Jinchuriki's Story: Stare Con Te
capitolo primo


Disclaimer: Naruto dan segala tetek bengeknya adalah milik Masashi Kishimoto.

Covered by: Cristopher Mizutto~!

Genre: Romance, Tragedy (?) supernatural (?).

Rate: T

Warning: Nggak ada. Em...mugkin belum nyehe~!

Hai, ikuzo, minna!


Jinchuriki's Story: Stare Con Te, START!


Minato Namikaze itu pengusaha muda yang sukses. Dia benci mengakuinya, tapi faktanya memang uangnya melimpah, kejeniusannya tak tertandingi, ketampanannya nomer satu, semua wanita mengingininya. Sejak sekolah menangah pertama, dia sudah biasa bermain dengan wanita. Hingga lulus S2 barulah dia berhenti menjadi playboy dan memilih untuk serius mencari pendamping hidup.

Perusahan besar, Konoha Crop Company, meraup sukses besar dibawah pimpinannya. Salah satu saksi bisu keberhasilannya. Walaupun jarang sekali ke kantor, Minato selalu mengawasi dari balik layar semua perkembangan dan permasalahan di perusahaannya itu dengan bantuan anak didiknya, Kakashi Hatake.

Pemuda berusia 25 tahun itu kini mengambil cuti panjang untuk menghabiskan uangnya. Dia membeli lahan di pegunungan di disktrik fukuoka dengan harga fantastis, juga memutuskan akan merenovasi rumah tua disana. Walaupun keputusan itu mendapat kecaman dari banyak pihak, Minato bersikeras akan memiliki tanah itu dan bertanggung jawab sepenuhnya pada seluruh bangunan tua disana.

Banyak rumor beredar mengenai lahan itu, salah satunya adalah mengenai siluman rubah yang disegel disana, yang beberapa tahun lalu mengamuk dan memusnahkan satu klan tanpa ada yang tersisa. Tapi bagaimana mungkin di daerah setenang itu telah disegel siluman yang pernah membunuh satu klan?

Minato hanya tidak tahu kalau hal itu akan memutar roda takdirnya.


Malam itu, Minato turun dari mobilnya. Sedikit merenggangkan tubuhnya, pemuda itu lalu tersenyum puas. Jarak dari apartemennya di tokyo ke fukuoka sangat jauh, namun Minato sudah menjadwalkan akan melihat lahan barunya hari ini. Karena besok atau secepatnya akan dibangun villa mewah dilahan itu. Setelah melalui perjalanan 5 jam, akhirnya Minato sampai -walaupun sudah malam.

Lahan itu cukup luas dan nyaman, walaupun rumah tua serta beberapa puing bangunan yang berada di lahan itu memberikan kesan seram bagi semua orang yang melihatnya, apalagi pemuda berparas tampan dengan surai kuning itu datang saat malam bulan purnama. Tapi Minato acuh dan masuk ke dalam rumah tua tadi.

Langkahnya terhenti ketika menemukan buku tua diantara puing-puing. Buku itu berwarna hitam dengan judul "Jinchuriki no monogatari" berwarna keemasan yang menyala saat galap. Minato mengambilnya dan membacanya sekilas. Sesaat setelahnya Minato merasa bodoh karena dia berusaha membaca buku dimalam hari tanpa penerangan. Minato lalu mengangkat bahunya.

"Hm, novel tua. Lumayan," gumam Minato sebelum memasukkan buku tua kecil itu ke saku nya. Pemuda itu melanjutkan langkahnya dan memasuki bangunan tua bergaya jepang tradisional itu.

Sudah sangat tua, tapi perabotannya bisa dibilang cukup modern. Minato memutuskan untuk mengelilingi rumah itu, kalau saja dia menemukan sesuatu yang bisa diselamatkan sebelum bangunan ini dihancurkan besok. Tapi niatnya itu berubah ketika dia menemukan suatu pintu di sebuah ruangan yang terlihat misterius.

"Apa ini? Mantra?" gumam Minato ketika mendapati kertas bertulisan aneh yang menempel di pintu. Pemuda itu angkat bahu dan membukanya, ternyata ada sebuah tangga menuju ke ruangan di bawah tanah. Minato selalu suka tantangan, apalagi yang berbau misteri seperti ini. Jadi dia mengambil handphonenya dan menyalakan lampu flash. Dengan berani, diapun masuk ke pintu itu, menuruni satu persatu anak tangga. Setelah yakin kakinya menyentuh lantai, dia segera mengarahkan senter handphonenya ke sekeliling ruangan misterius itu.

