LOVE HER LOVE HER
"Ooh, aku ini seorang pria yang malang..." keluh Gray sambil menyapu lantai dapur yang berdebu. "Andaikan saja ada cara untukku supaya bisa mencapai istana tuan puteri Claire..."
BOOM
"Suara apa itu?!" Gray terkejut mendapati sebuah suara yang cukup kencang dari belakangnya. Asap mengepul dari belakangnya, lalu muncul sesosok gadis dari asap knalpot kebul itu.
"Uhuk, uhuk uhuk uhuhuuuk! uhuk! Asapnya banyak banget... Eh, haaai!" Emily muncul dengan menggunakan pakaian gaun yang putih setelah asap tadi hilang. "Aku ibu perimu, namaku Emily! Salam kenal!"
"HUWAAAAAAAAAAAA!!!"
Gray terbangun ditempat tidurnya. Mimpi rupanya. Mimpi yang paling mengerikan... "Masa aku... Cindergray?" tanyanya gaje sambil mengacak rambutnya.
"Auh... Kau kenapa, Gray?" Cliff terduduk di tempat tidurnya sambil memegang jam weker di sebelahnya. "Masih jam 4 pagi, lho... Kamu kenapa sih?"
"Eee... Maaf... Kau tidur saja..." Gray menoleh ke arah Cliff. "Aku hanya mimpi buruk saja..."
"Ooh..."
--- Next Morning ---
Gray menyuapkan roti panggang ke mulutnya. Masih terlalu bingung dengan mimpi 'mengerikan' yang dialaminya semalaman tadi. Dia tetap saja tenang namun akhirnya mau bereaksi juga saat melihat Cliff dan Emily saling berebutan telur mata sapi didepannya.
"Cliff! Bagian telur ini punyaku!" teriak Emily sambil mengambil telur mata sapi double dengan sumpit.
"Dasar rakus! Itu ada dua! Itu bagian milikku tahu!" bentak Cliff sambil menariknya dengan sumpit di sisi yang berbeda dari telur mata sapi yang dipegang Emily.
"Enak saja! Aku sudah minta Anncchi untuk membuat telur mata sapi double favoritku kayak gini tau!"
"Apa katamu?! Ini bagianku—"
"Hei," Gray memotong perdebatan mereka berdua. "Kenapa enggak dibagi dua saja? Kan adil."
"Hei, kalian berdua!" Ann membawakan piring penuh dengan telur mata sapi. "Aku sudah membuat banyak, jadi kalian bisa ambil sesuka kalian!"
"Yeeeeiy!" Emily dan Cliff sama-sama mengacungkan garpu dan pisau mereka dengan bahagia, membuat Gray hanya bisa menatapnya dan mengira mereka seperti anak kecil saja.
Gray mulai berpikir sambil memandang Emily yang sibuk meraup telur mata sapi double bulat-bulat. 'Apa benar... Dia akan membantuku... Sesuai dengan mimpiku tadi...?'
Emily sadar kalau dia dari tadi dilihat terus oleh Gray. "Eh, Gray-kun kenapa liat aku? Tersepona sama keimutan Emily waktu makan ya? Aih, jadi maluuu..."
Gray langsung kaget dan menggeleng-gelengkan kepalanya saking malunya. Cih, sialan!
"Anoo~ bukannya Gray-kun itu naksirnya sama boss?" tanya Emily lagi sambil memakan telur mata sapi bagiannya, dan membuat kedua pipi Gray sukses merah bagaikan meledak dibombardir.
"Ah—Bukan—Eh—Eng—Tidak... Tidak kenapa-napa..." Gray memakan lagi roti bakar bagiannya. "Lupain aja apa yang kulakukan tadi..."
"Ooh, ya sudahlah kalo itu yang Gray-kun mau!" Emily tersenyum lagi sambil memasukkan satu telur mata sapi dengan sekali raup ke mulutnya yang mungil. "Ohok!" Emily tersedak.
"Emily, jangan makan sekali telan dong! Nih, minum air sebelum kamu muntah!" Ann mengambil segelas air dan diberikan pada Emily yang mulai berloncat-loncatan bagai marmut kepanasan di kursinya.
"Uhuk Ohhok! Ugh, makasih Anncchi..." Emily meneguk minumannya. Setelah itu, dia langsung memakan telur mata sapi dengan cara yang sama seperti tadi lagi, mengacuhkan Ann yang menegurnya untuk makan seperti biasa dan tersedak lagi.
