Summary: tidak kusangka semuanya akan terjadi padaku, dia tidak menyadari apa yang telah diperbuatnya, menghancurkan perasaan orang lain, padahal dia tahu betul apa yang aku pikirkan.
Rated : T
Genre: Friendship/Hurt
Disclamer: Bleach adalah milik Tite Kubo, dan cerita ini adalah milik saya.(^-^)/
Pairing: always! IchiRuki!
Author's Note: Untuk pembaca, saya ingin mengatakan kalau cerita ini di ambil dari sudut pandang Rukia.
Warning: OOC gila! EYD tidak sempurna! Dll, dsb, etc...
Saya ucapkan SELAMAT MEMBACA DAN JANGAN LUPA REVIEW~!
BAD FEELING
Awalnya aku sangat senang karena bisa mempunyai seorang teman baru, dia pindah ke sekolahku lima bulan lalu. Saat hari pertama dia masuk ke dalam kelas dan memperkenalkan diri, dia terlihat menarik. Banyak anak yang ingin mengenalnya lebih jauh pada hari itu juga, bisa kulihat banyak anak laki-laki yang mulai mencari perhatiannya dan aku juga bisa melihat kekonyolan mereka saat mereka mencari perhatiaannya. Aku hanya berkenalan dengannya dengan cara yang wajar, seperti berjabat tangan dan mengucapkan nama panggilan, yah menurutku itu sudah cukup untuk memperkenalakan diri. Betapa bodohnya anak-anak itu menanyakan hal yang menurutku pribadi padanya, seperti kebanyakan anak laki-laki, mereka selalu mengutamakan pertanyaan "apa kamu sudah mempunyai seorang kekasih?" yah pertanyaan itu membuatku muak pada anak-anak itu.
Dan seiring berjalannya waktu ternyata dia sangat dekat denganku dan aku sudah menganggapnya sebagai sahabatku walaupun sahabat karibku yang lain tidak menyukainnya, kadang aku berpikir kalau para sahabat karibku itu adalah sekumpulan orang-orang yang hanya mementingkan sebuah kelompok tanpa memikirkan apa yang aku inginkan selain bersahabat dengan mereka.
Tempat yang biasa menjadi tempat berkumpul kami tidak lain adalah atap sekolah, setiap jam sekolah selesai, kami idak langsung pulang ke rumah masing-masing seperti yang dilakukan oleh siswa siswi lain dan hari ini kami berkumpul seperti biasa.
"Apa kamu sudah melupakan kami?" tanya Hisagi.
"Iya, kamu sudah melupakan kami" Kira menimpali.
"Mentang-mentang sudah punya teman baru kamu tidak pernah bersama kami seperti biasanya!" sindir Grimmjow tajam.
"Hey, aku tidak melupakan kalian kok! Buktinya sekarang aku berkumpul di sini kan?" jawabku.
"Iya sekarang kamu memang ada disini! Tapi yang kemarin-kemarin!" Grimmjow semakin menyindirku.
"Memangnya apa sih bagusnya dia? Apa sekarang kamu lebih mementingkan dia dari pada kami? Kami ini sahabatmu sejak kamu masuk SMA ini!" Hisagi melontarkan argumennya.
"Baiklah aku minta maaf kalau selama ini aku jarang bersama kalian lagi, apa yang harus aku lakukan untuk menebus kesalahnku?" tanyaku pasrah.
Aneh! Saat aku meminta maaf dan mengajukan penawaran, mereka tersenyum menakutkan. Perasaanku mengatakan akan terjadi hal tidak menyenangkan padaku, atau ini tanda-tanda...
"Hey Rukia" Grimmjow menepuk pundakku dari belakang.
"Ehem..." Kira melirikku penuh arti.
"Rukia" panggil Hisagi dengan nada yang tidak mengenakkan.
"Ke-kenapa?" tanyaku.
"Kamu harus melakukannya sekarang juga tanpa protes!" ancam Grimmjow yang sekarang sudah merangkulku.
"Kamu saja yang 'membawanya' Grimmjow" perintah Hisagi pada Grimmjow.
"Baiklah, ayo kita mulai" Kira melepas dasinya dan memainkan dasinya.
"Apa yang akan kalian lakukan?" perasaanku tambah tidak enak.
"Hisagi, kamu jaga pintu agar Rukia tidak kabur, Kira kamu bekap mulutnya agar Rukia tidak bisa berteriak, dan aku akan..." tiba-tiba Grimmjow melipat tanganku kebelakang dengan kasar.
"Ouch! Sakit tahu hey apa yang akan kalian la...mph...mph" sial Kira sudah membekap mulutku dengan dasinya.
"Owh iya tangannya harus di ikat juga ya?" Grimmjow melepas dasinya dan tanganku diikat, tapi untungnya tanganku tidak diikat ke belakang.
