LITTLE DEVIL CAFE
Goo Junhoe adalah namja SHS dengan sikap ramah dibalik wajah dinginnya. Namun perlahan ia menampakkan sisi lain dari dirinya saat bertemu dengan Kim Jinhwan. Seorang namja imut sahabat Bobby. Sikap itu perlahan membuat Jinhwan bingung sendiri. Tapi dibalik semua itu ia sadar bahwa ia sudah terjerat pesona setan cilik ini dan ia tidak bisa lepas darinya
.
.this is an IKON slight BTS WINNER story with official pair. no need to talk much, happy read. leave coment if you want and don't give blame word. 하기 싫다면 집가, if you don't like there's a cross sign and click then. DYO own this story
.
Setan kecil adalah jenis setan yang paling cantik atau tampan. Tugas utamanya adalah menggoda manusia. Dan juga merupakan sebutan untuk namja yang suka membingungkan yeoja, … ah tidak. Bahkan dia juga kerap membingungkan para uke. Lebih tepatnya setan kecil adalah namja yang suka membuat orang lain tergila gila.
Setan kecil adalah jenis setan yang paling cantik atau tampan. Tugas utamanya adalah menggoda manusia. Dan juga merupakan sebutan untuk namja yang suka membingungkan yeoja, … ah tidak. Bahkan dia juga kerap membingungkan para uke. Lebih tepatnya setan kecil adalah namja yang suka membuat orang lain tergila gila.
Genie High School,
Hanbin dan Junhoe tengah sibuk dengan kertas didepannya. Mereka berada diruang OSIS saat ini dan hal itu membuat namja yang sedang duduk dipojok ruang itu menatap dengan malas.
"Kapan tugasmu akan selesai baby?" ucap Bobby pada namja manis yang sedang fokus dengan kertas tebal.
"Jika kau diam dan tidak mengganggu maka hal ini akan selesai dengan cepat." Ucap Junhoe selaku ketua OSIS dan ia juga tidak mau dibantah. Bobby berdecak pelan kemudian mengeluarkan ponsel dan berdiri.
"Baiklah jika begitu, selagi kalian mengerjakan itu aku akan pergi menangkap monster sebentar!"
"Jika kau tidak kembali saat aku selesai, jangan harap ada pintu terbuka untukmu" ucap Hanbin sambil memandang namjanya. Bobby tersenyum pelan kemudian mengecup pipi Hanbin dan keluar. Junhoe hanya menggeleng pelan sebelum membuka suara.
"Dasar maniak game, sudahlah hyung jika kau ingin pergi berkencan dengan kelinci itu pergilah. Aku bisa mengerjakan tugas ini sendiri. Lagipula aku memiliki banyak waktu luang untuk mengerjakannya daripada dirimu." Hanbin memandang Junhoe kemudian menggeleng.
"Ania, ini tugasku juga. Dan sebaiknya kau mencari kekasih Juneya! Aku tahu kau straight tapi kenapa sampai sekarang kau tidak menerima yeoja yang menyatakan cinta padamu?"
"Tidak hyung, mereka hanya melihat kharisma dan wajahku saja. Aku sedang mencari yeoja yang menerimaku apa adanya. Terutama dia harus membenciku terlebih dahulu sebelum menyukaiku." Hanbin menaikkan alisnya sebelah, ia terkejut dengan pernyataan namja ini.
"Uhoh, aneh sekali type yeojamu?" Junhoe hanya tersenyum tanpa memandang Hanbin.
Goo Junhoe, namja tingkat 2 SHS dengan kharisma dan fisik yang membuat yeoja maupun namja uke terpana. Dengan kekayaan orangtuanya dan juga kepandaiannya tak membuat ia berbangga diri. Jika ditanya ia hanya akan bilang jika kekayaan bukanlah miliknya dan ia pandai karena ia belajar dengan keras. Namun satu hal yang membuat orang berpikir bahwa namja ini arogan. Wajah dan mata tajam yang selalu menatap dengan dingin. Padahal hati namja ini sangatlah baik dan juga ramah. Hanya saja karena wajahnya semua orang salah menilainya. Junhoe tidak tahu bagaimana orientasinya, dia straight atau gay seperti Bobby ia juga tidak tahu karena selama ini ia hanya sibuk dengan urusan sekolah dan juga café kecil miliknya. Dan kenapa dia mengaku jika dia straight? Karena ia tidak mau dikerubungi namja uke disekolahnya. Ia tahu dan hapal bagaimana tipe uke disini. So, kau ini straight atau gay Junhoeya?
X
Bobby berjalan menyusuri lapangan sekolah dengan mata yang terfokus pada layar ponselnya. Pokemon Go, kalian benar. Namja kelinci ini terus berjalan hingga tanpa sadar ia berjalan keluar sekolah. Matanya beralih dari layar ponsel saat ia melihat temannya sedang berada didepan sebuah toko yang kelihatannya baru dibuka.
"Ooo, Jinny Kim" ucap Bobby membuat orang yang bernama Jinny itu menoleh dan tersenyum begitu melihat Bobby.
"Yah, berapa kali kubilang Jinny saja" Bobby menghampirinya dan memeluknya dengan erat.
"Jadi sekarang kau sedang bekerja membagikan balon dan brosur? Dengan mini dress seperti ini? Kurasa bukan anak anak yang datang tapi namja hidung belang" Jinny memukul bahu Bobby dengan kesal dan mencebik.
"Jaga bicaramu, Bobby Kim! Aku bisa dimarahi sajangnim nanti" Bobby memutar matanya malas mendengar ucapan Jinny.
