Seorang gadis terdiam menatap bangunan sekolah didepannya, terlihat ingin melangkah namun ragu. Ada beberapa murid yang berkeliaran mengingat bel masuk belum berbunyi.
Kakinya mulai melangkah memasuki bangunan besar tersebut. Langkahnya yang awalnya pelan, berangsur-angsur mulai cepat bahkan berlari pelan saat sudah sampai didalam bangunan. Dirinya terus berlari, berpapasan dengan beberapa murid namun tak saling sapa.
Satu persatu anak tangga mulai dipijaki dengan cepat namun tetap hati-hati, hingga kemudian dirinya sampai diatap sekolah. Tanpa ragu, dibukanya pintu atap dan mulai melangkah maju mendekati pagar pembatas.
Gadis itu mengedarkan pandangannya menatap pemandangan sekolah dari atas atap, kemudian mulai duduk dipinggir atap –melewati pembatas tadi–. Kakinya diayunkan terlihat tanpa beban sembari maniknya menyipit menatap silau matahari pagi. Rambutnya yang terurai terbang tertiup angin.
Ia mengalihkan pandangannya, menatap lapangan sekolah yang terlihat, kemudian secara tiba-tiba mencondongkan badannya perlahan kedepan. Benar-benar terlihat seperti slowmotion, hingga tubuh rampingnya jatuh kebawah.
~oOo~
Pria Penggigit (1)
.
Cast: - TaeKook (Taehyung, Jungkook)
-MinYoon (Jimin, Yoongi)
-NamJin (Namjoon, Seokjin)
-Meanie (Mingyu, Wonwoo)
.
Genre: Mysteri, Romance
.
Warning!: Typo(s), GS for Uke!
.
Fanfict ini merupakan Remake dari Drama Korea "Detectives Of Seonam Girls High School", ada perbedaan dibeberapa bagian dikarenakan saya menyesuaikannya dengan sekolah umum (bukan sekolah khusus perempuan seperti dalam drama asli), ada tambahan juga untuk moment masing-masing couple.
Selamat membaca..
~oOo~
Jungkook keluar dari kamarnya setelah selama beberapa menit mematut diri didepan cermin.
"Waktu cepat sekali berlalu. Sudah lama saya tidak berbincang dengan sesama ibu. Penampilanku baik-baik saja kan?"
Maniknya menatap datar siaran di TV yang menampilkan wajah sang Ibu.
"Sudah di sesi terakhir, mari lakukan tanya jawab."
"Aku ingin membesarkan anakku menjadi jenius seperti Jimin. Tapi, dia mirip sekali dengan ayahnya. Sama sekali tidak tertarik untuk belajar-"
Nama Jimin mulai disebut-sebut dengan nada kagum. Untuk informasi, Park Jimin itu adalah Kakak laki-laki Jungkook. Marga mereka berbeda? Tentusaja, ini karena Ayah mereka juga berbeda. Dirinya dan Jimin hanya berbagi ibu yang sama. Ibu mereka dan ayah Jimin bercerai saat umur Jimin baru menginjak tiga tahun, kemudian selang beberapa bulan ibu mereka menikah dengan Tuan Jeon dan melahirkan dirinya satu tahun kemudian.
Percakapan di TV terus berlanjut, dengan Ibu nya disana yang menyampaikan beberapa nasihat. Hingga tiba ketika ada seseorang bertanya tentang Jungkook dan dibalas dengan Ibunya yang menceritakan segala kebohongan tentangnya.
"Jungkook memiliki kepekaan khusus dan sangat tertarik pada sastra. Dia baru selesai membaca A Person's Life karangan Andre F yang saya sarankan."
Jungkook memutar matanya jengah dan mulai melangkahkan kakinya kearah meja makan. "Pembohong. Semua itu bohong." dirinya bergumam kecil sembari tangannya meraih satu apel dan mengigitnya. Dia tak tertarik, tapi Ibunya lah yang memaksanya untuk tertarik.
"Jungkook-ah, sudah mau berangkat? Ayah antar sekalian berangkat kerja." Ayahnya keluar dari salah satu kamar di apartemen itu dengan piyama biru dan rambut berantakan khas bangun tidur.
