SUNNY PLACE

Author: Lynhart Lanscard

Disclaimer: Masashi Kishimoto

Inspired by: Bon Appetit by Akane Abe

Rated: T

Genre: Romance/Drama

Pairing: NaruHina

Chapter 1 : Pertemuan Kembali

"Nee Hinata, mau dengar mimpiku?"

"Apa?"

"Kalau sudah besar nanti, aku ingin menjadi koki terkenal dan nomor satu di Jepang!"

"Wah hebat! Aku akan mendukungmu Naruto-kun!"

"Dan setelah mimpiku tercapai, aku akan menikah denganmu!"

"Me-Menikah? Benarkah?"

"Sungguh, aku tidak bohong!"

"Ba-Baik, aku mau menikah dengan Naruto-kun! Janji ya!"

"Iya, aku janji!"

Uzumaki Naruto langsung tersadar dari mimpinya, mimpi masa kecilnya bersama dengan seorang gadis yang bernama Hyuga Hinata.

SUNNY PLACE

Sebagai seorang laki-laki Uzumaki Naruto hampir mempunyai segalanya, ketampanan, popularitas, kekayaan dan juga karir yang cerah. Hidupnya sebagai seorang koki kelas atas telah membuatnya memiliki 3 dari 4 hal diatas. Kalau mengenai wajah sih memang sudah dari sananya, tidak peduli apapun pekerjaanmu. Dia selalu sibuk muncul di berbagai acara televisi dan juga artikel majalah, dia bahkan mempunyai acara dan kolom sendiri di sebuah stasiun televisi dan juga majalah ternama. Para wanita yang ditemuinya hampir dipastikan langsung jatuh hati padanya, kalau tidak karena wajahnya, sudah pasti karena masakannya yang lezat itu. Dan jumlah mereka pun tidak sedikit, hampir sebanyak bintang di langit. Tak hanya wanita, beberapa orang terkenal dan hebat kadang mampir ke tempatnya hanya untuk mencicipi masakannya.

Gaji yang diterima? Jangan ditanya, dihitung saja sudah susah. Naruto sendiri pun kadang malas melihat begitu banyak angka yang tertera di akun rekeningnya. Kalau hanya sekedar gambaran, kira-kira satu bulan gajinya bisa untuk membeli 1 buah mobil sport keluaran salah satu produsen ternama. Mengenai karir, di usianya yang baru menginjak 20 tahun dia sudah dipercaya untuk menjadi seorang Executive Chef di sebuah restoran berbintang 5. Kini, setelah 5 tahun dia kembali ke kampung halamannya, Konoha, untuk membuka restoran yang dikelolanya sendiri.

Banyak wartawan dan juga para tamu penting yang menghadiri Grand Opening restoran barunya. Para wartawan terus menanyainya dengan berbagai macam pertanyaan dan juga mengambil berbagai macam gambar untuk dimuat di majalah mereka masing-masing. Tamu-tamu undangan juga datang dan memberi ucapan selamat tak lupa pujian untuk pencapaiannya ini. Walau Naruto sudah biasa menghadapi ini semua, tetap saja dia merasa lelah karena terpaksa memasang wajah ramah dan senyum sepanjang hari.

"Maaf, bisakah kami mengambil foto Anda, Chef Uzumaki?"

"Aah tentu saja," jawab Naruto sesopan mungkin.

"Eh? Shikamaru, Chouji? Kenapa kalian disini?"

"Kami jadi wartawan untuk kolom kuliner sekarang, walaupun hanya di koran lokal sih," jawab Shikamaru yang terdengar sedikit mengeluh.

"Hei, memangnya kenapa dengan kolom kuliner? Kolom kuliner itu hebat tahu! Kau bisa membuat berita tentang masakan dan membagikannya kepada orang banyak sekaligus mencicipinya!" sahut Chouji.

"Itu sih yang ada di pikiranmu, makanya kau itu ge...Ah maaf Chouji, aku hampir kelepasan."

"Wah, kalian berdua ini banyak berubah ya? Aku hampir tidak mengenali kalian tadi."

