Hai..hai.. aku datang dengan cerita yang baru :) padahal aku sadar masih punya utang untuk ngelanjutin di ff sebelah, maaf kan aku…
Semoga kalian suka dengan ff yang satu ini.. selamat membaca dan jangan lupa tinggalkan review ya..
Forced marriage
Character by Masashi Kishimoto (Naruto) / Story by oyoy30
Chapter 1.
Sasuke melangkahkan kakinya lebar-lebar, ia sedikit berlari menyusri lorong-lorong rumah sakit. Sasuke adalah pemuda yang tenang dan dingin, tidak pernah sekalipun ia menunjukan pada dunia ekspresi selain itu. kecuali pada saat ini, raut khawatir begitu kentara melingkupi seluruh wajah dan gerakan tubuhnya. Bagaimana tidak, satu-satunya orang yang begitu ia percayai mencintainya kini sedang meregang nyawa di meja operasi.
"Bagaimana keadaannya?" tanya lelaki itu langsung ketika ia sampai didepan pintu ruang operasi. Disitu terdapat ibunya yang terlihat sama kawatirnya sedang duduk diruang tunggu.
Ibunya hanya menggelengkan kepala tanda bahwa ia juga tidak tahu. Sasuke lantas melihat lampu diatas pintu ruangan operasi masih menyala, berarti operasi masih berlangsung dan mereka hanya bisa berharap semua akan baik-baik saja.
"Dimana kalian menemukannya?" Sasuke memecahkan keheningan yang sempat terjadi diantara ia dan ibunya.
Mikoto Uchiha ibu dari pria itu mendongak menatap putra bungsunya. Lelaki itu masih berdiri sekalipun kedua kakinya begitu lelah berlari dan tampak gemetar, tapi mendudukan diri disamping ibunya membuat perasaannya semakin gelisah. Ia butuh berjalan mondar-mandir untuk menenagkan dirinya.
"Ayahmu yang menemukannya," hanya itu jawaban yang bisa diberikan oleh Mikoto dan Sasuke mengangguk mengerti bahwa ibunya benar-benar tak tahu apa-apa. Ia harus menanyai ayahnya perihal itu lebih lanjut, bagaimana bisa ayahnya itu menemukan orang yang bersedia mendonorkan kedua jantungnya untuk sang kakak tercinta yang kini tengah kritis.
"lalu dimana pria itu sekarang?" tanya Sasuke kemudian, karena tidak menemukan atensi keberadaan ayahnya itu. Semenjak berumur 13tahun, Sasuke telah menghilangkan rasa hormatnya kepada sang ayah. Hal tersebut dikarenakan karena si bungsu Uchiha tersebut merasa mendapat deskriminasi yang sangat berbeda antara ia dan sang kakak dimata ayahnya juga tetua Uchiha yang lainnya. Hanya sang kakaklah yang mengerti perasaannya dan membela dirinya, sedangkan sang ibu tidak dapat berbuat apa-apa didalam keluarga itu.
"Brengsek!" umpat Sasuke kasar ketika melihat ibunya hanya memejamkan mata untuk menangapi pertanyaannya, Ia mengerti arti dari gerakan sederhana itu. Ayahnya kini sedang bekerja.
Amarah kini tengah mendidih dalam darah Sasuke, ia mengepalkan kedua tangannya menahan diri untuk tidak mengahncurkan apa saja yang ada disekelilingnya. Bagaimana ayahnya itu lebih mementingkan pekerjaan daripada menunggui oprasi darurat putra sulung yang selalu dibanggakan oleh ayahnya itu. Seumur hidup Sasuke ia terus mendengar sanjungan ayahnya untuk kakaknya, Itachi dan membuat saudaranya itu bagaikan pion emas dalam kerajaaan bisnis ayahnya. Namun kini ketika putra berharganya tengah meregang nyawa ayahnya tampak biasa saja.
Sasuke baru saja ingin berbalik melangkahkan kakinya untuk menyeret ayahnya ke rumah sakit ketika suara histeris memenuhi lorong ruamah sakit terhenti seketika.
