Casts: Kim Jaejoong, Jung Yunho, Kim Junsu, Shim Changmin, Park Yoochun
Pairing: YunhoxJaejoong
Genre: Romance, Humor
Rating: T for now(?) nggak tahu chapter-chapter depan ratingnya bakalan naik atau nggak :p
Warning: Crossdressing, Boys Love, typo(?)
Disclaimer: The boys aren't mine. They belong to Cjes and SM (for now, we never know the future :p)
Summary: Dipaksa menyamar menjadi seorang perempuan untuk pergi berlibur ke Jeju dengan Jung Yunho tidak pernah terlintas di benak Kim Jaejoong. Kenapa ia harus melakukan itu semua? Well, karena Eomma menyuruhnya, lebih tepatnya, memaksanya. Sayangnya Jung Yunho tidak sesempurna yang dibayangkan Eommanya. Interested? Read to find out the rest then^^;) YunJae, Crossdressing, Yaoi, DLDR!
.
.
Love in Disguise
.
.
Chapter One: Mommy's Order is Law
.
They say they cannot love someone who isn't real
It's all a lie, I tell you
I love her when I know she is someone else
.
"Kau...tidak tahukah kau kalau disini, hatiku, sakit ketika aku melihatmu dengan laki-laki lain, Park Misun?"
"Yunho.. Maaf, aku tidak melihatmu seperti itu."
"Aku tahu. Hah, aku terus mengejarmu padahal kau sudah memiliki kekasih. Aku ini sungguh menyedihkan."
Suara isakan yang terdengar di sebuah rumah itu kini berubah menjadi tangisan. "Huwaaa, Yunho-ssi, jangan menangis! Kau kasihan sekali. Lebih baik kau bersamaku saja."
"Yah, Eomma! Jangan bilang kau menangis lagi melihat akting Jung Yunho! Film itu kan sudah berkali-kali diputar di televisi. Kau sudah melihatnya lebih dari tiga kali."
Mrs. Kim mengusap pipinya yang basah dan menatap anaknya dengan ekspresi sebal yang tergambar jelas di wajahnya. "Jung Yunho adalah aktor yang benar-benar memberikan semuanya saat dia berakting. Aku menangis karena dia sangat bagus dalam berakting. Kau ini tidak tahu cara menghargai akting seseorang."
Anak Mrs. Kim itu meraih remote control dan memindah channel televisi ke sebuah berita. "Eomma, lebih baik kau melihat berita tentang bencana seperti ini. Ini nyata dan benar-benar terjadi. Kalau mau menangis, lebih baik menangisi orang-orang yang rumahnya terendam banjir. Mereka benar-benar kasihan. Itu akan lebih masuk akal untuk ditangisi."
"YAH! Kembalikan remote controlnya, Kim Jaejoong!"
Seperti biasanya, malam itu dipenuhi oleh teriakan dari Jaejoong dan ibunya yang bertengkar karena masalah channel yang akan di lihat di televisi. Bedanya kali ini adalah Mrs. Kim berhasil mengambil remote control dari Jaejoong.
Begitu remote control ada di tangannya, Mrs. Kim langsung mengganti channel berita ke film yang sebelumnya ia tonton. Ia mengerang kecewa ketika hanya melihat nama-nama pemain film itu yang bergantian muncul di layar, menandakan film itu sudah berakhir.
"Yah, kalau kau tidak mengganti channelnya tadi aku masih bisa melihat Jung Yunhoku!"
"Aish, Eomma kau ini..."
"Hello, Girls! Seperti janji di awal penayangan spesial kali ini, SBS mengadakan kuis spesial hari Valentine!"
Mrs. Kim berteriak kegirangan sebelum menatap Jaejoong dengan tajam. "Omo omo, ini kuisnya! Jaejoong diamlah sebentar!"
