'He'd be mowing the lawn, and she would ask him questions about the flowers'
Tetangga baru Brian sedikit aneh. Ia baru pindah beberapa hari yang lalu. Brian belum pernah melihat wajahnya, hanya sepintas ketika tetangganya kedapatan mengawasinya dari lantai dua rumahnya. Setelah itu, sepertinya tetangganya itu tidak pernah keluar rumah. Yang jelas, Brian tahu tetangganya adalah perempuan, dan Ia benar-benar manusia, sama sepertinya.
Tapi kali ini, ketika Brian sedang menyirami tanaman-tanaman bunganya yang bermekaran indah, Brian melihat seorang gadis cantik membuka pagar rumah di seberangnya. Cantik, cantik sekali sampai-sampai Brian kira tanaman mawarnya akan kembung karena Ia tidak lagi fokus pada flora satu itu.
Apakah Ia gadis yang sering kedapatan mengawasinya beraktivitas? Sulit dipercaya hal yang sedikit mengerikan bagi Brian itu dilakukan oleh gadis secantik tetangganya ini.
Brian buru-buru menggeleng kala pikiran-pikiran aneh mulai menyergap otaknya. Tak sengaja, kakinya menginjak bunga-bunga matahari yang Ia petik untuk mengganti isi vasnya di ruang tamu nanti siang. Untungnya, yang terinjak hanya pangkal tangkainya, bagian yang akan Ia potong sedikit, jadi Brian bisa menghela napas lega.
Tak sampai lima sekon kemudian, Brian terlonjak kaget kembali.
"Mawarmu cantik sekali." Sebuah suara merdu menyapanya.
Brian tergagap, buru-buru mematikan keran airnya, balik menyapa Sang Tetangga yang kini hanya berbataskan pagar asoka.
"Ah, ya." Brian menggaruk tengkuknya. "Kau mau satu?"
Sejenak, Brian merutuk dalam hati, sekaligus terkesima melihat Sang Tetangga tertawa kecil. Lelaki itu hampir menyugar rambutnya, tapi akhirnya malah terlihat memalukan karena Ia baru ingat Ia masih memakai sarung tangan berlumur tanahnya. Jadilah tangan bersarung itu menggantung di udara.
"Boleh. Tapi aku akan berangkat kuliah. Mungkin lain kali." Ia tersenyum. "Omong-omong, setiap bunga punya arti, kan?"
"Ya begitulah." Brian menjilat bibirnya. Bagian menjelaskan arti bunga adalah bagian favoritnya.
"Kalau mawar merah, artinya cinta." Dwimanik Brian melirik mawar merah, kemudian mawar putih yang mekar semerbak disampingnya.
"Lalu mawar putih, ketulusan. Ketika dua warna ini dirangkai bersama, artinya adalah cinta yang kuat dan tulus." Ujar Brian. Ia menatap Si Tetangga yang masih mempertahankan senyumnya.
"Jadi, kau mau yang mana?"
Tanya Brian. Ia mengulas kurva diatas bibirnya, sadar Ia sama sekali belum tersenyum.
"Terserah." Gadis ini masih tersenyum, bahkan semakin lebar. "Kita belum berkenalan, tetangga. Siapa namamu?"
Demi melihat tangan mulus gadis ini terulur menjangkaunya, Brian membuka sarung tangannya sembari menghela napas pelan.
"Aku Kang Younghyun. Tapi panggil saja aku Brian."
Gadis itu menjabatnya erat, lagi-lagi tersenyum yang membantu matahari menghangatkan pagi itu.
"Perkenalkan, namaku Rose. Bukan Ro-che, tapi lafalkan seperti Ro-je." Manik almond Rose berkilat ramah. "Aku dari Australia."
Senyum yang semakin lebar, pagi yang semakin hangat, dan pipi yang bersemburat kemerahan, Brian tahu rangkaian bunga seperti apa yang akan diberikannya pada Rose hari ini.