"Tidaaaakk! Suamiku tidak mungkin meninggal!" teriakan tidak percaya seorang perempuan membuat Sasuke dan Mikoto yang berada dilorong tunggu yang sama menjadi kalut. Mereka berdua melihat seorang wanita menangis histeris sambil memukul-mukul dokter yang baru saja keluar dari ruang operasi tepat disebelah ruang operasi Itachi.
"Tidak mungkin! Kalian semua berbohong!" raung perempuan itu terus tidak terima, " Yosuke tidak mungkin meninggal! Seharusnya kalian mengijinkanku untuk membantu operasi suamiku!"
"Nyonya anda tidak boleh seperti itu dan membuat keributan!" pinta seorang perawat kepada wanita itu sambil memegang kedua tangan perempuan histeris itu kebelakang, mencegahnya untuk memukul sang dokter.
"Lepaskan aku, kalian telah membunuh suamiku! Yosuke tidak boleh meninggal, bagaimana dengan anak kami?!" jerit wanita itu seraya menyentakan tangannya dari kukungan si perawat.
Sasuke dan Mikoto yang sedari tadi memandang kejadian itu baru menyadari kalau perempuan itu tengah hamil. Kandungan wanita itu tidak terlalu besar mungkin masih sekitar tiga atau empat bulan, dan tubuh kurus wanita itu membuat kandungannya semakin tidak kentara.
"Jika anda masih seperti ini kami akan memanggil keamanan untuk mengusir anda nyonya!" ancam perawat yang tadi memegang tangan wanita itu. Wajah perawat itu juga tampak tidak bersahabat, " Dokter kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan suami anda, permisi!"
Setelah berkata demikian perawat, dokter beserta tim operasi lainnya meninggalkan wanita malang tersebut. Wanita itu hanya bisa berlutut sambil menagis tersedu-sedu mencoba menerima kenyataan pahit kalau suaminya telah meninggal.
"Ding!" suara tanda lampu operasi telah padam memasuki telinga Sasuke dan Mikoto. Pandangan mereka kini teralihkan ke pintu ruang operasi Itachi berada. Keduanya menunggu tidak sabar agar dokter segera keluar dari ruangan itu. Mereka berharap nasip Itachi akan lebih baik dari suami perempuan malang tadi.
"Dokter, bagaimna operasinya?" tanya ibu dan anak itu bersamaan, ketika dokter yang menangani si sulung Uchiha baru saja keluar.
"Operasinya berjalan dengan lancar, jantung yang diterima dalam kondisi baik," terang sang dokter membuat kedua Uciha lainnya bisa bernafas lega, "kami masih perlu memantaunya 48jam kedepan, jika jantung itu berfungsi sebagaimana mestinya maka semua kan baik-baik saja kedepannya."
Setelah menjelaskan lebih detail dan memberikan beberapa pengarahan, sang dokter pergi meninggalkan keduanya. Mikoto yang tidak bisa menahan rasa bahagianya memeluk Sasuke erat sambil menangis haru. Keduanya mengucap syukur kepada Kami-sama untuk kesehatan orang yang mereka cintai.
Entah bagaimana bisa ditempat dan waktu yang sama takdir hidup seorang dengan yang lainnya begitu berbeda.
xxx
Dalam seminggu ini terlihat sangat lancar dan membahagiakan bagi Sasuke. Kakaknya berhasil melewati 48jam masa kritis dan kini berangsur-angsur membaik meski masih harus menjalani rawat inap di rumah sakit. Dalam minggu ini perusahaannya juga memenangi dua tender sehingga membuatnya menjadi super sibuk. Namun hal tersebut tidak menghalanginya untuk menyisihkan waktu menjenguk kakaknya dirumah sakit. Semua tampak baik-baik saja sampai hari ini ayahnya datang mengacaukannya.
"Apa maksudmu?!" tanya Sasuke tidak mau berbasa basi kepada ayahnya yang baru saja menyampaikan kabar tidak masuk akal kepadanya.
"Dimana sopan santunmu? Aku mendidikmu dengan tata karma!" Sasuke mendecih mendengar perkataan ayahnya itu. Apa hak ayahnya berkata seperti itu? yang mendidiknya adalah ibu dan kakaknya. Sedangkan ayahnya terlalu sibuk dengan harta dan bisnisnya.