"Bobby saja, noona yeppeo. Tapi lihatlah ini, aish aku benar benar benci jika nanti melihat kau merenung dan menangis karena dicolek namja brengsek." Jinny tersenyum tipis dan menggeleng.
"Aku sudah memilih pekerjaan ini Bobbyya dan aku juga harus menerima konsekuensinya. Ngomong ngomong kenapa kau kesini? Apa kau juga mau masuk ke toko sajangnimku?"
"Heol, apa kau menyuruhku untuk membeli diapers dan juga perlengkapan bayi? Not now pretty, aku belum membuat bayi dengan Hanbin dan lagi kami belum menikah" Jinny langsung memukul Bobby dengan tumpukan brosur ditangannya.
"Yaah, jaga bicaramu! Kau ini benar benar tidak tahu situasi dan kondisi." Bobby mengaduh pelan dan mengusap tangannya yang nyeri karena pukulan Jinny yang tidak main main itu.
"Arraseo mian, kapan kau selesai dengan ini? Aku ingin mengajakmu ke apartemen dan merayakan 100 hari kami tinggal bersama dengan Hanbin" Jinny melihat jam yang melingkar ditangan putihnya.
"20 menit lagi, apa kau tidak kelamaan menunggu?" Bobby mengangguk pelan.
"Aku akan mengirim pesan pada Hanbin agar menemuiku disini"
X
"Hyung, kurasa kita selesaikan besok saja. Nanti aku pulangnya kemalaman." Ucap Junhoe sambil merapikan sisa kertas yang belum ia sentuh. Hanbin mengangguk pelan dan ikut merapikan kertasnya sebelum memandang Junhoe.
"Mian, aku juga tidak tahu jika akan ada tugas sebanyak ini. Bahkan aku mengundangmu secara mendadak." Junhoe tersenyum pelan dan menggeleng.
"Gwenchana, aku juga tidak keberatan jika nantinya dimarahi appa. Aku hanya ingin menghadiri undangan teman baikku" mereka tersenyum pelan kemudian ponsel Hanbin berdering.
"Mwohae?" Tanya Junhoe melihat ekspresi Hanbin yang malas.
"Bobby hyung menunggu di café dekat toko baru dekat sini. Katanya ia bertemu dengan teman baiknya dan ia juga mengundangnya ke apartemen." Junhoe mengedik pelan.
"Baiklah ayo kesana. Semakin ramai akan semakin asyik bukan? Ah iya, apa sepupumu yang baru menikah muda itu juga ikut?" Hanbin memandang Junhoe dengan intens. Kenapa tiba tiba namja ini menanyakan sepupunya?
"Ada apa kau menanyakan Donghyuk? Jika kau berniat untuk menggodanya, kupatahkan kakimu nanti" Junhoe terkekeh pelan dan merangkul pundak Hanbin lalu berjalan keluar bersama.
"Ania, bukan itu. Lagipula kau tahu kan jika aku suka yeoja? Aku hanya ingin tahu, sepertinya dulu aku juga punya teman bernama Donghyuk saat aku tinggal di Manhattan." Hanbin hanya mengangguk mengiyakan. Setelah berjalan selama kurang lebih 20 menit, mereka berdua masuk kedalam café dan melihat Bobby dengan seorang yeoja berambut panjang.
"Woow, kau selingkuh secara terang terangan Bobby Kim?" ucap Junhoe sambil duduk tanpa memperhatikan sekitarnya dan focus pada ponsel.
"Ck, hentikan bualanmu itu Goo brat! Kenalkan dia Jin…Jinny. Dia temanku di universitas dan Hanbin mengenalnya dengan baik. Jadi tidak mungkin aku berselingkuh dengannya. Ditambah lagi dia adalah anak dari Imoku, mana mungkin aku berani mengambilnya?" Junhoe mengedikkan bahunya pelan.
"Siapa tahu, kau kan player" ucap Junhoe focus pada ponselnya.
"Aish, lama lama kusumpal juga mulutmu itu Goo" ucap Bobby mendecih malas. Jinny dan Hanbin yang melihatnya saling tersenyum kemudian berpelukan satu sama lain.
"H…"
"Sssshh, ania" bisik Jinny memotong ucapan Hanbin.
"Apa noona habis pulang kerja? Dan kelinci ini memaksamu untuk ikut?" Bobby mendelik pelan mendengar ucapan Hanbin.
"Yaah.."
"Diam Kim, aku tidak bicara denganmu!" potong Hanbin lalu kembali menghadap pada Jinny.
Bobby memejamkan matanya kemudian menatap kedua orang yang sedang berbicara itu. Junhoe diam diam memandang Hanbin dan kini matanya terpaku pada sosok yang tengah bicara dengannya. Bibirnya yang tipis dan berwarna merah, kulit putih tanpa cela serta rambut panjang berwarna coklat madunya membuat Junhoe tak mengalihkan pandangan.
'Damn, ada apa dengan jantungku?' batin Junhoe pelan. Bobby tanpa sengaja menatap Junhoe dan mengikuti kemana arah pandangan namja itu. Ia menahan tawanya yang akan meledak dengan susah payah.
"Khhm, Goo Junhoe. Jika kau ingin berkenalan dengannya jangan memandanganya seperti itu. Dia takut dengan pandangan matamu yang sangat menyeramkan itu!" ketiga orang itu kaget dengan ucapan Bobby. Hanbin memandang dengan aneh, Jinny yang menunduk dengan wajah merah karena malu, dan Junhoe yang kini menghadiahkan death glare terbaiknya pada Bobby.