Jungkook menghela napasnya pelan. "Ayah baru akan pergi jam sembilan. Lalu, kapan aku masuk sekolah?" membalas malas sembari memasang mantel nya.
Hoam– Ayahnya menguap kemudian berucap "Tak masalah sedikit terlambat. Lagipula ini hari pertama mu sekolah kan?"
Jungkook memakai tas punggungnya dan menenteng bukunya. "Justru karena hari pertama sekolah, tak boleh terlambat ayah. Aku pergi"
Dirinya melangkah keluar apartemen tanpa menunggu balasan dari sang Ayah. Memasang earphone dan membaca buku pelajaran sepanjang perjalannya, sesekali tangannya mencatat jawaban atau hal-hal penting dalam bacaannya.
Langkahnya tiba-tiba terhenti saat merasa ada seseorang yang menghalangi jalannya. Jungkook menutup bukunya dan membuka sebelah earphone. Belum sempat dirinya mendongakkan kepala menatap, orang itu dengan cepat lebih dulu membekap mulutnya.
Gadis manis itu berteriak dan terus berusaha melepaskan diri dari bekapan orang berjubah hitam tersebut. Napasnya kian menipis, karena tangan orang itu tak kunjung beralih dari mulutnya.
"Jeon Jungkook—" Orang itu bersuara, dan dari suaranya yang berat sudah pasti orang ini adalah pria. "—ternyata benar" pria aneh itu melanjutkan setelah melihat name tag Jungkook.
Krauk–
"Mmphhh–" teriakan Jungkook teredam karena tangan pria itu masih membekap mulutnya. Ini benar-benar sakit. Pria aneh itu baru saja menggigit lengan tangannya dengan sangat keras dan lama. Ia sempat memperhatikan sepatu dan pakaian sang pria aneh, sebelum pria itu memaksa memasukkan sebuah permen ke mulutnya dan pergi begitu saja. Meninggalkan Jungkook yang masih dalam keadaan shock, tidak percaya dengan kejadian yang baru saja terjadi.
"Aromanya. Akhh–" Jungkook merintih memegang pergelangan tangannya yang memerah.
~oOo~
Sudah dengar?
Apa?
Ada orang cabul yang mengincar sekolah kita belakangan ini.
Ya! Cabul apanya?
Dia menggigit?
Wahh.. Bukan mengedip atau menyentuhmu, hanya menggigit.
Pria penggigit lagi?
Heol! Seulgi juga digigit!
Daebakk!
Desas-desus mengenai Pria Penggigit terdengar dari para murid disepanjang jalan menuju Bangtan High School. Jungkook hanya memperhatikan dengan raut tak peduli. Dia juga korban, tapi tak akan seberlebihan itu, dan ini sangat tak cocok dijadikan bahan pembicaraan menurutnya.
"Kalian terlambat!" Manik Jungkook menatap dalam diam kejadian didepannya. Seorang guru dibantu oleh dua anggota osis pria baru saja menutup gerbang dan berteriak mencemooh pada beberapa murid yang terlambat.
"Oh ayolah.. Biarkan kami masuk!" salah seorang siswa berteriak balik sembari berusaha memanjat gerbang sekolah yang rendah diikuti dengan protesan ribut siswa-siswi yang lain.
.
.
"Namjoon Ssaem.. Kami belum terlambat! Jam anda lebih cepat lima menit."
Kini para murid yang terlambat dibariskan dihalaman dekat gerbang. Total sebelas murid, empat pria dan tujuh wanita termasuk Jungkook. Gadis manis itu mengangguk-anggukan kepalanya membenarkan protesan tadi, menurutnya guru pria didepannya ini hanya mencari-cari kesalahan siswa saja.
"Karena itu, datanglah lima menit lebih cepat." Namjoon ssaem membalas dengan ekspresi masih mencemooh, "Aku akan melapor kepada wali kelas kalian masing-masing. Mengerti?!"
"Eyy.. Ssaem, ayolahh~"
"Tsk! Lihat tingkah kalian ini. Minhyuk-ah, beri mereka semua poin penalti." Salah satu osis yang mendengar perintah dari guru Namjoon mengangguk singkat, Guru itu memandang remeh kearah murid didepannya, "BAM!"