Minato kaget bukan main ketika dia mendengar suara nyaring, suara jeritan memekik telinga yang berasal dari satu pintu lagi. Kali ini pintunya dirantai dan digembok juga ditempeli bayak sekali kertas mantra. Sayangnya, gemboknya terbuka dan Minato yang penuh rasa ingin tahu pun masuk ke ruangan itu.

"Aaaakh! Aaaaaaakh!" Kembali terdengar suara jeritan, tapi kini Minato dapat melihat sosok pemilik suara itu. Seorang gadis dengan rambut hitam kemerahan yang terurai panjang. Gadis itu menggeliat kesakitan dan meremas rambutnya. Liurnya menetes dari mulutnya yang gemetar bersamaan dengan jeritannya.

Minato terdiam sesaat. Dia lalu mematikan flash handphonenya dan memasukkannya kembali ke saku. Tubuhnya panas, menegang. Entah karena apa, dia mendekati gadis itu. Kali ini bukan karena berani, dia sendiri gemetaran. Minato hanya merasa tubuhnya bergerak dengan sendirinya.

Minato berjongkok disamping gadis itu dan menyentuhnya. Tidak terjadi apa-apa. Minato kembali menelan ludah ketika tangannya tanpa sadar mengelus rambut sang gadis yang mengenakan ikat kepala menutupi matanya itu. Entah karena iba melihat tubuh kurus gadis itu, Minato mengangkat gadis itu dan memeluknya, sementara sang gadis terus menjerit dan menggeliat.

"Tenanglah," bisik Minato tepat disamping telinga sang gadis. Gadis itu terus menggeliat dan menjerit, membat Minato mempererat pelukannya sambil mengelus rambut gadis itu. Perlahan, gadis itu mulai tenang. Minato tersenyum lalu menggendong gadis itu keluar dari ruangan gelap itu, menaiki tangga. Dan sampai ke lantai dasar.

Minato berjalan lagi, mencari kamar untuk menidurkan gadis itu. Tak lama, akhirnya dia menemukan kamar kosong yang sangat luas. Lampu dikamar itu ternyata masih berfungsi saat Minato mencoba menyalakan saklarnya. Kamar itu sangat luas, kasurnya ukuran king size yang muat untuk mereka berdua. Agak berdebu, tapi itu bukan masalah bagi Minato, toh hanya untuk semalam.

Minato meletakkan gadis itu dikasur. Dia baru menyadari betapa buruknya pakaian sang gadis -dan betapa baunya. Mungkin sudah lama tidak mandi. Minato kini bertanya-tanya siapa orang kejam yang bisa mengunci seorang gadis di ruangan itu? Terlebih gadis itu sangat manis dimatanya, mungkin usianya berkisar 14 atau 15 tahun. Kalau saja dia beberapa tahun lebih muda, pasti dia langsung meniduri gadis itu. Tapi diusianya yang sekarang, dia hanya akan ditangkap dengan tuduhan tindakan asusila.

Minato memutuskan untuk membiarkan keadaan itu malam ini, yang pasti dia harus memberi gadis itu makan dan minum hari ini. Mungkin besok dia bisa meminta tolong ibunya untuk merawat gadis itu. Minato beranjak dan menepuk kepala sang gadis dengan lembut.

"Aku pergi dulu ke swalayan 24 jam terdekat. Tenang dan-" perkataan Minato terhenti ketika gadis itu menggelengkan kepalanya.

"Aku mau mencari makanan untuk mu-" kali ini gadis itu menarik Minato hingga Minato terbaring di kasur itu. Dengan gemetar, sang gadis duduk. Dia meraba-raba tubuh Minato, menyobek dasi merah Minato dan dengan lihai mengikat tangan Minato.

Minato tidak memberontak, entah kenapa. Segala gerakan sang gadis seperti tarian yang rapuh. Saat tangan kurus itu berhenti meraba tubunya, Minato kaget saat gadis itu menyobek bajunya dan mencium bibir Minato. Lidahnya dengan lincah menjelajahi ruang mulut Minato, bermain dengan lidahnya. Minato tersenyum, mulai menikmati ciuman panas dari sang gadis. Ini pertama kalinya dia merasa seperti tersengat listrik saat dicium oleh seorang perempuan. Tapi itu tidak berlangsung lama karena gadis itu mulai menjilati dadanya yang bidang. Minato menengang.

"Apa yang kau lakukan?" Pertanyaan Minato hanya dijawab dengan sebuah gigitan. Tidak ada taring, darahnya juga tidak dihisap. Tapi sesaat kemudian dia merasa kulitnya terkoyak. Minato menjerit kesakitan sementara gadis itu terus menggigiti Minato, memakan dagingnya dengan lahap.

