Summary : Lucy tidak akan menyangka jika kepindahannya ke Magnolia akan membawanya pada beragam kisah baru dihidupnya. termasuk bertemu dengan tetangganya yang berisik, Natsu Dragneel. Namun tanpa sadar perasaan baru mulai tumbuh diantar mereka. Lalu bagaimana jika suatu hari salah satu dari mereka terbangun dan melupakan semua kenangan dan perasaan mereka?

main pair : Natsu Lucy

Disclaim : Hiro Mashima sensei

Let's start~

Dia membuka matanya dengan perlahan. Mengubah posisi tidurnya dan mencoba mengerjapkan mata beberapa kali. Gelap. Apa ini sudah malam? Sudah berapa lama ia tertidur?

Ia bangun dan terduduk di tepi tempat tidur. Menggerak-gerakan otot tubuhnya yang pegal lalu melihat keadaan sekitarnya. Samar-samar dengan sedikit cahaya bulan dan pintu jalan yang masuk lewat jendela kaca dibalkon kamarnya, ia bisa melihat koper dan beberapa kardus yang diletakan sembarangan.

Kaki jenjang yang berlapis celana jins panjang itu melangkah menuju cermin besar yang ada dipintu lemari pakaian. Matanya membulat sempurna saat memandang pantulan dirinya di cermin tesebut. Ia bisa melihat dengan jelas betapa mengerikan penampilannya saat ini. Rambut pirang panjang yang biasa tertata rapi kini terlihat bagai terkena badai dan mencuat kesegala arah. Mata bulat indah yang biasanya mamancarkan pesona itu kini tampak sayu dengan kantung mata besar dan mascara yang sedikit luntur. Dan lihat kaos lengan pendek berwarna biru muda yang dipakainya. Benar-benar kusut! Ugh!

Lucy hanya menghela nafas pelan, pasrah dengan penampilannya saat ini. Ia kembali berjalan menuju meja kecil disebelah tempat tidur saat tiba-tiba suara keras seperti guntur terdengar dari perutnya. Meraih sebungkus roti dan langsung memakannya dengan lahap. Ia merasa sangat lapar. Benar saja dia bahkan belum makan apapun sejak tadi pagi ia sampai dikota ini dan lebih memilih tidur karena terlalu lelah. Perjalanan panjang dari Edolas menuju Magnolia yang membutuhkan waktu hampir 8 jam membuat tubuhnya lemas. Sebenarnya ia bisa sampai lebih cepat menggunakan pesawat, tapi karena sudah kehabisan tiket dan tidak dapat menunggu lama lagi akhirnya ia memutuskan untuk menggunakan kereta.

Dia merasa sangat asing dengan Magnolia. Walaupun dulu dia pernah datang ke kota ini, tapi itu hanya sekali dan itu sudah…..12 tahun yang lalu. Beruntung ia mempunyai seorang sahabat disini yang membantunya mencarikan apartemen ini jauh sebelum kedatangannya. Walaupun sebenarnya tidak banyak membantu karena temannya itu hanya minta tolong pada agen pencari apartemen, tapi tetap saja itu merupakan bantuan yang berharga.

Aku akan menemuinya besok, dan berterimakasih padanya. Pikirnya dalam hati. Gadis itu memang berniat memberi kejutan dan sengaja tidak memberitahukan kedatangannya hari ini pada sahabatnya.

Ia melangkahkan kaki keluar kamar, berniat menyalakan lampu di apartemen barunya itu. Tangannya meraba-raba dinding apartemen mencari tombol lampu dan berusaha sebisa mungkin tidak menabrak benda apapun ditempat yang masih asing baginya. Tangannya masih terus meraba dinding sampai tiba-tiba samar-samar suara dibalik pintu apartemennya menghentikan gerakannya.

Matanya tertuju pada pergerakan bayangan yang terlihat dibawah celah pintu apartemennya. Banyangan itu terlihat bergerak dengan cepat kemudian berhenti ditengah-tengah pintu, lalu bergerak dan berhenti lagi. Siapa itu? kucing? Anjing? Manusia? Hantu?

