Kembalinya Sasuke melengkapi absen dari Tim 7. Tapi, juga menimbulkan masalah lain di Konoha.
Warning! Typo(s), plot gaje, minim diksi, bikin ngantuk, bosenin.
-The Real Fate-
.
.
By : Ainesuna-hime
.
.
Naruto © Masashi Kishimoto
.
Chapter 1 : Pertarungan Madara
Serangan demi serangan memamatikan kerap diluncurkan oleh Uchiha Madara. Ia berani dan rela membunuh siapa pun demi terlaksanakan keinginannya yaitu, membuat full moon sharingan.
"Kalian lemah, cinta membuat kalian lemah!" serunya diiringi devil laugh khas shinobi bertopeng jingga itu.
"Diam kau!" seru lawan tikainya, Uchiha Sasuke. Mereka memang masih satu clan. Keluarga yang bernasib malang setelah terjadinya pembantaian besar-besaran oleh Uchiha Itachi, kakak Sasuke. "kau tidak pernah dan bahkan tidak akan pernah merasakan cinta!" lanjutnya menggebu-gebu.
Partner tikai pemuda berambut raven itu tersenyum tipis kearahnya, "Orang seperti Uchiha Madara memang tak akan pernah merasakan cinta. Karena cin—"
"Kau juga diam rubah pirang!" potong Madara. "Tau apa kalian tentang 'cinta'?"
"Seharusnya aku yang bertanya, tau apa kau tentang 'cinta'?" bela Sasuke kepada partner 'rubah pirang'-nya, Uzumaki Naruto. "Kau sendiri tak pernah merasakannya!"
Karena Madara menggunakan Tsukuyomi dari sebelah matanya, di sekitar area pertarungan itu tak ada lagi orang selain mereka bertiga. Satu lawan dua. Hanya saja yang satu sudah terlalu banyak dosa untuk hidup, dan yang lainnya lagi memiliki rasa cinta dan semangat membara muncul dalam hatinya—terutama pada Sasuke yang baru saja merasakan apa arti cintanya.
"Katakan, kapan kau terakhir merasakan 'cinta' hm, Sasuke?" seringai pria dibalik topengnya menandakan kelicikan dan keganasan profil diri yang sesungguhnya.
Tak ada respon dari kedua lawannya, Madara melanjutkan ceramahnya.
"Oh, Uchiha Sasuke malu mengatakannya, pemirsa. Bukankah baru saja? Dengan serigala pembuat masalah sampingmu itu? Atau kakek-kakek berambut silver yang kemarin berhasih kubunuh? Atau dengan..." seringai yang sejenak meninggalkan kedua bibir Madara muncul kembali—memperlihatkan deretan gigi gerahamnya yang rapi, "dengan Sakura?"
Sasuke tambah marah setelah Madara menyebut nama kekasihnya, "Jangan libatkan Sakura!"
"Sudah kuduga, kau pasti mencemaskannya, kan?" ia berlagak kasihan dengan Sasuke. "Owoh, aku lupa! Dia kan pacarmu."
"Hentikan omong kosongmu itu, Madara!" seru Naruto di samping Sasuke. Merasa di kacangi, Naruto angkat bicara. "Jangan ngelantur! Kita ini bertarung."
Madara memincingkan salah satu matanya kearah suara, Naruto. Untung saja dia tidak sedang menggunakan mangekyo. Kalau iya, Naruto pasti dalam keadaan yang mengenaskan sekarang—mengingat mangekyo adalah salah satu teknik mata terbaik di dunia shinobi.
"Aku hampir lupa, anak pintar. Temanmu ini sekarang banyak bicara, ya?" dia melirik kearah Sasuke dan Naruto secara bergantian.
Dengan sharingan-nya, Sasuke dapat melihat permainan lawannya secara cepat dan mudah—walaupun kemampuannya untuk lawan satu ini sering tak berguna. Setidaknya tau apa yang akan dilakukan Madara 3 detik setelah ini.
Sasuke membaca gerakan tangan Madara, sepertinya hendak menyerang. Bingo Sasuke! Sebelum Madara mendaratkan serangan di dadanya, Sasuke terlebih dahulu menyerangnya dengan Chidori Nagashi andalannya saat melawan Danzo.
