Ollow,

Haqqu here, okey ini FF pertama saya yang saya publish di FFN mungkin ide ceritanya udah maenstream, atau mungkin hanya perasaan saya. semoga kalian suka dan mohon di review ya,, jeleknya dimana?

apa semuanya jelek? *usap air mata

jelekkkk, mohon pendapat dan saran!


Suasana istirahat di Konoha High School sama seperti biasanya, angin sepoi masih terasa sejuk untuk siswa-siswi yang sedang duduk di bawah pohon hanya untuh sekedar merefresh diri setelah dua jam setengah belajar. Kelas yang sebelumnya sedang berolahraga masih sibuk meneruskan pertandingan basketnya, beberapa orang siswi sibuk menjadi cheerleaders dadakan untuk para idolanya.

"Hah sampai kapan mereka jadi artis dadakan begitu?" Ino menghela nafasnya bosan melihat kelakuan para fangirl Sasuke cs.

"Tidak apa-apa Ino mereka memang lebih tampan dari artis, kita harus bangga mendapatkannya," timpal Sakura yang juga ikut bertepuk tangan saat Sasuke pacarnya menambah poin timnya.

"Bangga katamu? Yang ada aku makan hati melihat ini semua. Benarkan Hinata?" pertanyaan Ino mengagetkan Hinata yang sedang pokus berdiskusi dengan Tenten.

"Em apa Ino, a, aku tidak dengar," Hinata menjawab dengan terbata-bata membuat sahabat-sahabatnya itu tertawa.

"Eh Hinata, bagaimana Naruto? Apa kalian sudah semakin dekat?" Ino kembali bertanya pada Hinata membuat pipi Hinata bersemu.

"A, anu itu emh kami, eh," Hinata semakin terbata-bata pipinya semakin memerah dan dia semakin menundukan kepalanya karena malu.

"Ah, Hinata tidak usah malu-malu begitu," Sakura menimpali godaan Ino membuat Tenten memelototi dua gadis itu bergantian.

"Jangan menggodanya, nanti kalau dia pingsan siapa yang mau menggendong? Aku lagi?" Tenten menutup bukunya, matanya beralih ke pemandangan siswa-siswa tampan yang sedang bermain basket.

Naruto lah lelaki berambut pirang kekuning-kuningan yang pertama di lihat Tenten, Naruto Uzumaki wajahnya terlihat memerah karena kepanasan namun senyuman lebar di bibirnya mampu bersaing dengan teriknya matahar. Senyuman yang membuat Hinata, sahabatnya pingsan beberapa tahun yang lalu. Merupakan anak dari Minato Namikaze, yang merupakan pebisnis sukses dan kepala sekolah dari KHS.

Lalu Sasuke lelaki yang selama ini di katakan sebagai ketua geng dari kumpulan orang-orang tampan itu menghalangi pandangan Tenten dari Naruto, Sasuke Uchiha lebih tinggi beberapa senti dari Naruto rambutnya hitam bergaya emo matanya tajam dan terlihat sangat maskulin. Sasuke adalah pacar Sakura yang juga merupakan teman sedari kecilnya. Dengan lihai Sasuke melemparkan bola ke arah Sai, dan Sai dengan mulus memasukannya kedalam ring membuat Ino berteriak kencang memberi Sai semangat. Sai lelaki bertubuh jangkung, berwajah sedikit pucat dan satu-satunya anggota geng yang memilliki senyum paling manis, dan juga merupakan pacar dari Ino. Dia memiliki mata tajam yang sama seperti Sasuke, mengingat mereka berasal dari keluarga yang sama, keluarga Uchiha. Ayah Sasuke adalah kepala kepolisian Konoha, dan Sai memberi high five pada Lee, Rock Lee lelaki berambut hitam dengan potongan nyentrik yang selama ini menjadi motivator bagi tenten. Lelaki dengan semangat luar biasa yang kadang-kadang bertingkah konyol, dia masih sering berpura-pura menggoda sakura. Entah itu serius atau hanya main-main. Sementara Shikamaru anggota tim Sasuke lainnya tidak mau meneruskan permainannya lagi, dia malah selonjoran di bawah ringnya sendiri.

Pasukan cherleaders dari tim Gaara bersorak saat Shino lelaki yang biasanya memakai kaca mata mencetak poin, membuat Kiba mengeluarkan tawa kemenangannya di depan Sasuke yang langsung memberinya tatapan tidak terima. Naruto yang ikut-ikutan menertawakan Kiba pun tidak luput dari tatapan Gaara, dan dengan cepat Kiba dan Naruto pura-pura pokus pada permainan.

