Judul : Tak Terucap
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Pairing : SasuNaru
Warn: Yaoi, kejadian di cerita tidak berhubungan dengan sejarah
Sub-theme : Theatre in 1950s
Cerita ini hanyalah untuk kesenangan belaka, tidak dibuat untuk kebutuhan materiil
Agustus 1945
Sorak sorai menggema diseluruh pangkalan militer, merambat kejalan bagai api yang terbawa angin yang melalap ilalang. Sasuke melihat para tentara Amerika bersorak gembira, tawa mereka tidak dapat menyembunyikan sinar kepuasan atas kemenangan yang baru saja didapat.
Tubuh Sasuke merespon bahkan sebelum pikirannya mencerna informasi, tubuhnya bergerak menuju tempat yang dia harap akan menampik kabar mengerikan yang dia dengar. Dalam perjalanan, beberapa tentara memeluknya dan menawari Sasuke minum untuk merayakan kemenangan mereka dalam perang. Sasuke tersenyum dan menolaknya dengan halus, topengnya telah menutupi badai yang bergelung dalam dada Sasuke.
Langkahnya semakin cepat, hasil latihan neraka yang Sasuke jalani mulai terasa memudar. Sasuke kecil mulai muncul, Sasuke yang seorang adik yang begitu mengidolakan kakaknya, Sasuke yang begitu mendewakan sang ayah dan Sasuke yang akan merajuk dan tertidur di pangkuan sang ibunda mulai membuat topengnya retak. Kakinya terasa begitu lambat, senyumnya terasa begitu berat dan butuh seluruh pengendalian diri agar Sasuke tidak menghambur dan menghabisi siapapun yang menghalagi jalannya sekarang.
Tujuannya terihat, sebuah toko barang antik yang berdiri terpisah dari bar-bar dan toko kelontong sepanjang jalan. Tanpa mengetuk, Sasuke langsung melesat masuk, tidak menghiraukan tanda close yang terpapang di jendela. Senyum palsu Sasuke telah menghilang, digantikan muka pucat dan tegang mirip mayat hidup. Sasuke langsung melesat kebagian belakang toko, membuka pintu kayu yang menuju ruang kerja.
Bunyi pintu yang terbanting terbuka menggema ke seluruh ruangan, Sasuke disambut ruang gelap dengan lemari-lemari kayu berisi barang-barang antik dan rak-rak buku yang nenempel di dinding. Sekilas ruangan itu terlihat kosong, namun di sudut ruangan terduduk sosok yang meringkuk dan gemetar, tanpa bartanyapun Sasuke tahu, yang paling ditakutinya telah terjadi.
"Sai.."
Sosok yang tengah meringkuk itu mengangkat wajah, bereaksi pada panggilan nama yang telah lama tidak ia dengar. Wajah Sai begitu menyedihkan, matanya telah memerah dengan air mata yang terus mengalir, bibirnya telah membiru dan bergetar, dalam pandangannya Sasuke melihat kehancuran yang juga kini tengah melanda dirinya. Begitu melihat Sasuke, dia langsung merangkak cepat dan memegang lutut Sasuke.
"Mereka ada disana...mereka ada disana Sasuke" Sasuke bergeming, ujung matanya menangkap potret wanita berambut pirang dengan bayi dalam gendongan dalam gengaman Sai.
"Ayo kita pulang Sasuke. Ino..Ino... dia pasti sedang ketakutan. Inojin..me..mereka pasti ketakutan Sasuke." suara Sai tercekat isak tangisnya, pria yang Sasuke kenal selalu pandai menyembunyikan emosinya di balik senyum palsu ini sedang terpuruk didepan Sasuke.
"Sai. Jika mereka disana maka..." saura Sasuke bergetar dia takut dengan apa yang akan diucapkannya.
Isak tangis Sai berhenti, dia mengangkat pandangan hingga menatap mata hitam Sasuke. Perlahan pancaran kesedihan dan putus asa di matanya terganti dengan amarah yang mulai berkobar. Tanpa diduga Sai bangkit menerjang Sasuke, mendorong jatuh Sasuke dan mencengkram kerahnya.
"Kau bilang mereka akan aman. KAU BILANG MEREKA AKAN AMAN BERENGSEK!"
"..."
Tubuh Sasuke terasa lumpuh, bahkan dia tidak bereaksi saat Sai menyudutkannya ke lantai. Dia sedang dalam kubangan dukanya sendiri. Andai bisa, Sasuke ingin menangis meraung, namun sekarang hati Sasuke malah terasa kebas, sepertinya sebagian dari dirinya masih tidak terima, atau mungkin tidak mau menerima.
Hantaman keras di pipi kirinya, tidak dapat menyadarkan Sasuke untuk melawan ataupun bertahan. Dia hanya menerima saat pukulan bertubi-tubi dari Sai diarahkan padanya.