"Terserahmu saja hyung, bisa kita berangkat sekarang? Aku harus naik bus sebelum pukul 8." Ucap Junhoe diangguki Hanbin dan Bobby. Apartemen Bobby cukup dekat dengan sekolah mereka tapi rumah Junhoe jauh dari situ dan ia harus naik bus untuk pulang. Kalian bertanya kenapa ia tidak memiliki mobil padahal ia kaya? Ingat, yang kaya adalah orang tuanya dan kenapa ia tidak memiliki mobil karena ia lebih memilih memiliki sebuah café daripada sebuah mobil. Aku bisa membeli mobil dengan café ini, tapi aku tidak bisa membeli café tanpa menjual mobil ini. Begitulah ucapan Junhoe saat teman temannya bertanya.
Mereka berjalan pelan dan beriringan menuju apartemen Bobby. Hanbin dan Bobby berjalan duluan didepan. Sementara dibelakang Jinny dan Junhoe berjalan dengan diam.
"Mmm, rumah noona dimana?" Junhoe membuka suara dengan kaku, membuat Jinny tersentak kaget namun tersenyum pelan.
"Rumahku tak jauh dari sini" Junhoe mengangguk pelan kemudian semakin mendekat dan berjalan disamping Jinny.
"Apakah tadi kita sudah berkenalan?" ucap Junhoe tanpa memandang Jinny. Jinny yang tahu hal itu hanya menahan tawanya. Namja disampingnya ini terlihat malu namun ia tidak berhenti berusaha.
"Kurasa belum, tapi aku sudah tahu namamu. Goo junhoe bukan?" Junhoe mengangguk pelan kemudian terdiam karena ia tak menemukan topic yang bagus untuk bicara.
"Jadi, apa kau sekelas dengan Hanbin?" ucap Jinny membuat Junhoe memandangnya dan tatapan keduanya bertemu. Wajah Junhoe menghangat dan ia segera mengalihkan pandangannya sebelum image coolnya hancur.
"Ani, Hanbin berada dikelas yang berbeda denganku" ucap Junhoe membuat Jinny mengangguk.
"Lalu kalian sudah berteman sejak lama?" Junhoe mengangguk pelan mengiyakan ucapan Jinny.
"Apa noona mmm, setingkat dengan Bobby hyung?" Jinny mengangguk dan mereka berjalan mengikuti Hanbin yang naik kelantai atas.
"Mm, kami setingkat tapi tidak satu fakultas. Kau tahu dia mengambil music sementara aku mengambil desain grafis" Junhoe mengangguk pelan dan masuk kedalam apartemen Bobby yang sederhana dan luas.
"Wow, I though you really Donghyuk who I ever meet right?" ucap Junhoe terkejut saat melihat Donghyuk yang memeluk Hanbin.
"Oooh, Junnie? Is that you?" ucap Donghyuk kemudian ganti memeluk Junhoe dan mencubit pipinya. Junhoe mengaduh pelan membuat Donghyuk melepaskannya dan meminta maaf.
"Noona, lama tidak bertemu. Bagaimana kabarmu?" Donghyuk memeluk Jinny dan mengajaknya masuk kedalam tanpa menghiraukan Junhoe dan Hanbin.
"Kau mau disana terus atau masuk?" Tanya Hanbin diangguki Junhoe.
X
"Jadi, noona masih bekerja paruh waktu tak tentu?" Tanya Yunhyeong pelan sambil meletakkan sepiring bulgogi didepan mereka.
"Iya, mau bagaimana lagi? Tidak ada yang memerlukan pegawai sepertiku. Kau tahu aku mencari pekerjaan yang tidak keberatan jika aku harus absen tiba tiba karena jadwal kuliah yang berubah bukan?" jelas Jinny sambil menikmati makanan didepannya.
"Apa noona mau bekerja di cafeku? Aku masih kekurangan pegawai untuk manajemen sekaligus pelayan tambahan. Bagaimana? Soal absensi terserah noona saja. Jika nanti noona tidak bisa datang tak apa asalkan noona mengabariku" ucap Junhoe tiba tiba membuat Bobby terbatuk karena menelan daging dalam mulutnya. Hanbin dengan segera menyodorkan minum pada Bobby.
"Woow, itu adalah kalimat terpanjang yang pertama kali diucapkan oleh seorang Goo Junhoe. Ada apa denganmu, dude?" Junhoe menjawab ucapan Bobby dengan decakan pelan dan berusaha tak menghiraukan godaan namja kelinci itu.
"Lupakan saja" balas Junhoe singkat. Jinny memandang Junhoe dengan ragu, ia ingin bekerja di tempat Junhoe karena baru saja namja itu menyetujuinya untuk tidak masuk jika jadwal kuliahnya berubah tiba tiba. Ini adalah kesempatannya.
"Ju…Junhoeya… apa kesempatan untuk bekerja dicafemu itu masih berlaku? Bolehkan aku mmm bekerja disana?" Junhoe memandang Jinny dengan tajam dan mengangguk.
"Noona bisa mulai bekerja kapanpun noona mau. tapi cafenya agak jauh dari sini. Cafenya ada didekat kampus dan mungkin noona tidak pernah tahu letaknya." Jinny mengangguk dengan senyuman yang merekah membuat jantung Junhoe tidak baik baik saja.
'Dia benar benar baik seperti malaikat. Astaga, mimpi apa aku semalam bertemu dengannya? Dia adalah malaikat keberuntunganku,' batin Jinny.
"Ohoho, wajahmu merah. Kau sedang jatuh cinta eoh?" ledek Bobby membuat Junhoe melempar tatapan tajam padanya.
"Berhenti menggodanya, kelinci babi! Habiskan makanannya atau kau pergi tidur sekarang!" ucap Donghyuk pelan namun penuh penekanan tanda ia tidak mau dibantah.
