The Story Of US

Chapter 1 Bad Luck

WINNER FAN FICTION

Author: Boomie92

CAST: Song Minho X Kang Seungyoon, Song Minho X Kim Jinwoo

Genre: Romance, Humor, Friendship, Comfort

Rating: T

Warning: BL

Hallo saya author baru, salam kenal, mohon dukungan dan kritik yang membangun

Maaf, jika saya menulis karakter dengan seenaknya bagi para penggemar WINNER maafkan saya. Hanya ingin menghibur. Oh di sini bos YG adalah Kim Jinwoo, hehehe perubahan sedikit hanya sebagai hiburan.

Dunia itu luas begitulah beberapa manusia optimis mengatakannya, namun dunia juga begitu sempit. Jika benar dunia itu luas mengapa kita berjumpa lagi? Kau! Seseorang yang ingin aku lupakan, kenangan yang ingin aku buang, nama yang tidak ingin aku ingat lagi di dalam hidupku yang menyedihkan ini.

¶¶¶

Sebuah sedan berwarna silver berhenti di hadapan seorang laki-laki yang raut wajahnya sudah tertekuk sebal kemudian laki-laki yang lebih tinggi keluar dari sedan, menampilkan senyum lebar tanpa dosa, rambut belah tengah menyebalkan, dan alis yang bertaut aneh.

"Kau sudah lama menunggu?"

"Sialan Nam Taehyun! Kau tahu pantatku sudah membeku kau pikir berdiri di tengah musim dingin itu menyenangkan!"

"Aiish! Kau ini! Sudah untung aku jemput, kau yang menghancurkan kencanku dasar namja gila!" Bukannya mengalah laki-laki dengan rambut belah tengah itu justru menyerang balik.

"Ya! Nam Taehyun kau ini menejerku dan atas permintaan siapa aku datang ke negara ini?!"

"Baiklah, kedatanganmu atas permintaanku. Ayo masuk orang-orang sudah melempar tatapan aneh pada kita."

"Kau saja yang aneh aku masih normal."

Taehyun membuka mulutnya ingin membalas kalimat Seungyoon dengan lebih pedas namun dia urungkan saja daripada masalah yang lebih besar menghampirinya. Taehyun mengambil alih dua koper besar milik Seungyoon kemudian memasukannya ke dalam bagasi.

Seungyoon duduk di kursi belakang, menolak untuk duduk di sebelah Taehyun. Selain itu Seungyoon yakin bahwa temannya yang merangkap sebagai menejer tidak bertanggungjawab itu juga tidak mengharapkan kehadirannya. Seungyoon menyandarkan tubuh lelahnya, memandangi jalanan kota Seoul yang ramai, tidak ada yang berubah dari kota besar ini kecuali kepadatannya.

"Kau masih ingat apartemenku kan?"

"Ya."

"Baguslah kalau begitu jadi aku tidak perlu repot menjemputmu setiap saat kau bisa naik bis, kereta, taksi atau sejenisnya."

"Kau ini menejerku atau bukan? Sangat menyebalkan."

"Aku hanya mengurus pekerjaanmu di Korea bukan mengurus kesejahteraan dan kehidupanmu!"

"Sialan!" teriak Seungyoon sambil menendang kursi kemudi yang diduduki Taehyun.

"Hei! Aku bisa salah menginjak rem dengan pedal gas! Kau mau kita berakhir di rumah sakit atau lebih parah langsung ke akhirat?! Dasar bibir tebal gila!"

"Orang yang memiliki bentuk alis aneh tidak berhak menghina bentuk bibirku, bocah tengil, sialan, anak setan, turunan alien."

"Aku ingin membalasmu tapi ada hal yang lebih penting daripada itu." Ucap Taehyun sambil melirik wajah Seungyoon yang terpantul dari kaca spion.

"Apa?!" Balas Seungyoon ketus.

"Aku akan mengantarmu langsung ke gedung YG entertainment."

"Untuk apa?"

"Tentu saja untuk membicarakan novelmu yang akan diadaptasi ke film, apa kau lupa pekerjaanmu sendiri di Korea Tuan perfectionist."