"KAU YANG MENYURUHKU MENGIRIM MEREKA KESANA, BANGSAT!"
Sai mirip binatang buas, dia memukul dan menendang Sasuke tanpa ragu. Darah di mulut Sasuke terasa asin memualkan, bagian dalam mulutnya telah robek karena pukulan. Dadanya terasa sesak, dan ulu hatinya sakit luar biasa, namun dia tetap diam bagai orang mati. Diterimanya setiap hantaman dan tendangan yang Sai arahkan padanya, mungkin dia akan mati. Bukannya takut, kemungkinan itu malah menenangkan Sasuke. Semua akan terasa lebih mudah jika dia mati saat ini, menyusul orang-orang yang dia tahu telah menjadi debu bersama anak dan Istri Sai.
Pandangan Sasuke mengabur, dadanya mulai terasa sesak akibat pukulan dan tendangan. Saat Sai akan melayangkan tendangan yang Sasuke harap menghentikan semuanya, Sai berhenti. Matanya memandang mata Sasuke dengan pancaran kehancuran yang identik. Tubuh Sai jatuh terduduk bagai kehilangan seluruh kekuatannya
"Mereka semua ada di Nagasaki Sasuke" bisikan Sai yang bergetar menyebut nama yang telah bertahun-tahun Sasuke tinggalkan, membuat topeng Sasuke pecah. Air mata yang dia tahan akhirnya tumpah.
Rasa sakit yang jauh melebihi sakit di tubuhnya menyerang Sasuke, mencabiknya tanpa ampun dengan duka tak terperi. Uchiha Sasuke telah gagal untuk melindungi orang-orang yang dia kasihi.
Sasuke terus memejamkan mata, berharap dia tidak akan terbangun kembali. Namun sayup-sayup sebuah suara membawa memanggil kesadaran Sasuke kembali.
Suara yang memanggil Sasuke dengan nama yang paling dia benci.
Juli 1952
"Zhang Shi...Zhang Shi bangunlah"
Panggilan dari nama yang dia benci dan guncangan di tubuhnya membuat Sasuke terlempar kembali dari mimpi yang sama. Ditepisnya tangan yang mencoba membangunkannya. Saat Sasuke membuka mata, dia disambut sepasang mata biru yang memandangnya khawatir.
"Kau gemetar, apa kau bermimpi buruk lagi?" pemuda pirang bermata biru itu tampak khawatir, dijulurkannya tangan untuk menyeka keringat dingin di dahi Sasuke. Uluran tangan itu ditepis Sasuke kembali, namun tidak tampak sakit hati di wajah pria ini karena sikapnya.
"Aku tidak apa-apa Naruto" Sasuke turun dari ranjang, tidak memperdulikan tubuhnya yang kini dalam keadaan telanjang.
Naruto memperhatikan tubuh Sasuke yang perlahan menjauh dan menghilang dibalik pintu kamar mandi. Tubuh Sasuke terbentuk sempurna, namun bukan tanpa cacat. Gurat luka banyak tertera di tubuh putih Sasuke, hidungnya sedikit bengkok bekas patah. Dan yang paling membuat Naruto terkejut dulu adalah bekas luka tembak di bahu kanan Sasuke dan bekas luka panjang di perutnya. Hingga kini, setelah tiga tahun mereka bersama, Naruto masih belum tahu apa yang menyebabkan bekas luka itu di tubuh Sasuke. Selama ini Naruto hanya diam menunggu Sasuke sendiri yang akan bercerita.
Naruto mencoba berdiri, namun terhenti saat usahanya itu membuat bagian pinggangnya terasa sakit. Menyadari keadaan tubuhnya sendiri yang telanjang, membuat wajah Naruto merah padam. Ditariknya sprei putih yang kini telah menguning karena terlalu banyak di cuci untuk menutup tubuhnya.
Naruto dapat melihat pantulan dirinya pada cermin yang terletak di pojok ruangan, leher tannya telah ternoda bercak merah beberapa bahkan hampir ungu. Bibirnya sedikit membengkak karena terlalu keras dicium, jika semua itu belum cukup, maka aroma pekat sperma yang memenuhi kamar kecil Naruto berteriak lantang tentang yang terjadi semalam.
Entah sejak kapan hubungannya dengan pria yang Naruto kenal bernama Zhang Shi ini berubah. Awal Naruto bertemu dengannya adalah tiga tahun yang lalu. Pemuda yang dia tahu berasal dari China ini menolong Naruto yang hampir dirampok. Untuk membalas jasa, Naruto memberikan tempat tinggal sementara bagi Zhang yang baru tiba di New York.
