Yak, here's another fic from me. Wuahahah, otak lagi dipenuhi ide nih *padahal udah mau UTS*
Gundam Seed/Destiny punya Sunrise. Kalau punya saia, pasti endingny bakalan saia ubah!
She is My Cat
Gundam Seed/Destiny (c) Sunrise
First Wish : Trouble
Berhati-hatilah dengan permintaan yang kau ucapkan. sebab kau tidak pernah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya...
Mungkin saja permintaanmu akan terkabul...
x=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=x
Langit pagi terlihat damai seperti biasa, matahari masih muncul dari ufuk timur. Dering jam weker menggema, menggantikan posisi sang ayam untuk membangunkan para manusia dari tidur mereka. Para ibu sibuk memasak, para ayah sibuk membaca koran, dan para anak sibuk bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Tukang koran sudah hampir selesai berkeliling kompleks untuk mengantarkan koran kepada pelanggannya. Beberapa mobil serta motor terlihat lalu-lalang di jalan. Semua terlihat damai.
Kecuali di kediaman Athha...
Suara gedoran di pintu belum berhenti juga meski sudah hampir sepuluh menit berlalu. Seorang gadis berambut pirang terlihat kesal di depan pintu warna putih yang sedari tadi ia gedor.
"Kira, cepat gantian! Nanti aku terlambat!" teriaknya kesal.
"Sabar sebentar, Cagalli. Aku baru masuk ke kamar mandi!" balas Kira dari dalam.
Cagalli menarik wajahnya dengan frustasi. "Ini salahmu, Kira Yamato! Seandainya kau tidak menghancurkan keran di kamar mandiku, aku tidak perlu mengganggu ritual mandi pagimu yang suci ini!"
"Hei, kau yang memintaku untuk membetulkan keranmu yang bocor 'kan?" Kira berusaha membela diri.
"Ya, aku memintamu untuk MEMPERBAIKI, bukannya menghancurkan!"
"Cagalli, kalau kau mengajakku bicara terus, kapan aku bisa mulai mandi?!"
"ARGH!" Cagalli mengacak-acak rambutnya. Seandainya dia tidak berperasaan, pasti sekarang dia sudah mendobrak pintu kamar mandi kakak kembarnya itu. Tapi dia tidak mungkin melakukannya, dan tentu saja hal itu tidak etis.
Seorang pria berambut ungu pucat membuka pintu kamar Kira, dia menggeleng pelan. "Cagalli, kenapa kau tidak menggunakan kamar mandi ayah saja? Biar ayah urus keranmu nanti."
Cagalli mengendus kesal sambil berlalu melewati ayahnya, Uzumi Nara Athha. Sementara pria paruh baya itu berjalan masuk ke dalam kamar Kira, dan mengetuk pintu kamar mandi.
"Cagalli, sudah aku katakan..."
"Setengah jam lagi kita berangkat, Kira." kata Uzumi dengan suara datar.
Hening beberapa saat.
"Ah, iya, tentu, paman..."
Uzumi keluar dari kamar Kira, dan berpapasan dengan Caridad Yamato. Uzumi hanya tersenyum simpul dan mempersilahkan Caridad untuk berjalan terlebih dahulu.
Dan kondisi di kediaman Athha kembali kondusif.
x=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=x
Bel masuk telah berdering tepat saat kaki Cagalli menginjak halaman depan sekolahnya, ORB Internasional High School. Sang penjaga pintu gerbang sempat terkejut karena melihat Cagalli menjadi salah satu murid yang nyaris terlambat, kalau Kira dia sudah biasa melihat pria berambut cokelat itu terlambat.
"Terima kasih, Kira! Karena kau kita nyaris terlambat!" omel Cagalli disela tarikan nafasnya yang tersengal-sengal.
Sementara Kira yang merupakan pemain bola andalan sekolahnya hanya tertawa sambil mengacak-acak rambut Cagalli. Nafasnya masih beraturan, seolah lari marathon sejauh 50 meter bukan apa-apa baginya.
"Pagi yang cerah untuk terlambat, huh?" tanya seseorang dari balik punggung dua manusia yang berdiri di pintu depan.