Gaara adalah tipe lelaki yang hampir mirip dengan Sasuke bedanya dia belum mempunyai pacar dan lebih tidak pedulian di banding Sasuke. Gaara merupakan murid pindahan dari kota Sunagakure dia pindah beberapa bulan setelah tahu pertama dia di SMA bersama kakaknya Kankuro. Kankuro lelaki berambut coklat itu melempar bola basket ke arah Neji. Neji Hyuga, Tenten mengedip-ngedipkan matanya memperjelas pandangannya pada Neji. Lelaki yang sejak jaman SMP di kagumi oleh Tenten, tapi Tenten tidak berani mengungkapkannya bahkan pada sahabatnyapun Tenten tidak berani.

Berawal dari sama-sama mengikuti kelas bela diri Baguazhang bersama, Neji lebih tua satu tahun dari Tenten. Neji hebat sekali dalam bela diri ini membuat Tenten memasukannya kedalam list motivatornya, dalam bela diri sajatentunya karena dari sikaf Neji termasuk orang yang tidak ramah tapi tidak jahat juga. Dari pada berurusan dengan neji lebih baik pura-pura tidak kenal saja.

"Bagaimana Tenten? Kau setuju tidak?" pertanyaan Sakura membuyarkan lamunan Tenten. "Besok kita kerja kelompoknya sekalian menginap di rumahku," jelas Sakura sekali lagi membuat Tenten mengangguk-angguk setuju.

...

Tenten menutup lokernya atau tepatnya membanting pintu loker lalu menempelkan jidatnya pada pintu loker sampai berbunyi nyaring, sebuah kebiasaan yang entah sejak kapan Tenten lakukan. Hanya dengan cara ini pikirannya kembali fokus, sejak tadi istirahat sosok Neji terus saja membayangi kepalanya. Sebenarnya sudah seminggu belakangan ini Tenten istirahat di perpustakaan hanya untuk menghindari bertemu dengan Neji, tapi semakin dia ingin melupakan Neji semakin besar pula perasaan sukanya pada Neji.

Sahabat-sahabatnya sudah pulang lebih dulu bersama pacar-pacar mereka, Hinata pulang dengan Naruto. Kaki mereka rasanya menjadi lembek saat Hinata harus meminta ijin terlebih dulu pada Neji yang terkenal protektiv pada Hinata, bahkan membiarkan Hinata pergi dengan Naruto yang notabennya bisa di sebut sahabat Neji sendiripun Neji melarangnya mati-matian.

Tenten membalikan badannya pasrah sekali lagi dalam masa SMAnya dia merasa sendirian dan tidak beruntung, gadis-gadis lain pulang dan pergi sekolah bersama pacar mereka, istirahat bersama pacar, pergi ke taman kota saat malam minggu bersama pacar sementara Tenten dia menghabiskan hari-harinya di dalam kamar, keluar rumah kalau memang perlu, pergi bersenang-senang kalau sahabat-sahabatnya mengajak.

Menyedihkan sekali.

Rambut coklat panjang yang ada di hadapan Tenten membuatnya sadar untuk segera pergi dari sana.

"Hantu sialan, jangan mengikutiku terus!"

Teriak Tenten sebelum dia berjalan cepat meninggalkan koridor loker dengan wajah kusut, tidak habis pikir kenapa setiap saat lelaki itu terus membayanginya.

Tenten menaiki pespa cantiknya memperhatikan sekelilingnya yang hanya tinggal beberapa motor dan dua mobil, "Itu kan?" Tenten segera pergi dari tempat parkir setelah melihat salah satu mobil yang di kenalinya, yang tidak lain adalah mobil Neji.

Bagaimana kalu tadi Neji mendengarnya, ah tentu saja dia mendengar teriakanku. Bagaimana kalau dia tersinggung? Bisa-bisa Hinata dilarang berteman denganku.

...

"Aku duluan saja ya, kalian menyusul." Tenten memohon untuk kesekian kalinya yang kembali di tolak oleh Ino dan Sakura.

"Tidak bisa Tenten, kita harus menunggu tuan putri sampai dan bersama-sama ke kelas," Sakura menegaskan dia kembali sibuk dengan kukunya yang baru di pedicure kemarin. Tenten tidak melanjutkan ocehannya, beberapa meter dari tempat mereka menunggu sudah ada banyak fangirl dari Neji yang menunggu kedaangan idolanya itu.

Teriakan nyaring tiba-tiba saja terdengar tanda mobil Neji sudah memasuki area parkir, Tenten rasanya ingin muntah seketika.

"Jadi bagaimana caranya mereka berdua melewati kerumunan gadis-gadis itu?" Ino membetulkan letak jepit rambutnya. Dari arah lain datang beberapa mobil lain yang merupakan anggota geng lainnya, dengan otomatis beberapa gadis yang tadi mengerubuni mobil neji berpindah ke mobil lainnya.