Entah bagaimana, rasa peduli Naruto pada Zhang mulai tumbuh, dia tidak bisa mengusir seorang pria yang bahkan tidak pernah menganggap Naruto teman. Saat Naruto pindah ke jalan Broadway, Naruto mengajak Zhang serta, mereka menyewa basementsebuah bar yang dibagi dua dengan gudang minuman.
Ruang yang mereka tempati sangat kecil, dimana hanya terdapat satu ruangan 5x6 meter dan kamar mandi. Tidak ada sinar matahari yang menembus kamar ini, menjadikannya terasa dingin walau di tengah musim panas dan membekukan di musim dingin, hal inilah yang membuat kamar ini sangat murah dan dapat mereka sewa.
Naruto berdiri dari ranjangnya dengan menahan nyeri, hanya untuk mendapati cairan putih yang Zhang tinggalkan mengalir diantara pahanya. Naruto mengacak rambutnya dengan kesal, masih merutuki dirinya yang mau saja ditiduri oleh seorang pria.
Naruto tahu yang mereka lakukan adalah tabu, namun sejak setahun lalu dia mendapati Zhang terbangun dengan wajah pucat dan mata bagai orang mati, dia tidak dapat menolaknya. Dia membiarkan Zhang menggunakan tubuhnya, berharap Zhang mendapat penghiburan yang mencegahnya lebih terpuruk dari lagi ke dalam neraka pribadinya.
Pintu kamar mandi terbuka menampilkan sosok Zhang masih tanpa busana dan terlihat mengkilap setelah mandi. Rambut hitamnya meneteskan air yang mengalir menuruni otot dada dan otot perut hingga ke bawah. Naruto memalingkan mukanya yang bersemu merah. Demi Tuhan Naruto bukan perjaka.
Naruto baru berani melihatnya lagi saat di dengarnya bunyi baju yang di pakai.
"Kau akan pergi?" sungguh aneh bagi Naruto melihat Zhang berangkat pada pagi hari, biasanya dia bekerja setelah hampir tengah hari dan pulang saat larut malam.
"Hn"
Jawaban Zhang membuat alis Naruto mengeryit, dia masih belum mengerti arti dari kata itu. Naruto bahkan pernah menanyakan kata itu pada orang China di Chinatown namun dijawab dengan gelengan tidak mengerti.
Dengan menggunakan celana coklat dan kemeja putih lusuh Zhang berlalu tanpa menoleh pada Naruto. Naruto hanya mengerutu dan berjalan kearah kamar mandi, dia harus membersihkan dirinya sebelum pergi bekerja.
.
.
.
Sasuke berjalan menaiki tangga yang akan membawanya kelantai satu bar. Bar ini telah sepi pengunjung setelah semalam suntuk hingar bingar dengan tawa dan makian dari pengunjung yang mabuk. Bau menyengat bir murahan hingap dihidung Sasuke, membuatnya muak.
"Zhang Shi. Kau akan pergi? Mana Naruto?" sebuah suara yang Sasuke kenali sebagai suara Jugo sang pemilik bar membuat Sasuke menoleh.
"Dia masih mandi" tanpa menjawab lebih jauh Sasuke melangkah kearah trotoar.
Lee Zhang Shi, sebuah nama yang berarti kesatria, nama yang telah melekat padanya sejak sepuluh tahun lalu, menggantikan nama Uchiha Sasuke. Hanya dua kali nama Sasuke diucapkan sejak itu, yaitu pada saat sang kakak diam-diam menemuinya sebelum misi, dan malam saat Sai memanggilnya dalam keputusasaan.
Sasuke membenci nama yang di sematkan padanya, semua kepura-puraan ini seperti terangkum dalam tiga suku kata yang Sasuke laknat.
Sebenci apapun Sasuke pada nama Lee Zhang Shi dia tidak dapat menanggalkannya. Dia tidak bisa kembali lagi menjadi Uchiha Sasuke.
Sang Uchiha Sasuke putra bungsu dari Jendral militer Jepang, telah meninggal saat berusia 14 tahun tepat seminggu setelah ia melakukan Seijin Shiki –upacara kedewasaan-dan menerima Eboshi yang menandakan kedewasaannya. Upacara pemakamannya juga telah dilakukan, dimana Sasuke sendiri melihatnya dari jarak aman. Pada hari bersalju tahun 1938 itu, Uchiha Sasuke telah meninggal dan Lee Zhang Shi mengambil nafas pertamanya.
Uchiha adalah keluarga Samurai yang telah mengabdi pada kaisar dari saat Kaisar Gemmei memerintah. Uchiha Fugaku Sang Jendral, telah memprediksi munculnya perang yang akan datang. Dia dan segelintir orang yang dipercaya membentuk pasukan yang bertugas untuk mendapatkan informasi.