Keduanya menoleh ke belakang dengan serempak, dan mendapatkan sosok seorang pria berambut navy blue tersenyum ramah ke arah mereka. "Halo, Kira, Cagalli."
"Ya, halo." jawab Cagalli acuh dan sambil berlalu.
Athrun menaikkan sebelah alisnya. "Apa aku melakukan sebuah kesalahan?"
"Aku rasa, kali ini aku yang melakukan kesalahan." jawab Kira santai.
Cagalli membanting pintu loker sepatunya dengan kesal. "Kau harus memperbaiki keran kamar mandiku, aku tidak mau tahu!"
Athrun hanya bisa menatap Kira dan Cagalli secara bergantian. "Apa yang sebenarnya terjadi?"
Kira berjalan menuju ke loker sepatunya, yang tidak jauh dari loker sepatu Cagalli, Athrun menyusulnya dan ikut mengambil sepatunya sendiri. "Aku tidak sengaja menghancurkan keran di kamar mandi Cagalli..."
"Menghancurkan?" Athrun ber-sweat drop ria. "Kira, apa kau menggunakan tenaga dalam sampai-sampai keran di kamar mandi Cagalli hancur? Dan, bagaimana ceritanya kau bisa berada di kamar mandi Cagalli?"
Kedua sahabat masa kecil itu berjalan menelusuri lorong sekolah, beberapa murid perempuan berteriak histeris ketika berpapasan dengan mereka, atau yang melihat dari kejauhan. Ini rutinitas biasa di pagi hari. Ini belum seberapa, coba saja ada Yzak, Rey, Shinn serta Dearka, pasti para bishounen ini tidak bisa lewat, sebab mereka terkepung oleh lautan fangirl.
"Tadi pagi Cagalli membangunkanku karena keran di kamar mandinya rusak, soalnya Paman Uzumi sedang lari pagi. Dan yah..." Kira menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. "Aku tidak sengaja memperparah kondisi si keran, sehingga dia putus..."
Athrun menggeleng pelan. "Kira, aku baru tahu kalau kau punya tenaga dalam..."
"Tenaga dalam apanya?" kata Kira sinis. Dia tidak suka dengan istilah yang digunakan Athrun. Tenaga dalam? Ya, mungkin satu-satunya orang yang memiliki tenaga dalam di rumahnya adalah Cagalli dan ibu angkatnya, Caridad Yamato.
Cagalli, tidak perlu dijelaskan lagi, tenaganya melebihi tenaga rata-rata remaja perempuan yang sedang dalam masa pertumbuhan. Kira ingat bahwa Cagalli pernah memukul Auel karena cowok itu merusak banner untuk acara tahunan sekolah, membuat cowok berambut biru itu tidak sadarkan diri selama dua jam lebih. Para guru dan teman-teman yang lain tentu saja panik setengah mati, tetapi Cagalli, yang merupakan ketua OSIS berkata bahwa Auel tidak akan apa-apa, dan jika sesuatu yang fatal terjadi kepada cowok itu, dia akan bertanggung jawab. Yah, untungnya tidak terjadi apa-apa, Auel masih hidup hingga sekarang. Tapi dia sudah tidak berandalan seperti biasa. Tunggu, coret yang tadi. Dia masih berandalan, hanya saja dia tidak pernah bertingkah lagi di dalam sekolah, dia lebih senang menghajar murid dari sekolah lain. Meski para guru tidak suka dengan sikap Auel, tetapi Cagalli mendukungnya, sebab Auel tidak sembarangan menghajar orang. Yang dihajar adalah mereka berandalan dari sekolah lain yang sering mengganggu murid-murid OIHS. Dan tidak ada yang berani melawan Cagalli, sebab Cagalli selalu menemukan alasan yang tepat setiap kali dia membela Auel. Para guru tidak bisa berkutik dan hanya berkata bahwa Auel tidak boleh mengulangi perbuatannya. Yang, tentu saja, langsung dilanggar...