"Siapa yang ingin jalan-jalan selama tiga hari di Pulau Jeju tanpa biaya sepeserpun? Mau makan malam romantis di hotel bintang lima di Jeju Island? Join this awesome Valentine Event! Win the prize with a super special additional prize! Jung Yunho akan menemanimu di Jeju Island! Caranya gampang sekali, tinggal menjawab pertanyaan dari saya. Siapa nama pemain laki-laki yang ditolak cintanya berkali-kali oleh Park Misun? Ketik jawabannya dengan format SBS VALENTINE (Jawaban) dan kirim ke nomor yang tertera di bawah layar kaca. Pemenang akan diumumkan besok, tanggal 13 Februari, sehari sebelum pemenang akan terbang ke Jeju. Satu dari gadis yang mengikuti kuis ini akan dihubungi lewat telpon untuk lebih lanjutnya."
"OMO! Dinner dengan Jung Yunho? E-Eomma rasanya mau pingsan, Jaejoong-ah."
Jaejoong hanya memutar bola matanya dengan malas. "Eomma kan belum tentu menang, kenapa berlagak seperti sudah menjadi pemenangnya? Lagipula pemenangnya adalah seorang gadis, bukan wanita tua." Ujar Jaejoong, menekankan pada kata gadis.
Mrs. Kim memukul lengan Jaejoong. "Yah! Apa kau memanggil ibumu ini tua? Aku masih empat puluh lima tahun. Kata teman-temanku aku kelihatan masih berumur tiga puluh lima tahun."
"Memangnya tiga puluh lima tahun itu masih gadis ya?" Jaejoong bergumam sebal.
Ibunya hanya menggelengkan kepalanya. "Aku akan tetap mengikuti kuis ini. Oh, akhirnya aku bisa bertemu denganmu, Jung Yunho, hihi."
"Dasar wanita tua genit. Padahal juga sudah mempunyai Appa.."
"Diamlah, Appamu itu memang tampan saat muda. Dia adalah kapten basket waktu di sekolah. Hanya saja sekarang perutnya sudah menggembung gara-gara suka minum soju. Kalau saja perutnya masih seperti muda dulu, aku tidak akan-"
"Eomma, jangan bilang kau ingin selingkuh!" Bisik Jaejoong tak percaya.
.
.
.
"Good morning, Jaejoong Hyung. Eh, kenapa dengan wajahmu? Kusut sekali. Apa kau sedang tidak enak badan?"
Jaejoong memandang teman sekelasnya itu dengan malas. Ia melenggang masuk ke kelas tanpa menjawab pertanyaan yang ditanyakan salah satu sahabatnya itu, Kim Junsu.
"Apa kau nonton hentai semalam suntuk, Hyung? Lingkaran matamu hitam sekali."
Satu pertanyaan itu membuat sebelah mata Jaejoong berkedut. Ia menoleh ke kanan, mendapati Shim Changmin duduk di kursi sebelahnya. Seringaian tidak absen dari mulut bocah paling muda di angkatannya itu.
"Yah, aku ini tidak pernah nonton hentai!"
Yang diteriaki Jaejoong hanya mengedikkan bahunya tidak peduli dan kembali memainkan PSP-nya.
"Aish, dasar maknae gila." Gumam Jaejoong.
Kim Junsu yang duduk di sebelah kiri Jaejoong menggelengkan kepala. "What's wrong with you, Hyung? You don't look good." Tanyanya pada Jaejoong. Alisnya berkerut, khawatir jelas ada di wajahnya itu.
Kim Junsu, the Angel. Selalu menjadi orang yang bisa Jaejoong andalkan di situasi apapun. Beda dengan Shim Changmin, the devil rencarnation, yang selalu membuat hidupnya menderita. Ah, tepatnya bukan menderita. Hanya saja memiliki teman seperti Changmin hanya akan membuatmu emosi dan dia hanya memanfaatkan kebaikanmu saja. Misalnya saja jika kau pandai memasak seperti Jaejoong, maka Changmin akan mengekorimu terus sampai kau berjanji membuatkannya makanan tiap tiga hari sekali. Jaejoong sudah lupa kenapa ia bisa berteman dengan Changmin dulu.