"Jelaskan saja apa kemauanmu! Aku sedang sibuk dan tidak memiliki banyak waktu!" pinta Sasuke masih tidak mengindahkan perkataan ayahnya.
Fukagu Uchiha menarik nafasnya sebentar berusaha memendam amarahnya sebelum mengeluarkan sebuah amplop dari balik jasnya. Ia melemparkan amplop itu keatas meja kerja Sasuke, "Menikahlah dengan perempuan itu!"
Sasuke sama sekali tidak tertarik semenjak ayahnya mengeluarkan kata menikah ketika menginjakan kaki di kantornya. Jadi apapun isi dari dalam amplop itu ia tidak peduli. "Aku tidak akan menikah hanya untuk kelancaran bisnismu!"
Fukagu menyeringai merendahkan. Satu hal yang tidak pernah disadari ayah dan anak itu adalah mereka terlalu banyak memiliki kesamaan. "Tenang saja, Itachi selalu ada diurutan pertama untuk hal itu."
Tatapan tajam segera dilayangkan Sasuke untuk ayahnya, ia tidak pernah menyukai cara ayahnya yang terlalu memanfaatkan kakaknya.
"Jantung," perkataan ayahnya membuat dahi Sasuke mengkerut tidak mengerti, " aku menyuruhmu menikahi perempuan itu karena suaminyalah yang telah menyerahkan jantungnya kepada Itachi."
"Apa maksud dari semua ini?!" hal yang berkaitan dengan sang kakak selalu membuat Sasuke penasaran.
"Pria itu bernama Yosuke, ia terlibat kasus korupsi di perusahaan Ne Anbu yang sedang melakukan proyek bersama dengan Uchiha. Ia datang padaku memohon untuk membantunya dan membersihkan namanya, dengan sedikit perjanjian ia memberikan jantungnya sebagai gantinya."
"Kau memanfaatkan pria malang itu?! Aku bersumpah Itachi akan memilih mati bersama penyakitnya jika tau kau melakukan hal kotor itu!"
"Jangan mengingkarinya, kau juga pasti melakukan hal yang sama seperti yang kulakukan. Kita akan melakukan apasaja untuk tetap membuatnya hidup. Aku membutuhkan putraku, dank au terlalu menyayangi kakakmu!"
Sasuke menutup mulutnya rapat, tidak bisa membantah kenyataan itu, "Itachi tidak akan pernah tahu jika kau menjaga rahasia ini. lagipula pria itu beberapa kali ingin melakukan bunuh diri."
"Apa rencanamu?!" tanya Sasuke lirih.
"Untuk menghargai pria malang itu bukankah kita seharusnya menepati isi dari perjanjian itu? aku akan membersihkan namanya seolah-olah ia tidak pernah terlibat dan kau nikahilah istrinya, pria itu berharap ada yang dapat menjaga dan merawat anaknya kelak."
Seolah mengerti arti dari tatapan Sasuke, Fukagu menjutkan, " istrinya kini tengah mengandung empat bulan."
"Tidak! Bagaimana bisa kau menyuruku menikahi perempuan seperti itu?!" sekalipun usia Sasuke akan memasuki kepala tiga ia sama sekali tidak berpikiran akan menikah, apalagi dengan janda hamil dari kalangan rendah. "Sebaiknya kau cukup memberikan uang dari sebagian hartamu kepada perempuan itu!"
"Dengar, perempuan itu cukup pintar. Ia sama sekali tidak mengetahui hal ini, tapi aku yakin ia akan mengetahuinya jika kita tidak mencegahnya. Orang suruhanku telah mengawasinya beberapa hari ini dan ia terus mencari tau penyebab kematian suaminya. Kita perlu mengalihkan fokusnya kehal lain."
"Dengan membuatnya terikat dalam pernikahan lainnya? Sebenarnya apa yang kau sembunyikan? Ini semakin terdengar tidak masuk akal."
"Baiklah aku akan mengatakannya padamu, suami perempuan itu memiliki bukti dan kebenaran korupsi yang sebenarnya. Kasus itu lebih besar dari yang kau bayangkan dan mungkin nama Itachi bisa tercantum didalamnya. Sekalipun pria itu telah meninggal namun istrinya bisa saja menemukannya."
