Hello semuanya. Cerita pertama yang aku post di akun, well bukan cerita pertama yang aku buat sih. Ini adalah cerita sama yang pernah aku post di akun FB, aku re-write. Mungkin ada beberapa yang sudah pernah baca dan semoga kali ini bisa sampai selesai. :) Anyway... happy reading... =D
Goodbye For Now
BPOV
"Kenapa kau melihatku seperti itu?" Tanyaku saat melihat Edward terus menatapku.
"Apa aku dilarang untuk menatap orang yang sangat kucintai?" Jawabnya, masih terus menatapku.
Ini membuatku risih. Bukan karena aku tidak suka, tapi karena tatapan Edward selalu saja bisa membuatku sesak nafas-bahkan pingsanāmemalukan.
"Tidak, bukan itu maksudku. Um. . .kalau kau masih mau melihatku hidup dan bernafas normal, berhenti menatapku seperti itu." Tegasku.
Edward tertawa, tawa yang sungguh merduāmembuatku semakin mabuk.
Edward menggenggam tanganku erat. "Aku tidak akan pernah bisa berhenti menatapmu, bahkan jika aku sudah tidak bisa membuka mata ini, aku pasti masih bisa menatapmu disini," Edward menaruh tanganku yang digenggamnya didada. "Dihatiku. Karna kau tidak akan pernah bisa tergantikan dihatiku, Bella. Tidak dulu, sekarang ataupun nanti." Edward meremas tanganku. "Jadi, apakah aku harus berhenti menatapmu?"
Kutatap dia lama, matanya mengisyaratkan semua perasaannya itu. Dan itu membuatku sangat tersanjung. Aku tidak mengerti kenapa Edward bisa begitu mencintaiku, ini adalah anugrah terindah. Edward merengkuh kedua pipiku lalu mendekatkan wajahnya padaku, Edward menciumku lembut, akupun balas menciumnya. Lalu ku peluk dia, menyembunyikan wajahku di dadanya.
"This is true love, and true love never end." Kata kami bebarengan.
Ya, itulah simbol kami untuk cinta ini. Cinta yang tidak akan pernah bisa terpisahkan, tidak bahkan jika kami mati.
"Bella!"
Aku mendengar ada yang memanggil namaku. Kubuka mataku perlahan, kembali ke masa kini, masa yang paling kelam dalam hidupku.
"Apa yang kau lakukan di taman? Ayo masuk, hujan sudah semakin deras, apa kau tidak merasakannya?'
Kutatap langit, benar, memang sudah hujan tapi bahkan aku tidak sadar kalau sedari tadi aku menggigil kedinginan.
Dengan langkah gontai aku berjalan kerumah, Alec masih menungguku didepan pintu.
"Aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa lagi padamu, Bella." Ucap Alec saat aku sudah didalam. Dialah kakakku satu-satunya, yang paling mengerti aku, tapi tidak belakangan ini.
"Tidak ada yang menyuruhmu untuk berbuat apapun padaku." Jawabku dingin.
Alec menyentak tanganku. "Bella, hentikan! Ini sudah benar-benar keterlaluan! Kau bahkan tidak sadar dari tadi kau kehujanan dan menggigil begitu. Demi Tuhan, Bella, ini sudah dua tahun. Kau harus tetap melanjutkan hidupmu. Edward sudah meninggal!"
Aku tersentak mendengar perkataannya yang terakhir, aku paling benci mendengar Alec mengatakan itu.
Kutatap matanya. "Berhenti mengatakan itu! Edward belum meninggal! Dia masih hidup!" Aku berteriak dengan badan yang masih menggigil.
"Demi Tuhan, Bella, kita sama-sama tahu kalau Edward meninggal dalam kecelakaan itu!" Alec balas berteriak.
"Oh ya? Kalau begitu tunjukkan padaku dimana makamnya? Dimana mayatnya?" Tantangku. "Kau tidak akan bisa membuktikannya karena memang Edward belum meninggal. Edward belum meninggal!" Aku berteriak sejadi-jadinya lalu berlari menuju kamarku dilantai atas. Kututup pintunya dengan suara keras dan menguncinya.
