ANOTHER

Disclaimer Masashi Kishimoto Sensei

Cand hanya pengagum berat Naruto-kun saja dan ingin membuat cerita tentangnya

… xxx …

Pairing Utama : NARUTO x HINATA

Slight Utama : SASUKE x SAKURA

Warning : AU, Romance, Rate T, OOC di awal, Mencoba untuk tidak ada typo karena Cand memang sedikit ceroboh, Sedikit family mungkin.

… xxx …

Agar tidak bingung, Cand suka membedakan tanda kutip untuk percakapan.

'blablabla'Cand gunakan untuk percakapan dalam hati.

"blablabla" Cand gunakan untuk percakapan langsung dengan lawan bicara.

"blablabla" Cand gunakan untuk mengulang flashback percakapan langsung

… xxx … xxx … xxx … xxx … xxx … xxx … xxx … xxx … xxx … xxx … xxx … xxx … xxx … xxx … xxx … xxx … xxx … xxx … xxx … xxx … xxx … xxx … xxx … xxx … xxx

*Hallo minna-san

Hountou ni Gomenasai buat akhir cerita DBK yang menggantung dan mengecewakan. Cand benar-benar dibuat bingung dengan alurnya yang amburadul dari ide awal Cand. Buat cerita gak pake perasaan jadi gak berada di jalan yang benar memang *.*

Oke. Seharusnya itu gak bisa jadi alasan untuk menggantung DBK. I'm really sorry.

Cand terima semua hukuman dari readers mulai dari ditendang, digantung dijemuran, dilempar suriken, sampai dibakar. Tapi di sisi lain Cand seneng ternyata diam2 DBK banyak yang suka ^^

Oya, disini Another bukan sequel dari DBK.

Gimana ya jelasinnya.

Intinya ini adalah DBK yang diedit ulang jalan ceritanya. Cand mau kembaliin ke ide awal Cand gimana jalan cerita sequel Wish seharusnya Cand buat dulu.

Sebelumnya di DBK main pairnya Sasuke x Sakura dan Naruto x Hinata ya? Lalu ada banyak side pair yang dicantumkan. Ternyata jalan cerita AU dan terlalu banyak karakter yang harus diceritakan, buat Cand jadi mikir terlalu berat. Ya ampun, alasan lagi.

*OK, Cand! Berhenti membuat alasan!

Semoga permintaan maaf diterima oleh readers dan Cand benar-benar dimaafkan

Dan semoga masih berkenan membaca fiction Cand. Kritik dan Saran yang membangun Cand harapkan dari readers sekalian.

Here we go.

Happy Reading Minna-san ^^

Back To 12th

Tok. Tok. Tok.

Terdengar suara ketukan pintu yang tak bisa dibilang pelan dikamar seorang anak laki-laki dengan gantungan nama Naruto pada gambar matahari di pintu bagian depan kamarnya.

"Naruto-kun," Anak gadis bersurai biru gelap pendek, memanggil nama pemilik kamar.

"Ini aku, Hinata." Tambah Namikaze Hinata, gadis kecil yang mengetuk pintu.

Tok. Tok. Tok.

Hinata kembali mengetuk pintu kamar Naruto untuk kesekian kalinya tanpa hasil.

"Huh!" Hinata mendengus kecewa.

Tak kunjung mendapat jawaban dari Naruto membuat Hinata memutar tubuh dan mulai melangkahkan kaki berniat menuju kamar kepala pelayan wanita, yang sudah dianggap oleh Hinata seperti neneknya sendiri, di lantai satu. Malam ini Hinata tak ingin tidur sendirian. Ingatannya tentang hantu kamar mandi yang sebelumnya dilihat bersama dengan Hayashi Hana dan Fujioka Masa membuat Hinata hanya bisa memejamkan mata lavendernya, tanpa bisa tertidur barang semenitpun karena pikirannya sibuk membuat bayangan-bayangan menakutkan tanpa seizin hatinya.

Kriieeet…

Baru beberapa langkah Hinata menjauhi pintu bercat jingga tersebut, terdengar suara berderit pelan di belakangnya. Hinata segera memutar tubuhnya kembali dan memasang senyuman lebar.

"Hooaaam… Ada apa malam-malam begini, Hinata-chan?" Tanya pemilik kamar yang berdiri dengan suara sedikit serak dan ekspresi menahan kantuk.