"Kau bisa menyuruh orang-orangmu untuk membereskan perempuan itu. Aku tidak mau terlibat, apalagi harus sampai menikah!"
"Kalau itu maumu baiklah, aku tidak punya cara lain selain menikahkannya dengan Itachi. Alasan kenapa aku sangat menyayanginya karena ia akan selalu menurut padaku. Dan kau tau apa konsekuensinya!"
"Brengsek! Ayah macam apa kau!" Amarah sasuke kini tidak bisa terbendung lagi, ia sampai menggerebak meja mahoni didepannya. Jelas sekali ia mengetahui apa yang akan terjadi.
Itachi telah dipersiapkan ayahnya sebagai pewaris kerajaaan bisnis Uchiha semenjak kecil. Kakaknya telah berjuang dan bekerja keras seumur hidupnya untuk perusahaan itu. menikah dengan perempuan dari kalangan rendah berarti sama saja dengan mencoret diri dari daftar pewaris, karena ayahnya tidak akan sudi membiarkan perempuan biasa saja menjadi nyonya dikeluarganya. Dan bila itu sampai terjadi Sasuke akan terpaksa mengantikan peran itu, dan ia tidak akan bisa menolak jika kakaknya yang sampai memohon padanya. Lebih dari itu ia akan terlibat perjodohan dan pernikahan bisnis yang sangat dibencinya.
Sasuke tidak akan mau berdiri dalam kungkungan bisnis Uchiha yang licik. Ia memiliki perusahaan yang didirikannya sendiri walaupun hanya perusahaan kecil namun namanya mulai terdengar dimana-mana. Hanya butuh waktu untuk membuat perusahaan itu berkembang menjadi perusahaan besar seperti milik keluarganya.
Hal ini sangat berbeda dengan Itachi yang tidak memiliki kesempatan untuk mendirikan perusahaannya sendiri. Selain itu kakak dari Sasuke itu terlalu mencintai perusahaan keluarganya itu. sasuke tidak akan sampai hati membiarkan kakaknya kehilangan haknya.
"Semua keputusan ada ditanganmu Sasuke. Menikahi perempuan itu dan mengawasinya atau kembalilah menjadi Uchiha yang penurut dan duduki kursi pewaris mengantikan kakakmu." Kini Fukagu terlihat sangat santai menunggu keputusan putra sulungnya itu. Ia tahu semua akan sesuai dengan rencananya.
"Kau sama sekali tidak memberikan aku pilihan," Sasuke telah kalah dalam diskusi singkat mereka ini, "Bagaimana dengan perempuan itu, apa yang akan kau katakana padanya?"
"Kau tidak perlu repot aku akan mengurus semuanya"
"Aku akan menikahinya seperti keinginamu dengan syarat jangan pernah untuk ikut campur kehidupanku setelahnya."
"Tenang saja, kau bebas seperti burung di udara." Untuk pertama kalinya ayah dan anak itu berhasil membuat kesepakatan.
xxx
Sakura masih berkabung atas kematian suaminya. Walaupun seminggu telah berlalu, kesedihan itu masih sama seperti dengan hari pertama. Ketidak percayaan masih mengantuinya, semua masih terasa seperti mimpi buruk baginya.
Ia masih bekerja di klinik ketika telepon petaka itu bordering mengusiknya. Suami yang begitu dicintainya dikabarkan terlibat kecelakaan. Polisi yang menghubunginya mengatakan bahwa suaminya ditabrak lari sebuah mobil yang melaju kencang sehingga terhempas beberapa meter. Kepala suaminya terbentur bahu jalan dan tulang kaki kirinya patah. Seharusnya suaminya hanya akan lumpuh sebagai resiko terberatnya bukan meninggal.
Demi apapun, Sakura juga merupakan seorang dokter. Ia tahu resiko dari kondisi seperti itu. suaminya tidak mengeluarkan banyak darah, jadi seharusnya suaminya masih dapat tertolong. Ia merasa ada yang tidak beres apalagi ketika melihat mayat suaminya yang sedikit membiru. Rekam medis yang diterimanya dari rumah sakit menyatakan kalau suaminya meninggal karena kecelakaan yang dialami sangat fatal. Entahlah, Sakura menjadi stress memikirkannya.
