CRAZY PHONE

Disclaimer: Naruto milik Masashi Kishimoto

Untuk Summer Dash dan Asakura Ayaka

Warning: AU, OOC, typo, PWP, DLDR

.

.

Kali saya benar-benar memperingatkan yang dibawah umur untuk tidak membacanya.

.

.

Uchiha Sasuke, CEO dari Uchiha Corp. Sedang duduk bersantai di kursi ruang kerjanya. Dilonggarkannya dasi berwarna dark blue yang ia kenakan sambil menatap foto seorang wanita berambut merah muda di atas meja kerjanya. Uchiha Sakura, wanita yang telah menemani hidupnya selama lebih dari lima tahun dan telah memberikannya dua putra kembar tampan dan seorang putri yang imut bagaikan malaikat.

Melihat wajah istrinya itu saja sudah membuat rasa lelahnya hilang. Sasuke merasa bersalah karena akhir-akhir ini ia sering lembur dan pulang saat istri dan ketiga malaikat kecil mereka sudah tidur. Seperti malam ini, lagi-lagi ia harus kembali lembur. Jam digital di atas mejanya sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Sasuke berani bertaruh hanya dirinya dan satpam sajalah yang masih berada di gedung megah itu.

Lamunannya terusik dengan nada dering yang berasal dari handphone-nya. Tanpa melihat nama si penelepon pun Sasuke sudah tahu jika yang meneleponnya adalah Sakura. Lelaki berusia 27 tahun ini sudah mengatur nada panggilan khusus di teleponnya hanya untuk Sakura sehingga dengan segera ia bisa tahu jika sang istri menghubunginya.

"Halo."

"Halo, Sasuke-kun, apa kau lembur lagi malam ini?" sudut bibir Sasuke sedikit terangkat karena mendengar ada nada yang tidak biasa dalam ucapan istrinya itu.

"Hn."

"Yaaahhh~ kalau begitu sayang sekali, Sasuke-kun, padahal aku baru membeli lingerie baru. Aku ingin tahu pendapatmu tentang lingerie ini. Kurasa kau akan suka dan aku sangat yakin besok lingerie ini sudah berakhir menjadi beberapa bagian. Benar 'kan, suamiku sayang?" goda wanita cantik yang baru berusia 26 tahun pada bulan Maret yang lalu itu.

"Hn? Lingerie? Kau yakin akan pas di tubuhmu?" Sasuke berusaha memancing sang istri.

"Tentu saja. Bahannya sangat transparan. Belahan dadanya sampai pusar, aku yakin kau akan suka menempatkan kepalamu pada bagian yang tidak tertutupi itu." tampaknya wanita ini semakin menggoda sang suami. "Bagian bawahnya hanya sepuluh centimeter di bawah pinggangku, bagian belakangnya terbuka dan mengekspos punggungku. Bagaimana jika aku mengenakan baju menerawang ini tanpa memakai satu pun dalaman, Sasuke-kun?"

Sasuke semakin melonggarkan dasinya, bulir keringat tampak mengalir dari dahi menuju pelipisnya.

"Sasuke-kun, jika aku memakainya di hadapanmu menurutmu apa yang terjadi sebulan kemudian?"

"Hm? Memangnya apa yang akan terjadi?" Sasuke balik bertanya kepada sang istri.

"Yang akan terjadi sebulan kemudian adalah Kei, Ryuu, dan Ichigo akan memiliki adik lagi. Oh, Sasuke-kun, apa sekarang kau sedang kepanasan? Bagaimana jika kau bayangkan secara perlahan aku menurunkan tali lingerie ini dari bahu kiriku?"

"…."

"Sudah, Sasuke-kun? Kau pasti tidak akan menunggu lama untuk segera mengulum puncak payudara kiriku yang sepertinya sudah menegang karena merindukanmu itu kan? Atau jari tanganmu yang nakal yang akan langsung menari-nari di dalam kewanitaanku karena kau tahu aku tidak memakai dalaman." dan kali ini AC dalam ruangan sudah tidak bisa menghalangi peluh yang semakin mendominasi di wajah Sasuke.

"Sakura...," panggilnya dengan nada berat.

"Ya, suamiku tersayang," jawabnya penuh keceriaan.

"Kau sedang menantangku?" tanyanya kesal.

"Hmmmm, tidak juga." bagi Sasuke itu adalah jawaban yang sangat menyebalkan dari Sakura.

"Sakura, sekarang aku yang bicara dan tahan dirimu. Aku tidak menjamin kalau kau tidak akan menyentuh dirimu sendiri," ujarnya tajam.

"Hm?" sakura mengernyit bingung namun penasaran juga dengan apa yang akan dikatakan suaminya itu.