"Kau terlambat" guru berbadan tinggi itu mulai menggeplak ringan kepala muridnya satu-persatu.
"Apa sekarang? Bus nya yang telat? Ayolah.. Jangan membohongi gurumu!" terus berlanjut, hingga tindakannya tiba-tiba berhenti didepan Jungkook.
"Aku belum pernah melihatmu." guru Namjoon berucap sembari memperhatikan Jungkook, tatapannya beralih pada lengan Jungkook yang terlihat memerah. "Itu.."
Grep—
Tangannya yang hampir menyentuh lengan Jungkook dihentikan oleh sebuah tangan seorang siswi berkacamata. "Seonsaengnim, sikap anda tidak tepat." Siswi itu berucap dengan suara datarnya.
"A-apa yang kau laku– Ya! Beraninya kau menahan tanganku?" guru Namjoon kembali memukul ringan kepala siswi itu dan memperhatikan name tag yang melekat pada blazer sekolahnya. "Min Yoongi? Ckckck.. Ini adalah kali sekian kau terlambat, anak nakal! Kau kesiangan bangun lagi? Tsk!"
Siswi bernama Min Yoongi itu menghela napasnya pelan. "Kami harus masuk gerbang sebelum jam 08:20." Yoongi mulai menjelaskan dengan tangan yang sekali-kali bergerak, terlihat aneh dengan tatapan datarnya. "Anda mengetahui bahwa itu adalah aturan yang disepakati guru, orang tua, dan semua murid, benar?" melanjutkan dengan mata yang menatap lurus kearah guru Namjoon.
Para murid disana mengangguk semangat menyetujui. "Tapi anda menutup gerbang lima menit lebih cepat. Bukankah jelas, 08:15 sangat berbeda dengan 08:20?"
Guru Namjoon yang mendengar penjelasan itu mulai menampilkan ekspresi gugup. "I-itu... Ya! Itu hanya lima menit!"
"Hanya?! Dalam lima menit, anda bisa mencuci rambut, makan beberapa sendok sarapan, minum air segar, dan lain sebagainya." protes kembali terdengar dari Yoongi yang kini mengganti ekspresi datarnya dengan raut tak terima. "Betapa berharganya lima menit itu! Menuduh kami terlambat lima menit sangat tidak adil di mataku, dia, dan semua orang." kali ini kalimatnya diucapkan dengan nada dramatis yang mendapat anggukan setuju lagi dari murid yang lain.
Jungkook memandang Yoongi dengan tatapan aneh. 'Apa-apaan ini? Dia pikir cara ini bisa berhasil?' bergumam dalam hati sembari menggeleng kecil.
"K-kau ini selalu mendramatisir! Baiklah, untuk kali ini kalian kuberi kesempatan. Sekarang masuklah ke kelas masing-masing!"
Jungkook memandang Guru Namjoon dengan kedua alis terangkat. 'Heol! Benar-benar berhasil? Daebak!' bergumam dalam hati lagi sembari mengalihkan tatapannya kearah samping, tepatnya Yoongi yang juga tengah menatapnya dengan senyum tipis sebelum mengikuti murid yang lain memasuki kelas masing-masing.
Guru Namjoon memandang bingung Jungkook yang masih diam menatap kepergian murid lain. "Kenapa kau masih disini?"
Jungkook menggigit bibir tipisnya sebelum menjawab singkat. "Saya murid pindahan"
"Ahh.. Kau murid pindahan itu? Kebetulan sekali, aku adalah wali kelasmu. Ayo!"
~oOo~
Yoongi terlihat berjalan di koridor sepi menuju ruang ganti khusus club Theater. Senyum manis tersemat dibibir tipisnya. Saat langkahnya sampai didepan pintu ruang ganti, ia diam sejenak, lalu mengeluarkan sebuah papan merah yang tadinya disembunyikan dibalik punggung. Tangan lentiknya berusaha menempelkan papan tersebut didepan pintu, kemudian tersenyum puas melihat papan merah bertuliskan 'Detective Of Bangtan High School' dengan hangeul.