Pasukan ini dilatih untuk membaur dan tahan segala tekanan serta mematikan, pelatihan yang telah membuat 70% anggotanya meregang nyawa ini telah menghasilkan pasukan paling berbahaya dan handal yang pernah Jepang miliki. Pasukan yang disebut Akatsuki ini hanya berjumlah 10 orang, tersebar keseluruh penjuru dan mengintai informasi dari musuh ataupun rekan. Dan Sasuke dikirim ke Amerika sebagai pria China yang datang untuk menggapai mimpinya. Namun sehandal apapun Sasuke, dia tidak dapat menghentikan dua buah bom atom yang meluluhlantakkan Hirosima dan Nagasaki, meninggalkan dua buah luka menganga yang memaksa Jepang untuk mengaku kalah.
Bom dan kekalahan itu juga yang membuat Sasuke benar-benar kehilangan seluruh keluarganya, menjadikannya satu-satunya hantu Uchiha yang masih terikat ke dunia.
Tujuh tahun telah berlalu sejak perang berakhir dan Jepang menyerah kalah, sisa-sisa ketegangan perang sepertinya talah mulai memudar. Pagelaran teater dan music terus di gelar, menjadikan jalan Broadway yang sedang Sasuke lewati ini ramai dikunjungi oleh orang-orang yang haus akan hiburan.
Jalan yang biasanya dipenuhi para wanita dan pria yang lalu lalang sepanjang jalan dengan baju modis dan mentereng, kini masih terlihat polos. Hanya beberapa pria mabuk dan pekerja pengantar susu yang terlihat.
Sasuke menaiki trem yang membawanya ke Battrey Park.
Sesampainya ditujuan, Sasuke langsung menuju sebuah bangku yang tersembunyi dari jalan. Sangat jarang didatangi orang kecuali gelandangan yang putus asa. Sasuke duduk pada bangku taman yang telah mulai kusam, belum berapa lama seseorang duduk disamping Sasuke.
"Ada apa? Kenapa kau menghubungiku?" tanpa menolehpun Sasuke tahu siapa orang yang disampingnya ini, orang ini adalah salah satu dari rekan Akatsuki Sasuke.
"Apa itu ucapan dari prajurit terbaik Jepang? Kau bahkan terlambat satu jam dari waktu yang ditentukan" dengus menghina bisa Sasuke rasakan dari orang disebelahnya ini.
"Jika hanya untuk membuang waktu, aku pergi."
"Orochimaru menghilang."
"..." Sasuke tergelitik, nama itu femiliar di telinga Sasuke.
Sejauh yang Sasuke tahu, Orochimaru adalah ilmuan paling jenius yang dimiliki pemerintah Jepang dari saat perang dulu. Penemuannya bagai dua bilah pedang, dapat menyelamatkan ribuan nyawa namun ada juga yang dapat menghilangkan ratusan ribu jiwa.
"Dia kehilangan kekasihnya saat bom atom kedua menghantam Nagasaki, dia menggila sejak hari itu. Pemerintah melarangnya melakukan penelitian dan menahannya karena obsesi gilanya untuk balas dendam telah di luar kendali. Dia membunuh 135 orang dalam pelariannya Zhang. Parahnya kami tidak tahu bagaimana dia melakukannya. Seminggu yang lalu ada info yang mengatakan dia naik kapal yang menuju ke sini dari Shanghai."
"Jika kau tahu dia menuju ke sini, kanapa kau tidak menunggunya dan langsung membekuknya?" jujur Sasuke tidak peduli dengan Orochimaru ataupun obsesinya.
"Kau kira kalau aku menemukannya aku akan minta tolong padamu? Hanya aku yang tahu keberadaanmu Zhang, orang yang mengetahui tentang Akatsuki telah mati semua. Hanya karena yang terjadi padamulah aku tidak menyeretmu kembali ke Jepang setelah perang usai, jadi tidak bisakah kau membantuku kali ini saja? Hanya kau yang bisa ku percaya di tanah asing ini." terdengar nada frustasi dalam suara orang itu. Dia tidak bisa bersikap tenang terlalu lama mengingat bancana apa yang bisa dibawa Orocimaru pada mereka.
"Kalau kau sudah selesai, aku pergi"
Sasuke tidak perduli.
"Akan ada perang lagi!" kata-kata itu menghentikan Sasuke yang beranjak pergi, dia menoleh pada rekannya yang kini menatapnya.
"Kau tahu negara kita masih belum sembuh Sasuke. Hubungan Jepang dan Amerika masihlah tegang walau perang telah berakhir 7 tahun yang lalu. Kau kira apa yang akan terjadi jika Orochimaru membantai ribuan nyawa di tanah mereka? Mereka meluluhlantakkan Hirosima dan Nagasaki sebagai akibat penyerangan kita ke Pearl Habor. Bayangkan apa yang akan mereka lakukan jika Orocimaru menikam Jantung New York mereka.
