Your Eyes

.

.

.

Disclaimer: Kyuhyun and Sungmin belong to each other. The storyline is mine.

Be a smart readers pls, didn't spend ur time for bashing my story.

Thanks.

.

Rate: T

.

Cast: Kyumin.

.

Lenght: MultiChap

.

Summary: Sungmin yang memulai hidup barunya, tidak sengaja bertemu dengan Kyuhyun—lelaki dengan sejuta keburukan. Bagaimana jika kehidupan Sungmin yang baru dipenuhi dengan Kyuhyun dan Kyuhyun. Sampai pada akhirnya Sungmin tahu sesuatu hal, alasan Kyuhyun masuk dalam hidupnya selama ini.

.

.

©Baby's Kyumin

.

Chapter 1 : FIRST DAY

.

Di awal musim semi seperti ini, seharusnya akan menjadi hari yang indah bagi semua orang. Namun apakah hal itu juga berlaku untuk dirinya? Sungmin. Sungmin Lee.

Namja manis itu mempunyai tekad kuat dengan hari barunya kali ini. Dengan menenteng ransel favoritnya —yang berwarna pink, Sungmin berjalan menyusuri jalan menuju sekolah barunya. Senyum manisnya terus merekah, bibirnya senantiasa mengembang, membuat semua orang akan jatuh hati kala melihatnya. Kemarin, Sungmin mendapat kabar bahwa ia memperoleh beasiswa dari salah satu sekolah elit di negaranya—tempat dimana ia tinggal. Tentu ia tidak akan membuang kesempatan emas tersebut, baginya ini adalah kesempatan yang sangat bagus untuk melanjutkan pendidikannya yang sempat terhenti karena masalah biaya. Sungmin adalah seorang yang hidup sebatang kara sejak kecil, ia berusaha bertahan hidup seorang diri di tengah kerasnya dunia seperti sekarang ini. Mengapa? Karena dia memang sendirian. Ia sendiri tidak tahu dimana kedua orang tuanya berada, karena Sungmin dibuang. Pahit memang memiliki takdir yang demikian, namun seperti itulah kenyataannya. Bukankah kita tidak bisa mengingkari kenyataan? begitulah pikirnya. Tidak mungkin dirinya terus larut dalam garis hidupnya yang begitu berat, ia bangkit demi dirinya sendiri karena ia sangat yakin, bahwa suatu saat nanti ia akan bahagia. Hidup bahagia bersama orang yang ia cintai. Sungmin ingin mengubur dalam dalam masa kelamnya tersebut, ia ingin hari baru ini menjadi sesuatu yang baru bagi dirinya, menjadi lebih indah dari sebelumnya.

Tidak terasa Sungmin sudah berada di ambang gerbang sekolahnya. Ia berjalan ringan kemudian berhenti sejenak, melihat bagaimana gedung yang berdiri kokoh di depannya tersebut adalah sekolahnya sekarang. Senyum Sungmin semakin melebar, ia melangkahkan kembali kakinya menuju kantor guru. Ia ingin menemui guru yang menghubunginya kemarin, karena begitulah perintahnya saat Sungmin sudah sampai di sekolah. Sebelum ia berhasil melangkah jauh ia mendengar sebuah bel mobil yang nyaris membuatnya sakit jantung.

Sungmin menyingkir sedikit, memberi ruang mobil Limousine tersebut agar menyalip dirinya. Kening Sungmin sedikit mengerut saat kaca jendela mobil itu perlahan turun.

"Pakai matamu untuk berjalan, bodoh!" umpat namja berwajah stoic yang memegang kemudi mobil mewah di sampingnya tersebut. Sungmin sedikit mendekat agar dapat melihat wajah arogan itu, lalu menatapnya tajam tepat di manik matanya.

"Kau bilang aku bodoh? Maaf…" ucap Sungmin begitu tenang.

"Sebaiknya kau berfikir dua kali sebelum mengatakan hal itu, atau kau perlu meminjam cermin besar padaku?" desis Sungmin mengintimidasi namja di depannya tersebut.

