Disclaimer : Naruto by Masashi Kishimoto

.

.

.

PROLOG

Laki-laki itu terbangun dari tidurnya dengan keringat membasahi sekujur tubuhnya. Dia mengusap peluh yang memenuhi dahinya. Napasnya tersengal dan tidak beraturan, seolah dia baru saja selesai melakukan lari jarak jauh. Sasuke Uchiha meremas rambutnya dengan frustasi.

Mimpi itu lagi... batinnya lelah.

Dia memejamkan matanya dan berusaha untuk melupakan semua bayangan yang baru saja berkelebatan dalam mimpinya. Tapi seolah semua kejadian itu sudah terpatri dalam benaknya, sehingga dia tidak bisa melupakan begitu saja apa yang baru saja muncul dalam mimpinya. Semua yang muncul dalam mimpinya itu seolah-olah benar-benar terjadi dan dia bisa merasakan semua emosi yang terluapkan dalam mimpi itu. Apa ini?

Laki-laki itu bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan menuju meja kerjanya untuk mengambil sebotol air mineral yang ada di sana. Tenggorokannya terasa kering karena mimpi tadi. Meja kerjanya yang bersebelahan dengan jendela kamar apartemennya tertutup rapat. Tapi dia bisa merasakan udara segar yang berhembus dari celahnya. Hujan sedang turun deras di luar sana. Dia bisa mencium bau tanah basah yang memenuhi kamarnya. Yah, bau yang khas. Laki-laki itu meraih botol minumannya dan melongok keluar jendela.

Hujan.. Tanah yang basah..

Sama seperti mimpinya baru saja. Ah, apa-apaan ini? Sasuke segera menutup korden jendelanya dan kembali ke tempat tidurnya. Walaupun dia tidak yakin akan bisa meneruskan tidurnya dengan nyaman setelah ini. Mimpi yang baru saja masih terus berputar dalam pikirannya.

Dirinya yang berada di bawah guyuran hujan.. Dan seorang gadis.. Wajahnya sama sekali tidak jelas. Hanya saja dia mendengar gadis itu menangis dan memanggil namanya. Lalu sebuah sensasi seperti tercekat di tenggorokannya. Dia tiba-tiba merasa sangat haus dan.. lapar. Entah kenapa. Sebuah perasaan aneh yang sangat kuat menguasainya tiba-tiba. Dia mencium bau darah... dan sensasi lain timbul dalam dirinya. Lalu entah darimana datangnya, ada sesuatu yang menembus jantungnya dengan keras sekali. Dan itu membuat Sasuke segera sadar dari mimpinya.

Pemuda berparas tampan itu menyandarkan tubuhnya di atas bantal yang sengaja dia dudukkan pada sandaran tempat tidurnya. Sangat sulit untuk meneruskan tidurnya. Dadanya masih bergemuruh tidak karuan.

"Ada apa? Apa yang terjadi padaku? Mimpi ini sudah ketiga kalinya. Dan kejadiannya sama..." desahnya frustasi. Dia mengerling sekilas ke arah ponselnya. Tidak ada panggilan masuk atau pesan yang muncul di layar ponselnya. Dia tiba-tiba teringat seseorang. Apa gadis itu benar-benar marah padaku karena aku tidak datang saat pameran seninya kemarin? Ah, nanti juga dia akan mengerti.. pikirnya.

Sasuke lalu memutuskan untuk mengakhiri kegundahannya ini dengan memaksakan dirinya untuk tidur. Besok dia harus kelihatan lebih segar, jadi malam ini dia butuh tidur panjang setelah seharian ini menyelesaikan dokumen-dokumen yang harus segera diserahkan pada atasannya besok. Perusahaan kopi tempatnya bekerja benar-benar membuatnya menguras tenaga. Dia harus bangun pagi-pagi besok untuk mempresentasikan produk baru yang baru selesai dia racik. Sasuke menggeliat sebentar sebelum akhirnya memutuskan untuk kembali tidur.

.

.

"Apa kau percaya kalau vampir benar-benar ada?" gadis berambut pirang panjang itu menatap gadis berambut merah muda di depannya dengan wajah serius. Mata biru lautnya menatap gadis di depannya dari balik kacamata berbingkainya.

"Eh?" gadis bernama Sakura Haruno yang ditanya itu balas menatap Yamanaka Ino dengan pandangan penuh tanya. Ino menutup buku tebal yang dia pegang dengan air muka yang masih serius sambil menatap gadis di depannya.

