Sasuke adalah seorang anak bermasalah di sebuah panti asuhan, hingga suatu ketika seorang wanita dengan poni yang menutupi separuh wajah dan suara serak datang menjemputnya.
(Wanita itu terlihat begitu asing, sekaligus familiar di saat yang bersamaan.)
A Walk Down The Sunshine
.
.
Sasuke Uchiha adalah seorang anak yang paling dikucilkan di rumah asuh itu.
Data yang ada mengenai dirinya mengatakan bahwa ia adalah satu-satunya orang yang selamat dari pembantaian yang menimpa keluarganya. Seorang bocah delapan tahun yang kehilangan ingatan, dan diselamatkan oleh polisi dari tempat kejadian perkara yang berdarah-darah—menuju rumah singgah terdekat.
.
Atau; begitulah hal yang didengarnya selama ini dari pekerja sosial yang bertanggung jawab atas dirinya.
Di hari keduanya berada di rumah asuh itu; ia langsung membuat gurunya geger.
Ia, selaku murid baru di kelas, disuruh maju ke depan oleh gurunya untuk memperkenalkan diri ke anak-anak lain yang sudah lebih dulu ada di kelas itu. Sasuke Uchiha, delapan tahun, bergeser ke depan papan tulis dengan tangan dimasukkan ke saku, dan menyebutkan nama lengkap serta usianya.
Sasuke Uchiha, delapan tahun, menyebutkan kalau rencananya di masa depan adalah "mencari orang yang telah membunuh keluargaku dan membakarnya sampai mati" ketika ia ditanya oleh gurunya tentang cita-citanya.
Kelas hening. Bocah-bocah polos dengan mata besar tanpa beban dan ekspresi lugu menatap teman baru mereka dengan wajah yang seketika memucat.
Gurunya, seorang wanita muda lulusan seminari yang mengabdikan hidupnya untuk mengajar di rumah asuh itu, langsung menarik anak itu keluar kelas setelah beberapa detik yang menyesakkan dan merekomendasikannya untuk mengikuti tes kejiwaan setelah itu.
Sasuke Uchiha menanggapi dingin ketika anak-anak yang berpapasan dengannya di koridor menyingkir, berita tentang tingkah lakunya yang tak biasa sudah menyebar sepenuhnya di penjuru rumah asuh.
Hari kesebelas ia tinggal di rumah asuh itu, ia langsung dikenai detensi karena menusuk pipi seorang anak dengan garpu hingga meninggalkan codet kemerahan yang mencolok di wajahnya.
Ketika ditanyai ia hanya membalas kalau anak itu telah mengatainya 'aneh' dan menertawai nama keluarganya; Uchiha yang bisa diartikan sebagai 'kipas'.
Salah satu pengurus di rumah asuh langsung melabeli Sasuke Uchiha sebagai seorang anak yang menderita gangguan kepribadian, dan memerlukan pengawasan khusus. Para pengurus yang lain memutuskan untuk memanggil seorang psikolog anak, dan membawa Sasuke Uchiha ke dalam sebuah ruangan tenang berbau lavender untuk mengikuti sebuah sesi terapi bercampur observasi.
Namun ketika psikolog itu menyuruhnya melepas jaket belel yang selalu dikenakan anak itu seharian penuh, sesuatu yang mengejutkan terbongkar. Ketika Sasuke Uchiha melepas jaketnya dan menaruhnya asal di sandaran kursi, wanita muda itu melihat goresan-goresan kemerahan serupa bekas luka yang melintang carut-marut di lengan anak itu.
Sasuke Uchiha, delapan tahun, menjawab kalau itu adalah bekas goresan silet dan mata gunting. Ia tak menyangkal ketika didesak apakah ia yang melakukannya sendiri.
Sewaktu ditanyai apa alasannya; anak itu hanya menjawab kalau ia cuma ingin mengetes silet itu apakah cukup tajam atau tidak.
Hari kedua puluh enam ia tinggal di rumah asuh itu, ia telah menimbulkan kehebohan lagi karena berkelahi dengan seorang anak yang lebih tua; dan meninju hidung anak itu hingga tulang rawannya patah.