"Jangan menyentuh pacarku, dengar!" Sakura dan Ino berteriak bergantian membuat Tenten semakin mual. Tenten bergumam dan kini tidak di pedulikan oleh Ino ataupun Sakura karena sudah pindah pokus ke pacar masing-masing.

...

"Kenapa Neji punya banyak fans?" Sakura mengetuk-ngetukan pensil ke dahinya sendiri. "Dia tidak punya pacar, dan dia salah satu yang berkualitas ralat pa-ling berkualitas," Ino berpendapat, kelas sudah kosong meninggalkan empat gadis yang duduk di bangkunya masing-masing.

"Neji nee memang ti, tidak punya pacar jadi i, itu mungkin salah satu penyebabnya." Hinata membenarkan membuat Sakura segera berdiri dari kursinya. "Kalau kau mau terbebas Hinata, carikan Neji pacar saja yang tampangnya galak agar tidak ada yang berani mendekati neji lagi dan kau bisa lebih leluasa sedikit," pendapat Sakura langsung di setujui Ino, Hinata hanya menganguk-angguk setuju sementara Tenten membetulkan cepol rambutnya yang sedikit belantakan.

"Tsunade senpai bisa jadi salah satu kandidat calon Neji, Hinata," ucap Tenten memberi saran yang langsung menjadi bahan tertawaan ke empat gais itu.

Tenten dan ino sudah menunggu sakura dan Hinata sekitar setengah jam di area parkir, Sakura dan Hinata pergi memberi tahu Neji bahwa Hinata akan menginap di rumah Sakura jadi neji tidak perlu pulang bersama Hinata.

"Aah, Neji itu kompleks sekali sudah di beri bukti bahwa ayah Hinata memberi ijin masih saja tidak percaya," Sakura langsung membuka mulutnya saat sudah memasuki mobil, di ikuti Hinata yang segera meminta maaf karena membuat Ino dan Tenten menunggu.

"Sepertinya Neji benar-benar butuh objek lain yang harus lebih di perhatikan." Ino mnyandarkan badannya ke jok mobil, Sakura segera membawa mobilnya keluar sekolah takut jika Neji berubah pikiran.

...

"Akhirnya,," Tenten meregangkan otot-ototnya mereka baru saja menyelesaikan tugas kelompok bahasa mereka. Ino membaringkan badannya di atas kasur Sakura, sementara Hinata dan Sakura pergi ke dapur mencari camilan yang bisa mereka makan. " Aku punya ide," Sakura yang baru datang langsung menghambur ke arah Ino dan Tenten.

"Bagaimana kalau jodohkan Neji dengan Tenten saja? Neji yang pendiam dengan Tenten yang ceria, pasangan yang cocok sekali kan?" ide Sakura itu langsung mendapat penolakan dari Tenten, tapi dua orang lainnnya setuju setuju saja.

"Tenten chan aku akan sangat se, senang jika Neji nee bersamamu saja. Kau ga, gadis yang baik." Mereka bertiga memandang hinata yang tidak terbata-bata lagi. "Wahh kau tidak terbata-bata lagi Hinata," Sakura berteriak girang membuat Hinata bersemu. "Emh a, aku,,," mereka bertiga kembali kecewa karena Hinata kembali gagap.

"Ayolah kau sudah dapat persetujuan sepupunya," Ino memegang bahu Tenten seakan itu bisa merubah keputusan Tenten. "Tidak mau," jawab Tenten mantap.

"Ayolah, Neji itu tampan, dan dia punya kesamaan dengan mu. Sama sama suka bela diri benar kan?" Hinata mengangguk mengiyakan di ikuti Ino.

"Dia seperti wanita, aku tidak mau," Tenten menjawab sekenanya, membuat tiga sahabatnya menghela nafas tidak percaya. "Semua lelaki di keluarga Hyuga memang berambut panjang Ten, ayolah jangan konyol," Sakura mendelikan matanya gusar Ino sudah menyerah sementara Hinata cekikikan mendengar Neji di sebut sepertI wanita.

"Kalian yang konyol pake acara perjodohan segala." Perkataan Tenten itu menjadi penutup malam minggu mereka, malam minggu ke tiga di setiap bulan adalah malam minggu yang khusus di gunakan untuk mereka berkumpul bersama tidak ada berpacaran. Itu sebenarnya lebih ke menghargai pertemannan mereka yang dari dulu dan menghargai temana mereka jika ada yang tidak mempunyai pacar seperti Tenten contohnya.

...