Gadis berkacamata itu mulai merogoh saku blazer nya, mengambil smartphone putih dan mengetikkan sesuatu dengan senyum yang tetap disunggingkan.
Grup Chat Detective:
"Saatnya berkumpul lagi, para Detektif. Suga memberikan perintah." kira-kira begitulah isi pesan yang diketiknya di grup chat. Suga merupakan Code name Yoongi, dan masing-masing dari anggota club detektif memiliki code name.
Tak lama kemudian, para anggota club membalas pesan tersebut.
Jin: "Akhirnya!"
Hobie: "Benarkah?"
ww: "Misi diterima."
Senyum tipis yang tadi tersemat dibibir Yoongi berubah menjadi seringaian kecil. Tatapan matanya penuh tekad yang kuat. Dirinya berencana menyusun suatu strategi bersama para anggotanya, demi menyelesaikan kasus yang menjadi perbincangan seisi sekolah. Tentunya sebelum itu, ada satu misi penting yang harus mereka selesaikan terlebih dahulu.
~oOo~
Suasana kelas Jungkook sangat hening, dikarenakan semua murid kini tengah memperhatikan seorang guru wanita yang tengah menulis di papan.
Jungkook terus mencatat, berusaha tak ketinggalan penjelasan dari Guru sastra Inggris tersebut. "Ashh.." ringisan kecil keluar dari mulutnya saat merasakan nyeri dari lengan kirinya, dirinya mulai memeriksa dan mendapati lengan yang tadinya hanya memerah kini mulai memar.
"Hei, murid baru. Bukankah itu bekas gigitan?" seorang siswa yang duduk di belakangnya mulai berujar. Mendengarnya, perhatian murid lainnya beralih kearah Jungkook.
"Maksudmu dia digigit?"
"Wahh.. Daebak"
"Pria Penggigit lagi?"
"Benarkah?"
Brak–
Suasana kelas yang tadinya ramai karena pembicaraan seputar Pria Penggigit menjadi hening setelah sang Guru Sastra Inggris membenturkan dengan keras spidol putih di papan tulis. "Ada ribut-ribut apa ini, huh? Be quiet, anak-anak!"
"S-ssaem.. Murid pindahan itu digigit." seorang siswa ber name tag Jinyeong berujar dengan tangan menunjuk kearah Jungkook.
"What? Apa yang sedang kau katakan?"
"Ada orang cabul yang dijuluki Pria Penggigit. Katanya dia minum darah, makanya menggigit."
"Diamlah" Guru sastra Inggris itu mulai melangkahkan kakinya kearah bangku Jungkook, meraih lengan kiri gadis manis itu. "Wow! Memarnya parah. Apa yang terjadi padamu?"
Jungkook hanya terdiam, tak menjawab pertanyaan dari guru tersebut. "Ssaem.. Bukankah itu harus diobati di klinik?" celetukan itu berasal dari seorang siswa yang baru saja terbangun dari tidurnya.
"Baiklah. Jackson Wang, ketua kelas. Bisa kau mengantar Jungkook ke klinik?"
Jackson yang merupakan ketua kelas sekaligus teman sebangku Jungkook pun baru akan membuka mulut membalas ucapan sang Guru, sebelum siswa tadi berucap lebih dulu. "Tidak. Kebetulan saya ingin izin ke toilet, biar saya yang antarkan. Tak apa kan ssaem?"
Sang guru menghela napas pelan mendengar tawaran siswa dengan rambut coklat itu. Sebenarnya dirinya sudah tau bahwa murid nya yang satu ini bukan ingin ke toilet, melainkan mencari tempat hening untuk melanjutkan tidurnya. "Baiklah. Kau boleh mengantarnya." Senyum lebar aneh tersemat dibibir siswa itu, kemudian mengisyaratkan Jungkook untuk mengikuti langkahnya.
Keduanya berjalan beriringan dalam keheningan koridor menuju klinik. "Aku bisa sendiri." Jungkook mulai membuka suara saat langkah mereka sudah mulai menuruni tangga.
Siswa itu menatap kearah Jungkook dengan senyum tipis. "Namaku Kim Taehyung. Terimakasih sudah bertanya."
