The Truth About Forever
[REMAKE]
Sinopsis :
Chanyeol dinyatakan positif mengidap HIV yang ditularkan dari temannya, ia berniat untuk membalas dendam pada temannya tersebut, untuk itu ia nekad pergi ke Yogya demi membalaskan dendamnya itu. Akan tetapi, dendam itu kian menyurut sejak ia tidak sengaja bertemu dengan seorang gadis bernama Kyungsoo. Apakah Chanyeol akan mengurungkan niatnya itu?. [CHANSOO] [D.O] [KYUNGSOO] [CHANYEOL] [PCY]
Original Story By. Orizuka "The Truth About Forever : Membenci Membuatmu Kesepian"
Sedikit informasi dulu, cerita ini diambil dari novel karya Orizuka yang dirilis di tahun 2008 dan dirilis ulang di tahun 2010 dengan judul yang sama. Cerita ini banyak sekali yang suka, dan sudah banyak juga yang bikin remakenya denga tokoh-tokoh kesukaan mereka. Nah, karena author adalah penggemar CHANSOO, jadi tokoh utama di cerita ini ya CHANSOO atuh!, manya ujug-ujug jadi CHANBAEK, pan teu nyambung (Sabar thor, jangan emosi gitu). (Terus tujuan author nulis ini apa?) Ya, buat informasi aja, jadi buat yang udah pernah baca cerita ini, cerita ini memang bukan original buatan author, ini hanyalah remake dengan penggantian nama tokoh dan beberepa penyesuaian lainnya. Begitu. Ngarti ora? (Bodo amat thor, yang penting CHANSOO selalu jaya). Apasih?, GJ pisan anaknya teh.
Enjoy reading!
CHAPTER 1
Neighbour From Mars
Di dalam kereta, seorang laki-laki berumur sekitar 20 tahunan tertidur dengan mulut separuh terbuka. Suara dentum- dentum keras terdengar dari headphone besar yang merosot dari telinganya dan kini malah melingkar di lehernya.
Seorang anak perempuan menatap wajah laki-laki di depannya dengan cermat. Ibu dari anak perempuan itu juga sedang terkantuk-kantuk. Kemudian, anak perempuan itu bangkit dan mendekati laki-laki tersebut. Dia memperhatikan iPod yang terletak di pangkuan laki-laki itu dan mencoba menyentuhnya.
"Jangan!", seru laki-laki itu, membuat anak perempuan itu tersentak kaget.
Namun, mata laki-laki itu masih terpejam. Rupanya, dia hanya mengigau. Anak perempuan itu menghela napas lega, lalu kembali menjulurkan tangannya. Tiba-tiba, laki-laki itu bergerak gelisah.
"Jangan! Lepaskan aku! JANGAN!", seru laki-laki itu.
Si anak perempuan terlonjak kaget dan akhirnya jatuh terduduk dengan wajah pucat pasi.
"Ada apa sayang?", kata ibu dari anak itu. Rupanya ibu itu terbangun karena teriakan keras si laki-laki.
Anak perempuan itu pun menangis karena kaget. Ibu si anak menenangkannya, lalu melirik tajam ke arah laki-laki tadi. Chanyeol, si laki-laki tadi, masih terlalu kaget dengan mimpinya. Tepatnya mimpi buruk yang sudah sekian lama ini mengganggunya. Chanyeol menyeka keringat dingin yang mengalir deras di wajahnya, lalu menatap si ibu yang kini tengah menatapnya tajam.
"Oh. Maaf", kata Chanyeol setelah melihat anaknya masih terisak meski dia tak tahu persis apa kesalahannya.
Si ibu tidak peduli dengan permintaan maaf Chanyeol, dan membuang muka. Chanyeol menggigit bibirnya merasa bersalah, lalu membenarkan posisi duduknya dan membuang pandangannya ke luar jendela. Chanyeol menghela napas berat mengingat mimpinya tadi. Tanpa sadar, tangannya mencengkeram lengan kirinya.