"Kalian melihat Hinata?" suara barito Neji membuat Sakura, Ino dan Tenten memalingkan pandangannya dari buku yang sedang mereka baca, jarang-jarang seorang Hyuga Neji mau menanyakan hal sepele seperti "Dimana Hinata" pada mereka.

"Hinata tadi pergi keluar untuk menemui Naruto," Sakura menjawab sementara Ino masih memandang Neji tidak percaya dan tenten kembali pokus pada bukunya. "Neji nee, apa yang sedang neesan lakukan disini?" suara Hinata membuat ketiga gadis itu tidak mempedulikan kehadiran Neji lagi mereka kembali mengerjakan tugas mereka masing masing.

"Tadi aku menenmui Naruto kun dulu," Tenten mengernyitkan dahinya, tidak biasanya Hinata bicara sekeras dan tanpa gagap sedikitpun. "Ayo pulang," Neji bersuara lagi lebih pelan di banding suara Hinata, membuat tenten gelisah. Tadi Hinata berencana ke rumah Tenten dulu, untuk mengambil laporan kerja kelompoknya sabtu kemarin, itu berarti Hinata harus meminta ijin dulu pada Neji. Apa Tenten juga harus membantu Hinata mendapatkan ijinnya? Tenten berpikir keras.

"Begini Neji nee, eh a, aku lupa kalau aku punya janji dengan Naruto kun untuk pergi ke toko buku bersama." Hinata menjelaskan dengan suara yang hampir menyerupai teriakan. "Disamping itu aku lupa kalau aku harus membawa laporan tugas kelompok di rumah Tenten" mendengar namanya disebut mau tidak mau Tenten memandang dua sepupu yang sedang mengobrol seru di depan pintu kelasnya.

"Aku sudah berjanji pada Naruto kun lagi pula pameran bukunya akan di tutup sore ini, Neji nee mau menolongku mengmbil laporan di rumah Tenten kan? Aku mohon," Hinata menunduk menyembunyikan wajahnya sementara Tenten syok berat.

"Ah, biar aku antarkan saja ke rumahmu sore nanti Hinata." Tenten mengeluarkan suara cemprengnya, membuat Ino dan Sakura berjingkat. "Tidak usah merepotkan Neji." Tambah Tenten sembari memberi Hinata senyuman pilu.

"Jangan begitu Tenten, aku merasa tidak enak kalau kau harus mengantarkannya. Lagi pula arah rumah kita sama jadi Neji nee bisa sekalian mengambilkannya. Benarkan neesan?" Hinata tersenyum manis sekali pada neji membuat Neji tidak tega untuk menolak.

"Tidak apa-apa biar sekalian aku ambilkan saja," ucap Neji membuat Tenten menelan ludahnya sendiri.

Tenten berjalan paling belakang merutuki nasibnya sendiri, untung dia membawa motor jadi ada alasan untuk tidak satu mobil dengan Neji. Tidak bisa di bayangkan bagaiana kalau mereka berada dalam satu mobil mungkin suasananya akan lebih dari suasana pemakaman.

"Aaa siapa yang melakukan ini?" Tenten berteriak lantang tidak terima ketika melihat dua ban pespanya kempes. "Wah tega sekali," tambah Ino, Sakura ikut berjongkok melihat keadaan mengenaskan dari kedua ban pespa cantik milik Tenten. Tenten rasanya ingin pingsan seketika menyadari pespanya tidak bisa membawanya pulang. Mobil Neji sudah melaju kearahnya membuat Tenten semakin lemas.

"Tenten pulang bersama Neji nee saja," Hinata berlari ke arah Neji membuat Tenten glagapan ingin menolak tapi badannya terlalu lemas. "Sudahlah Tenten chan pulang bersama Neji nee saja, ayo," Hinata menarik Tenten yang tidak mau Sakura dan Ino ikut membantu membawa Tenten ke arah mobil Neji. "Ayo lah Ten, Neji tidak suka menunggu." Sakura memberi tahu membuat Tenten seketika menegakan badannya, saat Tenten akan membuka pintu kedua Ino dengan tidak sengaja atau mungkin sengaja menyenggolnya membuat pintu itu menutup kembali sementara Hinata sudah membukakan pintu depan, Sakura menariknya agar segera masuk. Mau tidak mau Tentebn masuk.

"Neji nee tolong yah, hati-hati di jalan." Hinata melambaikan tangannya, nNeji yang tidak mau terjebak lebih lama lagi langsung mengemudikan mobilnya meninggalkan sekolah. Entah perasaan Tenten saja atau memang ketiga sahabatnya itu tersenyum misterius ke arahnya? Tenten baru menyadari mereka sudah merencanakan ini semua.

Kalian semua kurang ajar. Tulis Tenten dalam pesannya.