'Hah?' Jungkook menatap bingung siswa yang mengaku bernama Taehyung disampingnya ini. Dia kan tak pernah menanyakan nama, apa orang ini sedang menderita gangguan telinga?
Kekehan terdengar dari bibir tebal Taehyung. "Tak usah bingung, santai saja aku hanya bercanda. Jeon Jungkook, benar?"
Jungkook mengangguk kecil mendengar pertanyaan Taehyung. Langkah mereka terhenti didepan sebuah pintu bercat putih. "Lagipula aku juga berniat tidur di klinik. Ayo masuk" Taehyung membuka pintu dan mempersilahkan agar Jungkook masuk terlebih dulu.
"Seonsaengnim–" Jungkook mulai menyapa sopan seorang guru penjaga klinik, sedangkan Taehyung sendiri sudah mulai membaringkan tubuhnya pada salah satu ranjang.
"Oh, ya. Masuk dan duduklah disini." suara lembut dari sang penjaga klinik wanita mengalun. Jungkook sendiri mulai melangkahkan kakinya mendekati tempat duduk sang guru dengan jas putih khas dokter tersebut.
"Ohh.. Pasti sakit sekali. Kita bersihkan dulu?" guru itu berucap saat melihat dan meraih lengan Jungkook yang terdapat memar.
"Tidak. Tak apa-apa." Jungkook menolak halus, dan menarik kecil tangannya.
"Tidak. Ini harus dibersihkan." guru itu tak menerima penolakan dan mulai membersihkan memar Jungkook. "Ini tak bisa dibiarkan. Pelakunya harus ditangkap dan dikebiri. Bukan begitu?"
Jungkook memandang random sekeliling ruangan bingung harus menjawab apa. "Sudah selesai. Sebentar," tangan sang guru menaruh peralatan dan meraih smartphone nya.
"A-apa yang sedang anda lakukan?" Jungkook berucap bingung saat sang guru mengarahkan kamera smartphone tersebut pada memar dilengannya.
Ckrek..
Ckrek..
Ckrek.. ckrekk.. ckrekk..
Suara bidikan terdengar berulang-ulang. "Tentu saja memfotonya, aduhh kau manis sekali sih" berucap dengan senyum puas dibibirnya.
.
.
"Akhh.. Jangan menggigitku..." Jungkook terbangun dari tidurnya dengan keringat yang mengalir dari pelipisnya. Dirinya baru saja memimpikan Pria Penggigit yang lagi-lagi menggigitnya, tentunya dengan pakaian dan topi hitam seperti sebelumnya.
"Nghh.. Kau kenapa?" Pandangan Jungkook teralih kesamping kanan. Disana, dengan spasi satu ranjang dengannya, terlihat Taehyung yang masih bergelung dengan selimut sedang menatapnya bingung, sebelum pemuda berpakaian layaknya brandal sekolah itu kembali memejamkan matanya. Dirinya masih berada di Klinik ternyata.
"Digigit ditempat yang sama dua kali, itu kejam." Suara berat seorang pria terdengar dari balik dinding samping ranjangnya. Pria itu tambun, mungkin salah satu Guru di Sekolah ini.
"Yakin tidak mau melaporkannya ke polisi?" Pria itu berdiri yang menyebabkan Jungkook dapat melihat wajahnya karena dinding pembatas yang pendek. Jungkook sendiri hanya menatap bingung saat pria itu tiba-tiba mengulurkan sebuah buku dengan tulisan 'Guruku Tercinta, Elena' pada cover nya. Diduganya, mungkin buku ini berupa naskah atau sesuatu sejenisnya. "Baca ini. Isinya sangat menarik."
~oOo~
Jungkook memasuki kelas saat bel pulang berbunyi, memasukkan alat tulis dan mulai beranjak pulang. Sebenarnya Jungkook bingung, sedari tadi Jackson, pemuda culun yang merupakan teman sebangkunya itu tak henti-hentinya melirik kearahnya. Namun, tak diambil pusing dan melanjutkan langkahnya.