Kakinya langsung berjalan cepat menuju pintu. Telinga kanannya langsung ditempelkan dipintu berharap mendapat sedikit petunjuk tentang bayangan misterius didepan apartemen barunya. Ia melirik kebawah, dahinya berkerut saat bayangan itu berhenti bergerak. Ia mengambil nafas dalam dan menghembuskannya pelan, mengumpulkan tekad. Kemudian dengan gerakan cepat ia memutar kunci pintu dan membuka pintu apartemennya.

"HUWAAAAAA!"

BUGH!

Ia mundur beberapa langkah memandang sesosok manusia yang sedang jatuh tesungkur didepannya. Matanya melebar, jantungnya berdebar dengan kencang saking terkejutnya. Ia memandang sekeliling dengan gelisah lalu meraih sapu yang ditemukan tak jauh dari pintu dan langsung mengacungkan satu ,memasang posisi siaga didepan orang asing ini. Dahinya berkerut mengamati orang asing didepannya. Tunggu… Rambut pink? Dia perempuan atau laki-laki?

"Aaww.. sakit sekali" orang asing itu mulai bersuara sambil memegang pinggulnya sendiri.

Pikirnya panik ketika menyadari suara orang asing didepannya itu terdengar berat. Laki-laki?! Apa dia penculik? Perampok? Yang lebih parah lagi apa orang ini adalah laki-laki mesum yang berusaha menjualnya ke kakek-kakek kaya?! Atau jangan-jangan.. PENGUNTIT?

Terpengaruh pemikirannya yang sudah kalut akhirnya ia memutuskan untuk berteriak sekencang mungkin berharap seseorang di gedung apartemen ini akan datang menolongnya "KYAAAAAAAAAAAAAA"

"HUWAAAAAA" lelaki misterius itupun ikut berteriak mendengar jeritan yang tiba-tiba menggema ditelingannya. Ditambah dengan melihat seorang gadis pemegang sapu yang hampir memukulnya, lelaki itu memutuskan untuk langsung berdiri mengabaikan rasa sakit di lututnya dan mundur beberapa langkah.

Dalam hitungan kurang dari semenit lorong lantai 2 apartemen itu berubah riuh. Terdengar suara pintu terbuka kemudian derap langkah kaki ramai-ramai berdatangan dari berbagai tempat

"ADA APA? ADA APA?"

"NATSU KAUKAH ITU?"

"NEECHAN DIMANA TONGKAT BISBOLKU?

"OI FLAMEBRAIN ADA APA?"

"MANA PENCURINYA? MANA? MANA?"

"SIAPA YANG TADI BERTERIAK?"

"ALZACK KAU DISINI SAJA BERSAMA ASUKA"

"MAMA HATI-HATI!"

Suasana berubah semakin kacau. Segerombolan orang datang berbondong-bondong menghampiri sumber teriakan yang menggema si seluruh penjuru gedung apartemen itu. Hampir semua orang yang datang membawa 'senjata'nya masing-masing. Seperti seorang lelaki berambut hitam setengah telanjang yang membawa balok es berbentuk tabung, seorang wanita cantik berambut merah panjang memawa pedang dan seorang wanita berambut hijau yang membawa pistol.

"Apa yang terjadi disini?" tanya seorang wanita berambut merah itu sambil mengacungkan pedangnya. Tunggu. apa benda itu asli?

Lelaki misterius yang dipanggil Natsu itu hanya membuka dan menutup mulutnya. Teralu terkejut dengan serentetan kejadian yang terjadi bergitu cepat. Matanya melebar memandang orang-orang disekelilingnya sekilas, lalu kembali menatap Lucy lurus.

"Lihat apa yang sudah kau lakukan! Teriakanmu membuatku seperti seorang pencuri yang tertangkap basah!", keluh Natsu lantang sambil menunjuk Lucy. Mendengar ucapan Natsu sontak membuat semua orang yang berkumpul disitu mengarahkan pandangannya pada sesosok manusia yang berdiri diambang pintu. Mereka tidak terlalu bisa melihat jelas sosok yang berdiri didalam kegelapan apartemen nomor 202 itu, tapi mereka bisa menyimpulkan bahwa itu adalah seorang perempuan dari siluet tubuhnya dan suara teriakan yang mereka dengar tadi.