"Aish, arraseo mianhae. Moodswing ibu hamil memang menakutkan" gumam Bobby membuat Donghyuk melotot dan Yunhyeong terkekeh pelan.
"Eoh, kau sudah isi? Astagaa, aku benar benar kalah denganmu" ucap Jinny sambil tertawa. Dan selamat sekali lagi jantung Junhoe harus bekerja ekstra untuk menyeimbangkan detaknya.
"Kim Bobby, kubakar semua CD game dan boneka berlumut mu itu"pekik Donghyuk membuat Bobby berlari menyelamatkan benda keramatnya dan Yunhyeong yang menarik Donghyuk kedalam pelukannya agar istri cantiknya itu tenang.
X
Jinny berjalan pelan dengan Junhoe menuju ke halte bus. Waktu masih menunjukkan pukul 7 namun secepat mungkin Junhoe ingin segera sampai dirumah karena ia sadar bahwa tubuhnya sudah lengket dan sialnya ia harus bersama Jinny dengan tubuh seperti ini.
"Ah iya, memangnya kenapa cafemu tidak seterkenal café yang berada di sekitar universitas? Biasanya café sekecil apapun itu pasti terkenal disana kan?" Junhoe tersenyum pelan sambil menatap langit yang menaungi mereka berdua.
"Karena banyak siswi disekolahku yang sengaja menutup café itu untuk mahasiswa disekitar sana, kau tahu mm noona bukan aku berniat membanggakan diri tapi mereka mengejarku dan selalu saja tidak ingin seseorang atau siapapun itu dekat denganku" Jinny terkaget pelan.
"Apa termasuk aku juga? Jadi aku tidak boleh dekat denganmu begitu?" ucap Jinny tanpa sadar membuat Junhoe gelagapan.
"Ania ania, noona boleh dekat denganku kok" Junhoe segera menutup mulutnya dan menggaruk tengkuknya salah tingkah saat sadar ucapannya. Jinny juga tampak menunduk dengan semburat merah menghiasi wajahnya.
"Mianhae, aku… aku hanya ingin memiliki teman selain dua Kim babo itu" ucap Junhoe sambil menatap Jinny, menunggu reaksi dari yeoja itu.
"Mmm, gwenchana. Kita bisa menjadi teman, kau tidak perlu cemas… untuk saat ini" ucap Jinny dan pelan seperti bisikan pada ucapan terakhir. Junhoe tersenyum pelan kemudian duduk dihalte bus yang sepi itu.
"Jadi apa noona mau pulang sekarang? Atau aku perlu mengantar noona? Masih ada waktu karena bus terakhir datang pukul 8," Jinny tertawa pelan mendengar ucapan malu malu Junhoe.
"Kau mau mengantarku? Bagaimana nanti jika ada temanmu atau kekasihmu yang melihat?"
"Ani, aku tidak memiliki kekasih dan persetan dengan temanku yang lain. Aku hanya tidak ingin noona kenapa napa," sahut Junhoe cepat.
"Benarkah? Bertahun tahun aku pulang lewat sini sendirian tidak ada yang terjadi denganku, jadi meski kau tidak mengantarku pun juga tidak masalah!" ucap Jinny membuat Junhoe menghela nafasnya. Niatnya ia ingin sekali menghabiskan waktu dengan Jinny dengan mengantarkannya pulang. Sebagai namja yang gentle dan juga manly ia tidak boleh membiarkan seorang yeoja imut seperti Jinny pulang sendirian dengan berjalan kaki.
'Oh hell, lalu bagaimana dengan Hanna yang pernah ku suruh jalan kaki dari sekolah pulang ke rumah?' Junhoe menggaruk kepalanya karena ingat dengan hal itu. untung saja Jinny tidak tahu.
"Mmm, baiklah kalau begitu. Lebih baik noona pulang duluan saja agar aku bisa memperhatikan noona dari jauh dan juga noona bisa cepat istirahat." Jinny terkekeh pelan dan mengangguk.
"Baiklah kalau begitu, sampai jumpa nanti adik manis" Jinny tersenyum dan mengusak kepala Junhoe dan pergi dari sana. Meninggalkan Junhoe yang mematung karena senyuman dan usapan Jinny pada kepalanya.
'Damn, aku bisa mati kapan saja jika jantungku berdetak secepat ini' batin Junhoe pelan sambil memegang dadanya yang bergemuruh.
X
Jinny membuka pintu apartemen yang tidak layak di tinggali itu dengan pelan. Ia takut pintunya lepas karena, demi tuhan itu sudah lapuk dan susah menjelaskannya dengan kata kata. Berkali kali Bobby menyuruhnya untuk menempati apartemen yang dibeli Hanbin, dan berkali kali juga dia menolak tawaran Bobby.
"Astaga, aku membohongi seseorang lagi. Dan ia sangat polos seperti malaikat," Jinny melepas mantel yang dipakainya dan meletakkannya diatas ranjang. Ia membuka rambut paslu yang menempel dikepalanya dan meletakkannya dengan hati hati diatas meja. Menampakkan rambut cepak berwarna merah terang. ia membuka mini dressnya dan shoop dadanya rata. Kalian benar, ia namja dan tadi ia memakai dress karena ia sedang bekerja sebagai cosplay. Namanya Jinhwan jika ia tidak berdandan cosplay dan jika ia sedang bekerja, namanya Jinny.
Jinhwan masuk kedalam kamar mandi dan membersihkan dirinya saat ponselnya bergetar.
From : KimBobby
Hyung, kurasa Junhoe tertarik padamu. Dan kabar baiknya dia straight, jadi apa kau akan menjelaskan yang sebenarnya padanya?