"Maaf, Naruto-kun. Apa malam ini aku boleh tidur di kamarmu?" Tanya Hinata segera sebelum kakaknya itu kehilangan kembali kesadarannya.

Hinata tahu Naruto pasti sangat lelah karena hari ini orang kepercayaan ayah mereka mulai banyak mengajarkan bisnis pada Naruto dengan membawa Naruto berkeliling ke beberapa kantor cabang mereka di Suna walau usia Naruto baru menginjak 12 tahun, tapi keadaan mendesak yang dirasakannya membuat Hinata tak punya pilihan lain.

"Aku baru saja bermimpi seram, dan aku takut tidur sendirian." Cerita Hinata kemudian takut jika Naruto kesal padanya yang sudah mengganggu waktu istirahat Naruto.

"Hmm…" Naruto bergumam tak jelas.

"Masuklah, Hinata-chan." Perintah Naruto kemudian.

Naruto masuk kembali ke dalam kamarnya dengan langkah terhuyung menahan kantuk tanpa menunggu Hinata. Hinata harus menutup pintu kamar Naruto lebih dulu sebelum menyusul kakak kembarnya menuju ranjangnya. Sesampainya Hinata di ranjang Naruto, ternyata kakak kembarnya itu sudah kembali tertidur dengan sangat lelap.

Hinata berjalan berputar ke sisi tempat tidur Naruto yang kosong, tempat Hinata biasa tidur jika dia takut tidur sendirian di kamarnya sejak setahun lalu. Disana masih ada boneka kodok yang dihadiahkan Hinata pada Naruto diusia mereka yang ke 6 tahun, saat Hinata harus pergi ke Amerika menemani neneknya selama kurang lebih 5 tahun lamanya.

Hinata menarik selimut biru laut Naruto untuk menutupi tubuhnya, tak lupa dibenarkannya letak selimut Naruto yang hanya menutupi sebagian kecil tubuh Naruto.

.

.

'Aku tidak bisa tidur.' Gerutu Hinata dalam hati.

Bahkan setelah 15 menit berada di kamar Naruto, tak lantas membuat Hinata terlelap. Hampir setiap menit Hinata harus membolik-balik posisi tidurnya, sekedar mencari posisi yang nyaman, walau dengan gerakan sangat pelan agar tidur Naruto tak terganggu olehnya. Posisi terakhirnya sekarang tidur berhadapan dengan Naruto, hanya saja kepala biru Hinata sedikit lebih rendah daripada posisi kepala jabrik Naruto.

Sreeet…

Hinata membuka mata lavendernya cepat merasa kaget oleh sebuah tarikan tiba-tiba, yang membuat kepalanya menempel pada dada Naruto erat. Nafas Hinata tercekat mencium bau citrus yang seingat Hinata tak pernah hilang dari tubuh kakak kembarnya itu sejak mereka kecil, seolah sudah menjadi bau maskulin Naruto saja.

"Tidurlah Hinata-chan." Perintah Naruto dengan suara bergumam tanpa sedikitpun membuka mata langitnya.

Hinata tak mampu bergerak untuk beberapa saat walau hanya sekadar mengintip wajah Naruto. Tangan Naruto pada pingganggnya membuat tubuhnya terasa terkunci. Hinata sendiri tak mengerti bagaimana caranya dan mendapatkan tenaga darimana Naruto mampu menariknya semudah ini.

Hinata menggeliat, mencoba melepaskan tubuhnya dari kuncian tangan Naruto. Setelah usahanya menunjukkan sedikit hasil, Gadis kecil bermata perak ini mendongakkan kepala birunya untuk menatap wajah terlelap Naruto, dengan bertumpu pada dada Naruto yang hanya sedikit lebih tinggi darinya.

Dengan bantuan sinar bulan yang menyusup dalam kamar Naruto, Hinata dapat melihat walaupun sedikit samar wajah tampan kakak kembarnya yang mulai mendengkur kecil itu. Desah nafas Naruto terasa hangat menerpa wajah Hinata.

Hinata kembali menggerakkan tubuhnya pelan, berusaha benar-benar melepaskan pelukan Naruto pada pinggangnya. Hinata tak suka jika Naruto memeluk pinggangnya terlalu erat. Rasanya geli sekali bagi Hinata.

