Summary: Hermione pergi berbagi tumpangan untuk liburan, ia cuma ingin pulang. Hanya saja ia tak tahu seberapa asing laki-laki yang memberinya tumpangan. (nobody goes to Hogwarts)
Ini kehidupan muggle, tapi saya lebih suka bilang; sejak entah-kapan tak ada lagi anak 11 tahun spesial pergi ke Hogwarts, saya tidak bilang di dunia-fic ini nihil sihir meski tak muncul ayun-ayunan ranting-rantingan. Selain pengecualian itu semua sama.
Jadi pemilik timeline utama dan karakter yang dikenal tetap the JKR. Me owned nothing. Inspired from Wind Chill film. Enjoy... ^^b
Duduk di keramaian, ialah gadis umuran mendekati umur 20, agak melamun, dan cantik. Rambut lebatnya berantakan namun sekarang sudah bisa ia buat stylish. Tidak ada make-up, tak ada anting-antingan hari ini, dan bibir bawahnya sedikit terkunyah karena kebiasaannya menggigiti bagian itu di saat termenung. Hermione adalah kata yang ia tulis di tiap identitas, ya, nama yang kurang biasa.
Hermione adalah tipe gadis cantik yang bisa bertahan di ultraviolet parah, atau tempat kumuh, atau penerangan buruk dalam ruangan tanpa banyak beraksi dengan peralatan wanita. Ia contoh hal sederhana yang bisa gaya.
Tetaburan bunyi-bunyi mendengung di atas kepala Hermione bergabung dengan chorus derau bunyi-bunyi yang lain: suara batuk, kertas dibalik, pulpen yang diketuk-ketuk, seseorang yang sedang menggeser kursi, dan lain sebagainya. Jadi mirip tembakan tak membunuh yang membuat situasi tidak nyaman, seperti diserbu, dan menimpa gadis yang tak bermood baik ini di saat ia juga tak merasa terpuaskan.
Lalu kemudian, sebuah suara baru membuyarkan lamunannya, berupa sebuah bunyi getaran berdenyut. Dan mata Hermione turun... Itu ponselnya, yang mulai bergeser menyamping di permukaan sampul hitam buku ujian akhirnya bagaikan serangga. Nadanya ia mendapat satu pesan masuk.
Gadis kita ini adalah satu dari dua ratus lebih murid lain yang memenuhi ruang kuliah besar bergaya auditorium. Di sekeliling Hermione merupakan wajah-wajah suram teman sekelasnya, yang menulis mirip cakar ayam supaya dapat menaklukkan waktu ujian yang hampir selesai.
Hermione yang sudah selesai dari tadi pun meraih ponsel tersebut sebelum tergelincir jatuh dari tepi meja, ia menekan tombol dan melihat ke layarnya. Membaca pesan: 'udh slesai?'
Ia menegakkan diri di kursinya, memberi anggukan kepada teman perempuannya—Ginny, si pengirim pesan—yang duduk di seberang ruangan. Dan turut mengetik balasannya; 'ya'
Ponselnya kembali bergetar. Hermione membaca pesan dari Ginny lagi; 'plg u gmn?'
Mengetik; 'naik bus', gadis itu pun mengirimkan jawabannya, dan sesaat kemudian balasan datang dengan cepat; 'sux 4 u'
Hermione memandang Ginny, tersenyum tipis sebagai ungkapan karena telah diberi tatapan bersimpati. Penyebabnya, setiap liburan panjang kuliah Hermione pasti akan pulang ke rumah orang tuanya, namun kali ini kesialan membuat ia tidak kebagian tiket penerbangan pulang. Hari natal membuat semua harus dipesan dari jauh hari, dan sayangnya ia terlambat.
Saat itu Mr. Lupin, bapak pengawas ujian, berseru, "Oke, waktunya habis! Kumpulkan hasil kalian!"
Mendadak serempak langsung tercipta erangan kolektif, mengeluh berjamaah, dan suara dari dua ratus bokong yang bergerak panik di kursi mereka. Hermione merasakan ponselnya bergetar lagi, menunduk untuk melihat pesan terakhir dari Ginny; 'knp u ga ngcek papan ride share?'