Sementara Caridad Yamato, dia adalah satu-satunya orang yang bisa membuat seorang Kira Yamato, Cagalli Yula Athha serta Uzumi Nara Athha untuk meninggalkan kegiatan mereka setiap kali dipanggil oleh beliau, tanpa melawan, tanpa mengeluarkan komentar yang tidak penting. Mungkin, itu sebuah kekuatan tersendiri yang dimiliki oleh figur seorang ibu.
Kondisi keluarga Kira dan Cagalli bisa dibilang unik. Mereka sebetulnya lahir dari pasangan Ulen dan Via Hibiki, tetapi keduanya tewas ketika pesawat yang mereka tumpangi jatuh dalam perjalanan kembali dari PLANT menuju Orb setelah menyelesaikan dinas kantor. Kira dan Cagalli yang baru berusia satu tahun waktu itu tengah dititipkan kepada adik Via, yaitu Caridad, dan akhirnya diadopsi oleh keluarga Yamato. Dua tahun setelah kematian Ulen dan Via, Haruma Yamato, suami dari Caridad Yamato mengalami kecelakaan, Caridad yang waktu itu masih berusia belia tidak sanggup menghidupi dua orang bayi, akhirnya menyerahkan Cagalli kepada keluarga Athha di Orb, sementara dia pulang ke negara asalnya, PLANT, untuk membesarkan Kira. Sepuluh tahun kemudian, Caridad memutuskan untuk kembali ke Orb, awalnya hanya untuk melihat kondisi Cagalli dan mengatakan yang sebenarnya kepada anak-anaknya yang tengah beranjak dewasa. Tetapi Uzumi menawarkan Caridad serta Kira untuk tinggal bersama dirinya dan Cagalli di Orb. Meski awalnya semua terasa canggung, seiring dengan waktu, Cagalli dan Kira bisa beradaptasi satu sama lain. Hal itu juga berlaku untuk Caridad serta Uzumi.
Suasana hiruk pikuk terhenti ketika sosok Murrue Sensei memasuki kelas 2-D. Itu tandanya sekarang waktunya membuka buku sejarah.
x=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=x
Awal yang menyebalkan!
Itulah yang seharian ini berada dalam benak Cagalli, bagaimana tidak? Dia nyaris terlambat (atau sebetulnya sudah terlambat?), tadi pagi dia hanya sempat mandi ala kadarnya, dan yang paling utama, dia tidak sarapan! Ya, Cagalli adalah tipe orang yang selalu mengutamakan sarapan sebelum pergi. Dia selalu menikmati aroma teh melati yang diseduh oleh bibi Caridad serta menyantap sarapan yang dibuat oleh beliau sambil menonton berita pagi atau berdebat dengan ayahnya mengenai kondisi politik Orb. Itu adalah rutinitas paginya yang suci. Dan Kira telah merusaknya! Sebetulnya dia juga ikut andil dalam rusaknya rutinitas paginya kali ini. Seandainya dia segera meminta ayah angkatnya untuk membenarkan kerannya yang rusak dari semalam, dia tidak harus meminta bantuan Kira untuk menghancurkan keran tersebut.
Kesialannya tidak berhenti sampai di situ, ketika rapat dengan ketua klub di sekolah, Meyrin lupa tidak membawa lembaran yang merupakan rancangan tanggal untuk kegiatan-kegiatan yang akan diadakan oleh pihak sekolah, dan seluruh klub di sekolah harus ambil bagian dalam setiap kegiatan, tetapi agar jadwalnya tidak bentrok dengan jadwal milik masing-masing klub, Cagalli ingin membicarakannya terlebih dahulu dengan para ketua. Tetapi, berhubung surat keputusan dari pihak sekolah tidak ada, Cagalli mau tidak mau menyuruh Meyrin untuk mencatat tanggal-tanggal acara kegiatan tiap klub (dan Cagalli juga ikut mencatatnya. Secara diam-diam juga Cagalli meminta Rey, yang merupakan wakil ketua OSIS untuk ikut mencatat. Dia tidak mau melukai perasaan Meyrin yang menjabat sebagai sekretaris OSIS).