"Silakan" Hisagi membuka pintu layaknya seorang buttler yang mempersilahkan tuannya.
"Ayo kita mulai" Grimmjow menggendongku.
Aku meronta-ronta saat ada di dekapannya, sial! Perasaanku memang tidak enak! Mereka memang sangat licik! Mereka curang! Kenapa memperlakukan aku seperti ini! Tidak adil! Akan aku pukul mereka kalau aku bisa lepas! Eh? Bisa lepas? Bagaimana aku bisa lepas? Tubuh Grimmjow lebih besar dan lebih kuat dariku! Sial! Tunggu pembalasanku!
"Kamu tahu kita akan kemana?" tanya Grimmjow di sela-sela langkahnya.
Aku baru sadar Grimmjow membawaku ke suatu tempat, Sial! Apa yang akan mereka lakukan? Saat aku melihat ke arah Kira dan Hisagi yang berjalan di belakang Grimmjow, mereka masih saja memperlihatkan senyuman licik yang menjebak! Brengsek kalian!
"Kita akan ke gedung olah raga" kata Grimmjow dengan senyum iblisnya.
Mataku melebar saat Grimmjow mengatakan 'gedung olah raga" terkejut, hanya itu kata yang bisa aku gambarkan. Aku terus meronta-ronta tapi tetap saja aku tidak bisa lepas dari dekapan Grimmjow yang semakin kuat.
Saat sampai di samping gedung olah raga, Grimmjow menurunkan aku dan mulai melepaskan ikatannya dan juga membuka bekapan mulutku.
"Sekarang lakukan hal yang aku katakan dan ingat jangan protes!" ancam Grimmjow lagi.
"Kalian curang! Kalian memaksaku!" protesku.
"Hey sudah ku bilang jangan protes!" Grimmjow masih saja mengaturku.
"I-iya iya, apa yang kalian inginkan?" tanyaku menyerah.
"Kau tau kan siapa orang yang ada di dalam gedung olah raga ini?" Grimmjow mencoba memancingku.
"Si rambut jingga" kata Kira.
"Mata tajam bagai elang" timbal Hisagi
Aku mulai memutar kembali memori, siapa sebenarnya orang yang mereka maksud? Apa aku mengenalnya? Tapi sepertinya aku tau siapa dia, tapi kenapa saat ini sepertinya gambaran tentang orang yang disebutkan ciri-cirinya oleh Kira dan Hisagi terlihat kabur.
"Class leader" pancing Grimmjow lagi.
"Pemain basket berbakat" kata Hisagi yang ikut memancing memoriku untuk mengetahui orang itu.
"Siapa?" tanya ku dengan polosnya.
Saat itu juga aku melihat mereka memegang kening mereka sambil menggeleng-nggelengkan kepala mereka. Jujur saja aku tidak tau maksud mereka.
"Buah merah yang rasanya manis tapi bijinya diluar" Kira masih bersikeras memancing ku.
"Strawbery" kata Grimmjow menyerah.
"Ichigo?" jawabku hati-hati.
"Yeah" jawab Hisagi dengan nada yang kecewa karena aku baru menyadari hal itu.
"Eh? Apa yang akan kalian lakukan?" ternyata benar firasatku! Dasar brengsek!
"Sapalah dia" kata Hisagi.
Hisagi, Grimmjow, dan Kira raut wajah mereka berubah! Kenapa? Sinar yang mereka pancarkan dari mata mereka membuat suatu dorongan dalam hatiku, hatiku tergerak untuk melakukan hal yang Hisagi katakan.
"Kenapa juga aku harus melakukannya? Dulu aku sudah sering menyapa dan tersenyum padanya" kataku mencoba untuk mengelak dari permintaan mereka.
Sebuah permintaan, ya sebuah permintaan dari sahabat karib yang selama ini sudah ada di samping ku saat aku memasuki sebuah dunia baru yang disebut sebagai dunia remaja yang akan beranjak dewasa dan di sekolah inilah aku bertemu mereka, mereka adalah sahabat karibku yang sangat perduli padaku dan aku pun sangat menyayangi mereka, walaupun aku sering berpikiran buruk tentang mereka.
Aku bangkit dan merapikan bajuku yang terkena debu, aku mulai melangkah, tapi saat aku bermaksud untuk meninggalkan mereka, tiba-tiba saja Grimmjow menahanku dengan menggenggam tanganku. Entah kenapa mata mereka menunjukkan hal yang sama,sebuah solidaritas. Mereka sangat mengharapkan aku melakukan itu dengan hati terbuka tanpa rasa hanya ingin menyenangkan sahabat.
"Jika dulu kamu bisa melakukannya kenapa sekarang kamu tidak bisa" perrkataan yang sangat bijak dari seorang sahabat.