Chanyeol sudah sampai di Yogya, kota yang dua hari lalu tidak pernah terpikirkan akan menjadi kota tempat tinggalnya. Saat itu, temannya memberi tahu tempat tinggal seseorang yang kini sedang dicarinya. Nekad. Ya, itulah modalnya datang ke kota ini. Chanyeol tak bisa mundur lagi. Dia sudah mendapatkan info penting tentang seseorang yang dicarinya, dan dia tidak mau kehilangannya lagi.
Setelah menghela napas, Chanyeol memanggul carrier-nya dan mulai berjalan untuk mencari bus kota. Chanyeol menatap rumah-rumah di depannya yang tampak seperti bangunan kost. Dia sampai dengan selamat setelah penjual minuman di depan stasiun menyuruhnya untuk naik bus nomor 4. Sekarang, dia berada di kawasan perumahan di dekat Universitas Gadjah Mada, berniat untuk mencari kost.
Chanyeol tidak memiliki banyak uang. Akan tetapi ia memiliki cukup simpanan, walaupun memang tidak banyak, maka dari itu ia harus mencari kost dengan harga sewa yang semurah-murahnya. Tidak perlu bagus, toh dia tidak akan lama berada di kota ini. Setelah bertemu dengan orang yang dicarinya, Chanyeol akan segera pergi. Setelah dua jam mencari, Chanyeol berhenti di sebuah warung makan.
Selesai dengan makan siangnya, Chanyeol bertanya pada si penjual letak kost laki-laki yang murah. Si penjual menyarankan untuk pergi ke tempat kenalannya yang berada di gang sebelah. Chanyeol pun mengikuti sarannya.
Dan, di sini lah dia berada, di depan sebuah bangunan reyot yang sepertinya hanya tinggal menunggu waktu untuk rubuh. Bangunan itu bertingkat dua dan tampak menyeramkan karena semua catnya mengelupas aneh. Atap bangunan itu juga tampak seperti akan runtuh jika diterpa angin kencang.
"Serius? Emang ada yang mau tinggal disini?" Chanyeol bergumam. Namun, dia tetap melangkahkan kakinya masuk.
"HEY, SIAPA KAMU? MAU NGAPAIN? MAU NGEKOST?"
Seorang ibu berdaster batik yang merupakan pemilik kost menyambut Chanyeol dengan suara stereo, membuat Chanyeol merasa headphone-nya akan sangat berguna untuk menghindari kerusakan telinga. Ibu itu terlihat histeris. Chanyeol jadi curiga, jangan-jangan kost ini tidak berpenghuni. Chanyeol diajak masuk ke rumah ibu kost itu.
"Saya mau masuk hari ini juga, Bu", kata Chanyeol sambil duduk di sofa yang segera mengeluarkan debu.
"MASUK HARI INI JUGA? OH, BOLEH!", sahut ibu itu.
"Saya juga mau bayar lunas sekarang," kata Chanyeol lagi, lalu dengan segera menutup telinganya sebagai antisipasi.
"OHHH! BAYAR LUNAS SEKARANG? BOLEEHHHH!" , sahut ibu itu antusias.
Tiba-tiba, ibu itu kini, menangis. Chanyeol menatapnya simpati. Ibu itu menyeka air matanya, lalu menggenggam tangan Chanyeol erat. Chanyeol tak sempat menghindar.
"Namamu siapa nak?", tanya ibu itu pelan.
"Chanyeol"
"Nak Chanyeol, kost ini udah hampir gak ada penghuninya. Cuma tinggal 1 orang di bawah dan 1 orang di atas. Kamu liat sendiri kan kondisi kost ini?. Gak ada lah yang mau kost di sini", ratap ibu itu.
"Terus kenapa gak ibu ren..."
"Ya ibu juga gak punya duit buat ngerenovasinya" potong si ibu. "Jadi satu per satu semua pada pergi. Sisanya bertahan karena mereka pada gak mampu bayar kost-kostan yang lain. Saya kasihan sama mereka..."
Chanyeol mengangguk-angguk dengan mata kosong, seolah melakukannya hanya untuk formalitas. Si ibu tidak memperhatikannya dan sekarang sudah kembali terisak. Chanyeol seperti sedang nonton sinetron.