"Jika sudah dekat beri tahu aku." Neji bersuara membuat tenten mau tidak mau menjawabnya dengan gugup. Sepanjang perjalanan tidak ada obrolan lain lagi selain Tenten yang mengatakan rumahnya sudah dekat, ucapan terimakasih Tenten karena sudah mau membawanya, dan ucapan "Sama-sama, aku pergi." dari Neji. Setelah itu Neji pergi meninggalkan Tenten yang masih memikirkan tadi itu keberuntungannya karena bisa dekat denagn Neji atau hari sialnya karena dekat dengan Neji?.

...

Tenten memeluk dirinya sendiri tengah hari begini tapi dia masih merasa kedinginan bahkan di area taman sekolah yang panaspun tenten masih merasa kedinginan. Tenten mengikuti kelas tambahan matematika yagn mengharuskannya pulang lebih sore di bandingkan sahabat-sahabatnya, tadi dia sudah ngambek selama jam pelajaran pertama pada ketiga sahabatnya itu. Seenaknya saja merencanakan hal jelek seperti kemarin padanya, Tenten menghela nafas lalu tersenyum ketika melihat Sakura dan Ino yang mencuri pandang ke arahnya setelah permintaan maaf mereka Tenten tolak pada pagi harinya, sementara Hinata sama sekali tidak melihat kearahnya karena terlalu sibuk menunduk menyesali perbuatannya. Tapi akhirnya Tenten memaafkan mereka juga, semuanya berakhir dengan pelukan erat dari ketiga sahabatnya itu.

"Kau belum pulang?" suara itu membuat Tenten menoleh untuk melihat siapa pemiliknya, walaupun Tenten yakin pemiliknya adalah Hyuga Neji. "Ehh aku ada kelas tambahan,'' jawab Tenten, sedikit heran karena mau-maunya Neji menyapanya tengah hari begini.

"Baiklah aku duluan." Neji pergi begitu saja tanpa menunggu jawaban dari Tenten. Tenten memandangi punggung bidang Neji sampai menghilang dari pandangannya, mimpi apa Tenten semalam? Kenapa tiba-tiba Neji menyapanya? Apa jangan-jangan tadi dia menghayal?.

Tidak mungkin, Tenten memegangi pipinya yang terasa panas. Ternyata rencana ke tiga sahabatnya sedikit berjalan lancar, setidaknya sekarang Neji mau menyapa gadis lain selain Hinata. Selain itu Tenten benar-benar merasa senang sekali, dia tidak perlu mengantri dan menjadi anggota fangirl Neji untuk bisa dekat dengannya. Bahkan para fangirl Neji saja kalah selangkah di bandingkan dengan Tenten.

Kalau dia tidak berteman dengan Hinata, Ino dan Sakura mana mungkin dia dapat jalan semulus ini. Tenten menepuk dahinya keras kenapa sekarang dia mengambil keuntungan dari temannya sendiri?.

...

Gosip sudah mulai menyebar kemana-mana bahwa Neji sedang dekat dengan Tenten, gosip murahan yang membuat Tenten malu jika berpapasan dengan Neji. Gadis-gadis berotak udang kemarin pasti penyebarnya, Karin. Tidak ada gadis lain yang menjadi ratu gosip se eksklusip Karin, bahkan poto Tenten dan Neji duduk bersama di taman sekolahun sudah tersebar di seluruh sekolah.

Hari pertama setelah menyebarnya gosip itu di tutup oleh Tenten yang berteriak se isi toilet perempuan karena kesal dengan topik yang di bahas semua wanita yang ada di toilet.

Hari kedua setelah gosip itu menyebar di tutup oleh berita Karin menangis karena mendengar Sasuke mengatainya tidak cantik karena terlalu sering bergosip. Sakura yang memberi tahu Tenten, Ino dan Hinata yang langsung di tanggapi oleh tawa membahana dari ke empat gadis itu.

Hari ketiga setelah gosip itu Tenten sudah bisa menghirup udara dengan bebas lagi, sebagian orang sudah melupakan gosip itu, atau mungkin terpaksa melupakannya mengingat Sakura terus mengadu pada Sasuke tentang gosip murahan itu dan Sasuke yang notabennya di takuti oleh hampir semua siswa membuat semua orang tutup mulut.

Tenten menatap pantulan dirinya sendiri di dalam kaca westafel kamar mandi sekolahnya. Pipinya tidak berhenti bersemu setelah kejadian tadi di kantin saat Neji meminta maaf karena menyapanya waktu itu di taman sekolah. Kiba bilang kalau saja Neji tidak menyapa Tenten maka gosip murahan itu tidak akan tersebar. Permintamaafan Neji berujung pada perdebatan dari teman-teman gengnya yang menebak-nebak kenapa pula Neji mau-maunya menyapa Tenten?