Sasuke menyeringai sebentar, ini pasti menyenangkan. "Saat aku pulang nanti kau sudah mengenakan lingerie yang kau ceritakan itu. Tidak perlu menyebutkan warnanya, aku membayangkan lingerie itu berwarna ungu gelap. Kau menyambutku sambil duduk menyilangkan kaki di pinggir tempat tidur, memamerkan kaki jenjangmu itu. Tanganmu kau letakan di belakang untuk menopang tubuhmu yang membusung. Kau harus tahu Sakura, aku sangat menyukai dadamu yang berdiri menantang itu. Aku tidak suka payudara yang terlalu besar, aku suka bentuk payudaramu, sangat proporsional dan begitu pas ketika aku meremasnya."

"Ngghh... Sasuke-kun?" kali ini Sakura yang sulit untuk menelan salivanya.

Sasuke semakin menyeringai senang. "Aku datang dan langsung berlutut di depanmu, kau membuka kedua pahamu sehingga badanku berada di antara kedua kakimu. Aku melumat kasar bibirmu dan langsung membelitkan lidah kita berdua. Kau berusaha mengimbangiku tapi kau pasti akan kalah, lidahku akan terus menguasai isi dalam mulutmu. Tadi kau bilang belahan bajumu sangat rendah bahkan sampai mencapai pusar? Ah, mulai menurunkan penjelajahan lidahku. Menjilat lehermu kemudian aku akan menjilat celah di antara kedua payudaramu itu terus turun sampai ke ujung belahannya. Tapi aku belum puas, aku akan kembali menjilat celah payudaramu itu, dan menjilat bagian payudara yang terlihat karena belahan lingerie yang kau kenakan itu. Tanganmu yang menjadi penopang menjadi lemas, namun kau mencengkeram sprei dengan begitu kuat. Tidak sanggup dengan seranganku, eh?"

Sekujur tubuh Sakura mulai dibanjiri keringat, tangannya yang memegang handphone bergetar. Bayangan gila itu benar-benar membuatnya kegerahan. "Karena tak kuat lagi tanganmu akhirnya menjambak rambutku. Kau mengerang kencang saat aku mengulum puting payudara kirimu. Bagian atas tubuhmu sudah polos sekarang. Lidahku menghisap puncak payudaramu itu dengan kencang sehingga eranganmu makin keras lagi. Tanganku sibuk untuk mengelus perutmu dan sepanjang punggung halusmu sehinggga kau gemetar karena geli dan rangsangan. Kau merasa kosong karena payudara kananmu tidak mendapat sentuhanku. Salah satu tanganmu yang menjambak rambutku kini meremas-remasnya. Kau sungguh sangat terangsang Sakura, wajahmu memerah, bibirmu terbuka karena terus mendesah sejak tadi."

"Nggghh… Sasuke-kun." Sakura makin tak kuat mendengar lelakinya ini melanjutkan skenarionya. Tangannya mulai meremas lingerie yang ternyata memang berwarna ungu tua itu dengan kencang.

"Aku membayangkan desahanmu lebih dari itu, Sakura. Ketika aku menarik kepalaku, kau malah menahan tengkukku dan tetap mengarahkannya ke dadamu. Kau masih ingin aku menghisap payudaramu itu, kau malah mengarahkan kepalaku pada payudaramu yang tadi kau remas-remas sendiri. Kau menginginkan mulutku untuk berpartisipasi di sana. Namun aku tidak melakukan apa pun, jadi kau mengarahkan puncak payudaramu itu langsung ke antara bibirku dan menggerak-gerakannya di sepanjang garis bibirku, kau menggodaku untuk segera mengulumnya. Tapi aku masih ingin tetap mempermainkanmu dan akhirnya kau tidak tahan. Kau menggeram frustasi, namun itu cuma berlangsung sebentar karena yang berikutnya aku sudah mengikuti keinginanmu. Kau mendesah makin kencang karena lidahku menyodok puncaknya yang sudah sangat menegang itu."

"Sasuke-kun… Aahhhhnnn…." ternyata Sakura memang sudah tak dapat menahan dirinya lagi. Tangannya yang bebas mulai meremas dan memijat payudaranya sendiri.