"Tapi! Kamu tiba-tiba datang menyelamatkan saya! Terima kasih, Nak!", sahutnya membuat Chanyeol tersenyum kaku. Dia harus cepat menyelesaikan ini kalau tidak mau telinganya jadi korban.
"Kalo gitu... boleh saya tau di mana kamar saya, Bu?", tanya Chanyeol setelah memeberi sejumlah uang kepada ibu kost. Ternyata, biayanya sangat murah, jauh di luar perkiraan Chanyeol.
"Ohh! Kamu... kamu di lantai dua, gak apa-apa ya?"
"Gak apa- apa, Bu. Emangnya kenapa?" tanya Chanyeol curiga.
"Ng... ada sih satu kamar di bawah yang kosong, tapi rusak. Cuma sisa satu kamar di atas yang masih bisa dipakai", kata si ibu dengan mata tertuju pada beberapa lembar uang seratus ribuan di tangannya.
"Ohh, yasudah. gak apa-apa".
"Tapi, Nak, masalahnya, kamar yang di atas itu. Ng... gimana yah... kamar perempuan", kata si ibu lagi, membuat Chanyeol melongo.
"Hah? Jadi, ini kost perempuan?" tanya Chanyeol, merasa capek karena sudah mengobrol panjang lebar.
"Bukan sih, ini kost campuran. Yang laki-laki di bawah, yang perempuan di atas. Tapi, berhubung yang di bawah pada rusak, jadi yang sisa cuma di atas, gak apa-apa, perempuan yang ngekost disini baik kok", ibu itu nyengir bersalah.
Chanyeol lagi-lagi melongo. Sebenarnya, yang harus merasa terancam itu siapa?
"Bu, saya sih mau-mau aja, tapi masalahnya perempuan itu mau gak saya ngekost disini?", tanya Chanyeol lagi.
"Oh, kamu tenang aja! Dia pasti mau kok, orang dia keponakan saya!", sahut si ibu kost membuat Chanyeol melongo untuk kesekian kalinya.
Orang macam apa yang membiarkan orang asing tinggal di sebelah keponakannya sendiri?
"Tapi, Bu..."
"Sudah, sekarang kamu naik saja ke lantai dua. Kamar kamu nomor sebelas. Kalo kamu butuh apa-apa, tinggal datang ke sini, ya?", kata Ibu kost tak sabar.
Chanyeol mengangguk, lalu bangkit sambil melirik si ibu yang sudah sibuk menghitung uang. Dia menghela napas, memanggul ranselnya, dan bergerak keluar rumah ibu kost.
"Duuh! Kenapa, sih?!"
Sebuah teriakan cempreng terdengar dari dalam kamar nomor sepuluh. Penghuninya, Kyungsoo, sedang tergeletak di lantai sambil menjambaki rambutnya dengan frustasi. Tak lama, dia bangun dan menatap komputer yang ada di depannya. Di layar komputer itu, terdapat tulisan yang masih menunggu untuk diselesaikan. Kyungsoo melototi tulisan itu, berharap dengan begitu dia akan mendapatkan inspirasi untuk meneruskannya.
"Oh, inspirasi! Datanglah!", serunya lagi. Dia mengatupkan kedua tangan dan mengarahkannya ke langit-langit seperti sedang menjampi-jampi orang.
Kyungsoo kembali menatap layar komputernya, tetapi tak ada inspirasi apa pun yang datang. Perempuan itu menghela nafas, meraih gelas di sebelahnya, dan meminum isinya, kopi. Tinta hitam yang akhir-akhir ini selalu diminumnya. Kyungsoo melirik papan target yang ada di sebelah komputernya. Di sana tertulis: Menjadi Penulis Best Seller. Kyungsoo mendesah. Jangankan best seller, jadi penulis aja belum tentu.
"AAAHHH! SEBEEELLL!", seru Kyungsoo, membuat Chanyeol yang sedang lewat di depan kamarnya terlonjak kaget.
"Ada apa sih?", gumam Chanyeol. Dia bergerak menuju sebuah kamar yang pintunya sudah dipenuhi stiker.