Sia-sia. Nagashi milik Sasuke tak dapat mengenai satu pun bagian tubuh Madara, tapi Sasuke berhasil menghindari serangan lawannya.
Bukan hal aneh, tubuh Madara terasa sebegitu nyatanya. Padahal jika diberi serangan—bertubi-tubi pun tak ada yang mengenainya walau sasarannya telah akurat sekalipun. Seketika tubuhnya seperti halnya dengan kabut. Mudah—sangat mudah ditembus.
Jurus itulah yang membuat Minato Namikaze, ayah Naruto, sekaligus Yondaime Hokage Konoha kalah atas Madara. Beliau hanya bisa menghindar dari setiap serangannya. Bahkan kali ini, jurusnya semakin kuat.
Memang sejak dari tadi pasangan pemuda berumur 18 tahun itu dibuat bingung dengan strateginya.
Bagaimana caranya membunuh Madara?, hanya kalimat itu yang memenuhi kedua lawan pria bermata satu itu.
Tak kalah dengan Sasuke yang mulai beraksi—tapi gagal—Naruto mengikuti partner mainnya.
Naruto membuat 5 bunshin untuk mengepung Madara. Saat itu chakra-nya terlalu lemah untuk menggunakan sage mode.
2 diantaranya mengeluarkan rasenggan di telapak tangan kanan bunshin Naruto.
Naruto asli sempat melirik kepada Sasuke, mengkhawatirkannya. Sepertinya kau butuh istirahat, Sasuke, batin Naruto—yang sebenarnya Naruto sendiri juga kelelahan sekaligus kewalahan menghadapi shinobi kuat dihadapannya.
Memahami situasi, Sasuke sedikit mengalah kepadanya. Memang bukan sifat asli dari Sasuke Uchiha untuk mengalah, tapi dalam situasi dan kondisi seperti ini ia rela sedikit mengeluarkan sifat sekundernya.
Naruto berulang-ulang mengganti strategi bermainnya, berusaha untuk mencari titik lemah dari Madara, tapi hasilnya nihil. Madara terlalu kuat untuknya.
Memangnya siapa dia, eh? Cinta saja tidak mengeti. Bagaimana dia bisa mengalahkan aku?, batinnya menyemangati. Memang terdengar sedikit sombong sih, tapi ini juga demi kebaikannya sendiri. Berusaha mengumpulkan kekuatan dan keberaniannya yang sempat kabur dari cengkramannya.
Sasuke berniat mengistirahatkan sebentar otot-otot tegangnya. Dia memang bukan medic nin seperti Sakura, tapi...
Sakura... Aku berharap kau ada disini sebelum aku mati, tapi aku juga tidak ingin kau melihat kematianku. Ingin sekali aku melihat wajahmu untuk yang terakhir kalinya sebelum kututup mataku, hanya dirimu yang ingin kulihat terakhir kalinya... Hanya dirimu... , batin Sasuke ikut terpukul pada saat yang bersamaan dengan terpukulnya punggung Sasuke oleh Madara.
Seingatnya tadi, Naruto masih menjaganya. Tapi—sudahlah waktunya dia beraksi kembali.
Sasuke bangkit dari posisi tersungkurnya. Menyeringai penuh arti kearah Madara yang ada di belakangnya.
"Sudah kubilang kau lemah!" dia menggoyangkan kepalanya ke satu arah, menatap Sasuke dengan innocent seperti biasanya.
Sasuke menyeka darah dari sudut bibirnya dan menyeringai kembali. "Aku tidak lemah, baka!"
"Kau ini kenapa, Sasuke? Kulihat kau tadi melamun, apakah kau sedang memikirkan pacarmu? Dengan gadis berambut pink itu, eh? Mengenaskan." lagaknya sok perhatian dengan Sasuke.
Sasuke melirik kearah partnernya yang tergeletak tak sadarkan diri di sampinya.
Aku salah, seharusnya tadi tidak kubiarkan Naruto melawan Madara seorang diri, pikirnya saat mencoba mengalihkan pandangan mata merahnya kepada Madara.