"Baiklah aku menyerah" kataku memberi jawaban dari semua pertanyaan mereka.
"Nah gitu donk! Itu baru namanya Rukia" Grimmjow menepuk pundakku.
"Ayo lakukan sekarang, mumpung dia masih latihan sendiri" Kira terlihat bersemangat.
"Kami akan mengawasi dari luar" kata Hisagi.
Aku langsung melangkah menuju ke pintu gedung olah raga, sebelum memasuki gedung olah raga aku harus bisa meyakinkan diriku dengan apa yang akan aku lakukan. Detik-detik mengiringiku saat aku memegang selot pintu, uh! Rasanya pingin kabur, tapi ini adalah keteguhan hatiku, aku harus bisa melakukan ini. CKLEEK! Pintu sudah terbuka sedikit, tapi aku masih belum bisa melihat Ichigo, aku lebarkan sedikit celah pintu. Aku melihatnya sedang duduk di bangku penonton, eh? Tapi sepertinya dia sedang berbicara pada seseorang. Aku lebarkan sedikit lagi supaya aku bisa tahu siapa yang sedang berbicara pada Ichigo, ternyata orang itu Orihime. Tubuhku rasanya kaku, dadaku sesak.
"Eh? Rukia!" panggil Orihime yang mengetahui keberadaanku.
"Hai..." jawabku dengan sedikit mengangkat sudut bibirku.
Pandangannya dingin, Ichigo seperti tidak melihatku. Saat tahu keberadaanku, Ichigo kembali bermain bola basket yang tadi dia pegang saat sedang berbicara dengan Orihime, sedangkan Orihime sendiri hanya bersikap santai seperti biasa.
"ada apa? Kok bisa ke sini?" tanya Orihime sambil melangkah menghampiriku.
"tidak ada apa-apa kok, aku kira gedung olah raga kosong, aku ingin sekali-kali bermain basket dengan teman-temanku" jawabku sekenanya.
"Lalu mana teman-teman mu?" tanya Orihime bingung.
"Ah! Mungkin mereka masih di-di kelas" jawabku berbohong padanya.
"Ayo masuk saja, jangan berdiri terus di pintu" Orihime mempersilahkan aku.
"Ah tidak usah aku mau kembali ke kelas saja, permisi" aku langsung berlari meninggalkan kawasan gedung olah raga.
Aku terus berlari tanpa menghiraukan teriakan panggilan yang terus diteriakkan oleh Grimmjow dan aku juga bisa mendengar derap kaki mereka yang sedang mengejarku. Rasanya ingin menangis, aku tidak tahu perasaan apa ini.
Orihime Inoue.
Dia adalah siswi baru itu, wajahnya memang cantik dan dia juga termasuk anak yang cerdas. Dia sudah aku anggap sebagai sahabat. Padahal dia tahu bahwa aku menyukai Ichigo, tapi kenapa dia bisa berbuat seperti ini pada ku. Bisa-bisanya kamu melakukan ini padaku! Dengan wajah tidak bersalah, kamu melakukannya bahkan tadi kamu sempat-sempatnya tersenyum dan memanggil sudah tidak bisa mempertahankan ini, aku membencimu!
Aku memutuskan untuk pulang ke rumah, karena kalau aku lebih lama di sana perasaanku semakin sakit.
"Aku pulang" kataku lemas.
Ternyata rumah masih sepi, kakak belum pulang dari kuliahnya. Hal yang sangat membosankan terus terjadi di rumah ini, ayah dan ibu bekerja di luar kota aku hanya tinggal berdua dengan kakak. Aku muak dengan kehidupanku yang seperti neraka. Tidak diberi perhatian, kasih sayang,dan sebuah keluarga, ayah dan ibu tidak pernah pulang rutin seperti dulu. Biasanya ayah dan ibu akan mengunjungi kami setiap dua bulan sekali, tapi sekarang mereka tambah sibuk sehingga mereka hanya bisa mengunjungi kami setiap satu tahun sekali.
Tas sekolah kulempar ke sofa, tubuhku pun rasanya juga lemas akhirnya aku berbaring di sofa, kulihat ponselku, aku menekan tombol untuk mencari nomer yang akan aku tuju,nomer ponsel Renji. Yah siapa lagi yang bisa memberiku semangat selain sahabat karibku yang lain, Renji. Renji selalu bisa aku andalkan untuk merahasiakan semua ceritaku tentang Ichigo.
Setelah menemukan nomer Renji, aku langsung menghubunginya. Aku tidak perlu membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menunggu Renji mengangkat panggilan.
"Halo" sapa Renji lebih dulu.
"Halo" jawabku.