Berkat usulan itu, senyum lebih lebar secara perlahan terbit di wajah Hermione. Tepat ketika semua murid di sekelilingnya bangkit dan mulai mengemas barang, keluar. Mr. Lupin berbicara lagi, "Hasil tes akan diposkan di website Departemen Filsafat dalam dua minggu... Nikmati libur kalian dan selamat Tahun Baru."
Hermione mengumpulkan barang-barang miliknya, lalu mulai melangkah menuruni tangga ketika—"Hei!" bentak Hermione, saat ia didesak dari belakang oleh seorang murid laki-laki yang menyalip tapi menyenggol dirinya. Sambil mengumpat dalam hati, ia segera ikut menyerahkan buku ujiannya. Sesudah melambai kepada Ginny ia melangkah keluar dari aula.
Kampusnya kini hampir seperti gedung berhantu, mayoritas murid sudah pergi dalam rangka liburan. Kamar asrama telah ditinggalkan, lorong perpustakaan kosong, lab sunyi senyap, dan aula makan berubah sedikit menakutkan. Tipe rumah jutawan yang fobia dunia luar.
Hermione tergesa menyeberangi beranda lengang kampus yang dilapisi tumpukan kecil salju akibat badai pertama. Ia melewati setunggul pohon pinus yang didekorasi lampu natal saat perjalanan ke alun-alun. Ia tiba pada papan lebar tanpa pelindung yang dikover oleh kertas catatan para murid, dicetak dengan beragam ukuran dan ragam warna baik dari komputer maupun manual, mata seolah memandang pelangi kertas. Di paling atas papan itu diberi satu judul, yakni; Ride Share.
Ia meneliti seluruh penjuru papan, Fortuna berpihak karena satu yang ia butuhkan adalah yang paling terlihat, ada di tengah-tengah. Kertas itu ditarik paksa dari buku spiral, ditulis tangan dengan terburu-buru dilihat dari kerapiannya, berpesankan:
BTH TUMPANGAN KE RYEDALE 12/23?
TLP 029-2856-8943
Embusan angin mengibarkan catatan itu, yang sejurus kemudian turut membawa Hermione ikut pergi seraya menghubungi nomor yang tertera. Asal setuju ketika suara diujung mengidekan ketemuan pada jam dua.
Jam 3:15.
December 23
Hermione menyeret kopernya cepat-cepat di sepanjang tempat parkir yang sangat luas. Ini masih sore, tapi sudah cukup gelap untuk penampakan asap sodium lampu jalan. Serpihan salju berputar di bawah keremangan sorot cahaya mereka.
Hermione pun melihatnya, mobil sedikit rongsok yang akan membawa ia pulang, Oldsmobile 1988 terdiam di tengah tempat parkir. Tak rusaknya salju di tanah mengindikasikan kalau mobil itu satu-satunya kendaraan beroda cukup lama ini. Ketika cukup dekat di balik jendela nampak seorang mahasiswa prasarjana, sekitar 19 tahun (lebih muda darinya), tertidur bersandar ke setir mobil.
Dia kurus, mengenakan pakaian tak bermerk, punya komplikasi dari seseorang yang tak mendapat cukup sinar matahari. Mobilnya dipenuhi dengan semua barang dunia laki-laki ini; dimulai dari buku, CD musik di dalam plastik pak susu, dan baju-baju kotor.
Hermione mengetuk jendela di sisi si pengemudi, mencoba membangunkannya. "Bangun, hei!"
Dia tersentak sadar, mengerjap bingung menyerap arti kekosongan di tempat parkir arah depan. Hal pertama yang disampaikan Hermione pada pria yang baru dilihatnya ini adalah kesarkastikan, "Apa kau tak bisa parkir lebih jauh lagi dari pintu masuk?"
Dia menoleh. Perwujudan Hermione dengan cepat menamparnya segar, dan dia segera keluar dari mobil. Dia masih agak grogi saat mengatakan, "T-tadi penuh mobil waktuku sampai... Kupikir kita pergi lebih awal untuk menghindari badai salju."
"Jam berapa sekarang?"
"Tiga lewat seperempat."
"Aku telat satu jam. Sial. Sori," kata Hermione, melihatnya lewat bulu mata, jadi menyerupai kucing manis yang memohon sesuatu agar dituruti. Lalu menggerutu, "Kau harusnya sudah pergi tanpaku, itu yang sepertinya akan kulakukan. Ayo, cepat buka bagasinya, biar kumuat barang-barangku."