"Bagian bawah tubuhmu, tempat di mana kita menyatu sudah sangat basah. Cairan bening, lengket, dan kental itu mulai keluar secara permanen. Saat ini juga pasti kau sudah sangat basah di bawah. Kau mengarahkan tanganmu menuju ke kewanitaanmu kau ingin mendapat kepuasan yang lain. Tapi sayangnya aku tahu niatmu itu, tanganmu kutahan sehingga kau memberontak. Pinggulmu kau senggol-senggolkan ke tubuhku tanda bahwa kau ingin aku segera memasukimu. Kau tidak puas karena sedari tadi aku belum bermain dengan klitorismu. Aku tahu kau sangat menginginkan aku melakukan french kiss dengan liang hangatmu di bawah itu. Kau ingin aku menghisap klitorismu seperti aku menhisap puting payudaramu. Tapi yang paling kau inginkan adalah aku segera memasukan senjataku yang menegang ke dalam liang penyatuan kita. "

"Ahhhnnnnn… ahhh… ooouuuuhhhh… ahhhnnn….. Sasuuu… ahhhnn…" desahan Sakura semakin menjadi-jadi. Remasan di dadanya sendiri semakin intens ia lakukan. Ibu tiga anak ini merapatkan pahanya dan pinggulnya bergerak liar membayangkan liarnya Sasuke yang sedang menusuk-nusuk kewanitaanya.

"Aku membuka semua pakaianmu dan begitu juga dengan semua pakaianku. Aku berdiri tepat di depanmu. Kau mengerti dengan maksudku segera meraih kejantananku yang sudah berdiri tegak. Kau memijatnya dan mulai mengocok-ngocoknya, aku tahu kau sangat suka jika bermain dengan kejantananku itu. Karena kenapa? Kau tahu aku suka mempermainkanmu jadi ini kesempatanmu untuk membalas dendam. Kau memasukan unjungnya ke dalam mulutmu dan mengulumnya nikmat seperti sedang mengulum lolipop. Kau begitu senang ketika aku sudah menggeram frustasi. Tanganmu tidak tinggal diam, kau membalasku dengan meremas-remas dua bola yang berada di belakang batang kejantananku. Aku semakin menggeram frustasi saat kau menggerakkan kepalamu maju dan mundur. Gua lembabmu ini mengingatkanku pada lembabnya liangmu yang ada di bawah sana. Kau melakukannya terus sampai kejantananku semakin menegang. Aku langsung menghentikanmu karena aku tidak mau orgasme lebih dulu. Prisnsipku kita klimaks bersama atau kau lebih dulu."

"Sasuu… cukuppp… aaahhhhnnn…" tangan Sakura kini mulai memasuki celana dalamnya dan mulai menggerakan sendiri dua jari di dalam liang kewanitannya. "Ssssshhhh… Sasuuuu… oohhh… ahhhhnn…"

"Aku masih ingin mengerjaimu, aku mengambil cermin besar kita yang ada di dinding dan kuletakan di kepala ranjang. Kau kududukan dan kuhadapkan pada cermin itu. Dan aku pun duduk tepat di belakangmu, tanganku membuka lebar kedua pahamu sehingga kau bisa melihat sendiri dirimu yang duduk mengangkang di cermin besar yang ada di hadapanmu itu. Kau melihat belahan kewanitaanmu yang berkedut itu. Kau ingin memejamkan mata namun aku mengancam akan menghentikan semua ini kalau kau menutup mata. Kau kuperintahkan untuk terus melihat ke arah cermin. Dari cermin itu kau bisa tahu aku sedang memelintir salah satu puncak payudaramu yang tegang. Aku mengelus-ngelus bibir luar kewanitanmu, kau merasa geli dan dan terus berteriak memintaku berhenti, tapi aku tahu kau munafik. Aku kini mengelus-ngelus celah liang penyatuan kita. Wajahmu benar benar-benar memerah karena ini pertama kalinya kau melihat bagaimana jariku bergerak di sana. Kau masih memohon agar aku menghentikannya, tapi kau tahu, lagi-lagi kau munafik. Bagaimana mungkin kau memintaku berhenti padahal cairan kentalmu keluar lebih banyak dari biasanya?"

"Sasuuuu… aaahhhhh… hentikan… cukupp… ahhhh… oouuucchhh… annnhnnn… Sshhhhh… aahhh…" mendengar desahan Sakura itu, Sasuke makin bersemangat melanjutkan kata-kata nakalnya.

"Kau memohon agar aku segera menyatukan diriku ke dalam liangmu ini, tapi kau tahu aku selalu suka mempermainkanmu. Kemudian kau melihatku menyodok klitorismu menggunakan jari telunjukku, lalu aku menjepit klitorismu itu dengan jempol dan telunjukkku dan mengoyang-gorangkannya. Kau tahu, kau mendesah semakin liar karena tak kuat menahan rangsanganku di klitorismu. Aku akhirnya memasukan tiga jariku ke dalam dan menggerakannya liar. Kau semakin memerah karena melihat semuanya itu, ini pertama kalinya kau melihat semua aktivitasku di liang surga dunia kita ini. Kau semakin tidak kuat karena aku menghisap dan menggigiti sepanjang bahu sampai tengkukmu. Serangan combo bukan, sayangku? Bahu dan tengkukmu kuhisap dan kugigiti, dadamu kuremas-remas dan kupelintir putingnya, dan di kewanitaanmu tiga jariku terus bermain sambil jempolku menyentil-nyentil lagi klitorismu."