"Agar kau bisa melihat wajah…" Sungmin menggeram kesal saat ia melihat mobil tersebut sudah melesat meninggalkan dirinya yang belum selesai dengan kalimatnya. Ia menghela nafasnya lalu kembali melanjutkan langkahnya ke ruang guru.

Tanpa Sungmin sadari, namja angkuh tadi menyeringai di balik kaca mobilnya.

.

Your Eyes

.

Tinggal satu belokan maka Sungmin sudah sampai di ruang guru. Matanya menyipit melihat namja yang tidak begitu asing baginya, sedang berjalan ke arahnya dengan dua orang berada di sampingnya.

"Permisi, aku mau lewat." Sungmin mendorong tubuh namja tersebut agar dia atau mereka tidak menghalangi jalannya. Merasa tidak mendapat jawaban, Sungmin sedikit kesal lalu memutar kedua matanya jengah.

"Apa mau kalian? Aku harus pergi sekarang." suara datar Sungmin menggema di lorong tersebut. Seolah waktu hanya terfokus pada mereka.

"Kau anak baru!" Sungmin menoleh pada namja yang berdiri di depan kirinya.

"Kau akan mendapat masalah jika kau tidak menjaga mulut besar mu." namja itu memperingatkan Sungmin.

"Kenapa aku harus?" tanya Sungmin tidak mengerti.

"Karena kau akan berurusan denganku." suaranya terkesan dingin bagi Sungmin, namun ia tidak merasa takut sedikitpun. Ia kesal dengan sikap namja sombong itu, namja yang tadi hampir menabraknya dan dia juga sudah bersikap tidak sopan padanya. Mengapa ia harus? Tidak ada jawaban logis yang membuatnya patuh pada mereka. Sungmin mengamati namja yang berdiri tepat di depannya tersebut, wajah tirus tersebut sedang mengarah padanya, rambutnya ikal dengan warna coklat caramel, dan sepasang mata hazelnya tengah menatap dirinya. Ia berdiri dengan tegak dan dagunya terangkat, memperjelas keangkuhan namja tersebut. Tanpa sadar Sungmin menghela nafasnya, "Aku tidak peduli."

"Aku tidak mengenal kalian, jadi biarkan aku pergi." Sungmin melewati mereka dengan mudah.

"Mengapa kau membiarkannya pergi?" tanya namja berambut brunette tersebut. "Mengapa aku harus menahannya?" ia merengut mendengar jawaban dari temannya itu. Padahal tadi temannya itu sudah menyusun rencana panjang untuk kelinci manisnya, tetapi sekarang dia justru melepas namja itu begitu saja. Ia menoleh saat merasa bahunya ditepuk pelan. "Aku mengerti hyung, dia memang begitu." Donghae—namja yang berambut brunette tersebut tersenyum samar melihat temannya berjalan menjauh. Semoga saja dia tidak mengamuk hari ini. Ia menoleh ke arah Changmin yang masih berdiri di sampingnya. "Seharusnya aku berteman dengan manusia normal." ucapnya sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Donghae menatap kesal Changmin, dia tidak berbeda dengan temannya yang sudah berlalu tadi—Cho Kyuhyun. Padahal Donghae bermaksud menyindirnya dan Kyuhyun, namun apa yang ia dapatkan? Tentu saja, bukankah aku berteman dengan manusia yang tidak normal. Begitulah kiranya isi dumalan Donghae akibat ia berteman dengan manusia yang tidak normal—bahkan dua sekaligus. Ia tak habis pikir, kenapa dua temannya itu sering mengacuhkannya. Sering menutup mulutnya. Mengucapkan kalimat dengan begitu singkat. Membalas pertanyaannya dengan pertanyaan. Atau apalah itu, sehingga membuat Donghae sering mengutuk mereka dalam hati. Donghae hampir frustasi memikirkan mereka, jika saja mereka tidak temannya.

.

Your Eyes

.