Dia menurut, masuk ke dalam mobil untuk melepas kunci bagasi, sementara Hermione berjalan ke belakang, membuka bagasi yang kapasitasnya dipenuhi dengan lebih banyak barang; antaranya pakaian-pakaian lagi, bungkusan grosir, dan macam-macam, seolah laki-laki ini sedang pindahan. Hermione memanggilnya, "Astaga, aku hanya pulang untuk natalan. Apa yang kaulakukan? Menghindari kejaran utang dan memindahkan keluargamu ke Skotlandia?"
Hermione mulai menata ulang isi bagasi, membuat ruang untuk kopernya. Ia mendengar jawaban, "Aku semacam ditendang keluar dari apartemenku. Dan tak punya waktu untuk mencari tempat baru sebelum ujian tadi."
Beberapa barang sedang dikeluarkan dari dalam mobil, lalu ditaruh Hermione di tanah salju. Si pemilik mobil kembali keluar dan spontan menawarkan, "Sini, biar kubantu-"
"Kenapa tidak kaunyalakan mesin mobil lalu hidupkan pemanasnya saja?" potong Hermione. "Aku bisa tangani ini."
Dia mengawasi Hermione menata ulang barangnya, mulai sedikit ragu, atau—takut? "Kau, er, yakin?"
Hermione mendongak dan tersenyum manis, itu bentuk lain dari jawaban yakin. "Well, apa yang kautunggu? Bukannya kau mau menghindari badai salju?"
Dia menjauhinya dengan patuh tapi agak tertatih, seolah ada barang di bagasinya yang tidak boleh ditemui orang lain—tidak gadis itu. Dia menghidupkan mesin, menyalakan pemanas sedangkan Hermione yang berhasil menyumpel kopernya, dengan cepat menjejal segalanya kembali masuk dan membanting bagasinya menutup.
Sedikit tersenyum atas hasil kerjanya yang sulit dipercaya bisa muat, Hermione selanjutnya setengah berlari memutari mobil ke sisi penumpang dan menarik handel pintunya, namun—pintunya macet. Sekarang gilirannya yang terlihat tak sabar, ia menghentak handel itu berkali-kali, namum percuma, hingga orang di dalam mobil meraih pintu itu dan membukanya dari dalam.
"Urgh," Hermione menggeram, karena pintu sialan itu menabrak badannya waktu berhasil terbuka.
"Sori, pintunya sudah tua. Cuma terbuka dari dalam."
Hermione memutar mata, memanjat masuk. Saat ia sudah duduk dan menutup pintu, ia berusaha membuat jendela miliknya untuk tertutup rapat. Akan tetapi, jendelanya juga tersangkut, menyisakan sela setengah inci di atas. Ia mendelik pada si pemilik mobil, meminta solusi.
"Itu sudah paling tinggi. Sori." akunya menyesal.
Hermione memutar matanya sekali lagi, memutuskan diam soal kekurangan yang dimiliki mobil ini untuk setidaknya membuat dia berhenti berkata 'sori'. Seperti tak pernah menghentikan hubungan teleponnya Hermione kembali berbicara menyambung percakapannya dengan Ginny.
Si pengemudi memasukkan gigi gir dan mereka berdua berangkat ke perjalanan lima jam di dalam Oldsmobile yang merupakan bagian awal rencana si pemilik mobil. Ketika mereka mengemudi pergi, di belakang mobil ada sebuah bungkusan grosir yang sebelum berangkat habis diturunkan usaha pembongkaran Hermione tengah menampilkan diri kalau mereka ketinggalan di tempat parkir bersalju.
Tapi itu kesalahan bermasalah yang lain, kini si pengemudi sedang menunggu menuju tidak sabar sampai Hermione mengakhiri obrolan di ponsel terkutuk itu agar dia—si pengemudi—mengenalkan diri, sebagai bagian dari langkah awal, kalau namanya adalah Harry.
...
Sori untuk keOOCan, tapi semua orang berubah, gampang mengubah sifat tanpa perlu menjelaskan. Yang penting dapat dibedakan baik-buruknya.
Terima kasih sudah mampir membaca, saya berani bilang, itu sudah cukup. Ada tak ada review ini akan komplet, karena para orang yang membuat dunia ini lebih buruk takkan berhenti. See ya soon. d^^b