"It's nothing, Junsu. Hanya saja tadi malam Eomma memutar semua koleksi filmnya yang ada Jung Yunho dan menontonnya sepanjang malam dengan volume maksimal. Aku tidak bisa tidur. Jemuranku basah saat aku tinggal tidur pagi tadi gara-gara hujan. Aku harus mencuci ulang baju-bajuku."
"Oh, poor baby. Let me hug you..." Ucap Junsu. Ia memeluk Jaejoong beberapa detik dan melepaskannya.
"Kau tidak mau memeluk Jaejoong Hyung juga, Min?"
Pertanyaan Junsu dibalas dengan tatapan Changmin yang tidak percaya bahwa Junsu baru saja menawarinya untuk memeluk Jaejoong.
Jaejoong tertawa melihat kedua sahabatnya itu. Ia menepuk-nepuk pelan kepala Changmin dengan tangannya ― yang disingkirkan kasar oleh Changmin ― dan tersenyum menggoda. "Arra, aku tidak akan memaksamu. Kau boleh memelukku nanti di rumah saat tidak ada yang melihat. Kau boleh memelukku lama sekali."
Changmin bergidik melihat Hyungnya itu. "Aku masih normal. Aku masih suka perempuan, Hyung."
Ketika Jaejoong hendak menggoda dongsaengnya lagi, kelas siang itu tiba-tiba dipenuhi oleh jeritan dari deretan meja depan. Meja itu selalu ditempati oleh geng perempuan ― Jaejoong tidak tertarik untuk mengetahui lebih tentang mereka ― yang memegang gadget mereka. Tablet atau handphone, mereka memandanginya dengan tatapan tidak percaya.
"Andwae... Kenapa bukan aku yang menang?!"
"Kenapa bukan aku? Aku mengirim jawabannya sepanjang malam! Harusnya aku yang jadi pemenangnya!"
"Aniaaaa! Jung Yunho tidak boleh makan malam romantis dengan perempuan lain selain denganku!"
Alis Jaejoong naik dua sentimeter saat mendengar nama Jung Yunho muncul di keramaian di kelas itu. Ada apa dengan perempuan dan Jung Yunho? Kenapa namanya sangat dielu-elukan bahkan oleh Eommanya yang jika dilihat sudah tidak pantas mengeelu-elukan idola seperti anak muda?
"Ada apa dengan mereka?" Exactly! Pertanyaan yang ada di pikirannya itu di suarakan oleh Junsu.
"Kuis hari Valentine yang diadakan SBS." Jawab Changmin malas. "Adikku ribut tadi malam karena ingin mengikuti kuis itu tapi Eomma dan Appa tidak mengizinkannya jika ia menang dan harus ke Jeju." Lanjutnya.
Saat Jaejoong hendak menggoda Changmin yang tahu tentang kuis-kuis romantis seperti itu, ia terhenti oleh handphone-nya yang bergetar di saku celana jeans-nya.
Nomor yang tidak dikenal ternyata yang menelponnya. Dengan dahi berkerut Jaejoong mengangkat panggilan itu, "Yeoboseyo, ini siapa?"
"Selamat siang. Kami dari SBS. Apakah ini dengan Kim Jaejoong?"
Dahi Jaejoong semakin berkerut. SBS bukannya stasiun televisi? Kenapa mereka menelponnya? Seingatnya ia tidak pernah mendaftar menjadi pegawai disana atau sekedar mengikuti kuis-kuis disana.
"Ne. Benar saya Kim Jaejoong. Ada apa?"
Wait! Kuis? KUIS?
"Kami hanya ingin memberitahu Anda, Kim Jaejoong-ssi. Anda berhasil menjadi pemenang kuis Valentine Event yang diselenggarakan SBS. Tiket pesawat untuk ke Pulau Jeju dan sejumlah uang sudah kami kirim ke alamat rumah Anda. Sekali lagi, selamat siang, dan selamat atas kuis yang Anda menangkan, Nona Jaejoong. Tuuuut tuuut"
"Yeoboseyo? Yah, aku tidak pernah ikut kuis itu! Yeoboseyo, Ahjumma?!"