"Hei! Kenapa jadwalnya tiba-tiba seperti itu?! Oh Tuhan! Nam Taehyun aku baru saja melakukan perjalanan melintasi separuh dunia dan kau memutuskan nasibku seenak jidatmu?!"

"Itulah kehidupan… teman, kau tidak selalu mendapatkan apa yang kau inginkan."

Seungyoon mendengus kesal dia tahu melawan Nam Taehyun tidak akan membawanya pada kemenangan. "Setidaknya beri aku makanan," keluh Seungyoon pasrah.

"Nanti aku traktir setelah pertemuanmu selesai, bagaimana? Apa makanan yang kau inginkan?"

"Kimbab."

"Hanya Kimbab?"

"Memangnya kenapa? Aku jarang makan nasi di Amerika."

"Aku pikir kau mau makan pizza atau burger?"

"Kau mau mati, Nam Taehyun."

Taehyun hanya tertawa menyebalkan mendengar kalimat kesal yang keluar dari mulut Seungyoon, rasanya sangat menyenangkan bisa mengerjai teman masa kecilnya itu apalagi membuatnya marah-marah seperti sekarang ini.

¶¶¶

Gedung YG entartaiment berdiri dengan megah dengan bentuk bangunan modern yang mempesona, salah satu dari tiga raksasa perusahaan yang bergerak di bidang industri hiburan itu sudah menampakkan keangkuhan serta dominasinya.

Seungyoon hanya memandang takjub saat Taehyun dengan kata-kata kasarnya menyuruhnya untuk keluar dari mobil karena ia hendak memarkir mobil di dalam gedung. Demi sungai Han yang airnya mengering apa susahnya memarkir mobil dengan tambahan satu orang di dalam mobil.

Menyebalkan Taehyun selalu memiliki cara yang menyebalkan untuk mengerjainya. Otak anak dengan alis aneh itu selalu saja kreatif jika berhubungan dengan penderitaan orang lain.

"Bibir tebal! Cepat masuk mau aku tendang bokongmu."

"Sejak kapan kau muncul?"

"Ya tidak lama sih tapi melihatmu melamun sambil memandangi gedung ini terlihat menyedihkan. Apa kau dulu ingin masuk ke YG?" Taehyun menatap penuh selidik.

"Tidak!" Balas Seungyoon tegas. "Aku tidak pernah bermimpi bekerja di industri hiburan mungkin itu kau."

"Cepat masuk, uang tidak akan menunggumu."

Seungyoon berusaha keras untuk menahan tawa kemenangannya karena tentu saja dia sudah membalas Nam Taehyun dengan telak, Taehyun ingin masuk ke YG tapi sayang takdir tidak berpihak padanya.

Keduanya berjalan memasuki lift yang akan mengantar ke lantai paling atas gedung untuk bertemu dengan si pemilik alias bos besar. Seungyoon bersiul-siul pelan mengacuhkan desisan Taehyun yang terganggu dengan ulahnya.

"Apa kau bisa diam?!" Bentak Taehyun.

"Hei, mengganggu kesenangan orang lain itu melanggar HAM."

"Dasar rambut mangkuk."

"Belah tengah."

Taehyun membuka mulutnya untuk membalas namun hal itu ia urungkan dua kali sudah dia gagal membalas kalimat Seungyoon, itu adalah rekor kekalahan yang memalukan. Kali ini dia gagal karena pintu lift sudah terbuka.

"Aku tunggu di luar kau masuklah." Seungyoon hanya menatap heran. "Aku sudah mengurus semuanya sejak dua bulan yang lalu, aku rasa aku tidak dibutuhkan lagi, sekarang terserah padamu." Taehyun menjelaskan kemudian tersenyum tulus senyum yang sangat berbeda saat pikiran kreatifnya muncul.

"Jangan pergi kau janji untuk mentraktirku, awas saja kalau kau kabur."

"Aku tidak pernah takut padamu, Kang Seungyoon."

"Ya, tapi apa kau pernah dengar jika orang suka mengingkari janji akan bernasib buruk."

"Benarkah?!"

Seungyoon menyeringai Nam Taehyun memang menyebalkan dan keras kepala tapi dia juga cukup polos dan cukup bodoh. "Tentu, aku mana mungkin bohong."