Chanyeol mengadah untuk melihat nomor kamar itu. 11. Ini berarti kamarnya. Chanyeol melirik kamar di sebelahnya. Pintu kamar itu ditempeli hiasan bertuliskan nama pemiliknya: Kyungsoo. Chanyeol memasukkan kunci di tangannya ke lubang kunci, dan sebelum kuncinya masuk, pintu sudah terbuka dengan sendirinya.
Kyungsoo keluar kamar sambil menguap lebar. Dia melakukan gerakan-gerakan kecil untuk melemaskan ototnya, belum menyadari kalau ada seseorang di sebelahnya yang sedang menatapnya heran. Kyungsoo meregangkan otot leher dengan menoleh ke kiri dan ke kanan, pada saat itulah, dia mendapati seorang laki-laki asing sedang manatapnya. Kyungsoo mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu akhirnya berkata.
"Kamu siapa?"
"Yang mau kost di sini", jawab Chanyeol.
"Oh", Kyungsoo mengangguk-angguk, kemudian kembali bersenam-senam.
Chanyeol memanfaatkan kesempatan ini untuk masuk ke kamarnya. Sesaat kemudian, Kyungsoo tersentak.
"HEEH?! KAMU MAU KOST DI SINI? WOI!"
Kyungsoo segera mendatangi Chanyeol, tetapi pintu kamar Chanyeol terbanting tepat saat Kyungsoo hendak bicara. Kyungsoo bengong sejenak, lalu menggedor-gedor pintu. Tak ada jawaban. Kyungsoo memandang pintu itu geram, lalu segera tahu siapa biang keladinya. Dia langsung berderap ke bawah.
"BULIK!" teriak Kyungsoo setelah sampai di rumah tantenya yang tak lain dan tak bukan adalah si ibu kost. "Kenapa ada laki-laki yang ngekost di sebelah kamarku?".
"Gak apa-apa toh, Kan", Ibu kost berkata santai sambil menghitung uang yang telah dihitungnya untuk kesekian kali. "Anaknya baek kok".
Kyungsoo menatap tantenya tak percaya. "Bulik tau dari mana kalo dia anak baek? Emangnya kenalan Bulik?".
"Bukan", jawab Ibu kost. Sikapnya masih sesantai yang sudah-sudah, membuat mulut Kyungsoo terbuka lebar.
"Bukan? Terus kenapa Bulik bolehin dia ngekost di sebelahku?"
"Kamu tahu sendiri, di bawah kamarnya udah gak ada yang bisa dipake. Tinggal kamar yang ada di sebelah kamu aja", kata Ibu kost lagi.
"Iya, tapi itu kan, khusus buat perempuan! Yang tadi kan laki-laki!", Kyungsoo masih berusaha memprotes.
"Dia bayar lunas loh!", jawab Ibu kost yang membuat Kyungsoo menganga semakin lebar.
"Bulik!" teriak Kyungsoo lagi sehingga membuat perhatian tantenya itu akhirnya teralihkan.
"Kyungsoo, kamu tahu kan, Bulik lagi kesulitan uang. Anak-anak kost udah gak ada yang bayar. Sekarang, ada yang mau bayar, yah, Bulik gak bisa nolak," jelas Ibu kost dengan ekspresi memelas.
"Iya sih, tapi Bulik, apa laki-laki itu bisa dipercaya? Kalo dia punya niat ngapa-ngapain aku gimana?", tanya Kyungsoo, intonasi suaranya sudah menurun.
"Kalo dia ngapa-ngapain kamu, malah enak, tho, orangnya cakep ini," ujar Ibu kost santai. Tentu saja Kyungsoo langsung melotot mendengar jawaban itu. "Iya, iya. Kalo ada apa-apa, kamu tinggal teriak saja. Kamu jangan lupa selalu kunci pintu". Ibu kost cepat-cepat melanjutkan omongannya.
Kyungsoo menghela napas, tak tahu lagi harus berkata apa. Sepertinya, mulai sekarang, dia harus terbiasa dengan makhluk asing yang tinggal di sebelahnya. Kyungsoo naik ke kamarnya dengan tubuh lunglai. Sebenarnya, Kyungsoo merasa ngeri harus tinggal bersebelahan dengan laki-laki asing, tetapi berhubung Kyungsoo tinggal di sini secara gratis, dia tak bisa protes lebih jauh. Memang benar, tantenya sedang mengalami kesulitan keuangan, jadi Kyungsoo harus maklum kalau dia menerima siapa saja yang membayar untuk kost sebobrok ini.
