"O-oh, Sehuniehh."
Luhan menggigit kepalan tangannya menahan erangan, sementara Sehun terus menghujamnya tidak terkendali di dalam dirinya. Pembebasannya semakin dekat dan dekat, dan ia tahu Sehunpun sama. Luhan menggelengkan kepala putus asa. Ia benar-benar tidak bisa lagi menahan suaranya untuk tidak keluar dan membuat orang-orang di luar sana menyadari apa yang mereka lakukan.
"Luhan..." Sehun berbisik serak menyebut namanya dengan nada menyesal, namun tetap tidak menghentikan genjotannya.
Melakukan hubungan seks di rumah dengan anggota keluarga Luhan berada disana memanglah tindakan yang benar-benar bodoh dan nekat. Sehun ingat dia disini untuk membantu Luhan berkemas bukan untuk menelanjanginya dan membuat dia menangis putus asa menahan erangan seperti ini.
Meski tidak akan ada yang keberatan karena seluruh anggota keluarga Lu tahu hubungan mereka, tapi tetap saja itu akan memalukan ketika mereka tahu Sehun tidak bisa bahkan menjaga isi celananya tetap berada di tempatnya untuk beberapa jam ke depan sampai seluruh keluarga tidur.
Mereka tidak bertemu hampir lima bulan sebelum ini, bagaimanapun. Keduanya hampir gila karena terlalu merindukan satu sama lain. Jadi ketika keduanya bertemu untuk pertama kalinya setelah lima bulan, tidak ada yang bisa menghentikan mereka dari seks. Termasuk rasa malu keduanya.
Luhan sampai pertama dan Sehun menyusul tak lama. Mereka tengah memulai putaran kedua ketika suara pintu diketuk terdengar. Tidak ada yang mendengarnya karena Sehun terlalu sibuk menandai leher Luhan dan Luhan terlalu sibuk menikmati cumbuan Sehun. Itu sampai kemudian suara ketukan semakin keras terdengar, membuat keduanya tersadar dan segera panik.
Sehun beranjak dari atas Luhan dan keduanya berusaha meraih pakaian masing-masing kemudian memakainya dengan asal. Luhan tidak bisa menemukan celananya jadi dia tetap di tempat tidur dengan selimut menutup bagian bawahnya yang masih telanjang, sementara Sehun tersandung nyaris jatuh ketika membuka pintu. Ia kemudian menemukan Mama Lu berada di depan pintu dengan tangan terlipat di depan dada.
"Apa kalian sudah selesai?" Dia bertanya.
Sehun tidak tahu apa pertanyaan Mama Lu merujuk kepada; apa mereka sudah selesai bercinta, atau mereka selesai mengemas barang-barang Luhan.
Keduanya sama-sama belum selesai, jadi Sehun menjawab; "O-oh ya, sedikit lagi."
Ia berdehem berusaha membuat suaranya terdengar senormal mungkin sementara ia mengusap tengkuknya gugup.
Bagaimanapun 'adik'nya masih keras di bawah sana.
Mama Lu memiringkan kepalanya melewati tubuh Sehun untuk melihat putra kecilnya di tempat tidur. Luhan membulatkan mata dan menelan ludah ketika ia menemukan celana dalamnya tergeletak di lantai dan tahu jika Mamanya melihat itu juga.
"H-hai Ma." Luhan tersenyum canggung.
Wanita itu menggelengkan kepala kemudian menghela napas sementara kembali melihat Sehun. "Pastikan tidak ada yang tertinggal, dan pastikan Luhan masih bisa berjalan besok, lalu turun untuk makan malam setelah selesai oke?"
"O-oke..."
Dengan itu dia pergi, Sehun menghela napas lega sementara menutup pintu kemudian berbalik, melihat Luhan yang kini sudah berdiri dengan tubuh bagian bawahnya yang masih telanjang. Ia meraih tengkuk Sehun, menariknya untuk ciuman namun Sehun menolaknya.
"Tidak Lu, kita harus mengemas barang-barangmu terlebih dulu."
Luhan cemberut tidak suka. "Sehunie, kau tidak harus benar-benar melakukan apa yang Mamaku katakan,"
"Niatku kemari untuk membantumu berkemas bukan untuk seks, ingat?"
Luhan menghela napas dan melepaskan tengkuk Sehun. "Baiklah," katanya menyerah.
Sehun meraih wajahnya, memberikan ciuman kilat. "Hei, tidak apa Hanhan. Bukannya setelah ini kita akan memiliki banyak waktu bersama-sama? Hmm?"
Seperti...tidur di ranjang yang sama, sarapan bersama, makan siang bersama, makan malam bersama, pergi ke universitas bersama, mandi bersama dan melakukan banyak hal lain bersama-sama setiap hari.
Luhan sembilan belas sekarang, dia telah lulus dan akan memulai kehidupan universitasnya dalam minggu ini, menyusul pacarnya yang setahun lebih tua darinya. Dia akan tinggal dengan Sehun dan masuk universitas yang sama dengan Sehun. Jadi itu akan membuat mereka memiliki banyak waktu bersama-sama.
Luhan suka universitas.
"Um..." Ia mengangguk. Hanya dengan membayangkan bisa melakukan banyak hal dengan Sehun membuat Luhan benar-benar antusias. "Aku benar-benar tidak sabar tinggal denganmu Sehunie. Aku akan memasak untukmu setiap hari seperti seorang istri yang baik. Aku janji," tekadnya.