Setelah lama menjerit, Minato mulai tenang. Rasa sakitnya perlahan hilang, padahal gadis itu terus menggigitinya, mengoyak kulitnya dan memakan dagingnya.

"Akh…," Lirih Minato kini dia duduk, menyandar pada dinding dan membiarkan gadis itu memakan tubuhnya. Dia meronggoh sakunya dan mengambil handphonenya, mencari di kontak nomer penghancur bangunan yang disewanya dan meneleponnya.

"Ya, selamat pagi. Maaf membangunkan tidur anda, ini Minato Namikaze. Aku ingin kau menunda penghancuran rumah tua itu. Hm? Satu minggu saja. Oke, terima kasih," ujar Minato. Dia mematikan handphonenya dan meletakkannya disampingnya.

Minato kembali menatap gadis itu dan berkata, "Sudah puas?" Gadis itu tersenyum dan mengangguk. Minato terdiam, wajahnya memanas. Gadis itu tersenyum begitu manis.

"Well, bolehkah aku melepas penutup matamu?" Gadis itu menggeleng dan menjauhi Minato.

"Hahaha, tidak apa. Kemarilah, aku hanya bercanda," tambah Minato. Gadis itu mengangguk dan dengan hati-hati mendekati minato.

"Sini, berbaringlah disampingku. Aku akan menemnimu." Gadis itu mengangguk dan menuruti Minato. Pemuda berambut kuning itu tersenyum daan kembali mengelus kepala sang gadis hingga diapun ikut tertidur.


Minato bangun pagi sekali dan turun. Dari kasur perlahan. Dia berjalan mencari kamar mandi. Kamar mandi di rumah tua itu luas, cukup untuk tiga orang dan semua perabotan antic disana masih berfungsi sempurna. Agak sayang memang mengingat rumah ini akan dihancurkan. Dia membuka bajunya dan bejalan menuju shower.

Langkahnya terhenti ketika dia menoleh ke arah cermin. Tubuhnya yang indah terpantul sempurna disana. Memperlihatkan satu set tubuh dengan otot yang terbentuk sempurna dan semuanya dalam keadaan ideal yang diidamkan semua wanita untuk disentuh. Tapi bukan itu masalahnya. Minato meraba dadanya. Sakit bekas tadi malam masih terasa, tapi lukanya tidak terlihat. Padahal Minato yakin sekali dia berdarah dan kulitnya terkoyak. Bajunya dan seprai dikamar penuh dengan bercak darah, dia yakin harusnya ada luka di dadanya.

"Hm, aneh," gumam Minato. Dia mengangkat bahu dan kembali melanjutkan niatnya untuk mandi.

Minato mandi dengan tergesa-gesa. Dia tiba-tiba teringat pada gadis itu. Dia harus mengurusnya, mungkin bahkan memandikannya. Dilihat dari tubuhnya, gadis itu seperti adiknya kalau saja dia punya adik perempuan. Mungkin memandikannya bukan sebuah tindakan asusila.

Setelah selesai mandi, Minato setengah berlari menuju kamar tempat dia beristirahat. Pintunya terbuka lebar. Dan belum sampai Minato masuk keruangan itu, seorang kakek keluar sambil menyeret sang gadis.


-TBC ( not ToBerColosis, but To Be Continue –sudah tau, author koplak!- *dilempar sandal nipon legendaris*) -


Jeng jeng jeeeng!

Apakah yang terjadi pada Gadis itu?

Siapa gadis misterius itu!

Akankan...*ditabok*

Ehem! Halo! Ceritanya sebenarnya terinspirasi sama anime Pupa. Tapi kan pupa itu jadi makan manusia karena virus dan jadi bahan penelitian...Nah, Mizutto pingin buat cerita diaman cowoknya Masokist dan nggak nahan ngebayangi Minato masokis *ileren* *ditendang pembaca* *namplok di pojokan*

Lalu karena abis nonton Tokyo Ghoul, Mizutto jadi iseng nyampur bahasa italia buat judulnya. Jinchuriki's Story: Stare Con Te artinya legenda jinchuriki: to be with you. cerita ini memang tentang Minato dan cinta tulusnya pada Kushina yang membuatnya ingin terus bersama Kushina.

Kalau menemukan Typo, atau ketidak jelasan dalam cerita, atau ada tetek bengek yang mau disampaikan, silahkan repiew yaaak!

Repiuw anda = penyemangat Mizutto

I'll wait for your review, guys!

See you next chapter!

Arrivederci al prossimo capitolo!