Sepertinya sekarang Sasuke mulai peka dengan semua pembicaraan seseorang yang menyangkut nama kekasihnya, Sakura. Dia kembali menatap Madara dengan tatapan penuh kebencian. Lebih benci ketimbang saat dia memandang kakaknya—padahal, kakaknya-lah satu-satunya orang yang paling ia benci.
Apakah ini akibat cinta? Cinta yang menumbuhkannya rasa benci? Beginilah rasanya setelah sekian lama tidak merasakan cinta, kecuali saat bersama Sakura.
Cinta-lah yang membuatnya membenci Itachi, karena dalamnya cinta Sasuke kepada seluruh clannya.
Cinta-lah yang membuatnya sangat ingin melindungi teman-temannya.
Cinta-lah yang membuatnya ingin membunuh Madara demi sahabat dan kekasihnya.
Cinta ini lah yang dirindukan oleh Sasuke selama ini.
Tanpa sepengetahuan Sasuke, seluruh chakra di tubuhnya membentuk sebuah bola setengah lingkaran—mirip kaiten milik Hyuuga Neji dengan chakra biru, berbeda halnya dengan milik Sasuke yang berwarna ungu.
Chakra pelindung setengah bola itu kian membesar. Semakin besar, membuat semakin penasaran lawan main Sasuke kali ini.
"Apa yang kau lakukan, ne?" tanya Madara.
Tak ada respon sama sekali dari Sasuke.
Madara memberi jarak antara dirinya dengan setengah bola chakra milik Sasuke.
Semakin lama, semakin membesar.
Aku tidak mengerti. Sudah berjam-jam yang lalu kita bertarung, tapi chakra Sasuke masih sebesar itu? Kukira aku sudah menandasnya, Madara dalam hati bingung.
Setengah bola chakra Sasuke tadi menelan tubuh Naruto yang sedang tak sadarkan diri.
Sebaiknya, aku harus jaga jarak dengan ini lagi. Aku bisa kalah jika melawan Sasuke yang masih memiliki chakra ajaib ini, Madara segera menggeser dari posisi sebelumnya memberi jarak yang berarti bagi Madara, agar tidak terkena serangan mendadak dari Sasuke.
Madara hanya mengawasi Sasuke—lebih tepatnya hanya bola ungu Sasuke, karena sosok Sasuke sudah sedari tadi tertelan chakra-nya sendiri.
Apa? Berhenti? Chakra-nya sudah tidak membesar lagi?, Madara berpikir keras untuk hal ini.
Ingat kah kau dengan Naruto, Madara?
Kesunyian dalam diriku ini adalah penyiksaan tersendiri. Betapa tersiksanya aku tanpa seseorang.
Naruto terduduk di atas permukaan air yang lembab. Bentuknya bukan lagi Naruto 18 tahun yang sekarang, melainkan Naruto 12 tahun yang lalu.
Mengenakan baju yang biasa yang sering ia pakai di apartemennya—bukan baju ninja.
Ia tertunduk, menangis pilu diantara sunyi.
"Aku selalu seperti ini. Memangnya apa yang bisa kulakukan untuk 2 sahabatku? Sakura dan Sasuke." ia mengucapkan sekalimat-dua kalimat ditengah isakannya.
Seorang menepuk bahunya. Membuat Naruto mau tidak mau mendongakkan kepalanya.
A—aku, kembali menemui, ayah?
"Jangan bodoh Naruto! Kau memiliki cinta yang kuat dari dalam sini. Kau tidak akan pernah kesepian." ucap Minato, ayahnya sambil menunjuk kearah dadanya.
Minato berjongkok, menyamakan tinggi badannya dengan Naruto, lalu membisikkan sekalimat penuh arti bagi Naruto,
"Lawanlah Madara dengan seluruh cintamu, bukan dengan kebencianmu. Ini demi semua teman-temanmu!"
Mendengar hal itu, Naruto kembali mendongakkan kepalanya, mencari si pembisik. Tapi sayang, lagi-lagi ia hanya menemukan kegelapan disekitarnya.