Jika memang kau tidak bisa melakukannya karena negaramu, lakukan demi nama Uchiha. Jendral Fugaku tidak akan membiarkan apapun menghancurkan Jepang-
Uchiha Sasuke"
"..."
Sekali lagi, nama itu disebutkan.
Naruto adalah seorang pekerja keras dan pantang menyerah, lahir dari keluarga pemilik peternakan kecil membuat Naruto telah terbiasa bekerja. Masa kecilnya dilewati diantara sapi-sapi yang harus digembala dan bonggol-bonggol jagung yang harus dipanen. Naruto tumbuh dalam keluarga besar dengan dua orang kakak dan tiga orang adik. Tidak pernah dia memikirkan soal impian ataupun pekerjaan selain membantu keluarganya di peternakan mereka.
Impian Naruto datang terlambat, dia baru menemukannya saat usianya telah menganjak 17 tahun. Lima tahun lalu kakak sulungnya membawa Naruto ke New York yang langsung membuat Naruto terkesima. Malam ketiga mereka di New York, sang kakak mengajak Naruto kesebuah teater yang berada di Brodway. Naruto mengingat bagaimana dirinya terpana melihat para pemain menari, menyanyi dan berlakon dibawah sorotan lampu. Saat itu juga Naruto menemukan impiannya, dia ingin berdiri dibawah sorotan lampu yang sama.
Keputusan Naruto langsung ditentang kedua orang tuanya, termasuk seluruh saudaranya. Mereka menganggap impian Naruto adalah hal yang gila, namun tekad Naruto tidak tergoyahkan. Setelah dua tahun pertengkaran hebat dan ancaman pengusiran, Naruto memilih keluar. Dengan uang tabungan seadanya yang telah dikumpulkan selama dua tahun dia kembali ke New York
Tempat Broadway berada.
Naruto berdiri di depan Sky Light Teater, teater yang sama tempat Naruto mulai merajut mimpi. Lamunan Naruto terhenti saat tamparan mengenai belakang kepalanya.
"Apa yang kalau lakukan bodoh, cepat masuk".
"Sialan kau Dei," dengan umpatan, Naruto memasuki teater impiannya.
Pagi hari hingga sore, Naruto akan menjadi petugas kebersihan gedung teater ini. Dulu sebelum bekerja sebagai petugas kebersihan, Naruto melakukan kerja serabutan dan beresiko tinggi. Dengan keadaan seperti itupun, Naruto masih menyempatkan diri mencoba mengikuti audisi namun selalu gagal, hingga Deidara bersimpati dan menlongnya untuk mendapatkan pekerjaan tetap disini.
Hal ini tidak menyurutkan semangat Naruto, dia malah bersyukur mendapat kerja di tempat impiannya tumbuh, selain Naruto mendapatkan bayaran dia juga mendapat kursus gratis dengan melihat para aktris dan aktor berlatih.
Naruto sedang membersihkan bangku-bangku di depan pentas, sambil sesekali melihat kru-kru yang mulai melakukan latihan. Pementasan kali ini berjudul Anna, bercerita gadis muda lugu yang nekat pergi ke paris seorang diri, disana dia bertemu dengan seorang pria yang menaut hatinya. Namun keluarga sang pria menolak gadis itu, mereka menganggap Anna tidak sebanding dengan putra mereka yang merupakan pewaris. Sang pria yang diancam dikeluarkan dari daftar warisan, memilih meninggalkan Anna yang patah hati dan menikah dengan pilihan orang tuanya.
Anna yang hatinya telah hancur ditolong oleh seorang pria yang merupakan seorang Duke dari Inggris, akhirnya mereka jatuh cinta dan berakhir bahagia.
Naruto melihat dengan takjub, pemeran utama wanita yang sedang menyanyikan lagu tentang keinginannya untuk melihat dunia. Pemeran Anna dalam pementasan kali ini adalah Sakura, wanita berambut pinkyang memiliki suara sejernih kristal. Sakura sedang naik daun sekarang, sejak penampilannya sebagai Belle dalam lakon Beauty and The Beast, namanya kian melejit.
"Bagus sekali Sakura, kau mememerankannya dengan baik." John -sang sutradara menghentikan latihan dengan tepuk tangan dan senyum merakah, perut tambunnya bergerak naik turun mengikuti gerakannya yang bersemangat. Sepertinya dia puas dengan penampilan Sakura.
"Terima kasih John." Senyum manis Sakura membalas pujian yang diarahkan padanya.
Naruto menghela nafas saat melihat Sakura tersenyum, tidak bisa dia pungkiri dia mengidolakan Sakura selama ini.
