Guanho

Guanlin x Seonho

Seonho tidak tahu harus melakukan apa lagi.

Dia selalu merasa percuma mempertahankan semuanya. Karena yang dipertahankan sama sekali tidak menganggapnya.

Seonho lelah jika terus-terusan berada dalam hubungannya dengan kekasihnya.

Ya, seonho memang memiliki kekasih.

Kekasih yang amat dicintainya.

Namun jika ditanya, apakah kekasihnya itu mencintainya ?. Seonho tidak bisa menjawabnya.

Karena semuanya memang tidak jelas.

Seonho juga lelah , kekasihnya benar-benar tidak dapat dipercaya.

Bagaimana dia masih bisa berbohong ketika seonho sudah tahu semua kebenaran yang ada.

Seonho juga hanya bisa diam saat melihat kekasihnya bermesraan bersama orang lain.

Dan sekarang seonho sudah membulatkan tekadnya.

Dia akan mengakhiri semuanya, walau ia tak rela.

Bukankah percuma memperjuangkan hubungannya jika hanya dirinya sendiri ?

Dan sekarang seonho benar-benar yakin akan melakukan semua saran dari sahabat seperjuangannya, beberapa hari lalu.

"Seonho, bukankah ini sudah keteraluan ?" ujar Daehwi, salah satu sahabat seonho."Ini sudah lebih dari keterlaluan. Bagaimana bisa dia melakukan ini pada seonho kita ?" timpal hyungseob."Seonho, seharusnya kau mutuskannya bukan ?" tambah Euiwoong.

Pada waktu itu seonho hanya bisa menghela nafas berat, pasalnya didepan sana atau lebih tepatnya didalam sebuah kafe, kekasihnya sedang bersenda gurau dengan orang lain. Padahal sebelumnya kekasihnya itu tidak membalas atau pun mengangkat panggilan telepon dari seonho.

"Seonho kau harus bertindak. Dia tidak akan mengerti perasaanmu bukan jika kau tidak melakukan apapun" seru daehwi lagi, dia benar-benar tak paham dengan sahabatnya itu.

Bukankah semuanya harus berakhir, bahkan sejak kekasih seonho seolah-olah tak pernah menganggap seonho ada.

"Benar kata daehwi dan euiwoong, kau harus bertindak atau kau putuskan saja dia" balas hyungseob.

Seonho masih terdiam, memikirkan apa kata-kata sahabatnya.

Tapi seonho selalu berpikiran, jika kekasihnya akan kembali padanya.

Namun siapa tahu bukan.

Sehingga seonho menganggap ucapan-ucapan sahabatnya hanya omongan kosong, yang tidak akan pernah dia lakukan.

Tapi entah bagaimana pikiran seonho sekarang.

Karena lagi-lagi dia terjebak dimana dia melihat kekasihnya bersama orang yang sama seperti waktu itu.

Seonho sedih, itu sudah pasti.

Sekarang dia hanya bisa duduk dihalte dan menatap lurus jalanan disebrang sana.

Hari memang sudah gelap, jam sudah menunjukkan pukul 09.00 p.m.

Tapi ia bisa melihat dengan jelas kekasihnya sedang saling merangkul dengan orang itu.

Rasanya seonho ingin menangis, namun karena terlalu sering menahannya, membuat seonho seolah-olah mati rasa.

Ia seperti tidak merasakan sakit hati lagi, karena dia sudah terlalu sering melihat mereka berdua.

Seonho lelah, tentu saja.

Bukan hatinya saja, namun pikiran bahkan fisiknya pun terasa lelah.

Sekarang seonho kembali memikirkan apa kata sahabat-sahabatnya.

Ya aku harus melakukannya.

Seonho mengambil ponsel dari ranselnya.

Dia menimbang-nimbang, haruskah aku menelponnya ?

Dengan perlahan dia menekan nomor bertuliskan "lai guanlin".