Naruto kecil ini masih belum mengerti apa yang dikatakan ayahnya tadi. Tapi satu yang membuatnya cukup kaget dan shock.
"Lawanlah Madara..."
Madara?
Masih belum sadar anak itu.
"Pergilah kembali Naruto..." suara itu.
Suara tenang sahabatnya.
Sasuke?
Ia ingat dengan salah satu sahabatnya itu. Sahabat sejak akademinya. Temannya.
Apa buhungannya Madara dengan Sasuke?
Belum puas dengan clue yang diberikan mereka, Naruto angkat bicara ditengan kesunyian.
"Ada apa ini?!"
suara dentingan dari samping Naruto membuatnya mengalihkan seluruh pikirannya.
Apa dia bisa membantuku?
Naruto mendekatkan diri ke asal suara. Melangkahkan kaki curious nya menyampingi badannya.
Sebuah sangkar emas, eh?
"Hei Naruto!" suara desisan yang terdengar familier oleh Naruto.
"Ini aku, mendekatlah."
Diliputi rasa takut, penasaran dan bingung, Naruto lebih mendekatkan dirinya ke asal suara tanpa protes.
Hanya kegelapan yang bisa dilihat dari balik sangkar bersegel itu.
"Apa yang kau inginkan?" tanya Narito lirih, suaranya terdengar ketakutan karena bergetar.
Suara itu menyuruh Naruto memberikan tangannya. Mendekatkan tangannya ke tiang emas di depannya.
Tangan mungil Naruto di sapa oleh sebuah tangan rubah berwarna jingga—tanpa memperlihatkan rupanya.
Naruto mengangkat alisnya tinggi-tinggi.
"Gunakanlah separuh kekuatanku untuk menyelamatkan Sasuke. Dia sedang berjuang sekarang." Naruto masih bingung. "tenang saja, aku tidak menyuruhmu membuka segel ini." lanjutnya.
Tangan rubah itu naik ke jidat Naruto, menjentikkan jari-jarinya. Membuat Naruto mendesah kesakitan.
"Kembalilah ke sana... Pergilah... Dan pakai kekuatanku." tangan itu kembali turun ke bahunya. Membuat cahaya berwarna kuning cerah menyilaukan terlihat di sela telapak tangan dengan bahu Naruto.
Ziussss...
Sinar itu memaksa Naruto untuk memejamkan matanya.
Setelah dirasa sinar cerah itu memudar, Naruto kembali membuka kedua kelopak matanya. Beradaptasi dengan warna dari daerah disekelilingnya.
"Ungu..." itulah kata pertama yang ia ucapkan setelah sadarnya Naruto.
Merasa sesuatu yang aneh membalutnya, Naruto memaksakan dirinya untuk membuka matanya lebih lebar lagi.
Sasuke...
Sasuke berada di sampingnya, dari air mukanya, Naruto dapat memberi kesimpulan bahwa ia sedang dilanda kesakitan dalam mempertahankan sesuatu.
Ia mulai ingat clues dari orang-orang dimimpinya.
Madara?
Sasuke?
"Hhh... sudah berapa lama aku seperti ini?" ini bukan pertanyaan. Tapi sahabat yang berada di sampingnya menyahut.
"Sudah lama—sangat lama."
Tanpa ia sadari sebelumnya, beberapa chakra dari dalam tubuhnya menguar lewat pori-pori yang ia miliki.
"Gunakanlah separuh kekuatanku untuk menyelamatkan Sasuke. Dia sedang berjuang sekarang..."
Apa yang dikatakan rubah bodoh itu?, pikir Naruto dalam hati. Mengingat-ingat kejadian sebelumnya.
"Kembalilah ke sana... Pergilah... Dan pakai kekuatanku."
ia mulai mengerti apa arti semua ini. Dengan menggunakan kekuatan Kyuubi-nya dia melawan Uchiha Madara..
Memang inilah saatnya membutuhkan bantuan...
Walaupun kekuatan yang dia pakai berasal dari rubah monster dalam tubunya, tapi jiwa dan raganya masih dibawah kendali Naruto.