"Tidak... Hanya sedikit terbawa perasaan. Novel yang aku baca itu.. Vampir. Kisah cinta antara vampir dan manusia. Apa kau percaya bahwa kisah seperti ini benar-benar ada di dunia nyata? Dan kenapa sekarang novel yang bertemakan percintaan vampir dan manusia laris sekali?" Ino meletakkan buku tebal yang dia bawa di atas meja tempat Sakura sedang mengetik sesuatu untuk deadline artikelnya. Dia mendengus bosan sambil berjalan melewati meja kerja Sakura yang tidak begitu memperdulikannya dan masih sibuk dengan tulisannya.

"Sakura... Apa kau mendengarku tadi?" tanya Ino dengan nada agak kesal. Ini sudah kesekian kalinya dia diabaikan teman satu apartemennya itu. Bukan diabaikan, tidak diperhatikan lebih tepatnya. Gadis bermata indah itu memang agak menyebalkan kalau sudah mulai berhadapan dengan laptopnya. Kalau saja Ino bukan temannya semasa SMA dulu dan tidak tahu kepribadiannya yang seperti itu, dia sudah mengusir gadis itu jauh-jauh dari apartemennya ini.

Sakura mendongak dari layar laptopnya dan menatap Ino dengan pandangan penuh tanya. Mata hijau emeraldnya tampak membulat menatap sahabatnya itu.

"Oh, ada apa? Aku mendengarmu, tentu saja. Kau sedang membahas tentang novel ini 'kan?" Sakura mengambil buku tebal di atas mejanya dan menunjukannya pada Ino.

Ino menghela napas lelah.

"Kalau mendengarku kenapa kau tidak menanggapi perkataanku?" dia menatap Sakura gemas.

"Oh.. Ah, kau tadi bilang apa? Vampir? Mereka hanya makhluk mitologi 'kan? Sama halnya dengan alien, yang sangat digilai pacarmu itu..." jawab Sakura, seraya meletakkan buku itu di tempatnya lalu melanjutkan pekerjaannya lagi.

Ino mulai sibuk di dapur, membuka pintu lemari makanan dan menemukan apa yang dia cari. Kopi. Membuat kopi di malam berhujan di musim panas ini adalah salah satu hal favoritnya. Ditambah dia harus menyelesaikan draft untuk skenario acara televisi di stasiun televisi swasta tempatnya bekerja malam ini. Besok sudah harus selesai dan malam ini mau tak mau dia harus kerja lembur.

Ino mengambil dua cangkir dan membuatkan satu untuk Sakura. Dia tahu Sakura tidak semaniak dirinya yang hampir setiap waktu ditemani kopi untuk menyelesaikan pekerjaannya. Tapi Sakura tidak akan menolak kalau dia membuatkannya untuknya.

Sakura sedang membuka-buka novel tebal yang baru beberapa saat yang lalu baru saja dia baca, saat Ino kembali dari dapur dengan nampan yang berisi dua cangkir di atasnya.

"Kau membaca novel ini sampai tamat?" tanyanya dengan dahi berkerut.

"Tidak semua. Hanya cerita inti saja..." sahut Ino seraya meletakkan cangkir di atas meja kerja Sakura yang masih membuka-buka buku itu tanpa minat.

Raut wajah Sakura terlihat tidak menunjukkan minat sama sekali saat membaca lembar pertama novel tebal itu.

"Sekarang banyak sekali buku-buku bertemakan vampir semenjak film tentang vampir tampan itu populer.." katanya beberapa saat kemudian seraya menutup buku tebal itu dan menaruhnya dengan sembarangan di meja di depannya.

Dia meregangkan tubuhnya seraya menguap lebar.

"Aku akan merebahkan badan sebentar saja. Bangunkan aku kalau aku tertidur.." ujar Sakura seraya berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menuju sofa yang terletak tak jauh dari mejanya.

Ino hanya menggelengkan kepala seraya tersenyum melihat gadis itu berjalan menuju sofa dan merebahkan tubuhnya begitu saja di sana.

NOTE: Banyak yang minta sekuelnya Titanic dilanjutin. Hmm.. Belum ada ide. Tapi sudah ada dalam wacana. Dan sori buat para readers kalau author ini labil banget. Karena belum nyelesain satu fic udah nambah fic yang lain. Huahaha.. Terlalu banyak ide yang pengen disalurin.

Cun cayang dariku... xxxx