Pengurus rumah asuh yang sedang berjaga langsung datang melerai begitu mendengar keributan, namun mereka terlambat beberapa menit karena saat itu—Sasuke telah mematahkan hidung anak yang jadi lawannya dengan hentakan buku jarinya. Ketika mereka berdua berhasil dipisahkan, si anak sudah berteriak mengaduh-ngaduh dengan darah yang merembes menuruni dagunya.
Sasuke hanya meliriknya sekilas dengan ekspresi datar, sebelum kemudian membiarkan dirinya ditarik ke ruang pengurus kepala sementara anak itu dibawa ke ruang kesehatan untuk diobati lukanya.
Begitu ditanyai, dan ditambah dengan penjelasan dari beberapa anak lain yang menjadi saksi, diketahui bahwa penyebab dari perkelahian itu adalah karena anak itu menyuruh Sasuke untuk menggantikan tugasnya membersihkan halaman; hari itu adalah giliran piketnya dan ia sedang merasa malas. Sasuke, tidak seperti anak-anak lainnya yang selalu menuruti permintaan anak-anak yang lebih tua, menolak. Anak itu memaksa dan mengancam akan memukulnya. Sasuke membalas; 'Hn, pukul saja. Aku tidak takut.'
Satu pukulan dilontarkan, dan perkelahian di antara mereka berdua pun dimulai.
Pukulan pertama dari anak itu, yang lebih tinggi dan berbadan lebih besar, berhasil ditangkis oleh Sasuke; seringai miring menghiasi wajahnya dan ia berkata keras, "cuma begini? Caramu memukul seperti perempuan saja."
Si anak mengeluarkan teriakan marah, dan melayangkan kepalan tangannya. Kali ini kena. Sasuke terdorong ke belakang karena pukulan yang mengenai pundaknya itu, sebelum kemudian menegakkan badannya lagi dan melancarkan balasan.
Tinjunya melayang, dan mengenai rahang anak itu.
Si anak membalas dengan tendangan yang mengarah ke perut. Sasuke berjengit ke samping.
Anak-anak perempuan yang melihat perkelahian itu langsung bergegas mencari pengurus, beberapa di antaranya yang lebih kecil bahkan sampai menangis karena ketakutan—sementara anak-anak laki-laki yang berada disitu berkerumun untuk menonton dengan dada berdebar-debar.
Di ruangan pengurus, Sasuke menunggu dengan pandangan lurus ke depan, ekspresinya datar—sementara pengurus kepala dan beberapa pengurus yang lain berdiskusi tentang apa yang harus dilakukan pada kedua pelaku perkelahian tadi.
Kali ini, Sasuke tak mendapat hukuman apapun—karena setelah dipertimbangkan, perkelahian ini terjadi bukan sepenuhnya salah anak itu. Ia hanya diberikan tugas tambahan untuk menuliskan kalimat 'aku tidak akan berkelahi lagi' sebanyak lima puluh kali di buku tulisnya, dan diceramahi panjang lebar oleh pengurus kepala tentang pentingnya menahan emosi, kesabaran, dan pengendalian diri—dan pentingnya menjaga kedamaian antara satu sama lain.
Kekerasan bukanlah cara untuk menyelesaikan masalah.
Sasuke hanya diam, mata hitamnya memandang ke dinding putih yang berada di belakang pengurus kepala dengan pandangan datar; sepenuhnya tak peduli pada apapun yang dikatakan wanita itu dan membiarkan nasihat tersebut berlalu begitu saja ke udara kosong.
.
Kekerasan bukanlah cara untuk menyelesaikan masalah (namun ia bisa melindungimu); begitu pikirnya dalam hati.
.
.
Hari kelimapuluh ia tinggal di rumah asuh itu, Sasuke Uchiha mendapat kunjungan dari seorang wanita muda yang katanya ingin mengadopsinya.
Para perawat tampak sangat senang mendengar kabar itu; Sasuke memperhatikan, dan ia tidak merasa heran sama sekali, mengetahui kalau ia memang anak yang tidak diinginkan disini. Disini adalah tempat untuk anak-anak yang masih mempunyai masa depan, menginginkan masa depan; sementara Sasuke sudah berpikir akan mengorbankan hal itu, mengingat tujuannya adalah untuk mencari seorang pria dan membunuhnya.