"Aku kembali Sasuke..." Naruto tersenyum kearah sahabat disampinya, lalu menyalurkan chakra-chakranya kepada Sasuke yang lebih dulu membuatnya.
Sehingga bola yang sepenuhnya berwarna ungu tadi bercampur dengan warna chakra milik Naruto, Jingga.
Apa yang mereka lakukan?—tunggu! Warna itu... Warna..., Madara kembali dilanda kebingungan dengan aksi kolaborasi Naruto-Sasuke.
Jduaaarrrrrr...
Setengah bola lingkaran berwarna ungu dengan jingga bersatu, membuat suara ledakan yang sungguh dahsyat.
Bahkan membuat seorang Uchiha Madara menutupi lubang telinganya dengan telapak tangan yang bebas.
Sungguh, apa yang terjadi barusan?, Madara mencoba memikirkan seseuatu yang menurutnya tak akan dan tak akan pernah mereka lakukan pada dirinya sekalipun.
Membuat kolaborasi monster
Dari sisa-sisa chakra yang mulai memudar, muncullah 2 pemuda gagah nan tampan tadi dari tempatnya berdiri—sejak sekitar 1 jam yang lalu.
Akhirnya, yang ditakutkan oleh Uchiha Madara terjawab.
Jawabannya pun tak jauh meleset seperti yang dia pikirkan sebelumnya. Kolaborasi monster.
Naruto yang bertubuh monster—layaknya seekor rubah berchakra jingga dengan 7 ekor dibalik badannya.
Dengan,
Sasuke bertubuh moster (juga) dengan warna ungu disekelilingnya.
I—ini tidak mungkin. Si Kyuubi membantu Naruto?, batin Madara.
Tak ada yang memulai percakapan diantara mereka—mengingat 1 jam lalu,pertikaian ini malah didominasi dengan adu mulut antara Madara dengan Naruto-Sasuke.
Tapi, ingat Madara. Kau membuang-buang waktumu.
Pertempuran segera dimulai...
Madara terlalu shock dengan apa yang ia lihat. 2 sosok moster jelmaan Naruto juga Sasuke. Lidahnya terlalu kelu untuk mengucapkan apapun, bahkan pekikan aneh yang sering orang-orang lontarkan saat terkejut—tak ia lakukan.
Terlalu tenang ataukah terlalu kaget, hm, Madara?
Aku pernah mengalahkannya—Sasuke—bahkan saat berubah menjadi moster seperti itu. Lapi lihat! rubah pirang itu menyalurkan chakra-nya kepada Sasuke! Bisa-bisa aku kalah kalau aku tidak menyerah, batin Madara.
Melihat gelagat Madara yang hendak menyerah, Sasuke Segera memberikan hadiah chidori kouken kepadanya.
"Mau menyerah, eh, Madara?" tanya Naruto yang entah bagaimana sekarang terlihat bukan Naruto lagi.
"Dasar pengecut! Bisanya hanya pergi!" bela Sasuke.
Seringai meremehkan Madara muncul kembali setelah sekitar 1 jam yang lalu keluyuran entah kemana.
"Kau bilang apa? Menyerah? Cih, orang sepertiku tidak akan menyerah dengan semut seperti kalian" nadanya terkesan sombong—bukankah Madara memang merencanakan untuk kabur dari pertandingan ini? "segera enyahlah dari dunia ini, aku tidak akan membutuhkanmu!"
"Memangnya, siapa disini yang harus enyah, Hm?" adu mulut kembali terulang.
"Tentu saja kalian semua—semua orang yang merasakan cinta yang kau maksud!"
"Dasar muka topeng! Kau mengungkit-ungkit lagi tentang cinta!" sahut Sasuke, "kapan kita akan bertarung jika mulutmu terus bicara?"
Sunyi kembali menerpa setiap ujung rambut kedua pihak. Raven, pinrang, dan kelam kembali diam.
"Apakah sudah saatnya aku mengeluarkan ini?" bukan pertanyaan sih sebenarnya, tapi terlihat ingin menggunakan-melakukan-dan-benda yang ia keluarkan dari jubah bermotif akatsukinya.