"Bodoh, yang banyak berubah itu kau tahu. Setelah 5 tahun tidak bertemu, kau sudah jadi sesukses ini. Di angkatan kita, hanya kau yang sudah jadi orang hebat, Naruto," kata Shikamaru sambil menghisap rokok filternya.

"Iya, bahkan saat reuni seluruh gadis di kelas bilang ingin menjadi istri dari Chef Uzumaki!" timpal Chouji bersemangat.

"Benarkah? Yah, aku tidak menyangka bisa sepopuler ini ternyata, haha!"

Naruto tertawa seperti orang bodoh saat mendengar pujian dari kedua temannya itu.

"Dasar, ternyata dalamnya masih sama seperti dulu. Masih saja bodoh kau ini," ejek Shikamaru.

"Apa maksudmu Shikamaru? Kau sendiri masih terlihat malas dan tidak punya niat hidup makanya kau berakhir seperti ini, haha!"

"Dasar kau ini, mentang-mentang sudah sukses!"

Ketiganya lalu terlarut dalam gelombang nostalgia yang mereka ciptakan. Mereka mulai saling bercerita mengenai saat-saat mereka masih di SMA dulu, menghabiskan jam istirahat di atap sekolah, mencontek saat ujian, makan ramen di Ichiraku dan tingkah-tingkah konyol mereka dulu dan juga... tentang wanita itu.

"Eh...mengenai itu...ah dia maksudku, ng-ngomong-ngomong bagaimana kabarnya?" tanya Naruto yang tiba-tiba saja gugup.

"Siapa maksudmu?" tanya Shikamaru

"Jangan berbelit-belit seperti anak SMA yang sedang kasmaran," sambungnya.

"Ah aku tahu, Hyuga Hinata kan? Gadis teman masa kecilmu itu yang pemalu dan selalu mengikutimu kemana saja? Aku dengar dari kabar burung Hinata memendam perasaan padamu," ujar Chouji yang sangat detil memberikan penjelasan.

"Jangan mengatakannya keras-keras begitu, aku malu tahu! Lagipula mana mungkin Hinata bisa menyukai orang sepertiku," ujar Naruto dengan wajah yang memerah.

"Dasar bodoh, kau saja yang tidak peka Naruto. Dilihat dari tingkahnya saja orang bisa tahu mana gadis yang sedang jatuh cinta dan mana gadis yang hanya menganggap sahabat!" balas Chouji.

"Oh aku baru tahu, kalau sang Chef tampan dan terkenal ini punya kisah cinta yang tak pernah terungkap selama 5 tahun ini, apalagi gadis ini juga ternyata teman masa kecilnya."

Shikamaru juga ikut-ikutan mengejeknya sambil memberi tatapan menjengkelkan.

"Akan kutulis menjadi artikel nanti, judulnya 'Kisah Cinta Mengharukan Chef Uzumaki', pasti akan jadi berita paling fenomenal sepanjang masa!"

Ejekan Shikamaru masih terus berlanjut dan membuat wajah Naruto makin memerah, entah marah atau malu, mungkin juga keduanya.

"Kubunuh kau Shikamaru!"

"Sudah, sudah, aku kan hanya bercanda. Jangan dimasukkan di hati Chef Uzumaki, nanti image-mu jadi jelek, haha."

"Ja-jadi, bagaimana kabarnya?"

"Yang terakhir kudengar sih, dia meneruskan restoran milik keluarganya setelah ayahnya meninggal setahun yang lalu. Setelah itu dia jadi sibuk dan tak pernah datang saat kita reuni atau kumpul-kumpul. Memangnya dia tidak memberitahumu, Naruto?" tanya Chouji.

"Tidak, dia tidak pernah memberitahuku apapun, tidak pernah sama sekali..."

SUNNY PLACE

Dalam perjalanan pulang setelah membeli persediaan untuk restorannya, tak sadar kaki membawanya ke arah Sunny Place. Ya, tempat itu adalah restoran milik keluarga Hyuga yang kini dikelola oleh Hinata sendiri. Tempat itu seakan tak pernah terkena arus waktu, masih sama, bahkan setelah 5 tahun berlalu. Melihat tempat penuh kenangan itu membuat dirinya mengingat kembali perkataan Chouji tadi pagi.