"Baik, pemain untuk adegan perkelahian bersiap." dua orang berdiri dan naik keatas panggung.
"Mana rekan kalian yang satunya? Mana Dimitri?" sang sutradara mengkerutkan alisnya saat tidak melihat pemeran preman ketiga, dia paling tidak suka dengan pemain yang datang terlambat.
Semua pemain saling pandang, tidak tahu dimana aktor pemain pendukung itu pergi. Sang asisten sutradara membisikkan sesuatu yang tidak dapat Naruto dengar dari tempatnya berdiri.
"Kenapa kau baru memberi tahuku? Kemana aku harus mencari penggantinya saat pertunjukan hanya tinggal seminggu lagi?" suara menggelegar sang sutradara terdengar keseluruh tempat pertunjukan. Para pemain langsung terlihat gelisah. Dimitri memang pemeran pembantu yang durasi tampilnya kurang dari sepuluh menit. Namun sutradara Johnatan Smith adalah seorang perfeksionis dan temperamental. Kehilangan salah satu pemainnya seminggu sebelum pertunjukan bisa membuatnya meledak marah.
Naruto membatu dengan kain lap dan sapu ditangan, mendengar sumpah serapah yang dikeluarkan John terutama pada asistennya. Suasana gembira karena dapat memuaskan keinginan sang sutradara tadi telah setiap pemain dan kru tanpak menciut mendengar kemarahan sang sutradara.
"Bagaimana kalau diganti saja?"
Usulan itu keluar dari Deidara, aktor pemeran kekasih Anna yang akan menghianatinya. Melihat Deidara menyela kemarahan John, jantung Naruto seperti akan jatuh. Dia khawatir sang sutradara akan melimpahkan kemarahannya pada Deidara.
Peran penting ini telah berhasil Deidara dapatkan dengan susah payah, Naruto tidak ingin Deidara terkena masalah. Diam-diam Naruto mengutuki kebodohan temannya ini.
"Kau kira aku tidak tahu jika aku harus mencari ganti? Tapi kau pikir mudah? Siapa yang bisa memberiku actor yang dapat langsung menghafal lagu dan kreografinya dalam sekejap?" benar dugaan Naruto, kini kemarahan John terpusat pada Deidara.
"Na... Na..Naruto bisa." dengan nada gemetar tapi mantap, Daidara menyebut dan menunjuk Naruto.
Naruto yakin jantungnya sempat berhenti sesaat waktu Deidara menyebut namanya. Kini semua mata tertuju pada Naruto. Perlahan, John menoleh dan melihat Naruto dengan serius. Dia ingat pada Naruto sebagai pemuda yang pernah mengikuti audisinya, namun dia tolak karena Naruto begitu gugup saat itu. John tahu Naruto sering melihat latihannya, dan kemungkinan dia bisa menyesuaikan diri dengan cepat.
John sedang menimbang usulan Deidara. Penampilan Naruto tidak buruk, bahkan tanda cakar di pipinya bisa membuat tampilannya semakin garang jika ditunjang make up.
"Kau hafal bagian Dimitri?" Naruto tersentak seketika, tidak tahu harus menjawab bagaimana.
"Jawab, kau bisa atau tidak?" nada sang sutradara terdengar tidak sabar.
Naruto tahu ini adalah kesempatan emas. Dia tidak hanya hafal bagian perkelaian dan koreo Dimitri, namun juga seluruh pertunjukan. Naruto bahkan hafal setiap dialog yang dibawakan setiap pemain. Seharusnya dengan kemampuan Naruto, dia tidak perlu bersusah payah dalam audisi, namun apa daya, kegugupan Naruto waktu audisi tidak bisa dia tahan. Naruto menatap Deidara yang mengangguk memberinya semangat.
"Ya. Aku bisa" mungkin ini adalah kesempatan yang dia tunggu. Naruto tidak bisa lagi mundur.
"Naik keatas panggung" mendengar perintah sang sutradara, Naruto meletakkan sapu dan lap yang dia bawa kemudian berjalan ke arah panggung.
Jantung Naruto berdetak luar biasa saat berada atas panggung. Dia dapat melihat orang-orang yang memperhatikannya, ada yang dengan pandangan meragukan, tidak suka dan bahkan tidak peduli, hal ini semakin membuat Naruto gugup.
Rasa panik membanjiri Naruto, dia rasanya hampir pingsan. Namun saat dilihatnya Deidara, dia menguatkan tekat, dia tahu Deidara juga telah mempertaruhkan reputasinya dengan mengajukan nama Naruto. Dan saat dia mengambil posisi dan musik mulai bermain, seluruh rasa panik Naruto menguap. Dia seperti berubah di bawah sinar lampu, dia melakukan semua koreografi dengan sempurna, dan saat Naruto menyanyikan lima baris lirik lagu bagiannya, semua orang terdiam, mereka tarkejut dengan nyanyian Naruto yang walau singkat, namun menyampaikan emosi yang tepat dari seorang preman yang menggoda gadis di jalan.