"Ada apa Rukia? Tumben sekali kamu menghubungiku"
"Renji, ternyata Ichigo memang menyukainya"
"Hey ayolah jangan mulai lagi, kamu terlalu sering menangis karena dia"
"Tapi aku melihatnya sendiri, dia sedang berbicara Ichigo di gedung olah raga,hanya mereka berdua"
"Dengar Rukia, kamu harus optimis tidak boleh menyerah"
Aku langsung memutuskan pembicaraan, perkataan Renji terlalu susah di lakukan olehku . aku tidak bisa meyakinkan diriku sendiri. Bagaimana caranya agar aku bisa meyakinkan diriku? Aku sudah tidak sanggup lagi. Kehidupan yang sangat memuakkan! Aku ingin mengakhirinnya! Tapi aku tidak bisa melakukan itu sendiri! Apa tidak ada yang mau menolongku!
Tok...tok...tok...
Eh? Siapa yang mengetuk pintu? Hah! Aku malas!
Tok...tok...tok...
"Ya ya tunggu sebentar!" kataku sambil melangkah ke pintu.
Cklek! Aku membuka pintu. Ternyata Kira dan Hisagi yang mengetuk pintu, tapi kelihatannya mereka seperti habis berlari. Wajah mereka merah dan banyak keringat yang keluar di kening mereka.
"Ada apa kalian ke sini?" tanyaku tanpa menghiraukan mereka yang kelelahan.
"Hah...Grimmjow marah!" kata Kira yang masih mencoba mengatur nafas.
"Marah kenapa? Apa urusanku? Dia kan biasa marah-marah tidak jelas" kataku beruntun.
"Ayo kembali ke sekolah" tiba-tiba Hisagi menarik tanganku dan menyeretku berlari kembali ke sekolah.
Aku tidak protes saat Hisagi menyeretku, seperti biasanya Grimmjow selalu saja membuat masalah! Dia terkenal dengan kenakalannya, tapi entah dia bisa jadi anak cerdas. Aku saja sampai heran melihatnya. Tidak terasa kami sudah masuk ke halaman sekolah, dasar cowok-cowok freak! Kira dan Hisagi menyeretku berlari sejauh 2km! Paru-paruku seperti mau pecah! Susah bernafas.
"Ayo! Tadi aku lihat dia sedang menunggu di koridor kelas lantai dua" Hisagi mencoba mengajakku lari ke lantai dua gedung sekolah.
"Hey apa kamu gila! Paru-paruku mau pecah!" aku menepis tangan Hisagi.
"Grimmjow akan 'menghabisi' Orihime" kata Hisagi sambil memandangku tajam.
"Hah! Cari gara-gara saja dia!" aku masih mengatur nafasku.
"Cepat! Bisa bahaya kalau melakukannya" Kira mulai cemas.
"Yah ayo"aku mulai berlari di belakang Hisagi yang lari lebih dulu.
Kami sampai di koridor kelas lantai dua tepat saat Grimmjow mencengkram kerah baju Orihime. Jangan salah dengan Grimmjow, dia bisa 'menghabisi' siapa saja yang tidak dia suka termasuk seorang anak perempuan, bisa dibilang Grimmjow orang yang sadis.
"Grimmjow hentikan" pinta Kira.
"Hey ingat kawan, dia juga sahabat Rukia" Hisagi mulai menasehati.
Grimmjow tidak mendengarkan perkataan Kira dan Hisagi, sepertinya harus aku sendiri yang turun saja!. Aku melangkah bermaksud untuk menasehatinya, tapi entah kenapa saat aku akan melangkah kepalaku pusing, semuanya seperti berputar dan tiba-tiba menjadi gelap! Bruk! Aku merasa tubuhku ambruk ke lantai, aneh!
"Rukia!" semua meneriakan nama yang sama.
Uh! Kepalaku pusing sekali, kenapa semuanya tidak jelas. Blur! Ah mataku! Aku mengedipkan mata, huh untung saja, aku kira mataku akan buta.
Grimmjow, Kira, dan Hisagi, kenapa mereka ada di sini, eh? Ini dimana? Ruangan ini seperti... Rumah sakit! Kenapa aku di bawa ke sini?
Hm...mereka kelihatannya kelelahan biarkan saja mereka tidur ah... he he he jail sedikit ah... ponselku mana? Oh iya di kantung jas seragamku! Hm? Mana jasku? Owh disana. Aku bangkit dari tempat tidur dan melangkah ke sofa untuk mengambil ponselku yang ada di dalam jas, tentunya aku hati-hati dalam melakukan ini karena tidak mau mereka terbangun sebelum aku mendapatkan foto mereka saat sedang tertidur.
Klik...klik...klik...selesai! ternyata lucu juga wajah mereka saat tertidur. Terutama kamu Grimmjow, kamu terlihat sangat manis kalau sedang tertidur walaupun sikap aslimu itu mengerikan. Huah! Bosan! Hanya duduk di sini, beli minuman ah,,,,
Aku keluar dari ruang inap, ternyata lorong rumah sakit sepi hanya ada suster yang masih berjaga, aku melangkah ke tempat suster yang sedang berjagaa saat itu.