"Hinata tidak mungkin menyukaiku kan? Mana mungkin dia mengingat janji yang sudah lama itu," gumam Naruto sambil memandang Sunny Place.

Baru saja beberapa langkah dia memutar dan berjalan, suara seseorang tiba-tiba saja memanggilnya.

"Na-Naruto-kun? Kamu Naruto-kun kan?" tanya perempuan itu dengan nada tak percaya.

Wanita berambut indigo panjang itu terlihat cantik walau dengan pakaiannya yang sederhana. Dia mengenakan atasan t-shirt putih yang dipadukan dengan cardigan pink dan rok panjang berwarna krem. Wanita itu tetap cantik, bahkan setelah 5 tahun berlalu. Ya, dia adalah Hyuga Hinata.

"Hi-Hinata?"

Wajahnya yang memerah mengangguk pelan, kemudian dia tersenyum. Senyuman manis yang tak pernah Naruto lihat dan lupakan selama 5 tahun ini.

"La-Lama tak jumpa," ucap Naruto canggung.

"I-Iya, 5 tahun ya? Na-Naruto-kun sendiri sedang apa malam-malam begini?" Hinata sepertinya juga gugup bertemu dengan teman masa kecilnya ini.

"Ah, aku baru saja berbelanja untuk mengisi persediaan restoran dan sekalian cari angin segar sih. Di dapur terus rasanya sumpek dan panas, apalagi yang dilihat laki-laki terus," ujarnya setengah bercanda.

"Haha, Naruto-kun bisa saja. Ma-Mau mampir? Sudah lama kan tidak ke Sunny Place?" tawar Hinata.

"Boleh saja, asal tidak merepotkanmu. Kau tidak sekikuk yang dulu kan?"

"Mou Naruto-kun! Setelah 5 tahun masih saja menggodaku seperti itu!"

SUNNY PLACE

"Duduk saja dulu, aku akan membuatkanmu kopi sebentar."

Hinata kemudian masuk ke dapur dan meninggalkan Naruto yang kini tengah mengamati suasana Sunny Place saat ini. Di dalamnya, Sunny Place pun tak banyak berubah. Interiornya masih mengusung tema Eropa klasik, dengan beberapa kursi dan meja kayu yang masih terlihat antik dan juga anggun. Hinata rupanya merawat tempat ini dengan sangat baik, keanggunan dan keantikan restoran ini masih sama seperti dulu ketika ayah Hinata, Hyuga Hiashi, masih mengelolanya. Masih sibuk memperhatikan interior Sunny Place yang antik, tiba-tiba saja Naruto dipeluk oleh seorang anak perempuan yang mengenakan pakaian pelayan khas eropa klasik.

"Chef Uzumaki! Lama tidak bertemu!" seru seorang gadis yang bersemangat dan memeluk Naruto semakin erat.

"Hanabi-chan! Kamu sudah besar rupanya!"

"Tentu saja, memangnya aku akan kecil terus!" protes Hanabi dengan wajah cemberut.

"Maaf, maaf, habisnya aku kangen melihat wajah cemberutmu itu. Jadi aku menggodamu sedikit deh," ujar Naruto sambil mengusap-usap kepala Hanabi.

Hyuga Hanabi, gadis yang baru saja berusia 15 tahun ini adalah adik perempuan Hinata satu-satunya. Sifatnya sangat bertolak belakang dengan Hinata yang agak pemalu, dia adalah gadis yang serius, tegas dan tidak segan mengatakan apa yang ada di dalam pikirannya. Naruto sangat dekat dengannya, dia menganggap Hanabi seperti adiknya sendiri dan Hanabi pun demikian.

"Mou, Naruto-san tidak pernah bilang-bilang kalau mau kemari! Waktu pergi dari juga begitu!"

"Maaf deh, tapi sekarang aku sudah kembali kan? Sebagai permintaan maaf, nanti akan kubuatkan masakan prancis spesial untuk Hanabi-chan, bagaimana?"

"Benarkah? Seperti yang sering Naruto-san masak di televisi itu?" tanya Hanabi tak percaya.

"Tentu saja, mana mungkin aku berbohong pada Hanabi-chan."

"Eh? Padahal dulu hampir setiap hari Naruto-san bohong dan janji akan mentraktirku es krim."