Jinhwan keluar dari kamar mandi setelah 10 menit berada didalamnya dengan sepasang piyama biru pastel. Ia mengambil ponsel dan membaca pesan dari Bobby kemudian membalasnya.
To : KimBobby
Aku akan menjelaskannya besok saat aku bekerja dicafenya. Kebetulan besok jadwal kuliahku kosong bersamaan dengan dia pulang sekolah. Sayang sekali dia straight, padahal aku juga suka dengannya.
Jinhwan meletakkan ponselnya diranjang dan ia berjalan mengambil buku untuk mengecek materi kuliahnya besok pagi.
From : KimBobby
Apa? Kau suka dengannya? Astaga bagaimana ini? Kau tahu hyung, dia tidak sebaik yang kau lihat! Percaya padaku. Dan apa aku harus membuatnya gay sepertiku?
Jinhwan melotot melihat balasan Bobby. Dengan cepat ia mengetikkan balasan.
To : KimBobby
Yaah, jangan macam macam Kim Bobby! Biarkan dia yang memutuskan, dan jangan menghasutnya untuk jadi seperti kita. Lagipula kulihat dia namja yang polos dan pasti dia itu baik. Berhenti menjelekkannya.
Jinhwan menghela nafasnya pelan. Apa benar Junhoe straight?
From : KimBobby
Arraseo arraseo, aku mengerti hyung dan terserah kau mau percaya padaku atau tidak. Tapi jika ia sampai benar benar menjadi gay suatu saat nanti, maka aku akan menjodohkannya denganmu. Dan saat itu tiba kau tidak boleh menghalangiku sama sekali.
Jinhwan menghela nafasnya dan melempar ponselnya ke bantal. Ia tidak mau membalas pesan Bobby karena ia yakin mereka tidak akan selesai dengan topic ini.
X
Junhoe masuk kedalam rumah dan tersenyum saat mendapati appa dan ummanya sedang berbincang diruang depan.
"Aku pulang, umma appa" Mino dan Jinwoo memandang Junhoe dan tersenyum.
"Aigoo uri adeul, bogosipta" Jinwoo berdiri kemudian menghampiri Junhoe dan memeluknya dengan sayang.
"Umma, aku juga merindukan umma" Junhoe balas memeluk ummanya dengan erat. Membuat Mino tersenyum. Ia ikut berdiri dan menghampiri Junhoe kemudian ganti memeluknya.
"Appa bangga padamu, kudengar cafemu cukup lancar akhir akhir ini" Junhoe tersenyum pelan.
"Terima kasih appa, aku akan bekerja lebih keras nantinya. Mm, bolehkah aku mandi dulu? Aku bau kan?" canda Junhoe membuat keduanya terkekeh dan mendorong putra satu satunya itu untuk membersihkan dirinya.
Junhoe memasuki kamarnya yang hampir dua minggu ini ia tinggalkan. Ia lebih suka menginap dicafe yang letaknya lumayan dekat dengan sekolahnya daripada rumah yang sangat jauh.
"Kim Jinny, apa benar aku suka padamu? Oh astaga kenapa aku tidak bisa berhenti memikirkannya? Jadi aku benar benar straight, tidak seperti umma dan appa?" ucap Junhoe pelan sambil melepas kemeja seragamnya dan melemparnya ke keranjang cuci. Ia segera masuk ke bilik shower setelah melepas semua pakaiannya dan mengguyur dirinya dengan air dingin.
"Jika benar aku straight, maka akan kubuat kau menjadi milikku manis" ucap Junhoe sambil menyeringai dibawah guyuran air.
X
Bobby memandang Junhoe dengan tatapan meminta penjelasan. Saat ini mereka sedang berada diruang OSIS berdua saja dan pintu yang terkunci rapat.
"Jadi, ada apa tuan besar Goo?"
"Hyung, aku masih bingung dengan orientasi seks ku. Bisakah hyung membantuku?"
"Kenapa tiba tiba kau membicarakan hal ini denganku?" Bobby menelisik wajah Junhoe namun namja itu hanya memandang Bobby dengan tajam.
"Ayolah hyung, jawab saja dan bantu aku" paksa Junhoe dengan tatapan dingin. Bobby menghela nafasnya jengkel. Ia memang selalu tidak bisa menolak permintaan teman kekasihnya ia karena ia sangat pandai mengancam.
"Apa kau begini karena bertemu dengan Jin… Jinny kemarin?" skakmat, Bobby menyunggingkan smirknya saat mendapati raut wjah Junhoe memerah pelan.
"Sudahlah hyung, jangan banyak bertanya dan bantu aku" Bobby terkekeh sebelum ia mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan gambar pada Junhoe.
"Katakan dengan jujur apa yang kau rasakan saat melihat ini?" wajah Junhoe menegang dan matanya membola saat melihat yeoja telanjang diponsel Bobby.
"Aku, terkejut… dan uuuh aku tidak merasakan apapun hyung." Bobby menepuk keningnya sebelum membuka folder rahasia dalam ponselnya dan menyuruh Junhoe menyaksikan video JAV straight sendirian. Bobby mengamati setiap reaksi dan pergerakan Junhoe. Dan selama hampir 5 menit berlangsung, Junhoe masih diam menatap layar ponsel Bobby. Bobby menaikkan alisnya saat melihat celana Junhoe tak menggembung sama sekali.
'Seolma, dia gay?' batin Bobby sebelum merebut ponselnya dan menyodorkan video dewasa bertema yaoi pada namja itu.
"Hyung, kenapa kau memiliki video sebanyak ini diponselmu ha? Apa Hanbin tahu?" Bobby memutar matanya malas.