Mendapati semua mata memandang kearahnya, Lucy hanya bisa menahan nafas. Pemikiran buruk semenit lalu yang berteriak dikepalanya telah menghilang entah kemana dan digantikan dengan rasa malu yang luar biasa. Ia tidak suka menjadi pusat perhatian, tapi sekarang dia malah secara tidak sengaja memancing perhatian disekitarnya. Ugh! Benar-benar hari yang sangat buruk.

Lucy melangkahkan kakinya keluar dari apartemennya yang gelap, masih memegang sapu yang ia sembunyikan dibelakang punggungnya dan memandang orang-orang yang tengah menatapnya dengan tatapan yang aneh. Ia menundukan kepalanya, berusaha menyembuyikan serumbat merah yang menjalar ke wajahnya.

"Se-selamat malam". Lucy berdeham pelan saat menyadari suaranya terdengar serak ketika memaksakan mengucapkan salam tadi. Ia bahkan belum sempat minum apapun tadi, rasanya tenggorokannya kering dan sedikit sakit akibat terberiak terlalu keras.

Mendengar dehaman keras, Lucy tersentak pelan dan menolehkan pandangan pada seorang kakek tua berbadan pendek yang ada disebelah kanannya. "Ya, selamat malam, anak muda bisa perkenalkan siapa namamu?"

Lucy berdeham sekali lagi untuk mengatur suaranya, "Perkenalkan namaku Lucy, aku baru pindah di apartemen ini."

"Oh si penghuni baru ya?," tanya seorang wanita cantik berambut hijau panjang. "Sepertinya tadi pagi aku melihatmu datang, tapi kupikir kau sedang mengunjungi temanmu yang tinggal disini."

"Lalu apa yang sebenarnya terjadi disini?" Tanya kakek tua itu lagi sambil memandang Lucy dan Natsu secara bergantian.

"Tu-Tunngu jii-chan ini bukan salahku. Perempuan aneh itu yang mulai duluan. Tiba-tiba saja dia berteriak dan membuatku kaget. Aku tidak salah apa-apa." Bela Natsu sambil terus menunjuk Lucy tepat didepannya.

"Hei aku berteriak karena kau menguntitku!" Jawab Lucy tak kalah lantang. Setelah ketahuan menguntit di depan apartemennya dan tidak mau mengakui kesalahannya, lelaki itu sekarang memanggil Lucy dengan sebutan 'perempuan aneh'. Yang benar saja!

"Ap-Apa?! Si-siapa yang—"

"Hooo tidak kusangka sekarang kau berubah menjadi lelaki mesum flamehead" lelaki berambut hitam itu kini mulai angkat bicara sambil menyeringai tipis kepada Natsu.

"Diam kau iceprince! Aku tidak menguntitnya!", ucap Natsu sambil menjitak kepala tetangganya itu dengan keras. Natsu mengalihkan pandangan pada Lucy saat gadis itu memulai pembelaannya lagi.

"Dasar mesum"

"Ap-apa?! Hei! Aku tidak mesum!"

"Cabul"

"Aku tidak cabul!"

"Penguntit"

"Sudah kubilang aku tidak menguntit!"

"Lalu kenapa kau mondar-mandir didepan pintu apartemenku dan mengintip lewat lubang pintu?!" Tanya Lucy sambil kembali mengacungkan sapu didepan tersangkannya.

"I-itu—"

"Apa benar itu Natsu?" Wanita berambut merah itu mulai angkat bicara lagi dan menatap Natsu dengan kening berkerut.

"A-aku bisa menjelaskannya Erza." Ucap Natsu gugup. Ugh. Natsu tidak pernah menyangka akan berada dalam situasi seperti ini. "A-aku mendengar dari Mira bahwa kamar 202 yang dulu ditempati Loke sudah mulai ditempati orang baru karena ada agen pengirima barang datang hari ini. lalu dia bilang orang baru itu tidak keliatan keluar dari pagi, dan aku melihat apartemennya gelap, ma-makanya aku memeriksanya. Kupikir…. "jeda Natsu sebentar sambil menatap Lucy ragu-ragu. "Kupikir.. dia sakit atau.. jatuh pingsan"

"Lalu kau mengintip kedalam kamarnya begitu?"