Jaejoong mengedip-ngedipkan matanya beberapa kali, ia memandang handphone-nya yang layarnya sudah mati sejak semenit yang lalu.
"Jaejoong Hyung, ada apa? Siapa yang menelponmu? Apa ada berita buruk? Apa ada keluargamu yang masuk rumah sakit? Oh, apa ada yang meninggal?" Tanya Junsu ketika melihat Jaejoong yang hanya diam melihat handphonenya, terlalu shock untuk melakukan lainnya.
Jaejoong tersadar dari lamunannya oleh pertanyaan Junsu. "Kurasa ini hanya salah sambung. Ahjumma yang menelponku bilang dari SBS dan katanya aku menang kuis Valentine Event atau apalah itu. " Jelas Jaejoong sambil menyimpan handphone-nya kembali ke sakunya.
"Kau ikut kuis itu? Itu kan kuis khusus untuk perempuan muda, Hyung!" Changmin mengangkat sebelah alisnya, heran dengan kelakuan Jaejoong.
"Eh, aku tidak ikut kuisnya kok. Eommaku yang bersikeras ikut kuis ini walaupun aku bilang dia itu sudah bukan gadis. Kecuali..." Jaejoong tiba-tiba berhenti di penjelasannya. Mata Jaejoong menjadi membulat saat ingat sesuatu.
'Kecuali Eommanya mendaftarkan namaku di kuis itu. Ha-ha-ha, itu tidak mungkin, kan? Aku kan anak laki-lakinya.' Batin Jaejoong. Keringat dingin mulai muncul di keningnya.
"Hyung, are you alright?"
"No, Junsu-ya. Aku rasa aku butuh untuk berbaring sebentar."
.
.
.
'Tidak usah khawatir. Pasti Ahjumma dari SBS tadi salah sambung. Mungkin ada Kim Jaejoong lain yang mengikuti kuis itu dan dia salah malah menelpon. Ya! Pasti salah sambung. Salah sambung, pasti salah sambung.'
Hanya kata-kata 'salah sambung' yang terngiang di benak Jaejoong sepanjang perjalannya pulang ke rumah. Ia tidak bisa konsentrasi saat mengikuti kuliah siang tadi. Bahkan mata kuliah favoritnya, rela ia tidak dengarkan untuk memikirkan tentang kuis bodoh itu.
"Eomma, aku pulang..." Teriak Jaejoong begitu membuka pintu rumahnya. Ia segera melepas sepatunya. Belum selesai ia melepas sepatu, tiba-tiba ia di dekap oleh ibunya.
"AHH, KIM JAEJOONG, AKHIRNYA KAU PULANG, ANAKKU!"
"Eommaaaa, lepaskan. Aku tidak bisa bernapas!" Teriakan Jaejoong menjadi bisikan. Wajahnya yang tenggelam di dada ibunya membuatnya kesulitan berbicara.
Dengan cepat ibunya melepaskan pelukan mautnya itu. Kali ini ia memegang bahu Jaejoong dengan cengkeraman yang tidak pernah Jaejoong bayangkan ibunya punya dengan tubuhnya yang kecil itu.
"Jaejoong, Eomma memenangkan kuisnya! Dinner dengan Jung Yunho! KYAAA!"
Jaejoong mengernyit ketika ibunya mulai berteriak seperti orang gila. Ibunya itu sudah tidak cocok untuk ber-fangirl seperti ini. Teriak-teriak seperti ini hanya cocok dilakukan gadis-gadis yang berumuran kurang dari tiga puluh saat melihat idolanya.
"Eomma, apa kau benar-benar akan berangkat ke Jeju?" Tanyanya ragu. Ia bisa membayangkan bagaimana Eommanya saat bertemu dengan Jung Yunho. Ia merasa kasihan dengan Jung Yunho.
Sebelum ibunya menjawab, Jaejoong teringat akan panggilan yang ia dapat tadi siang sebelum kelasnya mulai. "Eh, sebentar! Kenapa Ahjumma dari SBS tadi menelpon nomorku bukan nomor Eomma? Dan kenapa dia mencari Kim Jaejoong, bukannya Kim Jaehee? Dan Ahjumma SBS tadi memanggilku Nona! Padahal aku kan bukan perempuan."