"Aku janji tidak akan pergi, cepat masuk!" Taehyun mendorong punggung Seungyoon kasar tidak peduli jika di hadapan Seungyoon berdiri pintu kayu yang kokoh.

Beruntung Seungyoon tidak sampai menabrak pintu tersebut dan dorongan Taehyun menjadi tambahan tenaga untuk membantunya membuka pintu. Mempercepatnya memasuki ruangan si bos besar.

Ruangan luas dengan jendela-jendela berukuran besar bertirai putih, sofa panjang dengan warna senada, dan jangan lupakan rak berisi berbagai macam action figure yang terlihat mengintimidasi.

"Siapa yang berani masuk tanpa mengetuk?" Suara tanya dengan nada datar itu berhasil membuat Seungyoon merinding, aura bos memang luar biasa.

"Maaf, aku Kang Seungyoon. Anda sudah memiliki janji dengan saya."

"Kang Seungyoon!" Kursi yang terbuat dari kulit berkualitas tinggi itu tiba-tiba memutar menampakkan rupa si bos besar yang ternyata masih tampak sangat muda. "Aku sudah menunggu kedatanganmu!"

Seungyoon hanya menatap tidak percaya pada bos besar yang ternyata memiliki kepribadian unik itu. "Duduklah kau pasti lelah, aku senang menejermu bekerja dengan baik."

"Ya, dia bekerja dengan sangat baik," balas Seungyoon tanpa ada maksud memuji Nam Taehyun sedikitpun.

Seungyoon menyamankan dirinya di sofa sambil memperhatikan bos besar yang sekarang tengah sibuk membuka lemari pendingin untuk mengambil minuman. "Soda?"

"Ya, terima kasih…."

"Kim Jinwoo."

"Oh terima kasih, Tuan Kim Jinwoo."

"Santai saja sebentar lagi kita bekerja sama dan akan sering bertemu jadi panggil saja dengan Jinwoo. Tidak, Jinwoo-hyung karena aku lebih tua."

"Jinwoo-hyung."

"Aku senang sekali kau menerima tawaran dari YG." Jinwoo duduk di hadapan Seungyoon sembari menyerahkan sekaleng soda kepada Seungyoon.

"Terima kasih," ucap Seungyoon sekali lagi sambil menerima soda dari tangan Jinwoo.

"Novelmu sangat terkenal dan kau memilih YG padahal banyak perusahaan lain yang menginginkannya. Apa alasanmu memilih YG?"

Asal kau tahu saja aku tidak memilih, aku bahkan tidak tahu apa-apa Taehyun yang memilihnya karena dia ingin melihat seperti apa gedung YG yang menolaknya mentah-mentah dulu. "Perusahaan ini yang terbaik," balas Seungyoon seratus persen omong kosong.

"Kau tidak salah pilih, Kang Seungyoon." Jinwoo tersenyum lebar menampakkan deretan gigi putih rapinya, kedua mata rusanya menyipit menampakkan ketampanan yang akan sulit ditolak siapapun.

Seungyoon menenggak sodanya dia melirik Jinwoo yang sepertinya ingin mengatakan sesuatu namun dia cukup sopan untuk menunggunya selesai minum. "Kesepakatan sudah dibuat, proyek film ini akan selesai dalam enam bulan."

"Tunggu! Kesepakatan sudah dibuat? Tapi apa aku tidak perlu menandatangani apa-apa?"

"Sudah dibereskan menejermu yang hebat itu, besok kau bisa memeriksa rekeningmu sebagai kesepakatan awal, semoga kau puas dengan kerja sama ini." Jinwoo kembali tersenyum lebar.

Seungyoon mulai merasa ngeri dengan bos yang tampak polos namun mengerikan bernama Kim Jinwoo, sepertinya dia sejenis manusia yang akan selalu mendapatkan semua keinginannya.

"Aku ingin kau bertemu dengan semua orang yang bekerja di film ini terutama produser dan pemain utamanya, aku tidak ingin film ini kehilangan sentuhan ajaibmu, Seungyoon."

"Ya, aku rasa tidak masalah."

"Apa kita bisa mulai besok?"

"Apa?!" Oh Tuhan. Laki-laki bernama Kim Jinwoo ini benar-benar gila, lebih gila dari Taehyun. Apa dia tidak tahu bahwa tubuh Seungyoon sekarang terasa seperti di awan. Melayang-layang karena perjalanan jauh.