Begitu sampai di tingkat dua, Kyungsoo menatap pintu di sebelah kamarnya dengan sebal. Di antara dua puluh kamar, kenapa harus kamar itu saja yang masih bisa dipakai? Kyungsoo berdecak sebal, lalu memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Masih banyak yang harus dikerjakannya daripada memikirkan makhluk tidak jelas di sebelah kamarnya itu. Menjadi penulis best seller, misalnya.
Ketika dia baru hendak masuk, pintu di sebelahnya terbuka. Chanyeol keluar dengan handuk tersampir di bahunya. Kyungsoo dan Chanyeol saling tatap, seolah mempunyai pertanyaan untuk ditanyakan kepada satu sama lain.
"Kamu..."
"Kamar mandinya di mana?" tanya Chanyeol sebelum Kyungsoo sempat menyelesaikan kalimatnya.
"Ha? Oh, di situ", Kyungsoo menunjuk pintu di ujung gang, membuat Chanyeol segera beranjak ke sana. Kyungsoo tiba-tiba tersadar. "Eh! Woi, woi! Jangan pake kamar mandi itu!"
"Kenapa?", jawab Chanyeol sambil berhenti dan menoleh.
"Itu kamar mandi perempuan! Kamar mandi laki-laki yang dibawah!, Kyungsoo menunjuk pintu reyot di lantai bawah. Chanyeol hanya meliriknya tanpa minat.
"Kamar gue kan ada di lanta ini, jadi kamar mandinya juga yang di lantai ini dong", Chanyeol membalas.
"Hah? Tapi, itu kan... kamar mandi perempuan!", Kyungsoo masih bersikeras meski tak punya alasan lain.
"Memang apa bedanya sih? Sama-sama kamar mandi, kan?", Chanyeol bertanya tak sabar.
"Ya, tapi, kan... jijik!", sahut Kyungsoo sambil membayangkan hal-hal apa yang bisa dilakukan laki-laki itu di kamar mandi. Kamar mandi yang sudah beberapa bulan terakhir menjadi kamr mandi pribadinya.
"Oh...", gumam Chanyeol, membuat Kyungsoo lega karena sepertinya laki-laki itu mengerti. Namun, perkiraan Kyungsoo salah karena setelah itu Chanyeol malah melengos dan tetap bergerak menuju kamar mandi di depannya.
"Woi!", teriak Kyungsoo, tetapi Chanyeol sudah keburu menghilang di balik pintu kamar mandi. Dengan segera, Kyungsoo merasakan firasat buruk tentang kehidupannya ke depan bersama laki-laki aneh itu.
Baru beberapa detik, Chanyeol keluar lagi dari kamar mandi. Kyungsoo menatapnya heran sementara Chanyeol melambai-lambaikan tangan memanggilnya.
"Apa?!", tanya Kyungsoo sebal.
"Tolong ya, peralatan perang lo di ambil dulu", ujar Chanyeol.
Kyungsoo mengernyitkan dahi tak mengerti. Namun, beberapa detik berikutnya, Kyungsoo langsung teringat akan pakaian dalamnya yang sejak mandi tadi pagi belum diambil.
"HUAAAA!", Kyungsoo histeris dan segera berderap menuju kamar mandi untuk mengamankan pakaian dalamnya yang tergantung di balik pintu. Dia melangkah keluar sambil menatap curiga pada Chanyeol yang tampak malas.
"Makasih", kata Chanyeol pendek, lalu segera masuk ke kamar mandi, meninggalkan Kyungsoo yang melongo parah. Detik berikutnya, Kyungsoo tersadar.
"WOI! Kamu tadi liat, ya? WOI!" Kyungsoo menggedor-gedor pintu, tetapi yang terdengar hanya bunyi cebar cebur orang mandi.