Naruto dan Sasuke segera mungkin memperhatikan benda misterius yang dibawa Uchiha Madara—sebuah bola kaca sebesar kepalan tangan orang dewasa dan berwarna merah.
"Apa itu?" gumam Naruto dengan sangat-sangat pelan nan lirih. Tapi bukan berarti Madara tidak mendangarnya.
Dia menyeringai penuh kepuasan melihat lawan mainnya tidak tau apa yang sedang ia bawa.
Sudah kuduga. Mereka belum mengetahui ini, batin Madara dengan tawa nakalnya dalam hati.
"Kalian tidak tau benda apa ini?"
Naruto menyiratkan rasa keingintahuannya dala mata bulat kuning cerah miliknya—bukan lagi mata shapire khas Naruto yang indah dan menenangkan, ini terkesan lebih misterius dan mengerikan sekaligus.
"Tidak untukku!" sahut Sasuke. "ternyata kau selicik itu, Madara."
"Hm? Bungsu Uchiha-ku tau ini apa?" innocent Madara kembali menerpa wajah bertopengnya. "hebat juga kau, Sasuke. Padahal kurasa kau terlalu muda untuk mengetahui rahasia ini."
Naruto menoleh kearan Sasuke—bukan, maksudnya monster yang dipercayainya bahwa makhluk itu adalah Sasuke. Rasa penasarannya membludak.
Tapi setidaknya dia mengerti. Mereka memiliki clan yang sama. Apalagi Madara tadi bilang 'rahasia'. Mungkinkan itu rahasia clan Uchiha?
Keterangan yang hanya menyebutkan bahwa: benda itu salah satu rahasia clan Uchiha, semakin bertambah setelah Naruto mendengarkan dengan kedua telingnya sendiri bahwa benda itu adalah benda terlarang.
"Tak kukira kau mencurinya dari ayahku." emosi menghiasi wajah tembok moster Sasuke. "Ayahku netral, kau harus ingat itu, Madara!" serunya tambah menggebu.
"Hey—hey! Jangan membicarakan hal ini di depan orang asing, Sasuke. Lihat partnermu, dia dari clan Uzumaki, kau ingat?" sahutnya enteng, "seharusnya kau ingat itu untuk yang pertama kalinya, Uchiha Sasuke."
"Aku tau, baka Uchiha!"
Mendengar percakapan sesama clan dengan topik rahasia ini, Naruto semakin gusar.
Tapi satu, dia memikirkan sesuatu—yang dikatakan oleh ayahnya di mimpi tadi.
"Lawanlah Madara dengan seluruh cintamu, bukan dengan kebencianmu. Ini demi semua teman-temanmu!"
Yang ia lihat sekarang ini berbeda dengan apa yang dikatakan ayahnya—wajahnya penuh dengan kebencian.
Naruto berusaha mengingatkan Sasuke dengan caranya, tapi Sasuke sama sekali tidak menggubrisya.
Sifat Sasuke sebenarnya kembali muncul...
*To Be Continued*
Haduuh, Ai niatnya bikin fict perang sama Madara, kok sekarang malah jadi ginian ya? ==a abisnya Ai bingung mau cerita apa lagi. Kayaknya Ai sedikit kebanyakan nonsensenya di chap ini. Lain kali, Ai bakalan ngungkap rahasia benda yang dibawa Madara deeh...
Maaf banget ya, perbendaharaan kata epic Ai emng dikit. Jadi yah, bisanya hanya segitu. Ai juga bingung apa sihjurus-jurusnya Madara?
Ai minta dukungannya ya?! Review-in ini. Ini sih sebenere fict petama Ai yang dibuat mati-matian, tujuannya biar bosen abis itu tidur. Karena pas buat ini, Ai nggak bisa tidurrr~
Aduhh... ai banyak omong ya?! Yaudah deh! SEAMAT LEBARAN YA SEMUA! (yang merayakan) mau mudik kemana ni? ^^~ ahh! Sudahlah. Ai permisi dulu.
Dont Forget to Review-nya ya?! Setiap review kalian berharga banget buat Ai. Ai akan updet lagi kalau sudah ada yang review!
Arigatou! ^^
