Title : Not a Weak Girl (Ficlet Series)
Main Cast : Lu Han (GS)
Oh Se Hun
Other Cast : Bae Irene Park Chan Yeol
Byun Baek Hyun (GS) Mentioned!Do Kyung Soo (GS)
Genre : Romance, Family, Hurt
Length : Ficlet (Series)/?
Rating : M (For the conflict and the bad words)
.
Judul ini harusnya menjadi kumpulan Ficlet yang masuk file Drabble & Ficlet di pertengahan debut authorku di salah satu site. Dan Ficletnya ber'sequel', :D aku sebenarnya ingin mengumpulkannya menjadi satu file, tapi aku mau lihat seperti apa readersku. Maafkan, jujur aku agak kecewa tentang Braeth Taking. :" Just Hope You Like It!
.
This is FanFic!
.
Not a Weak Girl
.
Seorang gadis berambut pirang tengah menatap tajam seorang gadis berambut cokelat pekat yang kini tengah menunduk. Mereka berdua tengah berada di belakang sekolah. Mereka tak khawatir akan ada siswa lain yang mendengar mereka. Petang hari yang suram ini bisa memastikan sekolah sudah kosong. Hanya tinggal mereka berdua disini serta seorang penjaga sekolah yang tengah tidur di kantor jaganya.
"Aku sahabatnya sejak kecil. Aku yang lebih berhak untuk menjadi pendampingnya. Kau bukan siapa-siapa, Luhan!" kata gadis berambut pirang itu. Gadis berambut cokelat yang dipanggil Luhan itu mencengkeram rok seragamnya kuat-kuat. Ia tak memungkiri ia merasa takut sekarang, namun, ia menguatkan hatinya, ia akan membalas siapapun yang melukainya.
"Aku tahu, Irene. Tapi, apa kau tidak tahu kalau Sehun mencintaiku?" kini Luhan mengangkat wajahnya tinggi, melayangkan tatapan tak kalah tajam dari tatapan milik Irene. Irene menggeram marah.
"Dia hanya terjebak delusi menjijikkanmu, Luhan! Jangan bermimpi!" kata Irene marah. Luhan tersenyum tipis.
"Kau sahabatnya sejak kecil bukan? Lalu kenapa kau tidak bisa membedakan tatapan Sehun untukku dengan tatapan Sehun untukmu. Sehun hanya menganggapmu sebagai teman, sebagai Noona yang harus dilindunginya. Kau tahu benar, kan?" kata Luhan tenang. Ia tak peduli ia akan dicap sebagai perusak persahabatan orang lain. Irene sudah melukai harga dirinya dan ia tak bisa menerima itu.
Kalau saja Irene memintanya baik-baik untuk menjauhi Sehun, sudah pasti Luhan akan melakukannya, tak peduli bagaimana sakitnya itu. Tapi, kejadian kemarin dan semua teror yang diberikan padanya benar-benar membuat api kemarahan di hati Luhan tersulut. Ia sudah tak lagi peduli setelah ini ia akan dibenci Sehun lebih dari sebelumnya. Ia tak peduli.
Irene gelisah. Pandangan matanya tak teratur. Irene tahu itu, tahu benar. Sehun mencintai Luhan. Itu sudah tampak jelas, terlalu jelas sampai membuatnya sakit dan muak. Ia sahabat Sehun yang sejak kecil telah menemaninya, dan ia tak ingin melepaskan Sehun begitu saja. Ia memilih tutup mata, memilih melakukan hal apapun.
"Mianhae, aku tak bermaksud merusak hubungan kalian. Aku tak bermaksud membuatmu merasa sakit seperti ini. Tapi, apa kau tahu sedalam apa kau melukai harga diriku? Membuat Sehun menjauhiku dengan trik licikmu itu? Apa kau tahu betapa sakitnya?" Irene terkejut mendengar kalimat Luhan yang dilontarkan dengan linangan air mata.
"T-trik licik? Kau menuduhku?!" kata Irene marah.
"Kau tidak perlu berbohong. Aku tahu kau yang menyebarkan gosip itu, kau yang membuat seisi sekolah memandangku jijik. Membuatku terpenjara dalam cacian orang-orang seminggu terakhir ini. Kau membuatku tak punya tempat lagi Irene-ah, aku sudah tak mempunyai siapapun." kata Luhan sambil menatap Irene yang tampak makin gelisah.
"Aku tak akan mengatakan ini pada Sehun. Sehun tak perlu tahu ini. Ia hanya perlu tahu dan hanya perlu percaya apa yang kau katakan padanya." kata Luhan seolah tahu apa yang dipikirkan Irene.
"Aku mencintai Sehun. Itu mutlak. Tapi, aku memilih mundur setelah ini. Aku tak peduli pandangan apa yang akan Sehun layangkan padaku setelah ini. Aku tak peduli Sehun akan membenciku setengah mati bahkan serasa ingin membunuhku. Aku tak peduli akan menjadi jalang setelah ini." Kata Luhan tegas. Irene tercekat. Nafasnya benar-benar serasa berhenti.
"Selama ini aku selalu mengalah padamu. Tapi, untuk kali ini. Aku tak akan mengalah padamu, aku yang akan menang Irene." Kata Luhan. Ia melirik kebelakang sebentar. Kemudian maju dan menampar Irene keras sampai Irene tersungkur dan memekik sakit.