Hinata akhirnya menyerah bergeliat dan memilih melingkarkan tangannya pada perut Naruto, lalu menyandarkan surai biru pendeknya pada dada Naruto.

"Oyasuminasai, Naruto-kun." Bisik Hinata.

Gerakan naik turun dada Naruto, kehangatan tubuh Naruto, suara dengkuran kecil Naruto yang teratur, dan nafas hangat Naruto yang mengenai pucuk kepalanya, entah bagaimana menjadi sihir tersendiri bagi Hinata hingga dapat terlelap tidur hanya dalam hitungan waktu kurang dari 1 menit.

oOo oOo oOo

"Ngggh…" Mata langit Naruto yang terpejam mulai menampakkan pergerakan.

Perlahan tangan kanan Naruto terangkat untuk menjambak kepala jabriknya, mencoba menghilangkan rasa sakit di kepalanya, walaupun mata langitnya masih terpejam erat. Entah kenapa selain kepalanya yang masih terasa sakit, dadanya juga terasa sedikit sesak. Seperti ada beban yang berat di atas dadanya.

"Nnnggghh…" Naruto mulai membuka sedikit demi sedikit mata langitnya untuk membiasakan diri dengan cahaya mentari pagi, diiringi dengan gumaman tak jelas dari mulutnya.

"Good morning," Sapaan lembut seseorang merasuk dalam telinganya, namun belum mendapat perhatian lebih dari Naruto.

Begitu mata langitnya terbuka lebar, Naruto bisa melihat dengan jelas gadis kecil cantik bersurai biru gelap pendek tersenyum lebar dengan setengah badan yang bertumpu sepenuhnya di atas dada Naruto.

"Good morning, Hinata-chan." Balas Naruto dengan suara serak khas orang baru bangun dari tidurnya.

"Ne, Naruto-kun. Apa kau tahu? Kaa-chan dan Tou-chan akan pulang malam ini." Cerita Hinata penuh semangat. Senyuman bahagia tak kunjung lepas dari pipi tembem Hinata.

"Baiklah aku tentu saja senang mendengarnya." Tanggap Naruto dengan suara yang mulai terdengar normal.

"Tapi bisakah kau turun dari atasku? Kau akan mengurangi jatah hidup kakakmu jika tak segera turun." Naruto membuat sebuah seringai kecil.

Sembari turun dari atas tubuh dan dari atas ranjang Naruto, Hinata terkikik geli. Dengan gerakan lambat Naruto kemudian bangun dari posisi terlentangnya. Entah kenapa kepalanya masih menyisakan rasa pusing, dan Naruto tiba-tiba merasa melupakan sesuatu yang sangat penting, entah apa itu.

Hinata memutar tubuh, ingin melanjutkan ceritanya yang lain. Tapi melihat Naruto tertunduk di sisi ranjang, Hinata mengurungkan niatnya. Hinata kemudian berjalan mendekat kembali di tempat Naruto duduk, menundukkan kepala birunya dan mengintip Naruto hingga wajahnya menjadi sangat dekat dengan Naruto.

"Are you oke?" Tanya Hinata khawatir menyadari ternyata wajah Naruto terlihat memucat.

Naruto menghentikan gerakan memijit kepalanya untuk menghilangkan rasa khawatir adik kembarnya. Hinata memundurkan kepala birunya saat Naruto mengangkat kepala jabrik kuningnya yang tertunduk dan menatap Hinata dengan memamerkan sebuah cengiran kecil.

"No, Hinata-chan. I'm Naruto." Jawab Naruto.

Hinata menaikkan sebelah alisnya bingung dengan jawaban Naruto yang menurutnya tidak tepat sasaran. Namun detik berikutnya begitu memahami maksud Naruto, gadis cantik bermata perak ini tertawa terbahak-bahak.

"Hahahaha… Of course you are Naruto. Not Oke. That's your name." Naruto mendengus geli melihat adik kembarnya yang tak kunjung bisa berhenti tertawa akan lelucon garingnya. Melihat Hinata tertawa seasyik itu, rasanya Naruto ikut bahagia.

Krryuuuuk…

Perut Naruto berbunyi nyaring. Tentu saja. Naruto yang merasa sangat lelah sekembalinya dari Suna, lebih memilih tidur di ranjang empuknya daripada makan malam hanya ditemani Imura dan Hana.