Matahari sudah merangkak masuk ke tempat peraduannya di sebelah barat, suasana sekolah sudah sepi ketika Cagalli keluar dari sana. Dia baru tahu bahwa tugas sebagai seorang ketua OSIS itu sangat banyak. Tetapi kenapa ketua yang sebelumnya, Miguel Aiman selalu bisa pulang tepat waktu? Apa jangan-jangan gosip itu benar? Bahwa selama ini yang mengerjakan tugasnya sebagai ketua OSIS adalah Heine Westenfluss, sang wakil ketua? Atau yang sering disebut sebagai ketua bayangan? Rey memang bisa diandalkan, tetapi Cagalli tidak mau melakukan hal itu kepada si pianis pirang pujaan murid-murid di OIHS.
Cagalli berjalan dengan lesu menuju ke stasiun kereta api. Beginilah rutinitasnya, setiap pagi dia selalu diantar oleh ayahnya, sementara sore harinya dia naik kereta. Biasanya jika Kira tidak ada latihan bola, atau tidak pergi kencan dengan Lacus, mereka akan berjalan bersama. Tapi berhubung hari ini Kira ada latihan bola, Cagalli terpaksa pulang sendiri. Well, mengingat apa yang telah terjadi hari ini, nampaknya memang lebih baik jika Cagalli pulang sendiri. Atau Kira akan ditemukan pingsan di jalan dengan beberapa lebam di wajah serta luka di bagian internal organ tubuhnya.
Ketika Cagalli sedang menunggu kereta api lewat, seekor kucing berwarna putih mengendus-ngendus kaki Cagalli.
"Hei, apa yang kau lakukan?" tanya Cagalli kaget.
"Meoooong." jawab si kucing yang sekarang sudah menggesek-gesekan tubuhnya ke kaki Cagalli, membuat si gadis pirang itu sedikit geli.
Cagalli jongkok, menatap si kucing yang menatapnya balik dengan tatapan kucing seperti umumnya, seolah dia tidak melakukan apa-apa. "Geli, tahu!"
"Miauw?" si kucing memiringkan kepalanya ke kiri.
Cagalli tersenyum kecil sambil mengusap-usap bagian leher kucing tersebut. "Haaah, sejak kapan aku jadi suka bicara dengan kucing?"
Sebuah gelak tawa yang khas terdengar dari belakang Cagalli, begitu dia menoleh dia melihat sosok Athrun di sana menggunakan seragam sekolah mereka dengan rapih seperti biasa, dan tas sekolahnya ia jinjing.
"Aku baru tahu kalau kau suka kucing." ucap Athrun sambil tersenyum.
"Ya, sebab aku selalu iri jika melihat kucing." kata Cagalli sambil mengelus-elus kepala kucing tersebut.
"Iri?"
"Ya. Menjadi kucing liar yang bebas, tidak terikat oleh apapun, dan yang terpenting, kau tidak memiliki adik kembar yang menyebalkan." ucap Cagalli dengan nada bahagia.
Athrun tertawa. "Aku pikir Kira yang kakak."
Cagalli mengendus. "Aku yang kakak. Aku keluar sepuluh detik sebelum Kira!"
"Baiklah-baiklah, aku percaya..." Athrun tersenyum. Lebih baik tidak usah berdebat mengenai siapa yang kakak dan siapa yang adik dengan Cagalli, sebab hal itu hanya buang-buang waktu dan tenaga. Dia akan teguh dengan pendirian bahwa dialah sang kakak, meski dalam catatan kelahiran mereka, jelas-jelas tertulis bahwa Kira yang lahir terlebih dulu.
Tanpa terasa kereta yang ditunggu sudah lewat, Cagalli menyuruh si kucing untuk pergi. "Tumben sendiri?" tanya Cagalli sambil berjalan.
Athrun terkekeh. "Untungnya tidak ada penggemarku yang pulang sesore ini."
"Atau kau baru saja keluar dari tempat persembunyianmu seperti biasa?"
