di kampus orang lain.
"Itu anak jurusan tambang KAIST. Sebelah sana, segerombolan anak-anak Geodesi KAIST. Barusan gua liat ada anak Mesin KAIST lewatin kita...solo karir." tunjuk Kai dengan geli.
"...dan kita sbagai kontingen dari teknik sipilnya, jangan menyapa mereka, ntar kita juga ketauan bukan anak sini," kata Sehun.
" Koq ngeceng bisa bedol desa geneh..." kata Kai. Mereka semua saling lirik dengan pria-pria penyusup dan saling tersenyum tau sama tau. Getir dan pahit mengudara bersilang di antara mengangkatnya alis mata dan dagu saling menyapa. Hal yang paling memalukan di dunia ini adalah terekspos menjadi jomblo dan jual pesona di kampus orang lain.
"Kalian tunggu saja disini ya. Aku cari temen aku yang itu. Kalo udah dapet itunya, aku balik lagi." kata Chen, anak seorang ilmuwan nuklir dari Daejon.
"Oh ya...rambutku gimana? Bagus?" Makhluk hitam bertampang kriminal itu berbalik dan bertanya sambil mengais-ngais rambut keriting gagalnya. Anak2 mengacungkan jempol dusta dengan tatapan penuh hina. Chen berlalu.
"Seperti biasa klo Chen ketangkep, kita gak kenal dia, oke." Sehun mengonfirmasi prosedur standar menemani Chen beli ganja.
"Oke"
"Kenapa Chen setia dgn pengedar ganja yg satu ini?" tanya Chanyeol.
"Dia punya cukup stok buat bikin orang 3 kabupaten teler bareng."
Mata Sehun dan Kai pergi ke kanan dan kiri menikmati mahasiswi-mahasiswi yang terlihat pintar dan cantik. Pemandangan yang kontras dengan kampus KAIST di mana siswanya pintar dan berjanggut. Kai menspot seorang wanita.
"Sehun arah jam 3 lu, cantik!"
"Cantik sih, tapi itu tipe kecantikan yg jika ditinggalkan seorang pacar, berubah jadi psikopat dan mengoleksi ginjal dari sejumlah korban." ujar Sehun dgn penuh asumsi. Sehun, pemuda kurus ceking, anak terkituk jomblo dari Busan yang mengidap pemyakit kurang percaya diri dan mudah salah tingkah. Dia tinggal bersama sepupunya, seorang pengusaha roti. Di waktu luangnya Sehun mencoba mengikis penyakit minder tersebut dengan menjadi penyiar di sebuah stasiun radio anak muda.
"Lu kebanyakan nonton film." kata Kai.
Kai adalah tipikal anak gaul dari Seoul yang kehidupannya dipenuhi dengan seks dan hedonisme. Mantan anak band ini berkulit coklat dan berbadan tegap. Penuh percaya diri, berbeda dengan sobatnya yg paling dekat, Sehun. Kai juga seorang penyiar radio.
"Sialan, gua udah lama gak ketemu cewek yg satu alam sama gua," ujar Kai sambil memain-mainkan kaleng minumannya.
"Jangan lu coba-coba ajak tidur cewek di kampus ini ya. Kita bisa dicabik massal!" Chanyeol yang tadinya diam, menunjuk ke Kai. Chanyeol adalah seorang pemuda bertubuh tinggi, tegap dan berotot. Orang akan berpikir dua kali sebelum mengundang masalah dengannya.
"Gak koq Chan. Santai aja. Kita kesini kan buat cuci mata dan nemenin Chen."
.
.