Eommanya tiba-tiba berhenti berteriak konyol. Ia tersenyum kecil dan menggaruk tengkuknya. "Ah, mian, Jaejoong-ah. Tadi malam Eomma memang mendaftar kuis dengan namamu, hehe. Maafkan Eomma, ne?"
"...A-Aku maafkan?"
Jaejoong mengerutkan dahinya, heran dengan jawabannya sendiri. Ia sepertinya tertular penyakit bodoh mendadak saat mendengar Eommanya menyebut namanya ― kuis ― daftar― dalam satu kalimat utuh.
Eomma tertawa dengan suara tinggi, ia menarik lengan Jaejoong agar segera masuk. "Kau memang yang terbaik, Jaejoongie..."
"Yah, mengapa memanggilku Jaejoongie? Aku bilang aku tidak mau dipanggil itu. Itu membuatku terdengar seperti anak kecil yang imut."
"Anak Eomma kan memang imut. Jaejoongie imut sekali sampai-sampai kalau mengenakan pakaian perempuan akan terlihat sangat cantik!"
"...Ne?" Dahi Jaejoong berkerut. Ia tidak salah dengar, kan? Ibunya bilang kalau ia memakai pakaian perempuan ia akan terlihat cantik? Tapi dia kan laki-laki tulen dengan alat yang sempurna di bawah sana! Kenapa ibunya bilang ia cantik?
"Jaejoong-ah, kita perlu bicara." Ujar Eomma tiba-tiba. Dengan muka serius ― yang membuat Jaejoong meringis ngeri membayangkan apa salahnya kali ini ― Eommanya itu menyeret Jaejoong dan menyuruhnya duduk di sofa kamarnya.
"Ada apa, Eomma? Kenapa jadi menegangkan seperti ini? Aku tidak melakukan kesalahan, kan? Aku tidak mengambil uang di dompetmu lagi, Eomma. Sungguh, aku hanya mengambilnya sekali saat SMA dulu untuk membeli jaket kulit limited edition!"
"Yah, jadi kau yang mencuri uangku saat itu?!" Eomma menjewer telinga Jaejoong, membuat Jaejoong mengaduh beberapa detik. Ya, Eommanya itu mengakhiri jewerannya tidak lebih dari tiga detik! Ini keajaiban!
"Aku memaafkanmu untuk kali ini, Jaejoong."
Jaejoong tersenyum lebar, ia tidak menyangka kalau dengan memenangkan kuis bodoh itu Eommanya akan menjadi pemaaf seperti ini. Kalau begitu ia harus menelpon balik Ahjumma SBS tadi untuk mengucapkan terima kasih sebelum ia tidur nanti.
"Sebagai gantinya, kau harus mematuhi apa yang aku suruh kali ini. Tidak ada kata 'tapi' dan kau harus langsung melaksanakannya tanpa banyak tanya. Jelas?"
Dengan satu anggukan mantap dan senyuman di bibir, Jaejoong menyetujui permintaan Eommanya itu.
"Bagus! Jadi... Here's the deal," Ucap Eomma tersenyum lebar, "mulai besok, kau akan menjadi Kim Jaejoong yang memenangkan kuis Valentine dari SBS, dan kau akan berangkat ke Pulau Jeju besok siang dengan dress yang Eomma siapkan."
Sepuluh detik senyuman di bibir Jaejoong masih bertengger, detik berikutnya senyuman itu berganti dengan mulut yang terbuka dan tertutup selama beberapa kali.
"Dress? ...Eomma, apa kau menyuruhku untuk menjadi...perempuan?" Tanya Jaejoong pelan. Dahinya berkerut bingung.
Eommanya hanya mengangguk cepat dengan senyuman masih bertengger di bibirnya. "Ne. Karena kuis untuk makan malam dengan Jung Yunho ternyata hanya untuk perempuan berumur tujuh belas tahun keatas dan dibawah empat puluh tahun. Aku terlanjur mengirim jawabannya. Aku tentu tidak bisa ikut karena umurku melebihi ketentuan, benar-benar sial! Lalu aku teringat bahwa aku punya anak yang berumur dua puluh dua tahun!"