Tempat yang dimaksud adalah gudang peralatan olahraga. Biasanya setelah selesai latihan, Athrun yang juga anggota tim sepak bola sekolahnya pasti akan bersembunyi di sana, menunggu hingga para fangirl itu pergi. Kira tidak perlu bersusah payah, sebab setelah selesai latihan, Lacus akan berdiri di pinggir lapangan, menunggu Kira agar mereka bisa pulang bersama. Berhubung Athrun masih single alias belum menemukan orang yang tepat untuk menjadi kekasihnya, mau tidak mau pria kelahiran 29 Oktober ini harus bersembunyi dari para penggemarnya (yang ternyata setelah diselidiki tidak hanya kaum hawa saja, tetapi ada yang cowok juga!). Walau sebetulnya, dia sudah menemukan orang yang tepat, hanya saja, dia belum berani mengutarakan perasaannya...
"Kenapa kau melihatku seperti itu?" tanya Cagalli sedikit risih ketika menyadari bahwa Athrun sedari tadi memperhatikannya terus.
"Tidak. Aku hanya berpikir, bahwa ternyata seorang Cagalli Yula Athha yang terkenal serius, keras kepala yang satu ini suka dengan kucing."
"Memangnya ada yang melarangku untuk menyukai kucing?" Cagalli bertanya dengan sinis.
"Tidak. Tapi kalau kau sudah memiliki pemikiran untuk menjadi kucing... Itu, agak sedikit aneh, Cagalli..."
Cagalli mengendus kesal "Yang tadi itu hanya bercanda, jangan terlalu dipikirkan."
Belum sempat Athrun menjawab, kereta yang akan ditumpangi oleh Cagalli masuk ke dalam stasiun. Puluhan orang berbondong-bondong keluar dari dalam kereta dengan teratur. Sebelum Cagalli masuk, Athrun berkata.
"Berhati-hati dengan permintaanmu, Cagalli. Kita tidak pernah tahu kapan Haumea akan mengabulkannya."
Cagalli memutar bola matanya. "Ya, dan nampaknya Haumea akan mengabulkan permintaanku untuk menjadi kucing hari ini!" ucapnya dengan sinis.
Athrun hanya mengangkat kedua bahunya. "Kita tidak pernah tahu, Cagalli..."
Percakapan terpaksa berhenti karena pintu kereta sudah ditutup, meninggalkan Athrun di peron stasiun. Pria itu melambaikan tangan kepada Cagalli, yang tentu saja tidak dibalas olehnya. Dalam hati Athrun bersyukur karena dia bisa bertemu dengan Cagalli hari ini, dan dia bisa melihat wajah senang Cagalli ketika berinteraksi dengan kucing barusan. Mungkin Cagalli suka kucing?
Jiwa Athrun sudah kembali ke dalam raganya ketika kereta yang tiba dari arah berlawanan dengan kereta yang dinaiki oleh Cagalli dua menit yang lalu berhenti di depannya. Dengan perasaan senang, Athrun menaiki kereta yang akan membawanya pulang ke pusat kota Orb.
x=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=x
Cagalli menghempaskan tubuhnya ke atas kasur setelah selesai mandi. Terima kasih kepada ayahnya, keran di kamar mandinya telah diperbaiki. Kira mengucapkan banyak terima kasih kepada Uzumi dan berpesan kepada Cagalli agar dia tidak merusak kerannya lagi, dan Cagalli membalas agar lain kali Kira memperbaiki keran, bukan merusaknya. Jika saja Caridad tidak berdahem kencang, mungkin adu mulut itu tidak akan selesai hingga tiga jam kemudian. Caridad paling tidak suka jika ada adu mulut di meja makan, terutama ketika makan malam.
Sudah tiga tahun semenjak Kira dan Caridad pindah ke sini, semuanya berubah. Suasana sepi yang biasanya mendominasi kediaman Athha, secepat kilat menghilang dan diganti dengan suara bertengkar antara Cagalli dengan Kira, teguran Caridad kepada Cagalli, serta omelan Uzumi kepada Kira. Nampaknya, kehadiran kedua orang itu tidak hanya mengisi rumah keluarga Athha, tetapi juga hidup mereka... Terkadang, Cagalli berharap bahwa ayahnya akan menikah dengan Caridad, sebab rasanya agak sulit untuk menjelaskan kepada teman-temannya mengenai status Caridad. Secara darah, dia dalah bibi Cagalli. Tapi, jauh dalam lubuk hati Cagalli, dia tahu dia ingin lebih. Dia ingin memanggil Caridad dengan sebutan 'ibu' 'mama' 'mom' atau apalah itu yang biasa digunakan seorang anak untuk memanggil ibu mereka.