Sungmin masih berdiri di tempatnya, ia sedikit gugup masuk ke dalam kelasnya. Seongsanim sudah menyuruhnya untuk masuk, terpaksa ia melangkahkan kakinya ke ruang persegi panjang tersebut.

"Perkenalkan dirimu, Mr. Lee." suara seongsanim membuyarkan lamunannya.

Sungmin membungkukkan badannya sejenak lalu mulai memeperkenalkan dirinya. Seketika moodnya memburuk saat ekor matanya menangkap seseorang yang tengah menatapnya datar, tepat di hadapannya pada barisan paling belakang. Sungmin tidak mengerti dengan tatapan yang sulit diartikan tersebut, dan ia tidak ambil pusing untuk memikirkannya, berusaha mengabaikannya.

"Silahkan duduk." Matanya menangkap namja tersebut sedang mendorong teman sebelahnya agar menjauh. Terpaksa Sungmin melangkah mendekat pada sosok dengan tatapan angkuhnya itu.

"C'mon man." sahut Kyuhyun dengan aksen Englishnya saat Sungmin hanya diam di tempatnya. Terdengar helaan nafas dari bibir mungil Sungmin, dan kemudian ia duduk di sebelah Kyuhyun. Dengan terpaksa.

"Welcome in your life, man." Sungmin menoleh pada Kyuhyun yang seolah memperhatikan materi dari seongsanim. Ia ingin bertanya namun saat Kyuhyun tiba- tiba menoleh, ia buyar. Dengan sekejap ia mengalihkan pandangannya ke Mrs. Jung yang tengah menulis di white board, dan melupakan niatnya untuk bertanya.

Pelajaran terakhir sudah selesai, dengan buru-buru Sungmin memasukkan semua bukunya ke dalam tas kemudian ke luar dari kelas. Ia menoleh saat merasa lengannya ditahan.

"Apa?" Sungmin menatap Kyuhyun penuh tanya.

"Kemana?" Ia bersumpah ingin menyumpal mulut namja tersebut sekarang.

"Pulang." jawab Sungmin cepat sambil melepaskan tangan Kyuhyun dari lengannya. Melihat dia hanya diam, Sungmin memutuskan untuk segera meninggalkan kelas yang sudah sepi.

"Bodoh."

.

Your eyes

.

"Kau baru datang?"

"Iya, ada urusan di sekolah." Sungmin menjawab pertanyaan Ryeowook—teman seprofesinya yang sudah selesai mengganti pakaiannya dengan seragam pelayan. Sungmin mengambil pekerjaan part time di sebuah cafe sebagai pelayan di sana. Makanya ia begitu buru-buru pulang saat selesai dari sekolahnya tadi, ia tidak ingin kepergok datang terlambat seperti dua hari kemarin. Walaupun part time Sungmin sangat membutuhkan pekerjaan ini untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bukankah dia harus mandiri kalau masih ingin bertahan hidup di tengah kota besar seperti Seoul ini. Dia tidak boleh membuang waktunya untuk hal yang tidak berguna, karena waktu adalah emas. Begitu ia menyiakannya maka ia akan mempersulit hidupnya sendiri. Semua perlu perjuangan, begitu juga dengan kebahagiaan. Bagaimana dia bisa bahagia kalau ia tidak mencari kebahagiaannya sendiri. Tidak mungkin kebahagiaan akan muncul dengan sendirinya, bahkan itu terdengar sangat tidak logis.

"Sungmin, tolong hampiri meja 15." teriakan Ryeowook membuyarkan lamunannya. Ia sedikit tersenyum melihat Ryeowook yang kewalahan dengan pelanggan yang datang. Sungmin menuruti perintah Ryeowook untuk melayani meja 15, namun …. Please, jangan sekarang.

.

Your Eyes

.

Sungmin menghempaskan dirinya di kasur, sesekali menghela nafasnya yang entah sudah ke berapa kali.

"Bodoh!" Ia terus mengutuk dirinya sendiri sejak kejadian yang membuat moodnya rusak.

"Sial. Sangat sial!" Sungmin menenggelamkan wajahnya pada bantal, ia merasa… sangat memalukan. Atau justru dipermalukan.