Aku berjalan ke kamar mandi, menyiram badanku dengan air yang membuatku semakin menggigil, tapi aku tidak menghiraukannya.
Edward belum meninggal. Sekeras apapun mereka memaksaku untuk mempercayainya, mereka tidak akan berhasil, karena memamg Edward belum meninggal. Dia masih hidup, hanya saja entah berada dimana. Dan aku yakin suatu saat aku akan bertemu lagi dengan Edward.
Dua tahun yang lalu, saat Edward sedang berkendara menuju bandara saat akan menjemputk, dia mengalami kecelakaan. Remnya blong dan mobilnya masuk jurang. Atau setidaknya, begitulah yang mereka katakan padaku. Dan mereka juga mengatakan bahwa Edward sudah meninggal, tapi bahkan mereka tidak pernah menemukan mayatnya. Bagaimana bisa mereka mengatakannya jika buktinya tidak ada? Mereka itu pembohong, pembohong besar. Dan aku masih tetap dipaksa untuk mempercayainya? Jangan harap.
"Bella, kau sudah berkemas?" Tanya Renee saat aku turun.
"Yeah, mom, sudah beres semua. Tinggal dibawa saja kebawah."
"Biar Alec yang mengambilnya, ini," Renee menyodorkan sepotong roti untukku. "Makan dulu sarapanku, perjalanannya memang tidak memakan waktu terlalu lama, tapi kau harus tetap mengisi perutmu."
Hari ini aku dikirim Charlie dan Renee untuk berkunjung kerumah paman dan bibiku di Phoenix. Well, bukan hanya aku sebenarnya, karena Alec juga akan menemaniku selama berkunjung kesana. Sebenarnya sudah lama mereka menyuruhku untuk pergi Phoenix, tapi aku selalu menolaknya. Aku tidak mau jauh-jauh dari Edward. Bagaimana nanti kalau dia kembali? Bagaimana nanti kalau dia mencariku? Edward pasti akan sangat kebingungan. Tapi kemarin aku sudah meninggalkan surat untuknya. Surat itu kuletakkan ditempat biasa aku dan Edward berkirim-kirim pesan. Tidak ada yang tahu tempat itu kecuali aku dan Edward. Dan aku yakin Edward pasti bisa menemukannya.
"Ayo, semua sudah beres. Kau sudah selesai Bella?" Tanya Alec padaku.
"Yap, barang-barangku sudah diambil semua?"
"Sudah, jangan khawatir. Lagi pula kau hanya membawa sedikit barang, apa kau tidak punya baju?" Ledek Alec.
Aku menarik nafas jengkel. "Apa aku harus membawa semua jaket dan sweaterku kesana? Memangnya aku gila mau memakai semua pakaian hangatku di tempat sepanas itu."
"Ha ha. Kau benar."
Kami bergegas masuk kemobil sebelum hujan semakin besar. Aku pasti akan sangat merindukan hujan. Aku mendesah.
"Apa kau baik-baik saja, Bella?"
"Aku Baik, mom."
"Baiklah semua, kita berangkat sekarang." Kata Charlie sebelum menyalakan mobilnya.
"Tentu, Dad. Tapi kami mohon jangan terlalu pelan menyetirnya kalau kau tidak mau membuat kami katinggalan pesawat." Kata Alec dan langsung disambut geraman dan tawa dari kami semua. Tapi tidak benar-benar bisa menghiburku.
Mobil mulai melaju ditengah guyuran hujan. Aku memandang kebelakang, menyerap semua pemandangan yang ada disana. Terutama semua kenanganku bersama Edward. Aku terus memandang kebelakang sampai semua menghilang dari pandangan.
Well, what do you think? Lanjutkan kah? Kasih sedikit cinta kalian.. Klik Review..
Love
B