Setelah selesai makan, Emily melihat Cliff berdiri terdiam dibelakang Ann yang sibuk mencuci piring. Dari air muka Cliff terlihat bahwa dia ingin menolong Ann, tapi dia grogi dan tak mengucapkan satu kata pun. Emily menghela napas sambil mendorong Cliff tepat ke punggung Ann.
TUK
"Eh? Oh, Cliff, ada apa?" tanya Ann sambil menoleh karena dada Cliff bersandar di punggung Ann. Mereka berdua nyaris bisa dikira seperti sedang berpelukan dari belakang.
"Eh—Auh—Anu... Kayaknya kerepotan cuci piringnya... Mau kubantu...?" tanya Cliff grogi sambil memerah mukanya.
"Ung, boleh saja sih. Bantu aku aja ngeletakkin piring-piring yang sudah bersih ke laci."
"Ba, baiklah..."
Emily menatap mereka berdua, kembali ke kamarnya, mengenakan celemek seragamnya lalu pergi keluar Inn.
-_-_-_-_-_-
Emily berjalan sendirian. Sejak kejadian heboh yang melibatkan Rick dan Karen, setiap berjalan sendirian dia selalu terlihat tak bersemangat. Mungkin karena kecewa? Entahlah. Itulah sifat Emily. "Hung?"
Emily melihat Stu berlari-larian dengan memegang scalpel, semacam pisau tajam yang biasa dipakai dokter untuk beroperasi, disusul Elli dibelakangnya.
"Stu! Jangan main-main peralatan dokter! Doctor sangat membutuhkannya sekarang!"pinta Elli terengah-engah karena terus berlari mengejar Stu.
"Enggak ah! Ogah!" Stu terus saja berlari sambil tertawa-tawa melihat kakaknya terus-terusan berlari.
Emily merentangkan kakinya saat Stu sudah berlari di depannya.
BLUK!
Stu tersandung kaki Emily yang terentang didepannya. Dengan mulusnya dahi Stu menjadi pendaratan di jalanan.
"Hosh, hosh... Ugh, dasar Stu nakal..." keluh Elli. "Nah, sudah, jangan main-main dengan alat-alat operasi Doctor ya!" Elli langsung merebut scalpel yang masih dipegang Stu.
"Aaah! Jangan~~! Stu masih mau main pakai itu!!" keluh Stu jengkel.
"Memangnya apa yang bisa anak kecil lakukan dengan pisau bedah dokter? Stu, sudah berkali-kali kubilang jangan main-main dengan benda tajam!" omel Elli tegas.
"Ugh... Kak Elli jahat!" Stu berlari meninggalkan Emily dan Elli.
Setelah Stu pergi, Elli berterima kasih pada Emily. "Aduh, terima kasih banyak ya Emily-chan... Kau tahu kan bagaimana bandelnya Stu..."
"Iya Ellicchi, tapi yang penting itu tuh!" Emily tersenyum ceria sambil menunjuk ke arah Doctor yang berlari menuju Elli dari belakang.
"Hah? Apa..." Elli langsung menoleh dan kaget melihat Doctor dibelakangnya.
"Elli!" panggil Doctor. "Kau sudah mendapatkan pisauku?"
"Ini," Elli memberikan pisau bedah yang sudah didapatkannya. "Sudah diambil lagi dari Stu."
"Terima kasih banyak, Elli," Doctor tersenyum ke arah Elli. "Aku tak bisa apa-apa tanpa bantuanmu. Terima kasih banyak."
"Ah, Doctor, jangan begitu..." Muka Elli langsung memerah.
Emily hanya bisa menatap saja Doctor dan Elli. Mereka berdua terlihat saling menampakkan muka yang memerah dan bahagia. Emily menghela napas, dan mulai berjalan meninggalkan mereka.
Emily berhenti berjalan lagi saat melihat Rick dan Karen sedang asyik ngobrol di kursi taman antara Supermarket dan Clinic. Mereka berdua terlihat sangat bahagia. Emily menghela napas lagi sambil berjalan kembali menuju tempat kerja favoritnya, toko roti Claire.
"Haah..." keluh Emily. Dia menatap keadaan sekeliling. Saat ini masih bulan Fall, maka ada banyak dedaunan kering di sekitar jalanan yang dilewatinya. "Hah... Bulan Fall memang musimnya 'Fall'ing in Love..." keluhnya sambil menghela napas lagi.