Tujuannya hanya itu.
Ia hidup dan terus hidup hanya untuk bisa membalaskan dendamnya.
Dengan kata lain, setelah orang itu mati—ia tak punya tujuan lain lagi untuk dicapai setelahnya. (Singkatnya, tak ada masa depan cerah yang menunggunya disana.)
Seraya didampingi oleh seorang pengurus rumah asuh, ia menunggu di pintu luar ruang tamu, dalam hati mencuri dengar tentang pembicaraan yang ada antara wanita muda yang ingin mengadopsinya itu dan sang perawat kepala.
Ia dapat membedakan suara si perawat kepala yang familiar; dan memutuskan kalau suara yang satunya lagi,yang terdengar asing, adalah suara sang tamu. Suaranya serak dan bernada begitu rendah; Sasuke memperhatikan, dan ia mendapati kalau ia tak bisa menangkap kata-kata yang diucapkan oleh sang tamu. Suaranya tak benar-benar terdengar seperti suara wanita yang biasa didengarnya; lembut, bernada tinggi, dan ekspresif. Suara sang tamu terdengar serak, nadanya datar dan berat seperti suara bariton samar. Sejenak Sasuke mengira mungkin wanita itu sedang flu atau semacamnya.
Jika Sasuke tak sempat melihat sekilas sosok sang tamu yang berambut panjang itu, mungkin ia bisa menyangka kalau yang tengah berbicara adalah seorang pria.
.
Ketika mereka berdua bertemu, Sasuke langsung memandangi sosok wanita yang (katanya) ingin mengadopsinya itu dengan mata hitam yang terpicing; mengamati setiap detil yang ada pada sosoknya dengan pandangan waspada.
Wanita itu berambut hitam panjang, dengan poni yang menutupi separuh wajahnya sehingga matanya tak terlihat. Rambutnya yang panjangnya sepinggang dibiarkan tergerai, dan ia mengenakan kemeja kotak-kotak sebagai atasan dengan rok rimpel biru berenda putih sebagai bawahannya. Dasi pelaut berwarna biru tua menggantung di bagian atas kemejanya, sementara kakinya tertutupi sepatu bot kulit berwarna coklat.
Ketika wanita itu mengulurkan tangannya, Sasuke melirik sekilas untuk mendapati kalau pengurus kepala sedang menatapnya dengan pandangan penuh peringatan: bersikaplah yang sopan,atau kau akan dikurung di gudang semalaman tanpa makan malam.
Ia baru saja terserang flu kemarin; badannya masih menggigil kedinginan sampai sekarang, dan ia lapar. Itulah satu-satunya alasannya untuk memutuskan bersikap sopan dan membalas uluran tangan dari sang tamu.
Telapak tangannya kasar; Sasuke mencatat dalam hati, dan jari-jarinya lentik sekaligus dipenuhi kulit yang mengeras dan terkelupas di beberapa bagian.
"Hai, Sasuke," wanita muda itu membungkukkan badannya sedikit, merendahkan tubuhnya hingga tinggi mereka berdua kini sejajar. Dengan alis terangkat, Sasuke menemukan kalau poni yang menutupi separuh wajah wanita itu terlalu tebal, hingga ia tak bisa melihat matanya sama sekali.
"Senang bertemu denganmu," wanita muda itu berkata dengan suara serak yang hangat, sebelum kemudian bibir pucatnya melengkung membentuk senyuman. "Kau bisa memanggilku Tacchan."
Ketika ia tersenyum, Sasuke dapat melihat cekungan samar yang membayang di pipi pucatnya.
.
.
.
(bersambung...)
disclaimer: Naruto (c) Masashi Kishimoto. No material profit taken from this fanfiction.
notes: setting AU (mungkin akan memakai universe di One Piece di chapter kemudian). Tidak ada OC sama sekali di cerita ini.
.
Terima kasih sudah membaca. Kritik dan sarannya akan sangat diterima. ^^