Jungkook melangkah dengan kedua tangan yang dimasukkan ke saku mantelnya. 'Aku hanya sebentar disini, tak perlu pedulikan keanehan sekolah ini.' bergumam dalam hati disela langkahnya.
Bruk—
"AWW.."
Seorang gadis menabraknya keras. Namun Jungkook tak jatuh, gadis itulah yang jatuh dengan teriakan kesakitan yang terdengar dibuat-buat.
"Kau baik-baik saja?" Jungkook tak ingin su'udzon, dan mencoba bertanya keadaan gadis yang sedang menatap melas kearahnya.
"Aww.. K-kaki ku...Bagaimana ini, aku harus ke suatu tempat." gadis dengan pita merah jambu dirambutnya itu bermonolog sendiri dengan ringisan disela kalimatnya. "Bisakah kau membantuku?"
"B-baiklah." Jungkook mengangguk canggung mengiyakan. Bingung juga Jungkook dengan reaksi berlebihan gadis ini.
Jungkook mulai membantu gadis itu berdiri, dan melangkah menuju tujuan sebenarnya gadis tersebut. "Sebenarnya, kita mau kemana?" bertanya saat mulai menuruni tangga.
"Mengambil tasku yang tertinggal di gym." Gadis itu membalas seraya terus berjalan pincang dibantu Jungkook.
"Itu tasku.." Gadis itu berucap dengan tangan menunjuk antusias tas nya diatas panggung. Ya, panggung. Jungkook sendiri juga tak tahu kegunaan panggung di gym, mungkin ini juga tempat penyelenggaraan theater –pikirnya–.
Tiba-tiba tirai yang menutupi baguan dalam panggung terangkat saat Jungkook berhasil meraih tas gadis itu. Jungkook memandang bingung empat gadis termasuk gadis yang tadi ditolongnya yang kini tengah berpose diatas panggung.
Jungkook mengernyit, merasa familiar dengan wajah gadis-gadis tersebut. Ahh iya, gadis tinggi yang berdiri dipinggir sebelah kanan adalah gadis yang di klinik tadi. Wahh.. seorang siswi ternyata, apa maksudnya bertingkah layaknya dokter tadi?
Kemudian disamping kiri gadis tinggi itu adalah gadis manis berkacamata yang telat bersamanya tadi. Serta gadis yang mengaku tasnya tertinggal, sisanya satu gadis lagi, Jungkook tak tau gadis ini.
Empat gadis itu mulai turun dari panggung, mendekati Jungkook. "Hai, Jeon Jungkook" gadis berkacamata mulai menyapa Jungkook dengan tangan dilipat didada.
"Kalian siapa?" Jungkook bertanya dengan suara kecil, menatap bingung tingkah ajaib empat orang didepannya ini.
"Ah, maaf. Perkenalkan, kami adalah anggota dari Club Detective. Yang tinggi ini, bernama Kim Seokjin. Gadis yang menabrakmu ini, bernama Jung Hoseok–"
"Hosikie! Sudah kubilang Hosikie saja"
"Baiklah, hosikie. Kemudian gadis yang membawa laptop, bernama Jeon Wonwoo. Dan tentu saja, aku sang ketua club bernama Min Yoongi. Salam kenal~"
Jungkook tersedak ludahnya sendiri mendengar nada sok manis yang terlontar diakhir kalimat Yoongi. Wahh.. tingkah gadis ini benar-benar berbeda dengan saat digerbang tadi.
"Lalu.. maksudnya apa?" Jungkook bertanya pelan seraya memandang satu persatu wajah didepannya.
"Ehm.. Kami telah mengetahui bahwa kau merupakan korban dari Pria Penggigit bahkan dihari pertamamu sekolah, asal kau tau saja kau bukan satu-satunya korban. Dan tentu saja, kami dari Club Detective dengan senang hati akan membantumu menangkapnya. Bagaimana?" Yoongi berucap semangat dengan nada sombong samar.
"I–itu.. sebenarnya.. aku tak terlalu peduli tentang itu. Jadi lupakan." Gadis manis itu berusaha menolak halus.
"Eyy.. Tak perlu sungkan. Dan kabar baiknya adalah– Kau diterima!"