"Ayo makan," Naruto perlahan turun dari atas ranjangnya. Ajakan Naruto menghentikan tawa Hinata, namun segera diganti sebuah senyum manis walau tipis oleh Hinata.

"Aku tadi sudah turun ke bawah. Hisako Baa-chan masak sup kacang merah kesukaanmu," Cerita Hinata penuh semangat.

"Benarkah?" Tanggap Naruto yang sedikit menunduk, menyamakan pandangan dengan adik kecilnya.

"Ya, Naruto-kun. Selain itu Hisako Baa-chan masak…" Sepanjang perjalanan Hinata menceritakan menu sarapan yang sempat diintipnya dan sedikit dicicipinya sebelum kembali ke kamar Naruto dan tidur tengkurap di atas dada Naruto, menikmati wajah lelap Naruto yang menurut Hinata sangat lucu.

Sembari bercerita panjang lebar, Hinata bahkan menghitung dengan jemari kurus tangan kirinya untuk meyakinkan Naruto banyaknya makanan yang dimasak oleh juru masak mereka, sementara tangan kanannya digandeng erat oleh Naruto dari awal perjalanan Naruto dan Hinata keluar kamar Naruto menuju dapur.

Mungkin pengaruh usia Naruto yang baru sekitar12 tahun lebih 2 bulan, tapi Naruto kecil tak begitu peduli dengan perasaan janggalnya yang seperti baru saja melupakan sesuatu yang penting tanpa tahu apa itu. Bocah jabrik kuning ini bahkan lebih asyik menanggapi celoteh adik kembar yang sangat disayanginya daripada mencari tahu apa yang sudah dilupakannya.

oOo oOo oOo

Drap. Drap. Drap. Drap. Drap.

Sraaaak… Bruak!

Suara pintu geser yang dibuka sangat kasar oleh anak gadis bersurai permen kapas membuat dokter muda wanita penjaga UKS, Kato Shizune, berjingkat kaget.

"Sakura! Apa-apaan ini?!" Protes dokter Shizune tak mendapat tanggapan berarti dari sang gadis kecil yang lebih memilih berjalan cepat menuju salah satu ranjang UKS tempat seorang gadis kecil lain terbaring diam.

"Sasaki-chan," Panggil Sakura pada gadis cantik bersurai gelap kebiruan di depannya.

"Hahh…" Shizune menghela nafas panjang karena harus kembali teruji kesabarannya menghadapi murid SD yang kebanyakan memang masih egois.

"Sasaki hanya sedikit demam, Sakura." Bohong Shizune.

"Benarkah, Sensei?" Sakura memutar kepala, menatap Shizune penuh ketidakpercayaan. Shizune mengangguk mantap.

"Kau bohong!"

"Sasaki-chan tidak seperti demam biasa. Badannya panas sekali. Dan lihatlah nafas Sasaki-chan yang terengah-engah. Sepertinya dia sangat kesakitan." Sakura membuat sebuah deduksi panjang ala murid SD. Shizune tersenyum tipis, rasanya sedikit bangga dengan daya nalar Sakura yang walaupun masih SD tidak bisa diremehkan kepintarannya.

"Baiklah kau berhasil membongkar kebohonganku." Shizune menyerah dengan sangat mudah.

"Sasaki tiba-tiba demam tinggi. Ini mungkin karena pengaruh musim."

"Tapi kau tidak usah khawatir, Sakura."

"Sensei sudah menghubungi Nyonya Uchiha untuk menjemput Sasaki pulang." Jelas Shizune.

Sakura bergeming. Tak membantah tapi juga tak mengiyakan. Sakura lebih memilih menatap Uchiha Sasaki yang masih bernafas terengah-engah karena demamnya yang tinggi.

"Sakura sekarang kembalilah ke kelasmu."

"Bukankah jam pelajaran sudah dimulai?" Ingatkan Shizune. Sakura masih bergeming. Tak ingin beranjak dari tempatnya berdiri. Gadis cantik itu malah asyik mengelus pucuk kepala Sasaki.

"Cepat sembuh, Sasaki-chan."

"Pulang sekolah aku pasti menjengukmu."

"Bila perlu aku akan menginap di kamarmu sampai kau sembuh." Janji Sakura sungguh-sungguh.