"Sudahlah, diam dan menurut padaku jika kau ingin dibantu. Dan jangan mencoba mengancamku atau kau… akan menyesal nantinya" Junhoe mengedikkan bahunya pelan. Ia kembali memperhatikan layar ponsel itu. Bobby menarik senyumnya dengan lebar saat melihat reaksi Junhoe yang gelisah. Bahkan belum ada dua menit sejak Bobby memutar videonya.
'Gotcha, kena kau sekarang. Dan selamat Jinhwan hyung, kau tidak akan kesepian lagi sekarang' batin Bobby. Junhoe duduk dengan gusar dan ia sudah mencapai batasnya. Ia melempar ponsel itu pada pemiliknya dan menekan pahanya dengan rapat.
"Woohoo, reaksimu sangat menarik Goo Junhoe. Selamat, kau gay." Ucap Bobby sambil menyeringai. Junhoe memandang Bobby dengan wajah malu.
"Tapi hyung, kupikir aku menyukai Jinny. Lalu bagaimana bisa aku gay?" ucap Junhoe dengan suara bergetar.
"Tanyakan itu pada hatimu, bocah. Dan, kau tidak perlu cemas. Kejutan menantimu dicafe nanti" ucap Bobby sambil meninggalkan Junhoe yang terdiam disofa. Berpikir keras apa maksud namja itu.
"Ooh, kau tahu caranya bermain solo bukan?" ucap Bobby didepan pintu membuat Junhoe menggeram dan melempar bantal sofa pada namja itu. Bobby dengan cepat menghindar dan membuka pintu untuk tertawa.
"Ingatkan aku untuk memeberitahu Hanbin nanti" desis Junhoe sebelum ia berlari menuju toilet dalam ruang detensi dan menguncinya.
X
Jinhwan memasuki ruang ganti pegawai setelah mendapat izin masuk dari pegawai depan. Ia berterimakasih karena mereka tahu lebih dulu jika ia pegawai baru dan mengijinkannya masuk. 'Pasti ini karena Junhoe sudah memberitahu mereka' batin Jinhwan pelan. Ia membuka dressnya dan melipatnya kemudian mengambil baju pegawai yang sudah disiapkan untuknya diloker. Jinhwan menghentikan gerakannya mengambil baju saat mendengar suara langkah mendekat ke arahnya. Ia menoleh mencari sesuatu yang mencurigakan namun ia tak mendapati apapun. Ia kembali mengambil baju dan memakainya dengan cepat sebelum seseorang mengetahui jika ia namja.
"Catch you babe," Jinhwan terlonjak saat mendapati seseorang memeluknya dari belakang dan menghembuskan nafas hangat ditengkuknya. Ia mengenal suara ini, ia berbalik dan matanya melotot saat orang itu menciumnya dengan kasar. Jinhwan mendorong orang itu dan kini ia menatap dengan terkejut.
"What's wrong with your face? You shocked baby?" Jinhwan melihat Junhoe dengan smirk lebar dan tatapan mata yang penuh nafsu.
"J..Jun..Junhoe… kau kau kau straight bukan? Tap… tapi kenapa kau…" ucapan Jinhwan terpotong dengan lumatan Junhoe pada bibrnya.
"Siapa yang bilang seperti itu baby, hm? Dan…kemarin kau memperkenalkan diri sebagai seorang yeoja tapi sekarang? Bukankah kita impas sayang?" Junhoe membelasi punggung Jinhwan dengan pelan dan sensual. Membuat namja imut itu menahan desahan yang ingin meledak karena godaan Junhoe.
"Mi..mianhae, aku baru akan menjelaskannya padamu tapi…tapi.. mmh" Junhoe terkekeh saat mendengar desahan Jinhwan. Salahkan tangannya yang meremas pantat bulat Jinhwan dengan gemas hingga membuat namja itu mendesah.
"Tapi apa sayang? Kau terlambat? Aku sudah tahu dulu sebelum kau menjelaskannya?" Jinhwan mengangguk dengan susah payah sambil menahan desahannya.
"Karena itu kau harus dihukum, sekarang selesaikan pekerjaanmu dulu dan temui aku diruang utama setelah café tutup" ucap Junhoe dingin kemudian melepaskan pelukannya dan meninggalkan Jinhwan yang masih terkejut didalam ruang ganti.
"Dia…dia … " gumam Jinhwan sambil menyilangkan tangan didepan dadanya dengan erat.
"Jinny, apa kau sudah selesai ganti baju? Didepan sudah ramai" ucap Taehyun dari luar membuat Jinhwan tersadar dan segera menyelesaikan bajunya.
"Iya, sebentar lagi aku keluar oppa!" ucap Jinhwan sedikit keras. Ia masih tidak bisa focus karena Junhoe. Apa dia memiliki kepribadian ganda? Kenapa sikapnya berubah drastic sekali dari kemarin?
'Tidak, dia bukan malaikat seperti kemarin. Dia…dia seperti setan saat ini' batin Jinhwan dengan tatapan kosong.
X
Jinhwan merenggangkan punggungnya yang pegal karena sejak tadi café ini ramai pengunjung. Apa Junhoe juga berbohong padanya jika cafenya tidak terlalu terkenal? Tapi benar juga sih, ia tidak melihat teman kampus yang dikenalnya datang kemari.
"Jinny, aku pulang duluan ne. ah iya, tadi katanya Junhoe menunggumu diatas. Ruangannya ada disamping tangga dengan pintu bertuliskan DANGER,GOO'S TERITORY " ucap Taehyun sambil menepuk bahu Jinhwan kemudian keluar café.