"Dasar Cho terkutuk!" geram Sungmin mengingat betapa namja itu tersenyum puas padanya. Seharusnya ia meminta Ryeowook untuk menggantikan dirinya tadi, sehingga ia tidak perlu menghampiri Cho terkutuk itu. Karena apa?

Saat ia menghampiri meja Kyuhyun tadi, namja itu sudah menyeringai melihat dirinya, padahal Sungmin sudah memakai masker agar tidak dikenali oleh Kyuhyun. Namun…

"Senang bertemu denganmu disini, no-na-Lee" dengan seringaian andalannya Kyuhyun menatap Sungmin.

"Kau bilang apa? Matamu buta? Aku ini namja. N-A-M-J-A. Jangan sekali-kali memanggilku begitu." Peringat Sungmin pada Kyuhyun.

"Sungmin, kecilkan suaramu." Bisik Ryeowook yang kebetulan sedang berada berada di meja samping Kyuhyun. Menghela nafas, pertanda Sungmin mengalah.

"Pesan apa?"

"Kenapa nada bicaramu seperti itu, nona? Bukankah…" belum sempat Kyuhyun menyelesaikan kalimatnya, Sungmin menyela.

"Sudah kubilang jangan memanggilku nona, kenapa kau tidak mendengarkanku?" Sungmin hampir saja memukul Kyuhyun jika Ryeowook tidak datang untuk menghentikannya.

"Apa yang kau lakukan, Sungmin?" Tidak menjawab pertanyaan Ryeowook, Sungmin justru pergi dari sana.

"Tolong maafkan dia tuan, dia sedang dalam mood yang benar-benar buruk. Mungkin di sekolah barunya dia mempunyai masalah." Jelas Ryeowook seraya meminta maaf atas perlakuan Sungmin.

"Baiklah tuan, anda ingin memesan apa?" Tanya Ryeowook.

"Tidak ada." Jawab Kyuhyun begitu singkat membuat Ryeowook mengira bahwa Kyuhyun marah atas perlakuan Sungmin yang tidak baik pada pelanggan.

"Aku tidak akan memesan, sebelum dia yang melayaniku sendiri."

"Sungmin?" Tanya Ryeowook meyakinkan.

"Sungmin?" Kyuhyun terlihat menyatukan keningnya—pura-pura berpikir.

"Ya, Sungmin. Nona manis tadi." Jawab Kyuhyun akhirnya.

"Err… begini tuan, eum i-itu… Sungmin, dia lelaki bukan perempuan jadi—"

"Aku tahu, tenang saja. Aku bisa mengendalikannya." Ryeowook jadi merasa tidak enak pada pelanggannya itu. Bukannya ia bermaksud mengatur Kyuhyun agar berhenti memanggil Sungmin dengan nona. Namun jika tidak begitu Sungmin bisa mengamuk di café ini dan kemungkinan dia akan diberhentikan.

"Baiklah saya akan memanggil Sungmin sebentar, permisi." Ryeowook segera mengundurkan diri dari sana lalu mencari Sungmin.

"Ya Tuhan, Sungmin. Apa yang kau lakukan pada pelanggan kita?" Tanya Ryeowook frustasi kala menemukan Sungmin.

"Dia yang memulainya."jawab Sungmin kesal.

"Tapi tidak seperti itu Sungmin. Kau bisa menahannya, bagaimana jika Yunho sanjangmin tahu? Kau bisa di pecat, Sungmin." Sungguh Ryeowook tak habis pikir mengapa Sungmin begitu ceroboh kali ini.

"Dia memintamu kesana, Min. Cepatlah sebelum dia benar-benar mengadu pada Yunho sanjangnim.

.

Your Eyes

.

"Anda ingin memesan apa, tuan?" Sungmin bertanya dengan nada yang dibuat agar terdengar manis. Melihat Sungmin sudah berada di depannya tidak menghentikan senyum puas Kyuhyun.