--- Claire's Bakery Shop ---
"Pagi, bos!!" teriak Emily seperti biasa, sambil segera memeluk bos kesayangannya, Claire.
"Uph--! Kukira siapa, rupanya kau, Emily!" Claire terkejut saat Emily sukses mendekap kedua lengannya di leher Claire, membuatnya setengah tak bisa bernapas.
"Ehehe... Oh ya, bos, katanya Jackkun mau kesini, ya?" tanya Emily sambil tersenyum iseng, membuat bosnya hanya bisa sweatdropped saja.
"Memangnya kau mau apa, Emily?"
(Author Notes: Ehehe, sejak para pembaca dan author tercinta disini membaca cerita LOVE ME LOVE ME dan Kejutan yang Mengejutkan, kalian semua belum tahu keahlian Emily, kan? Keahlian Emily adalah....)
"Tadaa! Selesai!"
Emily memasang seember mayonaise di atas pintu toko roti Claire dengan seutas tali yang siap ditarik saat ada orang yang akan membukanya. "Dengan begini, kalau Jackkun datang, maka aku akan segera menarik embernya dan mayonya akan tumpah ke atas Jackkun! Ide yang bagus kaaan?" tanya Emily mantap.
Claire hanya bisa pasrah melihat tingkah pekerja satu-satunya. Tinggal tunggu waktu, maka orang yang akan datang ke tokonya akan segera mendapatkan ulah iseng Emily.
"Selamat pagi Claire!"
Dengan cepatnya, Emily segera menarik tali yang mengaitkan ember berisi mayonaise agar isinya tumpah ke atas orang yang datang ke toko. Ternyata yang datang itu...
BLUPP
"Anuu... Ini telur untuk hari ini... Tapi kenapa ada mayonaise segala nih....?" tanya Rick bengong karena terkena lumuran mayonaise. Ternyata yang kena kejahilan Emily itu Rick!
"Waduh! Rickkun, maafin Emily!!!" teriak Emily panik, saking kagetnya kalau mantan orang yang ditaksirnya malah kena jebakannya sendiri.
"Aduh... Enggak apa-apa Emily, cuma kena ke bahu kiri kok..." Rick mengambil saputangan dari saku celananya dan melap mayonaise yang belepotan dibahu kirinya. "Aku hanya ingin mengantarkan telur saja seperti biasa," jawabnya dengan nada normal, seolah-olah tak terjadi apa-apa.
Emily menghela napas lagi, lalu menyiapkan jebakan baru untuk Jack yang akan datang nanti.
Seusai Rick pergi, dengan percaya diri Emily mengikatkan lagi seutas tali pada seember mayonaise di atas pintu toko roti Claire, menunggu Jack datang dan kebasahan dengan mayonaise.
KLINING KLINING
Bel toko berbunyi. Tak salah lagi, pasti Jack! Emily langsung saja menarik tali, dan mayonaisenya membasahi...
"C... Claire... E... Emily... Aku..."
Emily terkejut. Dia kenal suara lirih itu. "Ya ampun Cliff-kun! Maafkan aku!!!" teriak Emily panik lagi. Lagi-lagi jebakannya gagal dan malah mengenai orang yang tak bersalah.
"Enggak apa-apa Emily, cuma kena rambut saja..." Cliff tertawa kecil saat melap dirinya sendiri dengan lengannya yang sama-sama belepotan mayonaise lembek. "Ini apa Emily? Mayonaise?"
"Ya ampun, Emily, sepertinya kamu harus berhenti memasang jebakan 'mandi pagi mayonaise' itu deh..." Claire kerepotan mengambilkan handuk bersih pada Cliff.
Setelah kepanikan Emily dan kerepotan Claire usai, akhirnya Cliff menjelaskan alasan kedatangannya untuk mampir ke toko roti Claire. "Uuung, Claire... Emily... Sebenarnya aku ingin... Mencoba mencari pekerjaan disini..."
"Hee? Melamar pekerjaan?" tanya Claire dan Emily kompak.
"Iya... Uangku sudah hampir habis, dan aku harus membayar uang sewa Inn hari ini... Kalau tidak, aku pasti akan diusir dari Inn, dan berjalan mencari tempat tinggal yang lain dengan uangku yang tersisa..." jawab Cliff lirih sambil tersenyum, membuat kedua gadis pirang didekatnya menangis bawang bombay.