"Maaf suster apa di sini ada tempat untuk membeli minuman?" tanyaku sopan pada suster.
"Ada cafe di lantai dasar, kalau mau cepat naik lift saja" jawab suster itu ramah.
"Oh ya, terima kasih" kataku.
"Sama-sama" jawab suster dengan senyum.
Aku langsung menaiki lift yang tidak jauh dari tempat suster itu berjaga, setelah sampai di lantai dasar aku lanngsung mencari cafe yang dikatakan suster tadi, tapi kenapa aku tidak berselera membeli minuman di kafe itu ya? Beli mminuman kaleng saja ah,,,,,
Ternyata mesin minuman kaleng ada di ruang tunggu, hm mau beli yang mana ya? Bagaiman kalau kopi? Yap kopi saja. Tluk! Aku memasukan beberapa koin uang, lalu aku memilih kopi yang aku mau. Nah sekarang kembali ke...
"Orihime?" nama itu terucap begitu saja saat aku melihatnya sedang duduk di barisan bangku ruang tunggu.
Kenapa dia ada di sini? Karena penasaran akhirnya aku memutuskan untuk menghampirinya.
"Hey Orihime?" kataku untuk memastikan bahwa itu benar dia.
"Ah Ru-Rukia kamu sudah sadar?" Orihime terlihat terkejut dengan kedatanganku yang tiba-tiba.
"Ahahaha aku sudah sadar dari tadi kok, lalu sedang apa kamu disini?" tanyaku langsung pada inti.
"Rukia" panggil Orihime.
"Ya" jawabku.
"Apa aku boleh tau kenapa akhir-akhir ini kamu terlihat sering menangis?" raut wajah Orihime berubah, matanya menatap mataku seperti berusaha mencari jawaban.
"Me-menangis? Apa maksudmu?" aku berusaha mengelak.
"Tolong jujurlah padaku, aku sering melihat matamu lebam seperti habis menangis" terang Orihime.
"Ah mungkin kamu salah lihat, eh sudah ya aku mau kembali ke kamar" aku langsung berlari ke lift terdekat dan langsung kembali ke kamar inap ku.
Tidak kusangka Orihime bisa mengetahuinya,uh! Kenapa aku bisa sebodoh itu memperlihatkan bekas tangisanku pada orang lain!
Aku sudah kembali ke kamar inap ku dan ternyata Kira, Grimmjow, dan Hisagi sudah bangun dari tidur mereka.. Mereka terlihat cemas saat aku masuk ke kamar dengan wajah bingung.
"Dari mana saja kamu?" tanya Grimmjow.
"Ah! Aku baru saja membeli minuman kaleng di bawah" jawabku jujur.
"Lalu kenapa wajahmu terlihat bingung?" tanya Hisagi.
"Apa yang sedang kamu pikirkan?" tambah Kira.
"Tidak ada, hanya pikiran yang tidak penting kok" kataku sambil tersenyum.
"Ah sudahlah tidak perlu dibahas lagi" kata Grimmjow yang sepertinya tahu pikiranku.
"Oh iya, kamu mau menginap dulu atau kita langsung pulang saja?" tanya Kira.
"Ehm? Langsung pulang saja deh! Aku tidak mau membuat kakak khawatir"
"Ayo pulang" Grimmjow kembali memakai jas seragamnya.
"Eits tunggu aku mau pake sepatu dulu" aku langsung mengambil sepatu dan memakainya.
Kami berempat akhirnya pulang ke rumah masing-masing, tapi tentu saja rumah paling sepi itu adalah rumahku yah gimana lagi kakak kadang tidak pulang karena tugas kuliahnya, sangat membosankan. Makan malam sendiri lagi, ehm makan apa ya? Aku berjalan ke dapur dan membuka lemari es, siapa tahu ada makanan yang bisa langsung dimakan, jujur saja aku sedang malas memasak malam ini,capek.
Aisaretai demo aisou to shinai
Sono kurikaeshi no naka wo samayotte
Boku ga mitsuketa kotae wa hitotsu kowakutatte kizutsuitatte
Suki na hito ni wa suki tte tsutaerunda
Eh? Ponselku bunyi! Siapa yang menghubungiku? Aku langsung berlari ke ruang tamu, mengambil ponsel yang aku letakan di meja. Owh! Ternyata Renji.
"Halo" sapaku.
"Rukia aku ingin bicara dengan mu" kata Renji langsung pada inti.
"Bicara saja" kata ku.
"Tidak bisa, kita harus bertemu" renji mempertegas maksudnya.