Sehun mengerutkan dahi mendengar ucapan janggal Luhan, tapi ia tetap diam, berpikir akan lebih baik untuk tidak protes.
.
Luhan adalah anak bungsu dari empat bersaudara yang kesemuanya adalah laki-laki. Kakak tertuanya adalah Kris kemudian Yixing dan Zitao. Seperti kebanyakan anak bungsu, Luhan selalu menjadi pusat perhatian semua anggota keluarga. Dan kebanyakan dari mereka tidak rela jika si maknae harus tinggal jauh untuk melanjutkan sekolahnya.
Terutama ibunya.
Itu adalah hal yang sulit untuk meyakinkan Mama Lu jika dia akan baik-baik saja dan Sehun akan disana menjaganya. Sehun sudah seperti anggota keluarga semenjak mereka menjalin hubungan dua tahun lalu dan mereka tahu jika Sehun adalah anak yang baik. Jadi, meski dengan setengah hati Mama Lu akhirnya mengijinkan.
"Kau disana untuk belajar, ingat itu Hanhan kecil." Kris berkata sementara mengulurkan tangannya untuk mencubit pipi adik paling kecilnya dengan gemas.
Luhan merengek karena rasa sakit akan cubitan Kris kemudian protes tidak terima kakaknya masih memperlakukan dan memanggilnya seperti ketika mereka masih anak-anak. Luhan bukan anak kecil lagi! Tubuhnya memang kecil, tapi dia sudah sembilan belas tahun!
"Ya Kris, berhenti memanggilnya seperti itu," Zitao berkomentar, tampak seolah ia akan membela Luhan. "Kau tidak bisa memanggilnya Hanhan kecil lagi ketika dia sudah bisa menghisap penis orang," lanjutnya, kemudian tertawa pada apa yang dia katakan sendiri.
Sehun berdehem canggung sementara Luhan memerah mendengarnya.
"Zi, tidak di meja makan." Mama Lu menegur.
Setelah selesai makan malam, Luhan dan Yixing membantu Mama mencuci piring sementara Zitao dan Kris sudah pergi ke kamar masing-masing dan Sehun duduk di teras dengan kepala keluarga Lu. Bermain catur.
"Luhan tidak pernah tinggal jauh dari rumah sebelumnya." Papa Lu berkata. "Dia memang laki-laki tapi tidak lebih kuat dari perempuan. Terkadang aku merasa ada yang salah dengan cara kami mendidiknya. Mungkin karena dia adalah yang paling muda jadi semua orang di rumah selalu memanjakannya,"
"Tidak ada yang salah dengan itu. Kalian mendidiknya dengan baik. Han tumbuh menjadi anak yang luar biasa dan manis,"
"Benar." kemudian Papa Lu tertawa menggerakan pionnya menyerang pertahanan Sehun.
"Saya akan menjaganya dengan baik, Anda tidak perlu khawatir." Sehun menambahkan. Ya, itu adalah tujuan hidupnya sekarang.
"Aku percaya padamu,"
"Sehunie..." mereka menoleh untuk Luhan yang kini berdiri di ambang pintu. Tersenyum kekanakan mengisyaratkan Sehunie-nya untuk datang padanya.
.
"Apa yang kau bicarakan dengan Papa?" tanya Luhan ketika mereka berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. Sehun merangkul pundak Luhan sementara Luhan memeluk pinggang Sehun.
"Pembicaraan pria." Sehun menjawab, dan segera mendapat protes tidak terima dari Luhan
"Hei, aku juga pria Sehun-ah,"
"Tidak, kau anak laki-laki,"
"Kalau aku anak laki-laki, lalu kau itu apa?"
"Aku seorang pria. Tentu saja,"
"Kau hanya lebih tua setahun dariku Oh Sehun!"
"Tetap saja aku lebih tua."
Luhan memutar mata. "Oh, terserah." Ia merengut melepaskan pelukannya dari pinggang Sehun kemudian berlari lebih dulu menuju kamarnya.
"Yak! Lu!" Sehun mengejarnya ke kamar dan mereka jatuh bersama-sama di atas tempat tidur dengan Luhan berada di bawah Sehun yang menahan tangannya untuk tidak kemana-mana.
Mereka berada di posisi itu untuk beberapa saat, saling memandang menikmati keindahan rupa satu sama lain, dan deru napas yang saling bersahutan. Tanpa kata yang terucap mereka tahu benar bagaimana persaan masing-masing. Luhan mencintai Sehun, dan Sehunpun mencintai Luhan, bahkan lebih banyak.
Si laki-laki dominan mengusap wajah submisive-nya yang terasa halus di telapak tangannya, menghasilkan kekehan renyah dari si submisive yang seketika menghancurkan suasana romantis yang mulai tercipta.
Sehun mengerutkan alis. "Apa yang lucu?"
Luhan mengeleng. "Tidak ada. Aku bahagia, karena itu aku tertawa,"
"Oh Lu." Sehun tidak tahan lagi untuk tidak menghujani wajah Luhan dengan ciuman. Ciuman-ciuman kecil yang kemudian menjadi awal babak kedua percintaan mereka yang tadi sempat tertunda.
"I love you Sehun,"
"I love you much more, Luhan."
Tbc.
Hallo! Terimakasih untuk kalian yang sudah membaca sampai disini. Ini adalah series pertama sekaligus ff pertama aku disini. Gak bakal ada konflik yang berat berat. Semoga kalian bisa menikmatinya.
Sampai jumpa di chapter selanjutnya~~