Suara kucing berantem membuyarkan lamunan Cagalli, dengan kesal dia mengutuk kucing-kucing yang selalu membuat keributan setiap malamnya. Tiba-tiba dia jadi teringat dengan percakapannya dengan Athrun di stasiun, yang membuatnya tertawa geli.
"Ya, mungkin Haumea akan mengabulkan permintaanku untuk menjadi kucing," katanya sebelum memejamkan mata.
Tanpa sepengetahuan Cagalli, sebuah bintang baru saja terjatuh dari langit malam yang bertaburan bintang...
.
.
.
.
.
Baru kali ini Cagalli terbangun karena ada suara ketukan di pintu kamarnya, disusul suara tinggi Kira.
"Cagalli, ayo bangun! Apa kau ingin balas dendam atas kejadian kemarin?"
Ugh, kau mengganggu tidurku, Kira! Gumam Cagalli dalam hati.
"Cagalli, ayolah! Hari ini pelajaran pertama di kelasku adalah biologi. Dan kau tahu bahwa Mwu Sensei selalu datang tepat waktu!" bersamaan dengan ucapan Kira, pintu kamar Cagalli terbuka.
"Kira, apa-apaan kau! Tidak sopan masuk-masuk ke dalam kamar seorang wanita!"
Kira langsung berjalan menuju ke kamar mandi, mengetuk beberapa kali, setelah tidak mendapat jawaban, dia membukanya, dan melihat kamar mandi yang kosong.
"Kira bodoh, aku ada di kasur! Kenapa kau malah ke kamar mandi?!"
Cagalli terdiam sesaat, kenapa semuanya tampak menjadi lebih besar dari biasanya? Bahkan sosok Kira sekalipun... Apa ada yang salah dengan penglihatannya? Tiba-tiba, Cagalli merasakan sesuatu. Gatal! Tubuhnya terasa sangat gatal, dia tidak pernah merasa segatal ini. Dia harus menggaruk tubuhnya.
Kira menggaruk-garuk belakang kepalanya, mata ungunya tertuju ke kasur Cagalli. Wajahnya sedikit terkejut. Dengan perlahan dia mendekat, tangannya terulur ke depan, kemudian mengangkat tubuh Cagalli.
"Tunggu, sejak kapan Kira bisa mengangkat tubuhku hanya dengan menggunakan satu tangan?!"
Kira mengangkat seekor kucing dengan bulu berwarna orange. "Hei kucing kecil, apa yang kau lakukan di kasur adikku?"
"APAAAAAAAAAAA?" pekik Cagalli nyaring.
"Miauw..." tetapi hanya itu yang didengar oleh Kira.
Mau curhat dulu. Sebetulny ide fic ini adalah salah satu setting AU yang sebelumny pengen saia bikin *sebelum akhirny muncul ide buat fic yang Even Death Won't Do Us Apart itu*. Ini cuma sekedar fic pelarian, wuhahahaha. Dan paling fic ini cuma sekitar 5 atau paling banyak 7 chap doang. Dan sebetulny, saia memiliki obsesi yang tidak akan pernah tercapai, yaitu menjadi kucing. Hahahahah #nekoface. Dan karena itu saia bilang bahwa fic ini adalah fic pelarian, sebagai wadah obsesi saia yang ingin menjadi seekor kucing, hahahah
*Tiba-tiba muncul Cagalli dari belakang* "Jadi maksud lo, gue harus berubah jadi kucing karena obsesi gila lo itu?!"
*Terkejut* "Loh, Cagalli, kapan munculny?!"
*Tembak CloLi pake Strike Freedom yang boleh minjem dari Kira*
*lari terbirit-birit buat menghindari tembakan dari Strike Freedom* "Tidaaaaak, selamatkan aku, Athrun-Kuuuuun~~~"
Hahaha, sekian scene gaje antara saia dengan Cagalli =)). Terima kasih untuk yang udah mau baca. Segala kritik, saran, masukan, dan yang lainny akan saia terima dengan lapang dada :)