"Memangnya ada apa sih? Sepertinya ini sangat penting?" tanyaku.
"Ini memang penting dan kita harus bertemu" Renji masih saja mendesak.
"Aku tidak bisa sekarang, ini sudah malam" kataku menjelaskan.
"Baiklah besok kita bicara"
"Ya" jawabku singkat.
Kira-kira apa yang ingin dibicarakan oleh Renji ya? Hal penting apa sebenarnya?
Hoam! Aku ngantuk! Males masuk sekolah! He? Tapi kenapa aku sudah ada di gerbang sekolah? Pulang saja ah! Eh? Tapi sepertinya ada yang mengganjal! Apa ya? Hm? Tunggu! Apa aku ada janji dengan seseorang? Hm? Siapa ya? Oh iya! Renji! Ya ampun! Renji Renji kenapa kamu bisa mudah dilupakan sih! Hahaha. Aku langsung berlari ke kelas untuk menemui Renji.
"Renji!" panggilku saat aku di pintu langsung menengok dan bangkit dari kursinya lalu menghampiriku.
"Ayo kita ke atap saja" Renji langsung menarik tanganku.
Setelah sampai di atap, Renji langsung memulai pembicaraan.
"Kau tahu? Orihime sudah tahu kalau kamu sering menangis dan dia juga sering menanyakan kenapa kamu sering menangis?" kata Renji.
"Aku tahu itu, kemarin dia juga menanyakan itu padaku, tapi aku tidak mau menjawabnya" jawabku jujur.
"Rukia, itu bisa menunjukan sekali kalau kamu cemburu dengan hubungan Orihime dan Ichigo" terang Renji.
"Ya ya aku akan berusaha menyembunyikannya"
"Bukan masalah menyembunyikan! Ini masalah persahabatan!" suara Renji meninggi.
"Persahabatan apa?" kataku malas.
"Apa kamu sudah tidak mau bersahabat lagi dengan Orihime hanya gara-gara kamu cemburu dengan hubungan Orihime dan..."
"Sudah! Jangan sebut namanya lagi! Aku sudah muak mendengar nama itu!" aku menutup telingaku dengan kedua tanganku.
"Dengar Rukia, kalau kamu menyukainya kamu harus bisa mendekatinya dan tidak acuh padanya" kata Renji sambil melepaskan tanganku yang menutupi telingaku.
"Renji, maaf aku tidak bisa. Itu terlalu berat untukku" aku menundukkan kepalaku.
"Sejak kapan kamu bisa selemah itu!" tiba-tiba saja ada suara seseorang yang sangat familiar di telingaku.
"Rukia yang dulu tidak seperti ini!" ternyata ada orang lain juga.
"Rukia juga tidak pernah menangis!" bertambah lagi suara yang sangat familiar!.
Aku mengangkat wajahku dan menengok ke arah suara-suara familiar tadi, ternyata memang benar mereka, Grimmjow, Kira, dan Hisagi. Sekarang semua sahabat karibku berkumpul dan mereka semua memberi semangat padaku! Sahabat! Bukan hanya sahabat! Tapi ini adalah yang dinamakan 'sahabat karib'.
"Tapi...dia yang pertama kali memberiku semangat untuk mendapatkannya sebelum aku cerita pada kalian semua" kataku menyesal.
Sungguh aku sangat menyesal jika jadinya begini, aku tidak memberi tahu mereka semua tentang semua ini sejak awal. Aku sangat menyesal, padahal mereka selalu ada di sampingku setiap waktu dan aku tidak memperdulikan mereka.
"Maaf..." hanya ini yang dapat aku katakan.
"Maaf untuk apa? Apa kamu berbuat salah pada kami? Sepertinya tidak tuh!" kata Grimmjow di sela-sela keheningan.
"Eh! Hari ini kan tidak ada pelajaran!" kata Kira mengalihkan suasana.
"Memangnya ada acara apa?" tanya Renji.
"Kalian lupa ya? Hari ini semua kelas harus mempersiapkan peringatan hari ulang tahun sekolah! Ada lomba membuat kue tart yang akan diadakan besok, setiap kelas harus mengirimkan satu kelompok yang terdiri dari empat orang yaitu, dua anak laki-laki dan dua anak perempuan" jelas Kira panjang lebar.
"Hey! Itu merupakan kesempatan untukmu Rukia!" kata Renji yanng langsung menatapku penuh arti.
"Iya betul! Kamu kan di kelas dikenal pandai memasak" kata Hisagi menimpali.
"Bagaimana?" Grimmjow menanyakan keputusanku.
"Baiklah akan aku coba" kataku sambil memberikan senyum pada mereka.
Mereka terlihat senang dengan keputusanku. Sekarang yang aku butuhkan hanya berharap bisa dipilih dalam kelompok itu.