"Ha'i, Ha'i." Shizune yang menjawab. Diseretnya Sakura menjauh dari Uchiha Sasaki.

"Tapi kau jangan lupa. Kau bisa tertular jika terlalu dekat dengan Sasaki sebelum dia sembuh." Ingatkan Shizune lagi tanpa melepaskan tangannya pada pergelangan tangan Sakura.

"Kau tidak tahu ya, Sensei? Aku tidak gampang sakit loh." Cerita Sakura bangga.

"Benarkah?" Shizune menatap ragu pada Sakura.

"Ya. Kau bisa tanya ibuku dan ayahku."

"Kau juga bisa tanya tetanggaku." Sakura mulai berceloteh khas anak kecil.

Tanpa sepengetahuan Sakura, Uchiha Sasaki perlahan membuka mata onyx kelamnya dengan gerakan lemah. Masih dengan nafas tersengal dan wajah memerah padam, diawasinya Sakura yang semakin menjauh darinya karena diseret paksa oleh Shizune.

"Sakura," Lirih Sasaki sebelum kembali memejamkan mata onyxnya.

.

.

Sraaaak…

Perhatian Shizune yang masih berbincang dengan Sakura saat membuka pintu, dan Sakura yang mendongakkan kepalanya menatap Shizune, tersita oleh seorang anak laki-laki yang berdiri di depan pintu UKS sambil menggigit tangkai mawar merah di mulutnya.

'Ya ampun, satu masalah datang lagi.' Keluh Shizune dalam hati.

"Kakashi-kun?! Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Sakura heran. Kakashi tak menjawab karena takut bibirnya terluka oleh duri mawar yang digigitnya.

"Kenapa kau menggigit mawar? Kau sudah gila atau tidak waras?" Cibir Sakura.

Kakashi memuntahkan bunga mawar yang digigitnya dan menggenggam tangkainya erat dengan satu tangannya. Kakashi mulai berjalan maju dengan langkah seorang pragawan mendekat pada Sakura.

"Minggir!" Begitu sampai di dekat Sakura, Kakashi mendorong gadis cantik itu kuat-kuat dan dorongan Kakashi berhasil membuat Sakura jatuh terduduk dengan kasar.

"Ittai!" Pekik Sakura sembari menggosok-gosok pantatnya yang berdenyut sakit.

"Hai, cantik." Kakashi mengedipkan sebelah matanya.

"Aku persembahkan mawar merah ini hanya untukmu." Rayu Kakashi pada Shizune. Shizune hanya bisa sweatdrop tingkat akut melihat kelakuan Kakashi yang tak berubah sejak pertama kali Shizune bekerja di SD 1 Konoha setahun yang lalu.

"Apa kau tahu? Aku rela pantatku di gigit anjing tetangga untuk membuktikan cintaku padamu." Kakashi melanjutkan rayuannya.

"Apa kau mau aku perlihatkan bukti cintaku, Sayang?" Tawar Kakashi yang menggenggam celana pendeknya dengan satu tangan yang bebas.

"Ti-tidak usah, Kakashi." Tolak Shizune yang hanya bisa tersenyum kikuk, dengan sangat cepat.

"Err, baiklah."

"Mungkin kau masih malu-malu melihatnya," Simpulan Kakashi membuat Shizune semakin tak kuat menahan sweatdrop.

"Kalau begitu sekarang terimalah bunga yang tak secantik dirimu ini, Sayang." Shizune memijit keningnya frustasi sebelum memutuskan untuk mengulurkan tangan menerima bunga mawar Kakashi.

"Baiklah, Kakashi. Aku terima bungamu." Shizune memaksakan diri untuk membuat senyuman tulus, yang sialnya sulit sekali dilakukan.

"Sekarang kau dan Sakura kembalilah ke kelas."

"Aku tidak mau kalian dimarahi guru karena kabur dari kelas." Perintah Shizune dengan nada mengusir.

"Heh," Kakashi menyeringai penuh arti.

"Aku senang kau mengkhawatirkanku, Sayang." Kakashi meraih satu tangan Shizune yang paling dekat dengannya untuk dikecup punggung tangannya. Shizune terbelalak kaget dengan apa yang baru saja dilakukan oleh Kakashi.

BLETAK.

"Bakaero!" Umpat Sakura kesal setelah sukses mendaratkan tinjunya di atas kepala perak Kakashi.