"Eonnie, kami juga duluan ne" ucap Jina dan Hyejin diangguki Jinhwan. Ia ikut berjalan kedepan untuk mengunci pintu café dan berjalan ke lantai atas tempat dimana Junhoe menunggunya. Jantung Jinhwan berdetak dengan cepat saat ia tiba didepan pintu. Dengan perlahan ia mengetuk pintu dan tak mendapati jawaban dari dalam. Dengan berani ia membuka pintu itu dan tertegun melihat kamar luas didepannya. Matanya mengedar dan mencari keberadaan Junhoe, namun ia tak mendapati namja itu. Jinhwan menoleh begitu mendengar pintu kamar mandi terbuka dan menampakkan Junhoe dengan handuk yang hanya menutup sebatas pinggang. Mata Jinhwan membulat dan ia segera mengalihkan pandangan karena wajahnya yang memanas.
"Kau sudah datang? Kenapa diam disana? Naik ke atas ranjang sekarang," ucap Junhoe sambil berjalan menuju ke almari dan mengambil sebuah boxer lalu memakainya. Jinhwan masih diam tak bergeming sambil memunggungi Junhoe. Ia terlalu takut untuk menatap Junhoe karena Junhoe yang sekarang sangat berbeda dengan Junhoe yang kemarin.
"Jinny, kau tidak mendengarku?" bisik Junhoe sambil memeluk pinggang Jinhwan dari belakang. Membuat namja imut itu terlonjak dan menahan nafasnya.
"Ak..aku.." Junhoe berdecak pelan dan menggendong Jinhwan yang masih berbalut seragam café ke atas ranjang dan meletakkannya disana. Wajah Jinhwan memerah saat menyadari wajah tampan Junhoe dengan rambut yang masih setengah basah. Junhoe ikut naik ke atas ranjang dan memeluk Jinhwan disana.
"Jadi, ada yang ingin kau jelaskan padaku?" nada suara Junhoe kembali pada dimana mereka bertemu kemarin. Lembut dan polos.
"Ak, aku minta maaf karena kemarin memperkenalkan sebagai Jinny. Aku sedang bekerja dengan baju cosplay dan namaku Jinny saat itu. aku…sebenarnya adalah namja bernama Kim Jinhwan. Maafkan aku karena membohongimu Junhoeya" Junhoe mengeratkan pelukannya pada Jinhwan dan mengusakkan hidungnya pada rambut panjang Jinhwan.
"Nado mian, aku bersikap seperti itu padamu tadi. Dan, aku tidak bilang jika aku straight karena aku juga masih bingung dengan orientasi seks ku." Ucap Junhoe dengan seringai yang tercetak dengan jelas. Ia sengaja menyembunyikan fakta bahwa ia sebenarnya adalah gay.
"Kau bingung? Wae?" ucap Jinhwan sambil memandang wajah Junhoe.
"Entahlah, kau tahu aku selalu bersikap seperti kucing pada yeoja yang baru kukenal. Seperti kemarin. Dan aku tidak akan bersikap segan pada namja yang menarik perhatianku." Wajah Jinhwan memerah mendengar penjelasan Junhoe.
"Kau bisex? Dan apa kau sedang mengutarakan perasaanmu padaku?" ucap Jinhwan memicing karena ia merasa Junhoe menyembunyikan sesuatu dari dirinya.
"Kau merasa seperti itu ya? Baiklah terserah padamu saja bagaimana kau menganggapnya. Dan mulai sekarang kau harus menginap disini menemaniku setiap hari" Jinhwan membulatkan matanya kaget.
"Tap…tapi baju bajuku ada dirumah" Junhoe menatap Jinhwan dan mendekatkan wajahnya.
"Aku sudah memindahkan semua barangmu ke café ini atau tepatnya ke kamar yang sedang kita tempati ini dari sebuah bangunan lapuk yang kau sebut rumah itu. kau sadar tidak jika bangunan itu bisa roboh kapan saja dan membahayakanmu?" Junhoe menyentil pelan kening Jinhwan hingga membuat namja itu merengut lucu dan mendorong wajah Junhoe menjauh.
"Arraseo dasar tuan pemaksa. Dan darimana kau tahu rumahku?" Junhoe mengedikkan bahunya acuh dengan pertanyaan Jinhwan.
"Lebih baik kau mandi sekarang Jinny. Aku ingin cepat tidur karena sudah lelah. Dan jangan lepaskan rambut panjang itu dari kepalamu" Jinhwan melotot mendengar perintah Junhoe.
"Yaah, aku sudah memberitahumu jika namaku Jinhwan bukan? Dan apa apaan itu? aku tidak mau pakai wig lagi Karena kau tahu aku jika aku sedang bekerja" ucap Jinhwan sambil duduk diranjang memandang Junhoe dengan kesal.
"Aku tidak mau tahu, aku akan memanggilmu sesuka hatiku dan sekarang cepat mandi lalu kembali kemari temani aku tidur. Jika kau tidak menurut, aku bisa saja memecatmu sekarang" Jinhwan memandang Junhoe dengan wajah kesal.
"Kau benar benar pandai mengancam, katakan dimana bajuku" Junhoe menunjuk almari didepan mereka dan Jinhwan berjalan kesana. Ia membuka almari itu dan benar mendapati bajunya disana, tepat disamping baju baju milik Junhoe.
"Baju yeojamu ada dialmari sebelahnya sayang. Mungkin kapan kapan aku akan membelikan lingerie untukmu dan menaruhnya disana. Mungkin saja suatu hari nanti kau akan memakainya untukku" ucap Junhoe dengan seringai setannya membuat Jinhwan melempar Junhoe dengan handuk dari almari.