"Itu terlalu cepat ya? Kau masih lelah?" Seungyoon mengangguk pelan menampakkan senyuman terbaiknya berharap meluluhkan hati Jinwoo untuk sedikit mengasihaninya.

"Baiklah, jadwalnya aku undur. Besok sore pukul tiga."

Senyuman seketika menghilang dari wajah Seungyoon, apa bedanya besok pagi dan besok sore sama saja BESOK. Apa salah seandainya Seungyoon berharap ada pesawat terbang nyasar yang menabrak gedung megah YG detik ini juga.

"Pertemuan kita hari ini berakhir Seungyoon, pulanglah dan istirahat. Besok pasti akan menyenangkan."

Seungyoon mencoba tersenyum namun rupanya hal itu sangat sulit untuk dilakukan, Seungyoon tidak tahu dosa apa yang sudah diperbuatnya di kehidupan lalu sehingga dia harus bertemu dengan orang-orang laknat macam Taehyun dan Jinwoo.

"Senang bertemu dengan Anda, Jinwoo-hyung." Seungyoon membungkukkan badannya kemudian berbalik, berniat untuk meninggalkan ruangan.

Seorang laki-laki tiba-tiba menerobos masuk membuat Seungyoon sedikit berjingkat berpikir bahwa laki-laki itu pasti akan mendapat masalah besar karena masuk seenaknya. Jinwoo itu galak sekali, apa dia tidak tahu.

Tunggu! Wajah itu! Tidak mungkin. Bukankah dunia ini begitu luas? Mengapa di sini?! Seungyoon terpaku di tempat sementara lelaki yang baru masuk itu melewatinya begitu saja.

"Chagiya!" Jinwoo berseru bahagia. "Aku senang kau bisa datang perkenalkan penulis novel hebat itu—Kang Seungyoon."

Mendengar namanya disebut, mau tidak mau Seungyoon membalikkan badannya untuk melihat Jinwoo dan Mino yang sekarang berdiri berdampingan. Lengan kanan Mino merangkul pinggang ramping Jinwoo dan panggilan sayang Jinwoo untuk Mino….

"Seungyoon, dia aktor utama film kita, Mino, kau kenal kan? Dia aktor terkenal." Jinwoo melirik Mino dengan tatapan cinta.

"Ya, Jinwoo-hyung. Saya mengenalnya." Mengenalnya dengan baik, Song Minho kekasihnya, bukan, mantan kekasihnya.

Mino melepaskan pelukannya pada pinggang Jinwoo, dia berjalan mendekat ke arah Seungyoon. Mengulurkan tangan kanannya dengan senyum lebar menghias wajah tampannya. "Senang bertemu lagi denganmu, Kang Seungyoon."

Susah payah Seungyoon menelan ludahnya sebelum menyambut uluran tangan Mino. "Aku juga senang bertemu denganmu, semoga kita bisa bekerjasama dengan baik."

Seungyoon bisa merasakan remasan tangan Mino sebelum dia menarik tangannya dengan cepat. "Sebaiknya saya pergi. Sampai besok, Jinwoo-hyung…," Seungyoon melirik wajah Mino ragu-ragu. "Dan Anda Tuan Song Minho."

¶¶¶

"Bagaimana pertemuannya, berjalan lancar?"

"Terima kasih sudah membereskan semuanya, Nam Taehyun," ucap Seungyoon dengan geram.

"Itulah gunanya teman," balas Taehyun tidak peka. "Kita ke kantin sekarang. Kantin di sini hebat, masakannya enak-enak termasuk Kimbab."

"Bagaimana hubunganmu dengan Jiyong?"

"Jiyong siapa?"

"Kekasihmu, memang kau punya pembantu bernama Jiyong."

"Oh dia, sudah aku putus."

"Tadi kau bilang sedang kencan waktu menjemputku di bandara?"

"Memangnya aku harus kencan dengan Jiyong? Apa ada peraturan seperti itu?"

"Dasar! Sekarang siapa kekasihmu? Kau bilang tadi kencan!" Seungyoon tidak bisa menahan amarahnya lagi menghadapi sikap Taehyun yang selelau seenaknya itu.