"Ayo kembali ke kelas dan kita lihat hasilnya" ajak Grimmjow.
Di dalam kelas sangat berisik sekali membicarakan perwakilan kelas yang akan mewakili perlombaan membuat kue tart itu. Tidak lama wali kelas masuk ke kelas dan memberikan saran agar pemilihan perwakilan kelas dilakukan dengan cara pengambilan suara terbanyak. Semua murid menyetujui hal itu dan calon yang terpilih ada enam anak, yaitu: Renji, Tatsuki, Ishida, Orihime, Ichigo, dan aku. Eh? Kenapa aku juga ikut?
"Bu! Kenapa aku juga dicalonkan?" tanyaku protes.
"Lho bukannya kamu sudah dikenal pandai memasak? Jadi ya ibu calonkan saja" jawab guru wali kelas santai.
"Aku juga mau protes! Kenapa aku dicalonkan juga! " kata Ichigo.
"Diaam! Ichigo! Menurut saja!' bentak guru wali kelas.
"Ya ya" jawab Ichigo pasrah.
"Nah sekarang mulai, tulis nama yang kalian dukung di selembar kertas, kalau sudah kumpulkan di meja paling depan" titah guru wali kelas.
Beberapa menit berlalu dan penghitungan suara pun sudah dilaksanakan, hasilnya adalah: Renji 8 suara, Tatsuki 1 suara,Ishida 1suara, Orihime 3 suara, Ichigo 7 suara, Rukia10 suara.
"Nah sekarang jelas yang mewakili kelas kita adalah Renji, Orihime, Ichigo,dan Rukia. Kalian yang sudah memutuskan jadi tidak boleh protes! Paham?" kata guru wali kelas.
"Ya!" jawab semua murid.
Pulang sekolah.
"Rukia, Ichigo,dan kamu Orihime, ayo diskusikan konsepnya" ajak Renji.
"Konsep apa?" tanya Ichigo.
"Konsep mau membuat kue lah!" kata Renji malas.
"Eh kuenya hanya satu atau boleh di jadikan tingkatan?" tanyaku.
"Bagaimana kalau kita buat tingkatan saja agar lebih menarik saja" Orihime menimpali.
"Baikalah, berapa tingkat?' tanya Renji.
"Sepuluh tingkat hahahahaha" kata Ichigo seenaknya.
"Hah dasar kamu ini Ichigo! Suka bercanda sekali sih!" Orihime menaggapi perkataan Ichigo.
"Tenang" Renji mengingatkan aku sambil menepuk pudakku.
"Ya aku tahu" jawabku.
"Oke! Sekarang bagi-bagi tugas!" titah Renji.
"Aku dan Renji yang belanja bahan-bahan untuk membuat kuenya, gimana Renji?" tanyaku langsung memutuskan.
"Eh? Ta-tapi..." Renji terlihat mau menolak tawaranku, tapi sebelum itu terjadi aku sudah memberi peringatan padanya.
"Lalu apa yang harus kami berdua kerjakan?" tanya Orihime.
"Ichigo, kamu beli saja buah-buahan yang diperlukan dan Orihime, kamu bawa peralatan masaknya. Setuju semuanya?"
"Baiklah" jawab Ichigo. Orihime menganggukkan kepalanya.
"Ayo Renji!" ajak ku sambil menarik lengan Renji.
"Mau kemana?" tanya Renji.
"Beli bahan-bahan untuk membuat kue lah!" jawabku.
"Tapi konsepnya kan belum jadi" Ichigo mengingatkan.
"Iya betul juga" aku kembali duduk dan melepaskan tanganku dari lengan Renji.
"Orihime apa kamu punya ide?" tanya Renji.
"Uhm...tidak ada" jawab Orihime.
Konsep apa ya? Untuk ulang tahun sekolah, yang cocok untuk ulang tahun sekolah. Apa yang biasanya ditunggu anak-anak setiap tahun ya? Natal? Uhm...sepertinya sudah biasa, Cinta? Huek! Terlalu lembek! Uhm..ayolah! pikirkan! Eh! Oh iya! Liburan Musim Panas!
"Liburan Musim Panas!" usulku penuh antusias.
"Maksudmu?" Renji tidak mengerti.
"Liburan musim panas! Ya! Pada saat siang hari makan macam-macam buah yang menyegarkan"
"Iya! Itu sangat indah!" puji Orihime.
"Konsep sudah didapatkan! Sekarang kita lakukan tugas masing-masing" aku langsung menarik lengan Renji dan pergi ke tempat berbelanja.
"Eh ada yang kurang tidak?" tanya Renji.
"Apa? Sebentar..." aku meletakan semua bahan-bahan untuk membuat kue di bangku taman yang sedang kami duduki.
"Sepertinya ada yang kurang...tapi apa?" Renji mulai mengingat-ingat.