"Ittttaaaaaaiiii!" Pekik Kakashi yang berjongkok spontan menahan denyutan sakit di kepala peraknya.

"Kau benar-benar menjijikkan."

"Dasar laki-laki mesum!" Maki Sakura.

"Kau! Wanita monster menyebalkan! Jidat lebar!" Kakashi berdiri dan beradu tatapan menantang dengan Sakura.

"Hahh…" Sekali lagi Shizune menghela nafas panjang harus berurusan dengan pertengkaran anak-anak SD yang tidak terlalu penting sebenarnya.

"Baiklah. Baiklah. Kalian berdua berhenti bertengkar." Shizune menjadi penengah melerai pertengkaran Kakashi vs Sakura yang jika tidak dilerai sepertinya akan bertambah panas saja.

Tak kurang dari sebulan Shizune akan pindah bekerja. Tapi wanita cantik berusia 22 tahun ini sengaja tak memberitahu siapapun, bahkan Sakura dan Kakashi yang bisa dibilang lebih dekat dengannya daripada murid-murid yang lain di SD 1 Konoha. Shizune tak ingin hari-hari terakhirnya dipenuhi oleh jejalan pertanyaan tentang kepindahannya. Toh setelah ini Kakashi dan Sakura juga akan lulus SD dan memulai kehidupan baru mereka di SMP.

oOo To Be Continue oOo

Segini dulu ya prolognya.

Cand harap gambaran ceritanya sudah bisa ditebak oleh reader ^^

Jadi Cand langsung balas review dari DBK kemarin saja ya.

Luca-san : "Iya sebenarnya Cand hanya ingin memperbaiki alur cerita. Tapi entah kok berubah semua -_-"

Mantika-san : "Maaf :'( Tika-san"

Alluka-san : "Ah, trima kasih banyak buat pengertiannya. Maafkan Cand yang masih ababil."

Yuri-san : "Ini Cand coba re-publish cerita dengan alur yang agak beda."

Sora-san : "Arigatou, Sora-san. Ini bukan sequel tapi. Entah apa ini."

Ikalutfi-san : "Salam kenal juga ^^ trima kasih banyak untuk pujiannya."

Hinata-san : "Iya Cand minta maaf, Hinata-san."

Khunee-san : "Gooomen :'( Khunee-san"

Dylan-san : "Maaf ya, Dylan-san."

Syeren : "Ah, Iya. Real worldx lagi banyak yang dipikirkan. Maaf ya."

Tampan-san : "Ah, iya. Gomen."

Aish-san : "Iya tapi ini bukan sequel. Entah apa namax."

Uzumaki-san : "Hountouni arigatou gozaimasu ^^"

Anna-san : "Iya ini sudah direvisi kayak skripsi. Entah masih berkenan baca ato gak."

Tsuki-san : "Arigatou gozaimasu, Tsuki-san."

Mayu-san : "Ah, gomene. Cand akan berusaha."

Annisa-san : "Ya DBK ato Another endingnya nanti sama kok, Annisa-san ^^"

Ome-chan : "Kangen yang tidak bisa didefinisikan dengan jelas ^^"

Angel-san : "Ah iya, maaf. Ini Cand buat prologx sebagai rasa tanggungjawab Cand."

Feigun-san : "Gomen2. Cand terima lemparan surikennya dengan ikhlas."

Hq-san : "Hountouni gomenasai, Hq-san :'( Bukan maksud Cand tapi…"

Cherry-san : "Ah, trima kasih banyak untuk pujiannya, Cherry-san "

Guest : "Iya, terima kasih banyak buat sarannya yang membangun ^^"

Kuroo-kun : "Trima kasih buat pujiannya walaupun Cand sudah mengecewakanmu."

Ayumu-san : "Gak kok, Ayu-san. Bukan karena km. Emang dasarnya Cand yang ababil. Gomen."

Zuka-san : "Wah maaf ya, maaf."

Yuli-san : "Amiin. Semoga suka, Yuli-san."

… xxx …

Author Note :

Akhirnya hanya kata maaf yang banyak Cand ucapin. Gomen Minna. Cand bener-bener gak maksud mengecewakan. Semoga revisi fic nya tidak mengecewakan lagi. Cand tunggu selalu review kalian.

Arigatou

Cand_Chan.