"Memang kencan harus dengan kekasih? Aku tadi kencan dengan Yongbae besok entah dengan siapa lagi."

Seungyoon mengepalkan kedua telapak tangannya dia ingin sekali mendaratkan pukulan di kepala Nam Taehyun untuk memperbaiki letak otaknya yang sudah konslet itu. "Jangan bermain dengan perasaan orang."

"Diam kau, Kang Seungyoon! Memangnya kau ayahku."

Seungyoon menarik napas dalam-dalam, tidak ingin menanggapi ucapan Taehyun, ayah adalah isu yang sensitif untuk dirinya dan Taehyun. Sebab baik dirinya dan Taehyun memiliki ayah yang tidak bertanggungjawab.

Dan kalimat Taehyun yang seperti itu berarti dia tidak ingin urusannya dicampuri oleh siapapun, jika peringatan itu diabaikan maka bersiaplah untuk masuk daftar musuh besar dari Nam Taehyun. Musuh besar wajib dimusnahkan.

Teahyun menekan tombol lift semetara Seungyoon memilih untuk bersandar pada dinding menopang tubuh lelahnya, rasanya dia bisa tidur detik ini juga. Tepat, saat pintu lift hampir tertutup telapak tangan seseorang menahan pintu.

"Maaf," ucap suara asing itu.

"Tidak masalah," balas Taehyun santai.

Seungyoon yang tadi sibuk memandangi permukaan sneaker-nya entah mengapa merasa tertarik dengan suara berat dari si pendatang asing, Seungyoon mendongak. Menatap wajah laki-laki yang nafasnya tersengal karena mengejar lift.

"Kang Seungyoon."

"Song Minho." Ucap keduanya bersamaan

"Kang Seungyoon aku ingin bicara denganmu." Ucap Mino tegas tanpa basa-basi menggenggam erat pergelangan tangan kanan Seungyoon.

"Hei! Apa yang kau lakukan?!" Melihat temannya diperlakukan dengan tidak hormat membuat darah Nam Taehyun naik, dihampirinya lelaki asing itu melepaskan genggaman tangannya dari pergelangan tangan Seungyoon. "Sopanlah, Tuan."

"Ini bukan urusanmu," desis Mino menampakkan rasa tidak sukanya dengan sangat jelas.

"Sekarang menjadi urusanku."

"Apa kita bisa bicara berdua di lantai bawah?" Mino mengacuhkan kehadiran Taehyun dan beralih menatap Seungyoon yang sekarang berdiri di belakang Taehyun.

Taehyun bermaksud membalas ucapan laki-laki asing menyebalkan di hadapannya ini namun Seungyoon menahan lengannya. "Taehyun, hentikan. Iya, aku bersedia."

"Kau!" desis Taehyun sembari menoleh menatap Seungyoon merutuki perbuatan bodoh temannya itu.

"Sekarang sudah jelas kan, dia mau bicara denganku." Nada mengejek terdengar jelas di setiap kata yang Mino ucapkan. "Taehyun."

"Jangan seenaknya memanggil namaku! Kita tidak saling kenal." Bentak Taehyun menatap tajam ke arah laki-laki asing yang masih berdiri dengan arogan di hadapannya.

"Song Minho, kau bisa memanggilku dengan Mino saja."

"Aku bukan temanmu," desis Taehyun menahan amarah.

¶¶¶

Mino menghentikan lift di lantai lima membuat dua orang yang lainnya saling memandang heran. "Aku dan Seungyoon akan keluar sekarang."

"Hei!" Taehyun tidak bisa menahan amarahnya lagi. "Jika kau mau bicara dengan Seungyoon aku harus ikut."

"Memang kau siapa? Kekasihnya?"

Taehyun mengepalkan kedua tangannya di sisi tubuhnya, benar-benar pertanyaan yang telak, laki-laki bernama Mino ini patut masuk daftar musuhnya. "Iya, Seungyoon kekasihku."

Suara tawa yang mengejek keluar dari bibir Mino. "Pembohong, kau tidak mungkin menjadi tipe Seungyoon."

"Memang tipeku seperti apa?" Kali ini giliran Seungyoon yang angkat bicara.

