Takut

Sebuah fanfiksi. Ini termasuk monolog bukan, sih…?

.

Disclaimer : Sekarang atau lima puluh tahun lagi, Mystic Messenger masih milik Cheritz~

Efef ini terinspirasi dari salah satu bagian dalam buku Marriage : Third Edition oleh Bob & Margaret Blood. Urutan kemunculan karakter sendiri berbeda dengan urutan 'fears' di dalam buku tersebut.

.

Warning : Mengandung sopiler – spoiler! Efef ini dirancang khusus dengan beberapa chapter agar Pembaca yang tidak menginginkan adanya sopiler dari karakter tertentu dapat melewatkannya.


ZEN

Hei, kamu. Iya. Kamu.

Ini sungguh waktu yang singkat, tapi aku merasa kita mulai saling mengenal satu sama lain. Merasakan keberadaan satu sama lain dengan baik sampai muncul sebuah rasa bernama 'cinta'. Meskipun begitu, ada satu hal yang menggangguku. Bisakah kamu mendengarkanku sebentar saja?

Aku… sangat takut akan kegagalan.

Kamu tahu? Sejak muda, aku berusaha keras untuk menggapai apa yang aku impi-impikan. Begitu besar dan tingginya mimpi yang hendak kuraih sampai aku meninggalkan apa yang kumiliki saat itu. Keluarga, pendidikan formal… Semua itu seakan jauh lebih kecil nilainya dibandingkan dengan impianku. Ambisiku.

Hahaha… Ya, ya. Kamu benar. Ah, mengingat-ingat tentang Zen the Knight itu konyol sekali…

…Tidak? Terima kasih banyak. Kamu sangat baik hati.

Terlepas dari betapa menyenangkannya Zen the Knight, jalanku tak selamanya semulus itu. Kurasa kamu masih ingat akan cerita-cerita hidupku sebelumnya.

Saat kakiku cedera, aku merasa duniaku runtuh. Ya. Mungkin bagi sebagian orang itu menyakitkan namun bukan akhir dunia, apa lagi bagi mereka yang yakin bahwa aku dapat sembuh dengan cepat.

Kamu tahu? Saat itu aku merasa tak berdaya. Di balik kata-kata "aku cepat sembuh seperti monster", tersimpan harapan dari seseorang yang putus asa. Aku seakan tak bisa mengakui bahwa manusia setengah dewa sepertiku juga memiliki kelemahan. Kelemahan-kelemahan yang seharusnya dapat mengajarkanku beberapa pelajaran dalam kehidupan…

Apakah aku dan kamu dapat menerima kenyataan itu?

Aku ingin terlihat sempurna di hadapan orang lain, terutama di hadapanmu. Aku rasa semua orang menyukai keindahan dan kesempurnaan, bukankah begitu?

Aku tersentuh saat kamu membelaku di hadapan si Anak Orang Kaya yang selalu saja mengganggu ketentraman dunia itu. Imej hangat dan mempesonaku hilang dibuatnya, namun kamu tetap memihakku. Aku pikir… Wow… Bukankah aku kelihatan tidak ada keren-kerennya saat bertengkar dengan makhluk itu? Belum lagi alergiku yang selalu kambuh saat dia memamerkan kucingnya itu, baik secara langsung maupun lewat foto…

…Er, ngomong-ngomong soal foto, Seven tidak mengirimkanmu foto aneh-aneh tentangku, 'kan?

Kamu tetap ada untukku bahkan saat aku terlibat skandal dengan Echo Girl. Kamu terus mendampingi dan mendukungku, meyakinkanku bahwa bahkan jika seisi dunia tak lagi bersamaku kamu akan tetap menjadi penggemar nomor satuku. Penggemar yang mencintaiku tak hanya sebatas karya-karyaku atau apa yang coba kutunjukkan kepada dunia, namun juga menyayangiku apa adanya.

Kamu telah menyelamatkanku. Aku bisa membayangkan tanganmu terulur ke arahku. Senyummu begitu hangat layaknya sinar lembut mentari pagi. Meskipun ragamu jauh dariku, hati kita terasa terhubung lebih dekat.

Karena itu, aku ingin mengungkapkan diriku yang sebenarnya kepadamu. Namun, apakah kamu bersedia menerima seorang Ryu Hyun, lelaki biasa yang memiliki kelemahan dan kegagalannya sendiri? Bisakah kita saling menerima satu sama lain, baik kekuatan maupun kekurangan masing masing?

Terima kasih atas segalanya, Sayang. Aku akan menunggumu sampai hati dan ragamu siap untuk menyambutku.

...Aduh, ini benar-benar memalukan bagiku. Imej ganteng dan mempesonaku hilang!

Pembicaraan ini cukup kita berdua saja yang tahu, oke?