Kyungsoo semakin tak bisa berkonsentrasi pada karya tulisnya setelah kejadian aneh tadi sore. Tetangga barunya tiba-tiba datang, memakai kamar mandinya, dan melihat pakaian dalamnya. Sambil berbaring di lantai, Kyungsoo menghela nafas putus asa.
"Kenapa sih, di saat aku butuh konsentrasi, malah dateng orang aneh", gumamnya kesal.
Tiba-tiba, terdengar suara langkah-langkah kaki di luar. Menurut Kyungsoo, itu pasti langkah si laki-laki aneh tadi. Selepas magrib, orang kembali. Kyungsoo membuka pintunya dan melongok ke kiri. Chanyeol tampak sedang mencari-cari kunci kamarnya, di tangannya, terdapat plastik besar berisi berbagai macam mie cup dan air mineral.
"Kamu bisa makan di rumah Bulik," kata Kyungsoo membuat Chanyeol menoleh. "Semua anak kost makan di sana", lanjutnya.
"Gak usah", tolak Chanyeol, masih sambil mencari-cari kunci di seluruh kantongnya. Kyungsoo mengangguk-angguk pelan.
"Soal minum bakal mahal loh kalo beli satu literan. Kamu bisa langganan galon di bulik", tawar Kyungsoo lagi.
"Gak usah. Gue gak bakal lama di sini". Kali ini Chanyeol sudah mulai berkeringat dingin karena tak kunjung menemukan kuncinya.
"Oh, gitu". Kyungsoo jadi penasaran. "Kalo gak bakal lama, kenapa ngekost? Pake bayar lunas, lagi."
Chanyeol menghela napas dan menatap Kyungsoo.
"Gue punya alasan-alasan tertentu yang gak harus gue bagi sama semua orang", jawabnya yang langsung membuat Kyungsoo cemberut.
"Idiihhh, sok rahasiaan amat", ujar Kyungsoo keki.
Sementara itu, Chanyeol kembali mencari kuncinya.
"Terus, kamu asalnya dari mana?", tanya Kyungsoo lagi.
Putus asa karena tak juga menemukan kuncinya, Chanyeol iseng membuka pintu. Ternyata, pintu itu tidak terkunci dan kuncinya masih tergantung di dalam. Chanyeol menghela napas kesal. Dia menoleh Kyungsoo yang tampak masih menunggu jawaban.
"Dari sana", kata Chanyeol sambil menunjuk ke atas. Kyungsoo mengikuti arah jari Chanyeol sambil menatap langit-langit. Wajahnya mengisyaratkan keheranan.
"Hah? Dari mana?" tanya Kyungsoo kebingungan. "Oh, aku tahu. Magelang, ya?", tebaknya.
"Bukan", kata Chanyeol, hampir mendengus.
"Oh... kalo denger dari bahasa kamu, kayaknya kamu dari Jakarta, ya?", tebak Kyungsoo lagi.
"Bukan, gue dari sana", Chanyeol menunjuk ke atas lagi. "Dari Mars".
"Hah?" Kyungsoo bingung, tetapi Chanyeol sudah masuk ke kamarnya sebelum Kyungsoo sempat bertanya lagi. Kyungsoo menggeleng-geleng simpati.
"Nah, benerkan, sakit ni orang. Ni anak pasti punya kelainan jiwa", gumamnya lagi sebelum melangkah masuk ke kamarnya.
-to be continued-
Halo... Senengnya bisa upload cerita lagi, ya.. walaupun remake sih, tapi kan yang namanya berbagi itu emang menyenangkan, wit wiwwww... Sedikit omong kosong dulu ya kawan-kawan. Author pengen banget bisa ganti latar cerita ini jadi di Korea, tapi karena keterbatasan pengetahuan dan wawasan, ditambah dengan ketidak ingin tahuan dan niat mencari tahu, author jadi malas untuk menggantinya. (Jujur amat lu thor!-_-). Jadi ya, latarnya di Indonesia ajalah, gak usah jauh-jauh, di Yogya lagi, jadi kangen kampung halaman :((( (Jangan curcol thor! bukan tempatnya), oke segitu aja outro omong kosongnya, kita akan kembali di chapter selanjutnya. Bye! Bye!
Lots of LOVE 3