"Iya begi— ha? Aku tidak mengintipnya!"

"Mengintip bukanlah perbuatan Otoko!" Sambung lelaki berbadan besar bertambut putih yang membawa tongkat bisbol.

Lucy mengerjapkan matanya cepat, sedikit terkejut dengan jawaban lelaki didepannya. Orang itu mengkhawatirkannya? Jadi dia bukan orang jahat ya?

Wanita yang dipanggil Erza itu menurunkan pedang yang dipegangnya dan berjalan mendekati Lucy "Jadi kau penghuni baru di apartemen 202 ini?" Tanyanya.

Lucy hanya mengangguk kecil sebagai jawaban. Dia mengalihkan pandangan pada lelaki tua yang sekarang berjalan mendekatinya.

"Aku tidak menyangka bahwa yang menghuni kamar apartemen itu adalah seorang perempuan. Seingkatku yang memesan apartemen itu adalah lelaki paruh baya yang beberapa hari lalu datang kemari. Dan pagi tadi aku hanya melihat petugas mengantar barang keluar dari apartemenmu " Kakek tua itu lagi

"Mungkin itu adalah orang dari agen pencari apartemen yang dipesankan kenalanku. Tempat tinggalku sangat jauh makanya aku meminta bantuannya untuk mencarikanku apartemen."

"Ah pantas saja aku tidak melihatmu sebelumnya. Tadi pagi juga aku hanya melihat petugas pengantar barang keluar dari kamar apartemenmu. Maafkan kelakuan kami karena sudah bertindak tidak sopan."

Gadis itu tersenyum tipis. "Aku juga minta maaf karena tidak memperkenalkan diriku sejak awal. Aku langsung tertidur setelah sampai disini dan ketika aku bangun ternyata sudah selarut ini" Kata Lucy sambil tersenyum kikuk dan menggaruk pipinya yang tidak gatal.

"Ha! Sudah kubilangkan dia pingsan!" Ucap Natsu setengah berteriak sambil tersenyum lebar.

"Aku kelelahan bukan pingsan, Pinky!" Balas Lucy tidak terima.

"Hei! Namaku Natsu bukan pinky!"

"Tapi rambutmu berwarna pink, pinky."

"Jangan menyebutku dengan panggilan itu! Dan ini warna salmon bukan pink, dasar aneh." Natsu mengerucutkan bibirnya, kesal dengan panggilan yang diberikan Lucy.

"Hahahahaha.. tidak kusangka kalian langsung bisa berteman baik ya" Ucap kakek itu dengan nada riang.

Mendengar itu Lucy dan Natsu saling bertukar tatapan dan menunjuk satu sama lain sambil berteriak bersamaan. "Siapa yang mau berteman dengan orang seperti dia!"

"Ara ara~ kalian serasi sekali." Ujar wanita berambut putih panjang yang berdiri disebelah Lucy sambil tersenyum dengan menempelkan kedua telapak tangan dipipinya.

Orang-orang disekitar mereka hanya tertawa pelan melihat perdebatan kecil itu . Seketika suasana tegang yang menyelimuti lorong sempit itu mencair.

Kakek itupun lalu tersenyum lebar kearah Lucy dan berkata dengan riang. "Lucy anakku, jika kau membutuhkan bantuan apapun jangan sungkan untuk meminta bantuan kepada kami semua. Kita adalah keluarga. Ingat itu mulai sekarang. Selamat datang di Fairy Tail"

Lucy menyunggingkan senyum lembut mendengar perkataan kakek Makarov. Kemudian satu persatu dari tetangganya memperkenalkan diri satu-persatu dengan singkat. Kini ia memandang orang-orang yang balas memandangnya dengan penuh minat dan ramah. Seketika itu pula Lucy tersadar bahwa ia tidak akan mendapatkan ketenangan yang ia inginkan. Tapi entah kenapa ia merasa bahwa hidupnya tidak akan sama lagi.

To Be Continued