"Kau jalang!" Luhan mengatakannya sepenuh hatinya, mengeluarkan sakit hati yang ada dalam hatinya. Ia merasakan sebuah tangan kokoh menarik tubuhnya kebelakang kemudian sebuah tamparan keras menyentuh belah pipinya. Luhan tersenyum tipis. Rencananya berhasil.
"Kau yang jalang Luhan! Aku tak menyangka kau selicik dan serendah ini! Aku menyesal mencintaimu!" kata Sehun marah dengan tatapan nyalangnya. Luhan tersenyum tipis.
Benci aku, Sehun-ah... Benci aku, Sehun-ah... Aku memang jalang. –batin Luhan miris sambil menatap mata Sehun yang berkilat penuh kebencian. Dan, itu ditujukan kepadanya. Luhan tak menampik kalimat terakhir yang diucapkan Sehun begitu menghancurkannya.
Sehun membantu Irene yang tengah menangis sambil memegangi sisi wajahnya yang membengkak. Memeluknya menenangkan. Luhan tersenyum miris.
"Aku menyesal tidak mempercayai Irene Noona. Kuharap kau lenyap setelah ini, Luhan." Kata Sehun dengan nada datarnya sambil terus memeluk Irene. Irene terisak makin keras.
"Aku yang menang." Lirih Luhan. Namun dapat dipastikan Irene dan Sehun bisa mendengarnya. Irene makin terisak keras, ia tahu benar apa yang dimaksud Luhan. Ia yang kalah disini sekalipun Sehun memihaknya. Dan, itu membuat harga dirinya sebagai gadis tercabik.
Sehun merasakan dadanya menyempit, solah nafas telah ditarik jauh dari rongga dadanya. Tak dipungkiri Sehun mencelos sakit. Logikanya memerintah untuk membenci Luhan. Namun tidak dengan hatinya, ia merasakan ada yang salah. Hatinya juga mengutuknya habis-habisan karena ucapan tajamnya pada Luhan.
Luhan lantas meninggalkan mereka berdua. Ia mati-matian menahan tangisannya dan denyut sakit yang ia rasakan dipipinya. Ia terus menyugesti dirinya sendiri bahwa cintanya pada Sehun tak sebanding dengan luka yang tertoreh pada harga dirinya. Ia tetap mengangkat bahunya tinggi. Membuatnya tetap terlihat sebagai gadis licik dan jalang. Dan meninggalkan Sehun yang menatap punggung sempitnya itu dengan ujung matanya serta Irene yang terisak makin keras.
Luhan tak peduli lagi. Setidaknya harga dirinya yang terluka sudah terbayar dengan apa yang akan Irene rasakan setelah ini. Bukan salahnya jika ia berubah menjadi seperti ini, dari Luhan yang selalu mengalah dan menyerah, menjadi Luhan yang penuh cara untuk membalas harga dirinya yang terluka.
Ia bukan gadis lemah. Bukan dan tak akan pernah. Luhan akan menang dengan caranya sendiri. Ia tak peduli orang-orang akan memandangnya sebagai jalang disini, tapi, yang ia butuhkan hanya rasa sakit yang akan dirasakan Irene setelah ini. Ia bukan gadis berhati lemah lembut seperti malaikat. Ia gadis yang akan membalikkan luka yang ia rasakan dengan seribu kali lebih menyakitkan.
Luhan tahu tangisan Irene sekarang bukanlah tangisan rekayasa yang ia lakukan untuk menarik perhatian Sehun. Bukan pula karena pipinya yang sakit karena tamparan keras Luhan. Tangisannya saat ini adalah tangisan kekalahan yang begitu mendalam. Tangisan ketakutan akan perasaan yang akan membayanginya seumur hidupnya. Irene akan hidup dengan rasa bersalah akan kebohongan yang terjadi dan tekanan batin menyakitkan. Irene masih punya hati nurani, Luhan tahu itu. Maka dari itulah, Luhan yakin Irene akan menderita seperti apa yang ia rencanakan.
Ia bukan gadis yang lemah. Ia adalah gadis yang akan membalikkan luka yang ia rasakan dengan seribu kali lebih menyakitkan. Ia tak peduli harus menjadi jalang untuk membalaskannya. Ia tak peduli. Ia hanya membutuhkan rasa sakit yang akan dirasakan orang yang telah melukainya. Hanya itu.
"So sorry make you disappoint with me, Baekhyun-ah..."
.
END
.
Ini mempunyai sekitar 3 sequel, dan apakah ada yang tertarik untuk membacanya? :"
.
Anne 2016-07-27
.
"Aku sudah tahu kebenarannya. Dan, maafkan aku."
Luhan membatalkan niatnya untuk meminum Latte yang mulai sedikit mendingin itu. Matanya sedikit berkilat mendengar kalimat Sehun itu. Lukanya makin berdenyut.
"Lantas jika kau sudah tahu; apa? Dan, maaf untuk yang mana? Untuk kau yang tidak percaya padaku? Untuk kau yang membela jalang itu? Untuk kau yang menamparku? Untuk kau yang ikut menghancurkan aku? Atau untuk kau yang membuat harga diri dan hatiku terluka sedalam ini?" Luhan tak akan menahan diri. Sehun sudah memancing kemarahan dan kesedihan yang selama ini ia berusaha pendam.
~Cuplikan Saja :D