Tiga gadis lainnya bertepuk tangan semangat mendengar lontaran kalimat dari Yoongi tadi.
"Maaf?"
"Kau diterima sebagai anggota Club Detective. Selamat bergabung, anggota baru"
~oOo~
Jungkook berjalan kearah halte bus, dirinya masih memikirkan kejadian tadi. Tiba-tiba dirinya sudah menjadi salah satu dari anggota Club detective. Jungkook itu anak baik, dia sih mengiyakan saja setiap kalimat yang terlontar dari gadis-gadis yang mengaku anggota club detective tadi. Lagipula.. tak ada salahnya menyelidiki Pria Penggigit itu.
Drrtt.. Drrtt..
Jungkook merogoh saku mantelnya, mengambil ponsel yang tadi bergetar. Tangannya menggeser layar dan menyentuh notifikasi pesan.
'Jungkook-ah.. Ibumu menelponku tadi untuk mengatakan padaku bahwa kau tidak perlu les lagi. Belajarlah yang rajin, semoga bantuanku selama ini berguna.'
Begitulah isi pesan dari guru yang sekarang telah menjadi mantan guru les nya. Jungkook bingung kenapa tiba-tiba sekali?
"Ya! Murid pindahan" dirinya dikejutkan dengan sapaan tak santai dari belakangnya, masalahnya seseorang itu berbicara sembari menepuk keras pundak kanannya. Jungkook berbalik, dan mendapati Taehyung tengah menyengir lebar kearahnya. Pemuda ini memang tampan diluar penampilan berantakannya. Tapi, jika terus tersenyum seperti itu, Jungkook jadi ngeri sendiri. Itu benar-benar terlihat seperti orang mesum yang aneh jika lama-lama diperhatikan.
"Jangan melamun saja. Ayo naik, asal kau tau saja bus nya sudah tiba sedari tadi." Taehyung menarik lengan kanan Jungkook memasuki bus.
Mereka memilih duduk dikursi kedua dengan Jungkook yang mengambil tempat disamping jendela. "Kau manis juga. Mau menjadi kekasihku?"
Jungkook terkejut mendengar perkataan pemuda itu, maniknya memandang bingung pemuda yang kini tengah menatapnya sembari menyamankan duduknya. "Maaf?"
Setelahnya terdengar tawa renyah dari Taehyung. "Aku hanya bercanda, jangan canggung begitu." Wahh.. Pemuda ini sepertinya tak waras.
"Aku mau tidur. Bangunkan aku jika telah sampai dihalte berikutnya yaa"
Benar-benar tak waras dengan tingkah absurd nya.
~oOo~
Jungkook tengah berada di kelas. Tangannya menggambar sesuatu dibuku pelajarannnya. Pria Penggigit itu benar-benar memenuhi pikirannya, apakah dengan bergabung dengan club Detective itu ia bisa mengetahui pelakunya? Ia juga penasaran dengan alasan pelaku.
"Jungkook-ah, bisa kita bicara sebentar?" Jackson disampingnya berucap setelah mencolek pelan bahu Jungkook. Pemuda itu terlihat gugup, Jungkook benar-benar tak mengerti dengan sikapnya. Ia pun mengangguk singkat mengiyakan ajakan tersebut.
Jackson mengajaknya kebagian belakang sekolah. Pemuda itu sedari tadi tak hentinya meremas tangannya sendiri. "Jadi.. apa yang ingin kau katakan?"
Jackson melirik Jungkook sekilas, lalu kembali menatap tangannya. "I-itu.. Jungkook-ah, kau dekat dengan mereka? M-maksudku para Detektif itu"
Jungkook mengerutkan dahinya, hampir saja dirinya mengira pemuda ini akan menyatakan cinta padanya. "Tak terlalu. Kami baru saja bertemu kemarin."
"Benar juga, tapi aku sarankan. Jangan terlalu dekat dengan mereka." Nada suara Jackson sudah tak terdengar gugup, bahkan kini sudah berani menatap Jungkook tepat dimatanya.
"Apa maksudmu memberi saran seperti itu? Kau membenci mereka?"
"B-bukan begitu. Aku hanya ingin membantumu."