Latihan berjalan mulus, Naruto dapat menyesuaikan diri dengan hebat. Saat latihan berakhir, jantung Naruto kembali berdetak kencang, dia sedang menunggu apakah dia berhasil atau gagal untuk kesekian kalinya. Kebisuan John hingga semua latihan selesai pada saat langit telah gelap, tidak membantu Naruto sama sekali. Lalu akhirnya yang telah dia tunggu-tunggu terdengar, "Jangan terlambat dalam latihan besok".
"YESSS!" Naruto mengacungkan tinjunya ke atas, bertingkah seperti telah memenangkan olimpiade tingkat dunia. Dia menari dan menyanyi setelah sang sutradara pergi, dia sedang merayakan kegembiraannya. Beberapa kru yang masih disana hanya melihat Naruto dengan geli.
"Naruto kau berhasil!" Deidara berhambur dan memeluk Naruto.
"Terima kasih Dei!"
Rasa haru membuncah di hati Naruto, walau memalukan dia bisa merasakan matanya memanas karena tangis. Akhirnya Naruto mendapatkan kesempatan pertamanya.
.
.
.
Sasuke kembali saat malam telah larut, pikirannya terganggu dengan kehadiran sosok dari masa lalunya.
Sejak 7 tahun lalu Sasuke telah menyerah, dia tidak ingin kembali ke negara ataupun menyandang nama Uchiha terakhir yang ada.
Nama Akatsuki juga tidak pernah terdengar. Nama itu menguap bersamaan dengan Harakiri ayahnya pada pagi tanggal 14 Agustus 1945. Tindakan pertanggungjawaban dan permintaan maaf terakhir pada kaisar yang harus mengaku kalah pada sekutu.
Ayahnya adalah samurai sampai akhir, dia memilih bertanggung jawab atas kekalahan yang Jepang derita. Sasuke tidak menyalahkannya, dengan meninggalnya hampir seluruh keluarga Uchiha yang ada di Hiroshima dan kekalahan Jepang, memukul telak pria yang tidak pernah menunjukkan kelemahan itu.
Dalam catatan, keluarga Uchiha telah musnah 7 tahun yang lalu. Andai dapat memilih, Sasuke ingin mengakhiri hidupnya, namun Harakiri terlalu suci untuk Sasuke. Dia kehilangan hak itu sejak dia melakukan kesalahan fatal, dia gagal mencegah bom seberat 4000 kg mencabik Hiroshima, dan menewaskan 70.000 jiwa dan ribuan lainnya menderita setelahnya. Kematian dinilai terlalu mewah bagi Sasuke.
Sasuke memasuki kamarnya yang masih gelap, sedikit terkejut karena terbersit harapan akan ada sosok berambut pirang yang menyambutnya seperti sebelum-sebelumnya.
Suara percakapan dari bar yang ada di atasnya terdengar nyaring, namun ruangan kecil berdinding kusam itu terasa sepi bagi Sasuke. Mungkin dia telah terbiasa mendengar suara lain di kamar ini. Sebuah senyum getir muncul di bibir Sasuke. Dia sedang teringat Naruto, hingga sekarang Sasuke tidak mengerti kenapa pria itu belum juga hilang dari sisi Sasuke.
Sasuke tidak dapat memberi lebel pada hubungannya dengan Naruto. Sungguh mengherankan pertemuan mereka akan bertahan selama ini.
Kini dia telah terbiasa dengan Naruto disampingnya, mendengar suaranya yang bercerita tentang impiannya dengan mata berbinar dan keyakinan penuh.
Pernah beberapa kali Sasuke mengambil langkah mundur, mencoba membuat jarak dengan Naruto, namun Naruto tidak beranjak dari posisinya tidak memaksa ataupun bertanya, membuat Sasuke kembali dengan sendirinya.
Sasuke mengeluarkan bungkusan berisi roti yang dia beli tadi siang. Belum sempat dia memakannya, pintu kamar terbuka. Dan hanya ada satu orang akan memasuki kamar ini selain dirinya.
"Zhang...!" Sasuke terkejut dan terdiam saat Naruto berhambur kearahnya.
Naruto memeluk Sasuke dengan erat, senyum tidak lepas dari bibirnya, roti yang Sasuke bawa telah tergencet tubuh mereka berdua.
Sasuke tidak tahu bagaimana harus membalas reaksi aneh Naruto ini, tangannya hampir membalas pelukan Naruto saat Naruto melepas pelukannya.
"..."
"Aku berhasil!" Naruto mengatakan itu dengan senyum cemerlang, dia sedang benar-benar bahagia sekarang.