"Uuuuuuuukh, nasibmu tragis sekali Cliff-kuuuuuun!!!" teriak Emily berlebihan sambil memeluk Cliff, membuat Cliff langsung kaget dan malu. "Aku enggak tau kalau nasib Cliff-kun begituuuuu!!!"
"Kau benar... Musim Fall ini banyak banget pesanan, dan lagi takkan mungkin bisa diselesaikan hanya dengan kami berdua..." Claire tersenyum kecil. ".... Benar juga. Cliff, kau kerja saja part-time disini!"
"Eh?! Boleh nih?!" tanya Cliff tak percaya.
"Serius kok! Kau pakai celemek ini dan bergegaslah kerja!" Claire memperlihatkan sebuah... Celemek biru muda dengan tulisan 'CLAIRE's BAKERY STORE' di bagian dada celemeknya. Muka Cliff sukses memerah bagai dibombardir.
Dengan muka yang masih memerah, Cliff mengikat tali pinggang celemeknya dan masih terus saja memerah. Emily ingin meledeknya dan mengatainya kalau dia mirip dengan perempuan, namun dia hanya menyembunyikannya dengan tertawa kecil.
"Cliff-kun cocok kok!" Emily bertepuk tangan.
"Kau lucu mengenakannya kok, Cliff. Nah, untuk hari ini... Karena kamu cowok, tolong belikan tepung terigu empat bungkus di Supermarket, ya!" Claire mengambil uang logam seratusan sejumlah dua keping dari mesin kasir, lalu memberikannya pada Cliff.
"Eeee... Baiklah," Cliff bangkit dari keterpurukannya yang dikiranya akan diledek mirip cewek, dan segera pergi menuju Supermarket.
"Hee," Emily mengaduk adonan. "Boss mempercayakan 200 Gold pada Cliff-kun?"
"Hey, jangan sinis gitu dong Emily," Claire mengunci kembali mesin kasir. "Meski Cliff orangnya agak peragu, dia itu pasti akan bertanggung jawab kalau diberi kepercayaan kok."
"Heee..." Emily hanya sibuk menyiapkan jebakan mandi mayonaise baru. Tentunya setelah Cliff kembali, dia akan memasangnya dengan sasaran Jack nantinya.
"Met siaaaaang Claireeee!"
Heh! Emily kenal suara melengking itu. Dia segera mempersiapkan jebakannya.
KLINING KLINI—BLUPP!
Jack yang berniat mengunjungi Claire kebasahan mayonaise yang tumpah dari jebakan Emily. Jack bengong dan mulai memandang penuh kesal pada Emily.
"EMILYYYY!!!" teriak Jack kesal. "Sehari yang lalu kaki seribu, kemarin lusa kaviar, tiga hari lalu wasabi, sekarang mayonaise?! Aaargh!"
"Emily," Claire memberikan handuk bersih pada Jack. "Kau sudah puas memberi jebakan, kan?" tanyanya agak pelan.
"Puas sekali bos!" jawab Emily bahagia, karena kini korbannya memang orang yang diinginkannya. "Besok tunggu saja jebakanku yang lain~~!"
Jack mengelap mukanya yang belepotan mayonaise. "Huh, aku mau mandi dulu! Awas kalau kau menyerangku lagi!" omelnya jengkel sambil berlari menuju pertaniannya, meninggalkan handuk yang dipinjamkan Claire ke lantai. Claire memungutnya dan meletakkannya ke tempat cucian.
"Ehehehe~ Ehehe~" Emily kembali ke pekerjaannya dan membuat adonan kembali, sedangkan Claire menaruh adonan roti yang sudah siap dipanggang ke oven.
KLINING KLINING
"Maaf terlambat... Ini tepungnya..." Cliff muncul sambil membawakan empat bungkus tepung. "Ada lagi yang bisa kubantu?"
"Wah! Nice time Cliff!" Claire membantu Cliff meletakkan tepung-tepung itu ke meja dapur. "Sekarang... Tolong antarkan 2 lusin Eclair ini ke pelabuhan! Berikan saja pada Zack dan bilang tolong antarkan di tempat yang sudah tertera di label di atas loyang kue ini!" Claire menunjuk ke arah seloyang penuh kue eclair yang baru matang. "Aku sudah minta Zack untuk membungkusnya selama pengiriman, jadi antarkan saja dengan keadaan baru matang begini,"
Cliff mengangkat loyang kue berbentuk persegi panjang itu lalu membawanya agak terseok-seok ke luar. Mungkin karena berat? Mungkin saja.