Seonho melihatnya, bagimana disana, guanlin, kekasihnya, hanya menatap ragu ponselnya. Sebelum pria itu benar-benar mengangkat panggilannya, seonho buru-buru memutus panggilannya.

Seonho menangis, dia tidak bisa diperlakukan seperti ini.

Ini pertama atau mungkin bisa jadi yang terakhir kalinya dia menangis gara-gara guanlin.

Kekasihnya itu benar-benar membuatnya semakin lelah.

Seonho terus-terus mengusap air matanya yang terus keluar dari pelupuk matanya.

Namun entah kenapa air matanya terasa tidak bisa berhenti keluar.

Dia nangis tersedu-sedu dibawah lindungan halte, bahkan hujanpun tiba-tiba turun dengan begitu derasnya.

Membuat semua orang-orang yang dilihatnya tadi berlarian mencari tempat berteduh. Dan entah bagaimana bisa, tidak ada satupun orang yang berada dihalte itu kecuali dirinya.

Seolah-olah tuhan tahu jika dirinya sedang menginginkan sendiri.

Sepuluh menit berlalu, hujan masih sama derasnya. Tapi dia bisa menghentikan air matanya. Membuatnya menghela nafas berat secara perlahan.

Kini penampilan seonho benar-benar kacau.

Kedua matanya memerah, ujung hidungnyapun juga memerah, suaranya terasa berat, tubuhnya terasa kedinginan, rambutnyapun juga sudah acak-acakkan.

Seonho menengok ke arah ponselnya yang kini berdering dan menampilkan nama 'lai guanlin'.

Tapi setelahnya dia mengabaikan panggilan telepon itu. Bahkan setelah panggilan kedua, ketiga, maupun kesepuluh dia tetap mengabaikannya.

Guanlin sudah berhenti menelponnya, namun kini fokus seonho teralihkan oleh bunyi pesan.

Lantas dia mengambil ponselnya dan membuka pesan dari guanlin.

Line

Lai guanlin

Seonho ?Tetaplah dirumah

Seonho hanya membaca dua pesan dari kekasihnya itu.

Setelahnya memasukkan kembali ponselnya ke dalam ranselnya.

Dia tiba-tiba bangkit dengan sedikit limbung, tubuhnya terasa sakit.

Seonho kembali menghela nafas, dan setelahnya berlari menerobos hujan, tidak peduli dia menyebrang jalan dengan sembarangan.

Sekujur tubuhnya basah, bibirnya mulai pucat dan bergetar pelan.

Dia berhenti didepan kafe, nafasnya memburu, dengan dada yang naik turun.

Dengan langkah tergesa-gesa dia membuka pintu kafe yang terbuat dari kaca dengan sedikit sentakan.

Dia mengabaikan tatapan pelanggan kafe dan para pelayan, langkahnya fokus ke arah dua irang yang sepertinya tidak peduli dengan keadaan sekitarnya dan asyik dengan dunia mereka.

Dia berdiri diantara mereka berdua. Tetesan air dari pakaian, ataupun rambutnya kini menetes ke meja. Membuat dua orang itu tersadar akan kedatangannya.

"S-seonho ?" ucap pemuda tinggi dengan pelan, sedangkan pemuda lainnya hanya terdiam.

Guanlin, pemuda yang mengucapkan nama seonho pelan itu berdiri, berhadapan dengan seonho.

"Apa yangㅡ

"Ayo kita akhiri"

"ㅡterjadi ?"

Seonho memotong ucapan guanlin dengan cepat. Membuat guanlin kini terdiam.

"Aku sudah lelah guanlin. Aku lelah dengan semuanya. Aku tidak mau mempertahankannya lagi. Aku juga tidak mau berpura-pura lagi. Semuanya terasa menyakitkan" seonho menangis lagi dengan begitu menyakitkan.

"Seonho" panggil pemuda lainya.

"Ini tidakㅡ

"Aku tahu semuanya guanlin aku tahu. Maka dari itu ayo kita akhiri supaya kau bisa bahagia dengan pilihanmu. Aku tahu kau tidak pernah mencintaiku. Aku tahu. Aku bukan orang idiot yang mudah kau bohongi guanlin".