"Tapi aku ini laki-laki, Eomma!" Ucap Jaejoong menatap Eommanya.
Senyuman di bibir Eomma berganti menjadi pout. "Tapi Jaejongie kan imut.."
Jaejoong menggelengkan kepalanya, "Eomma, imut atau tidak, aku tidak mau menjadi perempuan hanya karena untuk makan malam dengan Jung Yunho!"
"Jadi kau mau mengganti uangmu untuk jaket kulitmu, hm? Oh, jangan lupa dengan aku yang mencucikan jaketmu selama setahun ini. Kalau dihitung-hitung aku ini menjadi tukang laundry untukmu. Jadi jika kau mau mengganti uangnya, kau harus mengganti sebanyak lima ratus ribu won!" Ucap Eomma sambil menyeringai evil.
Jaejoong melotot memandang Eommanya tidak percaya, "Mwo?! Tapi itu lima kali lipat harga jaketnya!"
"So, kau mau jadi perempuan atau tidak? Aku hanya mau dibayar dengan uang cash untuk uang ganti jaketmu. Jika tidak bisa membayar jaket bukankah kau mending ke Jeju saja? Kau mendapat uang untuk dihabiskan disana, makan malam di hotel bintang lima. Anggap saja menjadi perempuan itu hanyalah bagian dari aktingmu. Kau kan di sekolah seni, kau harus bisa menguasai seni akting juga. Bagaimana?"
Ah, yang dikatakan Eommanya memang ada benarnya. Jika ia pergi ke Jeju ia tidak akan rugi apapun, malahan ia akan mendapatkan uang dan makan gratis! Pendiriannya kini mulai goyah karena penawaran ibunya itu.
"Tapi ada Jung Yunho-"
Mrs. Kim mengibaskan tangannya seakan menganggap alasan Jaejoong tidak masuk akal, "Anggap saja Jung Yunho lawan mainmu! Dia kan sudah menjadi aktor yang besar. Kau bisa tahu bagaimana dia sebenarnya. Kau bisa sharing dengannya tentang cara berakting yang bagus. Bukankah tidak ada ruginya jika kau ke Jeju, Jaejoongie?"
Telak sudah Jaejoong. Ia sudah tidak dapat mengelak dari permintaan ibunya itu.
Pada akhirnya Jaejoong tidak mempunyai pilihan lain selain menerima permintaan ibunya itu. "Ne. Aku akan melakukannya kalau begitu." Bisiknya penuh rasa keterpaksaan.
"That's my daughter!" Mrs. Kim memeluk pundak Jaejoong kemudia tertawa genit.
"Yah, aku ini anak laki-lakimu, Eomma!"
"Tidak lagi. Kau akan menjadi perempuan dalam waktu kurang dari dua puluh empat jam. Tidak ada salahnya aku mulai membiasakan memanggilmu daughter, kan?"
Jaejoong hanya menanggapi ibunya dengan anggukan pasrah. Rasanya ia baru saja menyerahkan hidupnya ke setan. Tidak lebih dari lima menit ia menyetujui permintaan ibunya itu, Jaejoong sudah menyesal lima kali mengingat jawabannya.
"OMG, what did I just do?" Pikirnya sambil melihat Eomma yang menari-nari di kamarnya.
.
.
.
To Be Continued...
A/N: This one is inspired by a real valentine event on radio, LOL! Pas denger aku langsung bayangin buat dijadiin fanfic yunjae! Habis denger langsung bikin plotnya di buku catetan loh lol. Bedanya event yang di radio itu cuma makan malam berdua bareng pasangan di hotel bintang lima.
Kurang panjang nggak? Maaf ya kalau kependekan:(
Humornya lucu nggak, guys? Kalau nggak lucu maaf ya:(
LOL, enough with the sad emoticon! Anyway, lanjutin atau nggak? Review ya!