Emily tersenyum jahil lagi, mengetahui pasti Jack akan datang sebentar lagi, makanya dia mempersiapkan kembali jebakan mayonaisenya; membuat bosnya hanya bisa tersenyum pasrah dengan tingkah asistennya. "Ehehe, dengan begini, Jackkun pasti harus mandi tiga kali sehari~! Kayak minum obat, hihihi..."
"Emily..." Claire menghela napas pasrah. Benar-benar tak bisa dihentikan. Sekali Emily punya rencana jahil, pasti takkan ada yang bisa mengalihkannya. Claire kembali ke pekerjaannya yang masih segudang dan harus ditamatkan dalam seharian ini.
KLINING KLINI—BLUPP!
"Ouch!!" Jack yang baru saja datang terkena serangan jebakan Emily lagi, membuat sekujur badannya dilumuri mayonaise kembali. "EMILYYYY!!!" teriaknya jengkel. "GARA-GARA KAMU AKU HARUS MANDI LAGIII!!!"
"Yes! Sukses kembali!" Emily mengangkat lengan kanannya bangga, tanda bahwa jebakannya berjalan sukses kembali. "Jackkun memang enak dijadiin sasaran jebakan, hihihi..." ledeknya bangga.
"Ukh... " Claire lagi-lagi harus mengorbankan salah satu handuknya untuk menjadi lap mayonaise Jack kembali.
"Awas saja besok, Emily!!" ancam Jack sebelum pergi lagi untuk mandi di pertaniannya.
Claire lagi-lagi mengambil handuk yang basah karena mayonaise lagi, sedangkan Jack sudah tak ada dari pandangan mereka berdua.
KLINING KLINING
Untung Emily masih belum memasang jebakan baru, karena itu Cliff berhasil masuk ke toko roti tanpa terkena jebakan mayonaise.
"Sudah selesai, Claire..." Cliff mengelap dahinya yang keringatan dengan lengan kanannya. "Ada... Lagi yang harus kulakukan?"
"Eh? Sebenarnya agak susah, sih... Hanya mengatur suhu oven, bisa kan?" tanya Claire sambil menunjuk ke arah oven besar. "Disini, selama membuat kue dan roti hari ini, kita hanya butuh suhu 365 Fahrenheit. Selama kami memanaskan, tolong jangan sampai suhunya berubah dan jaga panasnya, ya."
Emily mengeluh dalam hati. Kalau seandainya dia yang mendapat pekerjaan menjaga suhu oven, pasti dia akan kabur dan lebih memilih membuat adonan seperti yang dilakukannya saat ini. Namun dia melirik Cliff tetap serius dalam pekerjaannya, membuat hatinya tersentuh dengan keteguhan cowok pemalu yang tinggal sebelahan dengannya.
Tanpa disadari waktu terus berjalan. Sudah jam 5 kurang.
"Ah, sudah mau jam 5. Cliff, ini gaji part-timemu hari ini," Claire memberikan sebuah amplop pada Cliff.
"Te, terima kasih Claire..." Cliff membuka amplop itu dan mengintip isinya. Mendadak kedua bola matanya membesar, kaget dengan isi amplop itu. "Ba... Banyak sekali...! Ini benar untukku, Claire, Emily?"
"Tentu aja!" Emily menyelempangkan lengan kanannya ke bahu Cliff. "Aku juga selalu dapat gaji sebanyak ini setiap hari, makanya aku bisa banyak jajan dulu di Inn!"
"Benar kok, kau berhak mendapatkan uang itu," Claire tersenyum. "Kau sudah bekerja keras."
"Te—Terima kasih Claire, Emily!" Cliff terharu. "Aku berterima kasih sekali pada kalian! Dengan uang segini aku masih bisa tinggal di Inn beberapa bulan lagi...!"
"Kalau kau mau, kerja saja disini! Tak usah part-time, kerja sa—"
KLINING KLINING
Jack muncul dan membuat perkataan Emily terputus. Emily mulai menyesal kenapa tadi dia tak menyiapkan jebakan dulu setelah Cliff datang.
"Hoo, tak ada jebakan, berarti aku selamat~!" Jack melonjak gembira. "Hei, sedang ada apaan nih? Kok kayaknya meriah banget?"