Guanlin setelah terdiam mendengarkan seonho, kini dia sedikit mendekat ke arah seonho. Namun seonho mundur.

"Ayo kita pulang" guanlin hendak menyentuh tangan seonho, namun seonho dengan cepat menangkisnya sembari menangis.

"Jangan menyentuhku. Aku bisa pulang sendiri" setelah mengucapkan itu seonho pergi keluar kafe tersebut.

Guanlin yang melihat itu hanya menarik nafasnya cepat. Dan menatap tajam orang-orang yang memperhatikannya.

Seonho berlari dengan sekuat tenaganya.

Dia terkejut saat mendengar dan melihat kilatan petir.

Tiba-tiba seonho merasa pusing, kepalanya berdenyut sakit.

Dan sekelebat ingatan muncul di otaknya.

"ayah bukankah ini hujan deras, bukankah lebih baik kita batalkan saja" seorang wanita yang sedang memangku anaknya, berkata seperti itu pada seorang pria yang sedang memakai sabuk pengaman."Kita hanya melakukan perjalanan satu jam. Aku yakin tidak akan terjadi apa-apa" balas pria itu, lalu mencium kening putranya yang dipangku oleh sang istri.Seonho kecil hanya bisa mendengar percakapan kedua orang tuanya, dia benar-benar hanya terdiam sambil memainkan boneka anak ayamnya.Baru saja mobil itu melaju beberapa menit, hujan semakin deras dan suara petir yang saling bertautan, ditambah kilatan-kilatan petir, menambah kesan yang menakutkan bagi si wanita."Ibu, seonho takut" seonho bergumam pelan dan memeluk ibunya dengan erat."Tenanglah sayang, tidak akan ada apa-apa" wanita itu mengelus surai putranya dengan sayang.Seonho semakin mengeratkan pelukannya ketika suara petir yang begitu menggelegar membuatnya semakin takut."Ibu" seonho merengek dan menangis sesenggukan."Ayah, lebih baik kita berhenti saja, lihat seonho sangat ketakutan"."Tapi bu, kita sudah setengah jalan tidak mungkin kita kembali kan ?"Dengan perdebatan kecil, akhirnya seonho berpindah duduk menjadi dipangkuan ayahnya."Ayah" seonho masih menangis, akhirnya ayahnya mengusap-usap kepala seonho, jadi dengan satu tangan dia menyetir mobilnya.Namun karena hujan begitu deras, membuat pria itu sedikit kehilangan fokusnya. Hingga akhirnya dia tidak sadar ada sebuah truk didepan sana.Dengan segera dia mengambil rem mobil dengan sedikit kesusahan, hingga akhirnya ayah seonho membelokkan mobilnya dengan cepat dan membuat mobil itu berguling.

Seonho mencoba mengambil kesadarannya, dengan sedikit menggelengkan kepalanya.

Seonho terus meringis memegangi kepalanya, bahkan dia tidak tahu dimana dia berjalan sekarang.

"SEONHOO AWASS !!!"

Seseorang berteriak memanggilnya. Tapi...

Brakkk

Seonho terlempar cukup jauh dari posisinya berdiri, sebuah mobil berhenti didekatnya.

Darah mengalir dengan cepat dari beberapa bagian tubuh seonho termasuk kepalanya.

Sayup-sayup seonho mendengar seseorang memanggilnya dan berlari ke arahnya. Dia hanya tersenyum pelan sebelum akhirnya menutup matanya.

Mungkin inilah jalan terakhirku, aku akan benar-benar meninggalkan semuanya. Selamat tinggal.

END

Gue gak tau buat apaan..

Tiba-tiba muncul aja nih ide.

Pasti gaje banget alurnya kecepetan, kata-katamya padti iyyuuuhh banget ya..

Jan lupa commentnya okay

Pngin tau respon kalian

ini ada kelanjutannya ko