"Aku benar benar membencimu Goo Junhoe" desis Jinhwan sambil mengatur nafasnya.
"Itu awal yang bagus baby. Karena hal itu yang kuinginkan" jawab Junhoe sambil memandang Jinhwan. Jinhwan mendengus sebelum pergi kekamar mandi. Junhoe tersenyum pelan mendapati sikap Jinhwan yang terlihat sangat akrab dengannya.
"Tidak lama untuk membuatmu jatuh dalam pesonaku Jinhwan, kau hanya tinggal menghitung dengan jari dan boom… you're mine"
X
Jinhwan keluar dari kamar mandi dan mendapati Junhoe sudah terpejam dengan wajah polosnya. Kekesalan Jinhwan menghilang saat melihat wajah damai Junhoe yang sedang tertidur. Diam diam ia tersenyum dan mengambil selimut dari sisi Junhoe dan memakaikannya. Ia mengusap kepala Junhoe dengan pelan sebelum tangan Junhoe menahan pergerakan tangannya dan menariknya. Tubuhnya menindih tubuh Junhoe dan namja itu malah memeluknya dengan erat. Junhoe melepas selimut dan kembali menyelimutkan kain tebal itu ketubuh keduanya.
"Jika kau bersikap manis seperti itu, bagaimana bisa aku menahan diri hm?" ucap Junhoe dengan ia berada diatas tubuh Jinhwan. Jinhwan hanya diam dengan wajah merah dan nafas tercekat.
Demi apapun ia terpesona dengan wajah tampan Junhoe. Dan jiwa ukenya muncul begitu saja. Tanpa sadar tangannya terulur menuju leher Junhoe dan menarik namja itu mendekat ke arahnya. Junhoe yang tahu kemana arah perlakuan Jinhwan membiarkannya dan sekarang bibir keduanya bertemu dengan Jinhwan yang memagut pelan bibirnya. Junhoe menjilat bibir Jinhwan dan namja imut itu membuka bibirnya. Junhoe segera melesakkan lidahnya dan memebelit lidah Jinhwan dengan kasar. Desahan Jinhwan terdengar sensual ditelinga Junhoe ditambah kini tangan Jinhwan meremas rambutnya dengan kuat, membuat sisi liarnya bangkit dengan cepat.
"Shit, jika kau terus menggodaku maka aku tidak bisa menahannya Jinny" Jinhwan meraup udara dengan cepat saat Junhoe melepas ciumannya dan itu tidak membantu Junhoe dalam menekan nafsunya.
Jinhwan memejamkan matanya dan meraih selimut lalu menutup wajahnya yang memerah. Junhoe mati matian menekan hormonnya yang naik dengan berbaring terlentang dan memandang langit langit kamarnya. Setelah yakin ia bisa menekan hormonnya ia memandang Jinhwan dan memeluknya dengan erat.
"Mianhae, aku tahu kau tidak bisa melakukannya dengan sembarangan orang. Aku juga sama. Seharusnya aku hanya melakukan hal itu dengan orang yang mencintaiku. Maafkan aku" ucap Junhoe kemudian melepas pelukannya dan memejamkan matanya. Membuat Jinhwan keluar dari selimut dan memandang Junhoe dengan nanar.
'Nado saranghae Junhoeya' batin Jinhwan sambil menatap punggung lebar Junhoe.
Flashback
Junhoe menghela nafas setelah menyelesaikan acara solonya didalam toilet detensi. Dan ia ingat mencari Bobby untuk bertanya apa maksud namja itu. Junhoe mengambil ponselnya dan mengetikkan pesan yang cukup singkat pada Bobby.
To : CrazyBunny
Kembali ke ruang detensi dan jelaskan semuanya atau aku beritahu Hanbin tentang videomu
Junhoe duduk dibangku kebesaranya dan memijit pelipisnya. Ia gay? Tapi ia merasa jika ia menyukai Jinny. Oh ini sangat membingungkan. Tak lama kemudian Bobby datang dengan wajah jengkel dan nafas memburu.
"Berani kau mengatakannya, kujadikan kau makanan obang," ucap Bobby tak membuat Junhoe bergeming dan malah tersenyum remeh.
"Itu tidak mungkin karena sebelum mengatakannya pada Hanbin pasti kau sudah tiba disini karena takut Hanbin tahu," Bobby memutar matanya malas dan duduk didepan Hanbin.
"Katakan apa maumu? Aku sudah membantumu tadi jadi apa lagi?"
"Maksudmu dengan kejutan di café?" ucap Junhoe to the point.
"Aaa, kupikir nanti Jin … Jinny sendiri yang akan bicara. Jadi aku tidak perlu memberitahumu," Junhoe menaikkan alisnya dan menunjukkan ponselnya yang sedang tersambung dengan nomor ponsel Hanbin. Bobby melotot dan mencoba meraih ponsel itu. Namun apa daya Junhoe yang terlalu tinggi membuat Bobby tak bias meraihnya.
"Katakan sebelum dia mengangkatnya," ucap Junhoe membuat Bobby menggeram.
"Arraseo arraseo, Jinny itu namja dan ia bekerja sebagai cosplay. Jadi namanya Jinny kemarin," ucap Bobby cepat dan Junhoe segera mematikan sambungannya. Padahal diseberang sana Hanbin suda akan mengangkat teleponnya.
"Senang bekerja sama denganmu, Kim Bobby" seringai Junhoe muncul bersamaan dengan dia memasukkan ponsel ke sakunya. Bobby mendengus dan mengelus dadanya. Bisa mati jika Hanbin tahu tentang hal itu.
Flashback off
TBC
N.B : sorry for the typo and give review please, see you next chapter.