"Kau berhasil apa?" mau tidak mau Sasuke ingin tahu penyebab Naruto bereaksi diluar kewajaran seperti ini.
"Aku mendapatkan peran," saat mengatakannya, mata Naruto sampai berkaca-kaca, dan tanpa terduga malah menangis.
"Idiot, kau mendapatkan peran tapi mengapa menangis, cepat berhenti dan hapus ingusmu."
"Aku sedang menangis bahagia berengsek." Wajah Naruto sungguh kacau, ingusnya telah mulai mengalir dan hidungnya memerah, sedangkan bibirnya tidak berhenti tersenyum lima jari. Hal ini tidak pelak membuat Sasuke tersenyum.
Naruto terdiam, tangis dan tawanya langsung berhenti. Dia terlalu kaget melihat Sasuke tersenyum. Tiga tahun Naruto bersama Sasuke, tidak sekalipun Sasuke tersenyum. Dan kini jantung Naruto berdetak lebih kencang seperti genderang perang, Naruto sampai lupa untuk bernafas.
"Berhenti menatapku begitu, Baka"Sasuke menjadi risih melihat Naruto yang memandangnya seperti orang melihat hantu, dia bahkan tidak sadar memanggil Naruto idiot dengan bahasa Jepang yang telah bertahun-tahun tidak pernah dia gunakan.
Naruto kembali menangis, namun bukan tangis karena peran yang dia dapat, dia menangis karena senyum Sasuke. Naruto terkejut dan takut. Dia terkejut karena Sasuke begitu memberikan dampak pada dirinya, dan dia takut atas perasaan yang baru dia sadari kini.
Dalam kerumitan yang melandanya sekarang, dia hanya melakukan hal yang paling dia rasa benar, dia mencium Sasuke.
Ciuman itu menuntut, merangkum segala hal yang dia rasakan.
Sejenak Sasuke terdiam karena tindakan Naruto, namun pancaran sinar mata Naruto menghilangkan niat untuk mendorong Naruto menjauh. Sasuke membawa Naruto kesudut ruangan dimana tempat tidur mereka berada. Sasuke menjatuhkan tubuh mereka dia tas kasur keras yang telah lapuk oleh usia.
Sasuke memutus ciuman mereka, dia memandang Naruto dengan cara berbeda, ada perasaan menghangat yang merambat naik di hati beku Sasuke. Perlahan Sasuke mendekatkan wajah mereka, dan dengan lembut dia mengecup ujung mata Naruto yang terasa asin oleh air mata.
Semua terjadi dengan lambat dan intens, tidak ada dari mereka yang bersuara kecuali desah lirih yang tenggelam oleh suara percakapan di bar yang ada di atas kepala mereka. Kali ini Sasuke tidak menyentuh Naruto hanya karena hatinya yang tengah melemah dan memerlukan pelampiasan. Kini dia menyentuh Naruto bagai hal yang wajar dia lakukan, semua begitu terasa tepat. Untuk pertama kalinya, malam itu mereka benar-benar bercinta.
Seperti mimpi indah yang menghilang tersentuh pagi, begitu pula dengan yang Naruto alami. Dia terbangun dengan ranjang kosong disampingnya. Naruto merasakan perih saat sadar dirinya terbangun sendiri diatas ranjang dingin. Kehangatan Sasuke seperti telah menguap terbawa mimpi.
Naruto kini paham dengan perasaannya, dan dia takut. Sepanjang pagi Naruto meringkuk bergelung seperti bayi. Untuk pertama kali dia tidak ingin pergi bekerja.
.
.
.
Sasuke berjalan dengan pikiran yang kalut, tindakannya semalam benar-benar diluar kendali. Rasa bersalah terbit di hati Sasuke, dia seharusnya pergi dari dulu dari sisi Naruto sebelum terlambat. Kini apapun yang dia lakukan hasilnya akan tetap melukai Naruto.
Sibuk dengan pikirannya sendiri membuat Sasuke tidak memperhatikan sekitar, beberapa kali dia menabrak pejalan kaki yang sedang tergesa menuju tampat kerja. Langkah Sasuke berhenti saat menabrak seorang pria yang berkemeja khaki biru di depannya. Tanpa melihat Sasuke hanya mengangguk dan mengucap maaf dengan lirih, namun suara yang menyusul kemudian membuat bulu kuduk Sasuke berdiri.
"Sasuke" Sasuke langsung mengangkat kepalanya dan menatap Sai yang balas menatapnya terkejut.
"Sai.."
bersambung...
Sebenarnya ff ini sudah tamat. Namun memang dibagi 2-3 chap karena ada tabahan yang ingin saya masukkan tapi terbentur waktu dulu. Minggu depan akan di publish lanjutanya.