"Tepung, gula, susu bubuk...ini, itu,...apa ya?" aku juga berusaha mengingat.
"Oh! Ovalet!" akhirnya Renji teringat.
"Benarkah?" aku mulai meneliti lagi bahan-bahan yang sudah kami beli.
"Ye! Gak percaya amat!" Renji tidak terima karena kuragukan.
"O...iya benar, ya sudah sini aku yang beli saja. Lagi pula tempatnya tidak terlalu jauh dari sini" kataku sambil membereskan bahan-bahan yang tadi dikeluarkan dari tempatnya.
"Ya sudah, cepat sana! ini sudah hampir sore" Renji mengingatkan.
"Oke! Tunggu ya!" aku langsung berlari menuju tempat kami berbelanja tadi.
"Hati-hati!" teriak Renji dari kejauhan.
Akhirnya sampai juga! Capek juga ya! Berlari dari taman itu sampai ke sini! Eh! Tadi tempat bahan-bahan untuk membuat kue ada di mana ya?...oh iya! Dekat rak buah-buahan. Aku langsung pergi ke tempat bahan-bahan untuk membuat kue.
ovalet ya? Ovalet...ovalet...nah ini! Ketemu! Ha! Kenapa bisa ada di rak paling atas! Sial! Badanku tidak sampe! Mana sih penjaganya? Bukannya biasa berkeliaran di setiap rak? Uh! Kurang ajar! Aku terus mencoba meraih ovalet yang terletak paling pinggir, tapi tetap saja tidak bisa! Hanya bisa menyentuhnya dan malah semakin bergeser menjauh dari pinggir ovalet itu! Uh! Masalah!
"Kenapa tidak minta bantuan orang lain?" seseorang mengambilkan ovalet yang sulit aku ambil tadi.
"Eh?" tidak! Ini mungkin hanya mimpi! Apa benar ini dia!
"Nih!" orang itu memberikan ovalet itu.
"Ichigo?" aku tidak percaya kalu ini memang benar-benar dia!
"Kenapa?" Ichigo menautkan kedua alisnya.
"Ah! Tidak! Ehm...kamu sedang apa di sini?" tanyaku mengalihkan suasana.
"membeli buah-buahan yang Renji suruh tadi" jawab Ichigo.
"Owh...apa sudah dapat semua?" tanyaku.
"Sudah, ini aku mau ke kasir. Eh...Renji mana?" Ichigo terlihat mencari-cari sosok Renji di sekitarku.
"Dia ada di taman, sedang menungguku membeli ovalet" aku tidak bisa percaya! Aku berbicara padanya!
"Owh...sudah semua bahan-bahan untuk membuat kuenya?"
"Sudah semua, eh aku duluan ya kasihan Renji menungguku kelamaan." Aku langsung pergi ke kasir utuk membayar ovalet yang sudah ku ambil.
"Ya" kata Ichigo sambil tersenyum.
Dia tersenyum padaku! Sungguh indah senyumannya itu! Seperti musim panas yang cerah! Ingin terus menatapnya seperti itu terus-menerus, tapi kenapa dari tadi saat kami berbicara dia tidak memanggil namaku? Agak kecewa juga dia tidak memanggil namaku...
"Renji!" aku memanggil Renji dari kejauhan. Renji menoleh dan melambaikan tangannya.
"Sudah?" tanya Renji.
"Sudah, ayo pulang" ajakku langsung.
"Pulang dari tempat belanja tadi, kenapa kamu senyum-senyum terus?" Renji menyadari perasaanku saat ini.
"Kau tahu? Tadi aku bertemu dengannya dan berbicara dengannya" aku masih saja ternsenyum saat mengatakan itu.
"Wah satu kemajuan lagi nih!" Renji tersenyum menggodaku.
"Mungkin" jawabku singkat, masih dengan senyum yang menyertai perkataanku.
^^^To Be Continue^^^
! *sterzzzzzzzzzz*
Fanfic ancur ku! Terlalu OOC! Sinetron abis dah ni fanfic! Oh iya sebenernya ini fanfic friendship, tapi kok keliahatannya kayak pairing baru ya? GrimmRuki! Tidak ini tidak boleh terjadi! Grimmjow hanya untuk Ulquiorra!*penganut aliran GrimmUlqui* saya adalah penganut setia straight IchiRuki! Yeyeyeyeyeye!*labil*. Cerita akan saya lanjutkan jika ada yang mereview walaupun hanya satu orang!
REVIEW! REVIEW! REVIEW!
Saya tidak tau flame itu apa tapi apa boleh saya tau apa itu flame? SEKALI LAGI SAYA MOHON!
REVIEW! REVIEW! REVIEW!
REVIEW! REVIEW!
REVIEW! *ditampol karena teriak-teriak gaje pake TOA" (*0*)/