Jungkook memandang curiga kearah Jackson. "Hanya itu? Maksudku, di kelas kau selalu memperhatikan gerak-gerik ku dan aku sangat risih akan hal itu. Dan sekarang kau melarangku berteman dengan mereka? Sebenarnya apa tujuanmu?"
"Jungkook-ah, maaf karena telah membuatmu risih. Tapi sungguh aku tak bermaksud begitu. Ibumu menelponku semalam dan meminta tolong agar aku yang merupakan ketua kelas membantumu memilih teman yang baik. Dan aku tak bisa menolak untuk itu." Jackson menjelaskan dengan nada menekan dan wajah memerah.
"Apa maksudmu dengan tak bisa menolaknya? Kau itu seorang pria, jangan bertingkah seperti banci!" Sial! Ibunya benar-benar protektif terhadapnya.
Wajah Jackson semakin merah padam saat mendengar kalimat yang dilontarkan oleh Jungkook. "Kau pikir aku mau melakukan itu? Waktu belajarku bahkan lebih penting dibanding memperhatikan dengan siapa kau berteman! Tapi, Ibumu menjanjikan les rahasia untuk it—" mata Jackson membulat mengetahui bahwa yang dikatakan sudah kelewat batas, dirinya dengan refleks membuang pandangan kearah lain.
Mata Jungkook menyipit menyelidik melihat Jackson tiba-tiba salah tingkah. "Les rahasia? Apa maksudmu dengan Les Rahasia?"
"Aish.. sial!" Jackson mengumpat kecil, lalu menatap Jungkook gugup dengan tangan melaimbai membantah. "I-ini bukan.. Maksudku.. aishh"
Mata Jungkook tambah menyipit memperhatikan lengan kiri Jackson yang terlihat memerah. Ia meraihnya dan melihat memar dibalik kemeja sekolah bagian lengan yang dikenakan Jackson. "K-kau.. Jangan-jangan.."
"Ya. Aku juga digigit tadi pagi saat berangkat sekolah. Jangan ceritakan pada yang lain." Jackson mengucapkannya sembari menarik kasar lengannya. Biarpun begini, dirinya yang seorang pria juga malu dikira lemah karena bekas gigitan ini.
"Kau sudah mulai les?"
"T-tentu saja. Aku mulai les kemarin, saat I—" ucapan Jackson berhenti saat tiba-tiba Jungkook berlari meninggalkannya.
Gadis itu berlari sembari bergumam 'Seperti itu, ternyata' dengan nada kecil. Senyum tipis tersemat diwajah manisnya, "Ternyata dia tak hanya menggigit seorang gadis."
~oOo~
Seorang gadis berseragam sekolah khas Bangtan High School terlihat melangkahkan kakinya ringan menuju rumah. Badannya sedikit berisi dengan rambut pendek dan kaca mata besar.
Langkahnya tiba-tiba berhenti saat tiba ditaman dekat apartemennya. Sungguh, dia merasa seperti sedang diikuti saat ini.
Ia pun melangkah tergesa memasuki apartemennya dan merasa lega saat sudah tak merasakan hal aneh lagi. Jarinya menekan tombol lift, lalu menunggu dengan tatapan menghadap sepatu birunya.
Ting–
Kepalanya mendongak saat mendengar suara lift. Betapa terkejutnya ia melihat seseorang dengan jubah hitam bertopi berada didalam lift. Dirinya berteriak minta tolong saat orang asing tersebut menariknya paksa memasuki lift.
Krauk–
"Akhh!"
~oOo~
TBC
Ngeheheh..
Remake nihh kkkk~
Ada yang pernah nonton drakor "Detectives of seonam girls high school"? Ceritanya bagus yaaa~ Makanya tak mau Remake heheh..
Ada tambahankan? Ada yang berubahkan? Iyalah.. kan diriku mau nyisipin moment juga wkwkwk..
Minta Review nya yaaa...
Next "Case One (Solved) - Pria Pengigit(2)"
Cover nya bisa dilihat di Instagram atau mampir di akun wattpad ku "VKchu137"
Kamis, 2 Maret 2017
Di Kamar Tercinta
VKchu137