"Jangan-jangan kau menyukainya?" Naruto memberi pandangan aneh pada Neji membuat Kiba, Ino, Lee, dan Sakura tertawa terbahak-bahak yang di goda masih tetap dengan topeng datarnya.

"Atau Neji saat itu sedang mabuk," Chouji memberi pendapat dengan mulut masih penuh kentang goreng. Yang kembali di akhiri tawa membahana dari teman-temannya.

Membayangkan kembali godaan dari teman-temannya Tenten semakin bersemu, selangkah mendekati Neji sudah ia lakukan. Tinggal sedikit usahanya saja agar lebih dekat dengan Neji , untuk saat ini bisa dekat dengan Seji saja Tenten sudah bersyukur.

"Keluarga Hyuga memang terkenal pemilih, apalagi menyangkut calon penerus mereka. Kalau kau lihat mereka bergaul dengan keluarga yang itu-itu saja. Bahkan ada berita dari dalam demi melindungi ke ekslusifan nama Hyuga mereka akan melakukan semacam perjodohan sesama Hyuga."

Tenten tidak sengaja menguping pembicaraan dua orang gadis yangtidak melihat keberadaanya.

Perjodohan sesama Hyuga? Tenten menahan tawanya yang akan segera berkumandang, dengan segera Tenten meninggalkan toilet ingin memberi tahu gosip murahan itu pada ketiga sahabatnya.

"Aku tidak mau," Tenten tidak tersenyum konyol lagi saat melihat Hinata yang sedang sesenggukan di bahu Sakura. "Kenapa?" tanya Tenten penasaran. "Hinata akan di jodohkan," Ino menatap Tenten prihatin pada Hinata. Pembicaraan dua gadis di toilet tadi kembali membayangi Tenten, jika yang di jodohkan Hinata maka Hyuga lainnya adalah Neji. Setahu Tenten tidak ada Hyuga lain yang umurnya berdekatan dengan Hinata kecuali Hinata di jodohkan dengann orang yang lebih tua dari Neji.

Hati Tenten terasa pilu sepertinya Tuhan mempermainkan perasaannya, sebentar-sebentar membuat Tenten senang berikutnya sedih dan selalu seperti itu.

"Yang sabar Hinata," Tenten berucap sekenanya, lutut Tenten rasanya lemas saat membayangkan Hinata dan Neji benar-benar akan di jodohkan.

Hinata, teman baiknya yang tidak pernah Tenten bayangkan sebelumnya akan menjadi halangannya mendapatkan Neji. Tenten menatap buku di hadapannya dengan mata memerah, Ino dan Sakura sibuk menenangkan Hinata tanpa melirik Tenten sedikitpun. Kalau memang Hinata di jodohkan dengan Neji setidaknya itu lebih baik di bandingkan melihat Neji bersama wanita lain, Tenten mengutuk dirinya sendiri, itu bahkan lebih buruk. Melihat sahabatnya sendiri bersama orang yang dia cintai, Tenten mengepalkan tangannya berusaha menahan tangis yang ingin sekali ia keluarkan.

...

"Jadi kemarin itu kau memang benar-benar ada pertemuan keluarga?" Ino bertanya pada Hinata yang sedang membereskan buku-bukunya. "Iya, aku memang benar-benar di panggil para tetua." Hinata menjawab pelan seakan tidak mau membahas masalah itu lagi.

"Hadapi saja Hinata, semuanya hadapi saja! Kami akan selalu ada di belakangmu," Sakura memberi semangat di ikuti pelukan hangat dari Tenten, Hinata terlihat akan menangis lagi namun handphonenya berdering tanda sopir pribadinya sudah datang. Jumat berarti Neji ada kelas tambahan dan Hinata harus pulang dengan di jemput sopir pribadinya.

"Sampai besok," Hinata melambaikan tangan mungilnya lalu berlari keluar kelas. "Apa tidak terlalu kuno?" Ino menatap kedua sahabatnya bergantian yang di tanggapi dengan kedikan bahu kedua sahabatnya.

Tenten berjalan lambat ke arah lokernya, pikirannya masih sibuk memikirkan sosok seorang Neji. Tenten harus melupakan Neji sebelum dia benar-benar cinta mati pada lelaki itu, sebelum Tenten menghalalkan segala cara untuk mendapatkan Neji. Tenten tidak mengindahkan kehadiran Neji di sisi lain lokernya, sementara Neji memandangnya dengan ekpresi datarnya yang biasa tidak mau repot-repot juga menyapa Tenten.

