Permata dari Bumi Suna

Shinki. Tak banyak yang tahu sederet histori di balik sosoknya yang berselimut misteri [Puisi tentang Shinki dan Gaara]

.

Angin Suna berhembus kencang, menghamburkan debu panas berbau pasir panggang

Shinobi tampan itu menopangkan pipi di atas tangan kiri, pandangannya menerobos kaca jendela

Matanya langsung menatap biru angkasa

Pikiran sang Genin muda berkelana, tergambar dari kekosongan total pada bola mata sewarna gioknya

Dia ikonik dengan wajah bercat merah

Mantelnya hitam, tersusun dari besi halus yang berkibar luar biasa indah

Tak banyak yang tahu sederet histori di balik sosoknya yang berselimut misteri

Shinki, nama sederhana yang orang tuanya beri

Ninja muda kebanggaan negara, putra tunggal Kazekage kelima yang ditinggikan seisi desa

Usianya belum genap dua belas, tapi butir hitam satetsunya sudah menjadi jurus pamungkas

Pertahanan sempurna yang membawanya pada gelar Kartu As

Shinki, sekali lagi namanya Shinki

Mentalnya tak goyah tatkala musuh-musuh menerjangnya berulang kali

Hanya mantel besinya yang menyerang bebas, lincah tanpa cela

Memberi perlawanan yang pantas, cukup untuk membuat selusin ninja musuh cidera

Barangkali eksistensi Shinki tergolong anomali

Satetsu adalah jurus langka, mutlak hanya milik Yang Mulia Kazekage Ketiga!

Lalu kenapa ada bocah yang tak jelas asal usulnya, mampu memanipulasi besi-besi ini sedemikian rupa?

Gaara Sang Ayahanda, duduk di singgasana Kazekage kelima

Gaara tak menyebut Shinki anomali. Sebaliknya, putra angkatnya adalah anugrah

Dia bagai dijatuhkan dari langit ke bumi, dipertemukan dengan Gaara sebagai sebuah berkah

Senjata desa, tetapi bukan boneka perang belaka

Melainkan shinobi terhormat yang hadir untuk melindungi

Shinki, dan sosoknya yang serba tak diketahui

Permata hitam terkuat di tengah desa Pasir Tersembunyi

Permata itu bergerak, seiring dia mengangkat wajah

Seekor burung melintas langit, membuyarkan lamunnya

Di saat yang sama, pintu terbuka, Gaara masuk dengan senyum cerah

"Nak, maaf menunggu, ayo kita makan siang bersama"

Genin muda melompat, masuk ke rangkulan Ayahanda dan menyapa

"Terimakasih waktunya, Ayah. Sudah lama sejak terakhir kita menghabiskan waktu bersama."

"Kau kangen ya? Maaf ya, Ayah sibuk. Bagaimana kabarmu hari ini?"

"Baik, dan akan lebih baik lagi."

Senyum tercipta seiring suara langkah kaki bersama terdengar menggema

Beriringan dengan bisik mesra dua insan yang lekas berbagi cerita

Pasangan Ayah dan Anak yang berjalan dalam cinta

Dua permata dari bumi Suna

.

Catatan Ferisa : Niat hati membuat kisah pendek yang ringan, tapi entah memang nggak berbakat membuat cerita-cerita fragmen, akhirnya malah jadi sejenis prosa liris yang entah bagaimana bentuknya ini. Midnight-production alias hasil ngetik tengah malam di tengah dinginnya kos-kosan, saat beristirahat sejenak dari tugas kampus. Review sangat dinanti.