Perasaan nyeri melingkupi perut membuncit Sakura, ia mengelunya perlahan menenangkan bayi dalam kandungannya. Hari ini sudah bebrapa kali Sakura merasakan hal yang sama, mungkin sebagai akibat ia yang terlalu stess seminggu ini hingga menyebakan perutnya kontraksi. Stress akibat kehilangan sang suami membuatnya melupakan kesehatan dirinya dan bayi dalam kandungannya, tubuh kurusnya juga semakin tidak terurus. Terkadang ia juga ingin rasanya ia menyusul suami kea lam baka.
Mengurung diri dalam rumah selama seminggu ini juga membuat pekerjaannya sebagai dokter di sebuah klinik kecil tak jauh dari rumahnya terbengakalai. Walaupun tadi pagi terbesit dalam pikirannya untuk mulai kembali bekerja dan memeriksakan kandungannya, namun perasaan sedihnya masih membelenggu kedua kakinya untuk melangkah keluar dari rumah.
Samar-samar Sakura mendengar suara berisik dari depan pintu rumah yang disewanya itu. suara itu terdengar tidak bersahabat memanggil namaya membuat Sakura bersikap waspada. Dengan perlahan ia berjalan mendekati pintu depan untuk mengecek siapa yang datang, namun belum sampai ia beberapa orang masuk kedalam rumahnya dengan tidak sopan.
"Siapa kalian?!" teriak Sakura garang walaupun ketakutan jelas terlihat di wajahnya. Ia mengambil payung yang tergantung dekat lorong pintu masuk untuk dijadikan senjata. Sakura menggenggam erat payung itu dengan kedua tangannya dan mengarahkan kepada orang-orang tidak tahu sopan santun itu.
Tanpa merasa terancam sedikitpun orang-orang itu tersenyum mengejeknya. Salah satu diantaranya membuka suaranya menyampaikan maksud dari kedatangan mereka, "Haruno Sakura, kami datang kesini untuk menagih apa yang seharusnya dikembalikan suamimu!"
Dengan segera Sakura meraih kertas yang berhamburan jatuh dari dalam map ketika dilempar kepadanya. Pria itu benar-benar tidak sopan.
Mata sakura membelalak kaget melihat angka yang tertera diatas kertas itu, 800juta Yen bukanlah angka yang sedikit bagi orang sepertinya. Sakura sudah tahu kalau mendiang suaminya tengah terlibat masalah di kantornya, suaminya itu dituduh melakukan korupsi dan merugikan perusahaan itu. Sakura tentu tidak percaya dan terus memberikan semangat pada saat itu. Yosuke adalah peria baik-baik dan tidaka kan melakukan kejahatan seperti itu, lagi pula jika suaminya melakukan hal itu dimana uang itu sekarang? Mereka tidak akan hidup semiskin ini sebelumnya.
"Suamiku tidak melakukan korupsi! Ia tidak melakukan kerugian apapun pada kalian!" Sakura marah dan balik melempar kertas-kertas itu kewajah salah satu pria disitu, "Sekarang keluar kalian dari rumahku!"
"Sombong sekali kau, dengar kau hanya menyewa rumah ini dan kini bos kami telah membelinya!" Hina seorang lainnya yang ada disitu. "Sebaiknya kau baca lagi dokumen ini sebelum melemparnya padaku!"
Sakura kembali mengambil kertas-kertas itu dan membacanya lebih seksama, "Apa-apaan ini?!"
Dalam kertas itu terdapat pernyataan kalau Yosuke menyerahkan istrinya sebagai jaminan atas perbuatannya jika merugikan perusahaan, dalam kasus ini terlibat skandal korupsi. Sakura tidak akan pernah percaya suaminya akan dengan tega menjual dirinya, kami-sama suaminya bukan orang seperti itu!
"Kau bisa membacanya sendiri! Kalau kau menolak dengan senang hati kami akan mengiringmu kepengadilan. Sudah bisa dipastikan kau akan mendekam dipenjara dalam waktu yang lama."