"Hhhh... Kumohon Sasuuuuu… hentikan… aku tak tahan lagi. Pulanglah dan kita selesaikan," rengek sakura.

Namun tampaknya bungsu Uchiha ini masih ingin mengerjai sang istri, diabaikannya rengek,n Sakura itu. "Kau mendesah begitu kencang karena klimaksmu datang. Dari cermin kau melihatku menjilati jari-jariku, jari-jari di mana terdapat carian kepuasanmu. Setelah aku rasa kau sudah pulih, aku mengangkat sedikit tubuhmu, sekarang kau bisa melihat kejantananku memasukimu dari bawah. Kepalamu tetap kutahan untuk melihat ke arah cermin, sehingga kau dapat melihat bagaimana batang kejantananku ini menyatu dengan milikmu dan masuk secara perlahan-lahan. Kau melihat senjataku ini keluar masuk pada liangmu dan kau menyaksiakn sendiri tusukanku dari pelan sampai cepat, seiring dengan cepatnya tusukanku maka jeritanmu pun akan semakin kencang. Aku bersyukur kedua jagoanku dan bidadari kecilku sudah tertidur pulas di kamar mereka, sehingga mereka tidak mendengar kegiatan kita ini. Karena aku memasukimu dari bawah cairanmu terus turun tanpa henti dan melumuri batang kejantananku. Tahukah kau kalau liangmu ini mencengkeramku dengan sangat sempit? Dan aku sangat menyukainya, ini nikmat sekali Sakura. Aku terus menusukmu tanpa ampun, jeritanmu semakin tidak terkendali sampai akhirnya kau mencapai klimaksmu."

"Aaahhhhhhhhnnn… Sasuuuu… Oohhh… Sasuuu…" desahan Sakura sendiri semakin mengencang.

"Aku terus menusuk-nusuk liangmu itu, Aku sangat menyukai pemandangan di cermin itu. Aku menyodokmu dari bawah dan kau dengan kedua tanganmu meremas-remas payudaramu sendiri, memijat kedua bukit kembar itu degan penuh kenikmatan. Tanganku memang sedang mencengkeram bahumu untuk menjaga posisi kita tetap stabil. Kau bahkan memintaku mempercepat tusukanku, menusuk lebih dalam lagi, dan semakin memperkuat hentakan-hentakan dari senjataku. Sakura sayang, ini semakin menambah semangatku menguasaimu habis-habisan. Hentakan-hentakan kuat, bunyi kecipak akibat banjirnya cairan kita semakin kuat terdengar, dan tak lupa juga melodi akibat desahanmu. Akhirnya setelah tusukan paling kuat dan dalam aku sampai pada puncak kenikmatanku. Sperma hangat itu kutembakan berkali-kali ke dalam rahimmu. Saking banyaknya sampai menetes keluar dari kewanitaanmu, kau sendiri dapat melihatnya kan di cermin? Tetesan-tetesan spermaku yang membasahi sprei kita. Aku akui ini adalah salah satu seks terbaik kita. Aku suka karena akhirnya kau melihat sendiri bagaimana kejantananku ini bekerja untuk memuaskan kita berdua. Bagaimana, Sakura? Permainan kita kali ini menyenangkan bukan?"

"Hhhhh… hhhh… hhhh… Sasukeh…" napas Sakura terdengar memburu. "Pulang sekarang juga, atau ... kita cerai?!" ancamnya.

Sasuke hanya terkekeh pelan mendengar ancaman istrinya itu. "Baik aku pulang sekarang, saat aku sampai di kamar nanti kau sudah harus tanpa sehelai benang pun. Aku punya hadiah untukmu. Malam ini aku akan sangat jahat, tapi aku jamin semakin aku jahat semakin kau suka."

.

.

.

.

Tbc

AN:

Errr… ini hanya akan menjadi two shoot. Hei Poetry Fuwa aku benar-benar kepanasan waktu membacanya kembali. Permintaanmu yang satu itu di chapter dua ya. Saudara-saudara salahkan neng Putri yang sudah meminta si pengedit AFRAID untuk membuat yang lebih panas lagi. Alhasil aku lagi yang keseret, walaupun yang ngedit mengedit dengan agak malas-malasan *cium si pengedit*

Mind to review? Arigatou