"Terserah kau saja, berikan makanan yang menurutmu enak." Melihat Sungmin mengangguk patuh membuat Kyuhyun tersenyum penuh kemenangan. Siapapun akan berhasil ia kendalikan, begitulah pikirnya.

.

Ketika matanya menangkap Sungmin tengah berjalan ke arahnya, Kyuhyun tersenyum yang entah apa artinya.

"Ini pesanan anda, silahkan dinikmati." ujar Sungmin berusaha mengabaikan rasa kesalnya.

"Tunggu!" suara Kyuhyun menahan Sungmin saat ia ingin berbalik.

"Apa ini sehat?" walaupun ini bukan cafe miliknya tetapi Sungmin merasa Kyuhyun sungguh keterlaluan.

"Tentu saja, kau bisa mencobanya sendiri!" jawab Sungmin kesal.

"Tidak perlu begitu, hanya memastikan." Kyuhyun tersenyum padanya, namun justru membuat Sungmin semakin muak. Merasa sudah tidak dibutuhkan Sungmin pergi tetapi lagi lagi Kyuhyun menahannya.

"Apalagi?" ia menatap lelaki tampan itu jengah.

"Kau harus menungguku selesai makan, harus ada yang bertanggung jawab kalau aku keracunan." Sungmin menghembuskan nafasnya kasar. Hanya kali ini ia akan mengalah pada Kyuhyun, lain kali ia pasti akan membalasnya.

"Aku harus melayani yang lain." bantah Sungmin.

"Kau tidak punya pilihan."

"Kenapa aku harus?"

"Karena pelanggan adalah raja. Jadi diamlah supaya ini cepat berakhir"

"Ya, kau benar" guman Sungmin pelan.

Dengan berat hati ia diam, masih berdiri di tempatnya menunggu Kyuhyun menghabiskan makanannya. Semoga atasannya tidak melihatnya seperti ini, bisa-bisa ia dipecat karena tidak bekerja justru menemani—memperhatikan— Kyuhyun makan.

Melihat Kyuhyun meletakkan sumpitnya Sungmin bernafas lega, setidaknya dia akan segera pergi dari jarak pandangnya.

"Terima kasih untuk hari ini." Kyuhyun berdiri dari tempatnya.

"Bersiaplah aku akan datang lagi."

Sungmin mematung, ingin sekali rasanya berteriak kalau ia sedang bermimpi. Ia mengerjapkan kedua matanya berkali-kali, namun ia masih dapat melihat punggung Kyuhyun yang perlahan menjauh.

"Ini mimpi buruk." gumannya

Saat Sungmin berbalik, ia tersentak melihat atasannya sudah berdiri di hadapannya dengan menatap Sungmin datar.

"Apa yang kau lakukan disini?"

"Maaf, s-sanjangnim tadi saya… habis membersihkan meja." jawab Sungmin kikuk. Melihat atasannya hanya diam, ia memohon undur diri dari sana.

"Jangan mengulanginya lagi." Sungmin mengangguk mengiyakan kemudian pergi ke belakang.

.

Mengingat kejadian siang tadi hanya akan membuat Sungmin ingin mengubur Kyuhyun hidup-hidup. Namja itu benar-benar pembawa sial baginya, apalagi tadi dia bilang akan datang lagi. Oh God… mimpi buruk yang sangat buruk. Hari pertama yang menyebalkan. Pertama kali masuk sekolah. Pertama kali ia bertemu dengan Kyuhyun. Pertama kali ia merasa sangat kesal pada Kyuhyun. Pertama kali ada temannya yang mengetahuinya bekerja part time. Pertama kali juga Kyuhyun mengerjainya saat ia bekerja. Dan pertama kalinya Sungmin… entahlah hanya Tuhan yang dapat memastikannya.

.

NEXT/DELETE?

.

A/N: Next review sebanyak mungkin. Delete tidak perlu mereview. Silahkan anda memilih sendiri.

Thanks sudah berkenan mengunjungi tulisan abstrak saya.

.

sign,

Baby's Kyumin

.

.

061214