"Aku lebih rela membusuk dalam sel tahanan untuk dosa yang tidak pernah suamiku lakukan daripada menyerahkan diriku untuk orang berengsek seperti kalian!"
"Itu terserah padamu, aku sudah dapat membayangkan betapa menyedihkannya ketika anakmu harus dilahirkan dalam sel penjara dan dibesarkan dipanti asuhan."
Perkataan pria itu menyentak kesadaran Sakura, bagaimana ia bisa sampai lupa bahwa kini ia tengah mengandung. Sebagai seorang calon ibu ia telah bersumpah tidak akan membiarkan hal malang dan menyedihkan itu akan menimpa anaknya. "Kalian benar-benar tidak punya hati!"
Seorang pria lainnya mendengus mendengar perkataan Sakura, "Dengar, kuberitahu padamu boss kami sangat berbaik hati melarang kami untuk melakukan kekerasan padamu!"
"Haruno Sakura sebaiknya kau menurut saja," pria yang sedari tadi terus menjelaskan kini mengambil alih pembicaraan lagi, "Kau tidak akan rugi apapun jika mengikuti boss kami, ia akan bermurah hati membersihkan nama suamimu dan mengangap keterlibatannya dalam skandal korupsi itu tidak pernah ada."
Sakura hampir tidak percaya dengan apa yang didengarnya, sebenarnya yang diinginkan oleh boss dari orang-orang ini.
"Kau hanya perlu menikah dengan salah seorang putranya, dan melupakan semua permasalahan ini," jawab pria itu seolah bisa menebak isi kepala Sakura.
"Boss kalian gila! Aku sudah menikah dan aku mencintai Yosuke!" kepala Sakura langsung terasa berat mendengarnya, belum cukup stress karena kehilangan suami yang dicintainya kini ia harus mendengar hal-hal gila yang tidak masuk akal.
"Kau seorang janda!" tegas pria itu, "Seharusnya kau berterima kasih kepada boss kami, banyak perempuan cantik dan terhormat diluar sana yang mengantri untuk memiliki kesempatan menjadi menantu salah satu orang terkaya di Negara ini."
"Kalau begitu katakana kepada bossmu itu untuk memilih perempuan-perempuan itu!"
"Perempuan tidak tahu diuntung, kau akan menjadi Cinderella! Perempuan dari kalangan rendah sepertimu akan hidup mewah bagaikan seorang putri di istana jika kau menikah dengan keluarga Uchiha. Berterimakasihlah tuan besar Uchiha mengangkatmu seorang janda hamil sebagai menantunya!" orang-orang suruhan itu kini telah mulai habis kesabarannya meladeni Sakura. Mereka ingin sekali menampar Sakura namun sayang mereka dilarang melakukannya.
"Sekarang terserah padamu, melahirkan anakmu dalam penjara dan menyerahkannya dipanti asuhan atau membiarkannya lahir serta membesarkannya dalam kemewahan yang diberikan Uchiha kepadamu. Kami telah selesai denganmu!"
Kini pria yang sepertinya pimpinan orang-orang itu mengeluarkan secarik kertas kepada Sakura, "Jika kau setuju datanglah ke lokasi itu minggu depan, tapi jika kau tidak muncul maka kami mengangap kau bersedia untuk hidup dipenjara. Ingat batas waktumu hanya samapai minggu depan!"
Setelah berkata seperti itu, orang-orang itu pergi meninggalkan kediaman Sakura. Membiarkan perempuan itu sendirian menahan sakit disekitar perutnya yang keram akibat kontraksi dari stress yang berlebihan. Dan ketika cairan kental berwarna merah mengalir dikakinya, Sakura hanya bisa berdoa kepada Tuhan berharap bayinya juga tidak akan ikut pergi meningalkannya.
TBC
Catatan Penulis :
Terimaksih karena sudah membaca chapter pertama dari cerita ini, semoga ff ini dapat menghibur dan disukai para pembaca sekalian.. kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan..
Apabila ada kesamaan cerita author minta maaf, ini benar-benar hasil dari buah pemikiran author sendiri.
Kesalahan ejaan, typo dan bahasa mohon dimaklumi. Hanya ini dulu yang bisa author sampaikan, terima kasih :)