Sebenarnya sudah tiga hari belakangan ini Neji rajin menyapanya duluan walaupun hanya sekedar "Hai" entah karena apa, Neji saja heran kenapa kata itu keluar begitu saja dari mulutnya. Mau tidak mau pada akhirnya Neji melirik kepergian Tenten dari hadapannya tanpa sepatah katapun, ada sedikit perasaan kecewa dalam hati Neji karena dia sudah tepat waktu seperti biasanya ke area loker untuk bertemu dengan Tenten tapi gadis itu tidak menyapanya. Neji mengernyitkan dahinya dia tadi mengharapkan Tenten menyapanya? Dia sengaja kemari demi bertemu Tenten? Neji menghilangkan pikiran seperti itu dalam otaknya, mungkin karena efek terlalu sering berurusan dengan gadis itu. Batin Neji.

...

"Lebih baik jangan menyinggung soal perjodohan dulu," bisik Sakura pada Ino dan Tenten yang disetujui oleh mereka berdua. Seperti biasa saat istirahat tiba mereka berkumpul di bawah pohon sakura taman sekolah menonton pertandingan basket dadakan geng Sasuke.

"Hei alis tebal lempar bolanya pada Sasuke kun," Sakura berteriak memekakan telinga, yang di balas dengan tingkah konyol Lee yang berpura-pura sakit hati karena tidak di pedulikan Sakura membuat Ino, Tenten dan Hinata tertawa terhibur.

"Chouji, sudah kubilang kau harus ikut kami senam seminggu sekali agar lebih langsing." Ino menimpali berusaha membuat tim Gaara tidak pokus, Chouji bermain menggantikan Neji yang kesiangan datang bermain.

Neji duduk memperhatikan permainan teman-temannya sebelum mata abunya menangkap sosok Tenten yang sedang tertawa melihat tingkah konyol teman-temannya. Neji merasa dia ingin melihat gadis itu setiap saat, perasaan apa yang seperti itu? Perasaan asing ini semakin membuat Neji semakin tidak fokus dimanapun dia berada, bahkan tadi saat ulangan matematika dia harus mengulang karena pikirannya tidak bisa fokus pada soal melainkan pada gadis bercepol dua teman Hinata itu.

"Apa yang berbeda dari gadis itu?" Tanya Neji pada dirinya sendiri, dan kemarin sore gadis itu menghindarinya? Apa-apaan? Neji tidak mengalihkan padangannya sama sekali dari Tenten, sampai akhirnya mata Tenten membalas tatapannya. Wajah yang tadi tersenyum gembira seketika berubah drastis menjadi muram, "Dia benar-benar menghindariku?" Neji menanyakan pertanyaan itu pada dirinya sendiri yang jelas tidak mempunyai jawaban yang benar. Sekali lagi Tenten membalas tatapan Neji lalu gadis itu berlalu entah kemana membuat Neji kembali merasa sedikit kecewa, kenapa sebenarnya gadis itu? Pertanyaan itu mengiang-ngiang di kepala Neji.

"Tenten chan tunggu," Ino berteriak dari dalam mobilnya saat mereka baru keluar dari gerbang sekolah, Tenten yang mendengarnya seketika menghentikan pespanya dan berbaik melihat Ino.

"Ada apa?" Tenten bertanya, Sakura menghentikan mobilnya tepat di dekat pespa Tenten. "Aku lupa memberimu ini," Sakura menyodorkan amplop berwarna biru tua kearah Tenten, membuat Tenten mengernyit ingin tau apa isi amplop itu. "Sasuke besok ulang tahun, dia bilang aku boleh mengundang teman-temanku jadi Kau, Ino dan Hinata ku undang. Bagaimanapun pula aku tidak mungkin menempel pada Sasuke terus menerus sepanjang malam kan?" Sakura mengerlingkan matanya pada Tenten, jika Tenten ikut itu berarti dia akan bertemu geng Sasuke lainya, geng Sasuke berarti ada Hyuga Neji? Lelaki yang sedang susah payah Tenten hindari.

"Sepertinya aku tidak,,," "baiklah nanti malam kita berbelanja, aku akan menjemputmu bye," Sakura dengan cepat mengemudikan mobilnya meninggalkan Tenten yang masih bengong, menolak ajakan orang sekeras kepala Sakura memang susah.

...

Tenten sudah mencoba gaun warna warni yang di pilihkan ketiga sahabatnya tapi tidak ada satupun dari gaun-gaun itu yang terlihat cocok untuk Tenten. "Bahkan gaunnya melarang aku untuk pergi," elak Tenten saat Ino memberikan gaun lainnya untuk dicoba.

"Tidak ada yang bisa melarangmu pergi bersenang-senang Ten, cepat coba yang ini," Ino menyeret Tenten kembali keruang ganti beberapa saat kemudian Tenten keluar dari ruang ganti dengangaun berwarna krem dengan kain seperti brukat yang pas di tubuhnya membuat tiga sahabatnya menghambur mengajak Tenten kedepan kaca.