Ucapan Hanabi yang kelewat jujur ini jelas menusuk hati Naruto, tentu saja dia ingat ketika seringkali membuat janji palsu pada Hanabi dulu.

"Ha-Hanabi-chan, itu kan dulu, saat aku masih belum punya cukup uang. Ja-Jadi tidak usah dingat-ingat lagi ya, apalagi diucapkan ketika ada wartawan," kata Naruto dengan senyuman canggung. Entah apa yang ditulis wartawan ketika mendengar masa lalu Naruto yang begitu memalukan.

"Baik!"

"Hanabi, sudah jangan ganggu Naruto-kun terus. Kamu belum selesai bersih-bersih kan?"

Hinata tiba-tiba saja muncul membawakan secangkir kopi hangat dari dapur.

"Onee-chan kejam, aku kan baru saja bertemu Naruto-san! Masih banyak yang ingin aku bicarakan!" gerutu Hanabi.

"Iya, tapi setidaknya selesaikan dulu tugasmu. Lagipula, Naruto-kun tidak akan pergi jauh lagi kan..."

Wajah Hinata tiba-tiba saja memerah begitu tersadar dengan ucapannya barusan, dia langsung menutupi wajahnya dan berkata,"Ma-Maaf, aku tak sengaja Naruto-kun! Chef hebat seperti Naruto-kun pasti sibuk kan kesana-kemari, aku seenaknya saja bilang begitu. Maafkan aku."

"Haha, tak apa kok. Benar yang kau katakan, aku tidak akan pergi jauh untuk sementara ini. Lagipula aku kan bertugas sebagai Executive Chef di restoran baru, aku tidak bisa begitu saja meninggalkannya apalagi baru saja berdiri."

"Be-benar juga sih, hahaha," Hinata tertawa canggung.

"Hee, bilang saja Onee-chan tidak ingin ditinggalkan Naruto-san seperti dulu," komentar Hanabi dengan nada mengejek.

"Mou Hanabi!" Hinata sedikit berteriak pada adiknya yang usil itu, wajahnya lebih memerah dari yang tadi. Hanabi sendiri langsung berlari menyelamatkan diri ke dapur.

"Haha, seperti biasa kau memang terlihat lucu kalau sedang marah," ujar Naruto mengoda Hinata yang kesal sambil meminum kopinya.

"Oh iya Naruto-kun, kenapa memakai nama Uzumaki sekarang?"

"Oh soal itu, aku memakai nama Uzumaki agar orang-orang tidak tahu kalau aku ini termasuk keluarga Namikaze. Kau tahu kan, kalau keluargaku itu adalah pemilik restoran bintang 5 yang terkenal. Bahkan, restoranku yang baru pun milik keluarga Namikaze. Nanti orang-orang akan berpikir yang bukan-bukan, seperti aku memanfaatkan ketenaran nama keluargaku untuk meraih posisiku saat ini. Aku tidak mau seperti itu, jadi aku menggunakan nama keluarga ibuku," jelas Naruto.

"A-Aku rasa orang-orang tidak akan berpikir seperti itu, Naruto-kun mencapai ini semua dengan kemampuan Naruto-kun sendiri," sahut Hinata.

"Haha, terimakasih Hinata. Kalau begitu sekarang giliranmu yang cerita, kapan tempat ini dibuka lagi? Apa sudah dapat pengganti chef-nya?"

"A-Aku yang akan menggantikan, aku sudah memikirkannya masak-masak walau masih butuh persiapan yang panjang tapi aku akan ..."

"Tidak mungkin Hinata, itu tidak mungkin," Naruto memotong dengan wajah yang serius.

"Eh? Apa maksudmu? Belum saja dicoba, masa langsung bilang tidak bisa."

"Hinata, menyajikan makanan di restoran itu berbeda dengan menyajikan makanan rumahan. Orang-orang tidak akan tertawa atau memaafkanmu apabila kau membuat kesalahan."

"A-Aku masih punya resep Otou-san..."

"Lalu apa kau bisa memasak semua itu? Kau yang hanya seorang amatir, kau tidak akan mampu membuat semua masakan itu ..."