"Eh—Anuu..." Cliff segera menaruh amplop gaji part-timenya ke saku celananya. "Aku.. Hanya... Minta kerja part-time disini... Baru saja selesai, dan aku akan pulang..."
"Hee? Part-time? Kenapa enggak kerja di winery?" tanya Jack. "Besok itu adalah hari panen anggur untuk toko Aja's Winery. Kenapa enggak kerja part-time disana?" tawarnya.
"Eh? Tapi aku tak bisa datang seenaknya begitu..." Cliff menunduk malu.
"Aku diminta sama Duke untuk mencari satu orang yang bisa membantu panen besok. Kau mau?" tanya Jack.
"Se... Serius, Jack?!" tanya Cliff tak percaya. Ditolong oleh Claire, Emily dan Jack sekaligus dalam satu hari. ".... Mau! Aku mau!"
"Oke, jam 10 di winery ya," Jack menepuk bahu Cliff yang sedang melepas celemek seragam toko roti.
"I... Iya! Emily, Claire, Jack... Terima kasih banyak!" seru Cliff terharu kembali.
"Nah, sekarang Anncchi pasti mau menagih uang sewa tuh. Sebaiknya kamu segera pulang ke Inn dan membayarnya sebelum kau ditendang keluar!" Emily mendorong Cliff keluar toko.
"I, iya... Sekali lagi terima kasih banyak, semuanya!!" teriak Cliff sebelum berlari menuju Inn.
Setelah Cliff pergi, Emily memasuki kembali toko roti dengan seember penuh mayonaise, sambil perlahan-lahan berjalan dengan santai menuju Jack. "Hei, Jack..."
"Apaan, Emily?" tanya Jack, tak sadar dengan apa yang akan didapatinya nanti.
"Kurasa kau harus... Mandi lagi!" Emily melemparkan seember mayonaise ke arah Jack, membuat Jack belepotan mayonaise lagi.
"!#$%^&*(!#!!! EMILYYY!!!" teriak Jack kesal. Sudah berkali-kali mandi namun tetap saja jebakan Emily membuatnya basah kuyup dengan mayonaise berkali-kali. "Aku marah besar! Awas kalau kau membuatku basah kuyup lagi!!!" ancamnya sebelum pergi.
Claire lagi-lagi hanya bisa pasrah melihat Jack basah kuyup dengan mayonaise dan kembali pulang ke rumahnya untuk mandi.
KLINING KLINING
Kali ini yang datang ke toko roti adalah Gray. Dia beruntung bisa selamat dari jebakan mayonaise dari Emily, karena Emily memang sengaja membuat Jack pergi dengan berbagai cara agar bosnya dan Gray bisa langgeng. Belum jadian sih, tapi Emily selalu berusaha membuat mereka bisa bersama-sama.
"Se... Selamat sore..." sapa Gray perlahan.
"Sore, Gray!" sapa Claire ceria, membuat kedua pipi Gray yang biasanya kering karena terlalu dekat dengan pemanas kini seperti disepuh dengan merah menyala dengan rapi. "Kau mengantarkan pisau yang ingin diasah untukku ya? Terima kasih ya!"
"S... Sa... Sama-sama..." jawab Gray kaku, berusaha berbicara namun tak bisa lancar karena kepolosan Claire yang menunjukkan senyum manisnya.
Emily ngambek. Dia sudah susah-susah selalu membuat jebakan agar Jack selalu gagal mendekati Claire, sedangkan Gray tak menyadari betapa beruntungnya dia karena berkali-kali didatangkan kesempatan untuk mendekati Claire oleh Emily.
-_-_-_-_-_-
TO BE CONTINUED
Yaah, bersambung... Yuk, kita terusin lagi bacanya! Tapi di chapter berikutnya, hehehe... -dilempar bakul sama pembaca-
Cerita ini kayaknya bakalan lebih panjang dari LOVE ME LOVE ME dan Kejutan yang Mengejutkan, berhubung karena cerita ini akan sedikit muncul di fic Let's Baking Love... Arrrgh! -kicked some pillow-
EDITED: (17-01-2010) Terima kasih atas eri-chan dan yue-chan~~! Anisha mengoreksi kata-kata yang salah~~ (_-_) -sujud kepala-
Oke, review/flame/kritik/saran/feedback/komentar/de el el, anisha nantikan dengan sepenuh hati~
Warm Smiles,
Anisha Asakura