"Wah, cantik sekali," Hinata memandang pantulan Tenten di cermin dengan ekspresi mendramatisir, membuat Tenten menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya. "Iya kau cantik sekali, orang-orang tidak akan ada yang mengenalimu. Mereka pasti mengira kau anggota geng kita yang baru." Ino menimpali membuat Tenten tersenyum tidak percaya.

"Tinggal memberimu sedikit polesan dan membuka cepol ini, kau akan terlihat anggun dan mempesona." Ino menjentikan jarinya pada dua cepol tenten lalu memeluk Tenten sayang.

"Aku tidak yakin itu akan berhasil." Tenten bersuara yang langsung diberikan tatapan tidak setuju dari Ino dan Sakura bahkan Hinata pun ikut-ikutan yang membuat mereka tertawa konyol sembari saling memeluk satu sama lain.

...

"Kalian siap menghadapi malam ini? Aku tentu saja siap seratus persen, ayo" Ino keluar dari mobilnya disusul oleh Hinata dan Tenten, Sakura sudah sampai lebih dulu di dalam mengingat dia salah satu tamu penting Sasuke. Mereka bertiga berjalan beriringan mencari wanita berambut pink mencolok dan lelaki berambut hitam legam sang pangeran yang sedang berulang tahun.

"Hei,," akhirnya mereka menemukan si rambut pink Sakura, dia berlari-lari kecil memnghampiri ketiga sahabatnya dan memeluk mereka bergantian. "Mau tau sesuatu, tamu-tamu disini memandangi kalian dengan mata iri. Apa lagi pada anak baru brunett satu ini," Ino mencubit lengan Tenten bercanda membuat mereka tertawa kecil.

"Jangan begitu, aku malu." Tenten membela diri, lalu mereka mengucapkan selamat pada Sasuke dan berakhir duduk di depan bar yang cukup besar. Suasananya ramai sekali beberapa merupakan rekan bisnis keluarga Uchiha, karena di ulang tahun Sasuke ini juga sekalian menjadi pengumuman pemberian saham yang akan di kelola oleh Sasuke nanti.

Tenten meminum isi gelasnya lalu kembali mengedarkan pandangannya mencari-cari sosok seseorang yang tidak ingin dia temui tapi matanya ingin lihat, dan matanya menemukan sosok itu Hyuga Neji yang tengah memandangnya dengan tatapan yang sama saat di taman sekolah hari kemarin. Di pandang seperti itu tenten merasa sangat tidak enak dia bergerak-gerak gelisah dan tentu saja Neji menyadarinya.

"Lihat bahkan lelaki bertampang datar seperti Neji pun tidak bisa menahan diri untuk tidak melihat Tenten." Ino memberi tau ketiga temannya membuat Tenten bersemu. "Jangan berkata begitu, aku harus ke toilet." Tenten mencoba menyelamatkan diri dengan berpura-pura ke kamar madi membuat ketiga wanita itu tertawa menggoda.

"Guys, sepertinya ini pertanda tidak baik," Hinata menatap horor ke arah lain yang di ikuti oleh Ino dan Sakura. Mereka menatap sosok Neji yang juga melangkahkan kakinya ke arah toilet.

"Wah ini bagus Neji benar-benar mempunyai pokus baru dalam hidupnya," Ino membenarkan.

"Setelah ini mereka mungkin akan berkencan?" timpal Sakura, "Kita lihat apa yang akan terjadi pada Tenten? Apa lipstiknya akan sedikit menghilang?" Ino menebak-nebak "Atau dia akan keluar dengan rambut yang sedikit acak-acakan?" Sakura ikut mengira-ngira. "Jangan membayangkan hal yang jorok begitu," Hinata memainkan kedua tangannya gelisah takut kalau sepupunya Neji benar-benar melakukan hal diluar kendalinya.

"Hinata, bahkan lelaki bermuka tembok seperti Neji bisa tergiur jika melihat seorang wanita cantik di hadapannya," Ino memberi tahu Hinata. "Neji nee tidak kurang ajar seperti itu," Hinata membela sepupunya dan berdoa agar tidak terjadi apa-apa pada mereka berdua.

Tenten kaget saat lengannya di cengkram oleh seseorang yang ternyata adalah Neji, Neji membawa Tenten ke koridor lain yang lebih sepi membuat Tenten berlari lari kecil mengimbangi langkah kaki Neji. Neji menghimpit Tenten antara dinding dan badannya sendiri membuat Tenten gemetar.


jadi bagaimana?

*di lempari tomat

jelek kah? review yo!