Mino dan Seungyoon bertatapan selama beberapa detik. "Yang jelas bukan dia, ayo keluar ini tidak akan lama."

"Tunggu aku di kantin, jangan kabur Taehyun."

"Aku tahu!" Balas Taehyun ketus.

¶¶¶

Seungyoon berjalan mengikuti Mino, meski penasaran dia tidak akan pernah bertanya. Dia tidak akan pernah bertanya pada orang asing. Mino membawanya ke balkon membuat suasana hati Seungyoon menjadi sangat buruk.

"Ini musim dingin," gerutu Seungyoon.

"Kau masih membenci musim dingin?"

"Aku tidak membenci musim dingin."

"Kenapa menggerutu saat aku mengajakmu ke sini?"

"Bicaralah!" Seru Seungyoon hilang kesabaran. Aku sangat lelah cepat bicara aku ingin makan dan tidur! Teriak Kang Seungyoon di dalam hati dengan penuh penderitaan.

"Baiklah, kenapa kau kembali?"

"Bekerja."

"Kenapa kau memilih YG?"

"Perusahaan ini punya reputasi yang bagus. Kenapa kau peduli dengan kehidupanku?"

"Kenapa kau peduli padaku?" Seungyoon hanya mengerutkan dahinya tidak mengerti dengan pertanyaan Mino.

"Peduli padamu?" Seungyoon melempar pertanyaan dengan ekspresi wajah idiot, sebab dia benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran mantan kekasihnya ini.

"Kau memilih YG karena ada aku kan?"

Konyol! Benar-benar konyol, bagaimana Mino bisa memiliki pemikiran kekanakan seperti itu. Seungyoon tidak bisa menahan tawanya. "Bhuawahahahah….., kau pikir kau siapa Song Minho? Ya ampun konyol sekali."

"Hentikan tawa menyebalkanmu itu, akui saja kau memilih YG karena aku."

Seungyoon berhenti tertawa dia menegakkan posisi tubuhnya, menatap tajam kepada Mino. "Tidak, aku memilih YG tidak ada hubungannya denganmu. Kita sudah berakhir Song Minho, dan hubungan apapun yang akan terjadi di antara kita nanti hanya sebatas profesionalisme pekerjaan, camkan itu. Tuan besar kepala."

Seungyoon berniat pergi namun dengan cekatan Mino menahan lengan Seungyoon, menariknya dengan kuat membuat tubuh keduanya berdekatan. "Kau harus memberiku penjelasan Kang Seungyoon." Mino menatap nanar kepada Seungyoon.

"Penjelasan apalagi? Kita sudah berakhir. BERAKHIR." Seungyoon memberi penekanan pada kata berakhir agar kedua telinga Mino mendengar dengan baik.

Mino tersenyum sinis sembari membebaskan lengan Seungyoon dari cengkeramannya. "Kau akan menyesal telah kembali, Kang Seungyoon."

"Aku tidak tahu apa masalahmu denganku Mino, sudahlah lupakan saja apa yang telah terjadi di masa lalu. Aku lihat hidupmu bahagia dengan boss YG." Seungyoon tersenyum lebar kemudian membersihkan debu imajinasi pada salah satu pundak Mino.

"Aku akan meminta pertanggungjawabanmu."

Seungyoon menatap cengo ke arah Mino. "Apa kau hamil? Ah itu tidak mungkin kau kan bukan bottom." Seungyoon benar-benar ingin mengakhiri pembicaraan tidak penting ini.

Dia hanya ingin tidur dan makan, mengapa hal sederhana seperti itu, sekarang justru berubah menjadi hal yang paling rumit dibandingkan perdamaian Israel-Palestina. Seungyoon berbalik memunggungi Mino dan tanpa basa-basi lagi dia langsung mengambil langkah seribu.

"Kabur memang keahlianmu Kang Seungyoon," cibir Mino, kali ini dia akan membiarkan Seungyoon pergi dan menikmati kebebasaan sesaatnya.

¶¶¶

Dengan sedikit perjuangan Seungyoon berhasil kabur dari Mino dan sekarang dirinya berada di tengah-tengah kantin YG, mencari keberadaan teman sekaligus menejer tidak bertanggungjawabnya.