"Lalu aku harus bagaimana!? Tidak ada orang lain yang bisa kupekerjakan! Jangankan untuk membayar gaji dan biaya operasional, untuk hidup kami sehari-hari saja sudah sulit! Kau yang tidak tahu apapun mengenai diriku selama 5 tahun ini tidak berhak berkata seperti itu! Kau seenaknya saja menghilang tiba-tiba tanpa mengatakan apapun! Tidak pernah memberi kabar, surat, telepon ataupun e-mail padaku! Lalu sekarang tiba-tiba muncul dan mengatakan itu semua!"

"Hinata, aku hanya mencoba..."

Plak! Sebuah tamparan melayang ke pipi Naruto, dia tak pernah menyangka Hinata akan menamparnya seperti ini. Dia baru pertama kali melihat wajah itu, ya wajah menangis Hinata.

"Kau memang tidak pernah mengerti tentang diriku! Kau tahu kalau aku pernah menyukaimu ...tidak tahu kan? Lalu apa kau ingat janji yang dulu kau ucapkan padaku saat kita kecil? Aku bertaruh kau bahkan tidak mengingatnya, kau terlalu sibuk dengan dunia dan impianmu sehingga tidak peduli dengan orang-orang disekitarmu!"

"Hinata, aku tidak..."

"Aku benci padamu!"

Setelah mendengar kata-kata itu, Naruto segera pergi meninggalkan Sunny Place tanpa berkata apapun lagi.

"Onee-chan, Naruto-san dimana? Apa dia sudah pergi?" tanya Hanabi yang baru saja kembali dari dapur.

"Ya, dia pergi Hanabi, dia pergi dan tidak akan kembali."

Wajah Hinata terlihat sedih saat mengucapkannya, ini adalah ketiga kalinya bagi Hanabi melihat wajah sedih Kakak tercintanya itu. Pertama saat Naruto pergi meninggalkan Konoha tanpa mengatakan apapun padanya dan yang kedua adalah saat ayah mereka meninggal. Walau di luar Hinata adalah sosok wanita yang tegar dan tak pernah menceritakan kesedihannya, namun dibalik itu semua dia itu rapuh.

"Onee-chan tadi bertengkar ya? Ha-Hanabi dengar suaranya dari belakang kok. Mou Onee-chan, kenapa tidak jujur saja dengan perasaanmu sendiri? Onee-chan masih menyukai Naruto-san kan? Katakan saja lagi padanya," ujar Hanabi sambil menyeka air mata kakaknya itu.

"Percuma Hanabi semuanya sudah terlambat, terlambat selama 5 tahun."

"Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali kan? Kalian bisa memulainya dari nol lagi..."

"Tidak Hanabi, sejak awal tidak ada yang terjadi diantara kami. Tidak ada yang harus dimulai atau diperbaiki."

"Onee-chan terlalu keras kepala, kalau begini hanya akan menyakiti dirimu sendiri dan Naruto-san!" teriak Hanabi pada sang kakak yang sudah melangkah pergi menuju kamarnya.

"Kenapa Naruto-kun? Kenapa kau pergi dan meninggalkanku, aku ingin tahu semua tentangmu Naruto-kun. Semuanya..." Hinata hanya bisa terisak pelan, semua hal yang dipendamnya selama 5 tahun ini dikeluarkannya. Tangisnya tak bisa ditahan lagi.

SUNNY PLACE

Naruto ternyata salah, Hinata masih mengingat janji saat mereka kecil dulu. Kini dia tidak tahu harus berbuat apa. Walaupun 5 tahun telah berlalu, tetap tidak ada yang berubah dari hubungan mereka. Bahkan, hubungan mereka berdua kian memburuk. Di atas tempat tidurnya, Naruto hanya bisa meringkuk dan menyesali semuanya tadi sembari berharap andai saja waktu bisa diputar kembali.

"Maaf Hinata, aku tidak pernah mengerti semua tentang dirimu... maafkan aku..."

つづく

Author's Note

Executive chef, seperti namanya, executive chef bertanggung jawab dengan semua hal yang berkaitan dengan perdapuran, termasuk mengkreasikan jenis-jenis menu yang akan ditawarkan kepada pelanggan, manajemen staff ataupun segala hal yang berhubungan dengan aspek-aspek bisnis lainnya.