Rambut bela tengah Nam Taehyun memang menjadi ciri khas yang sulit untuk dilewatkan, bahkan di tengah lautan manusia seperti sekarang. Seungyoon menarik nafas dalam-dalam untuk menenangkan diri sebelum akhirnya dia berjalan menghampiri meja Taehyun.

"Akhirnya kau datang juga."

"Ya." Seungyoon menarik kursi kosong di hadapan Taehyun kemudian dia langsung menyambar kimbab yang sudah tersedia di atas meja.

"Song Minho, bagaimana kau mengenalnya?"

"Dia aktor."

"Seungyoon, seluruh Korea juga tahu jika dia aktor."

"Kau kenal dia?" Taehyun memutar kedua bola matanya dengan jengah mendengar pertanyaan bodoh yang diajukan oleh Seungyoon. "Tapi tadi kau bersikap acuh padanya, jangan-jangan kau ingin minta tanda tangan."

"Tidak! Kau ini bukannya berterimakasih sudah aku bela. Dengar Kang Seungyoon aku bukan salah satu penggemar Song Minho jadi jangan memancing amarahku lagi."

"Hmmm," gumam Seungyoon asal sambil mengunyah kimbab di dalam mulutnya.

"Sekarang kembali ke pertanyaan awal, darimana kau kenal Mino dan apa yang tadi kalian bicarakan?"

"Oh, dia aktor utama filmku itu saja kami hanya bicara tentang pekerjaan, tidak lebih."

"Bohong!" balas Taehyun tegas.

"Terserah saja jika kau tidak mempercayai ucapanku."

"Kau pembohong yang sangat buruk, Kang Seungyoon."

"Berhenti memanggil nama lengkapku."

"Baiklah tapi kau harus bercerita padaku."

"Tidak mau."

"Hei!" bentak Taehyun tidak terima.

"Tidak mau nanti kau bocorkan pada semua orang."

"Aku tidak pernah membuka rahasiamu, ya meskipun aku bukan orang yang baik, tapi aku teman yang baik. tidak mungkin aku menyakiti temanku sendiri."

Seungyoon menatap penuh selidik, mungkin tidak ada salahnya bercerita pada Taehyun toh cepat atau lambat dia pasti tahu segalanya. "Dia mantan pacarku."

Taehyun mengerutkan keningnya mencoba mengingat-ingat semua daftar nama para laki-laki yang pernah menjadi kekasih Seungyoon. "Aku tidak pernah melihat Mino bersamamu."

"Kau itu terlalu sibuk dengan kekasihmu yang namanya siapa ya aku lupa, kalau tidak salah….,"

"Tidak perlu mengungkit masa lalu tidak penting. Sekarang ceritakan masalahmu saja."

"Setelah itu kita pulang aku mau tidur sampai besok sore."

"Baiklah, sekarang cerita jadi kita bisa pergi lebih cepat."

Seungyoon mendesah pelan sebelum memulai cerita masa lalunya. "Saat aku memilih untuk sekolah dan mengejar karir di Amerika aku meninggalkan seseorang."

"Tunggu!" Seru Taehyun karena dia teringat sesuatu. "Apa dia kekasih yang kau tinggal begitu saja karena kau pikir, ah merepotkan sekali memberi penjelasan?"

Seungyoon mengangguk pelan.

"Dan dia mengajakmu bicara karena dia belum bisa menerima perlakuan menyebalkanmu itu?"

"Ya kira-kira seperti itu."

"Apa dia berniat balas dendam?"

"Mungkin."

Taehyun mendesah pelan. "Terima saja nasibmu Seungyoon, habiskan kimbab-mu."

"Apa kau tidak mau memberiku saran?"

"Maaf kali ini tidak, karena semua ini salahmu." Taehyun tersenyum lebar kepada Seungyoon. "Beberapa saat yang lalu kau menasehatiku untuk tidak bermain dengan perasaan orang. Kau sendiri….,"

"Diam!" bentak Seungyoon. "Itu kesalahan di masa lalu. Terima kasih atas solusi luar biasamu." Cibir Seungyoon yang hanya ditanggapi oleh senyuman, karena Taehyun benar-benar tidak peka. "Keberuntunganku sangat buruk hari ini," keluh Seungyoon pasrah.

To Be Continued….