'Cause My Curiosity
Author: Rei to Wataru
Genre: Romance, Humor, Family
Parody: Naruto Kishimoto Masashi
Rated: M
Warning: OOC, Typo, Lemon for Some Reasons, Abal, Gaje, Garing, bla…bla…
Pairing: BoruSara, slight-SasuSaku
December, 15th 2014
Don't Like, Don't Read!
.
.
Namaku Uchiha Sarada. Anak dari sepasang suami-istri, Uchiha Sasuke dan Haru… ah maksudku Uchiha Sakura. Saat ini, aku sedang relaksasi (baca: bermalas-malasan) di atas sofa hitam dengan motif kipas lambang klan Uchiha. Tangan kananku sedang memencet-mencet tombol-tombol yang terdapat di remot televisi. Aku memasang wajah bosan. Sudah berapa kali aku mengganti channel televisi, namun aku sama sekali tidak menemukan acara yang 'pas' sesuai seleraku. Sinetron? Berita? Stand-up Comedy? Kartun Amerika? Argh! Otoo-san, Okaa-san! Aku sudah cukup umur untuk melihat hentai atau blue film di internet! Umurku sudah 14 tahun!
"Ahn~" walau samar, aku mendengar suara desahan. Karena kaget, aku langsung memencet tombol off pada remot. Bulu kudukku berdiri. Apa ini? Ada hantu di rumah ini? Jangan-jangan, Itachi Ojii-chan baru saja dibangkitkan dengan Edo Tensei seperti yang pernah Otoo-san cerita? Sial, lagi-lagi penyakit 'penasaranku' kambuh lagi!
Aku keluar dari kamarku. Aku berjalan mendekati asal suara. Langkahku terhenti di depan kamar orangtuaku. Aku menempelkan telinga kananku pada pintu. Mencoba menguping.
"Sakura, walaupun kamu sudah menjadi ibu dari satu anak, tingkahmu masih saja nakal seperti saat kita sebelum menikah," aku mendengar perkataan Otoo-san dengan jelas. Lho, Otoo-san bilang apa tadi? Nakal? Aku menelan ludah.
"Sasuke-kun, jangan menggodaku seperti itu, dong!" kata Okaa-san terdengar manja. Dalam setiap perkataannya, terdengar suara desahan dari mulutnya. Aku kembali menelan ludah. "Sa…su…ke…!" Okaa-san tiba-tiba berteriak menyebut nama Otoo-san. Aku terlonjak kaget dari tempatku berdiri. Aku mengelus dadaku.
"Sakura, jangan keras-keras! Nanti Sarada mendengar kita," kata Otoo-san.
"Tenang, Sasuke-kun! Sarada-chan adalah anak yang cuek sepertimu. Dia tidak akan mempedulikan kita, kemungkinan besar sekarang dia menonton televisi, membaca komik, main game, atau sedang main keluar bersama Hima-chan, Boru-chan, dan yang lainnya. Jadi tunggu apa lagi? Lanjutkan Sasuke-kyun~~!" cih! Rasanya menyebalkan sekali, sifatku disamakan dengan sifat Otoo-san. Selain itu, aku hampir muntah mendengar ucapan terakhir Okaa-san. Suaranya terdengar manja sekali!
"Baiklah, Saku-chan! Bersiaplah mendapat serangan bertubi-tubi dariku!" teriak Otoo-san. Aku melompat mundur mendengarnya. Aku mengelus dadaku.
"Kyaa~~~!" jerit Okaa-san.
Aku mengaktifkan sharingan pada bagian mata kananku untuk melihat lebih jelas apa yang Otoo-san lakukan pada Okaa-san. Aku mengintip dari sela-sela pintu. Aku menganga lebar melihat apa yang terjadi! Jadi inilah…
.
1 jam kemudian…
.
Selama 1 jam, mulutku terus membentuk goa yang amat lebar. Mataku memerah masih terbelalak, hidungku berair (?), dan kakiku bergemetar. Ditambah pipiku yang seluruhnya berubah merah karenanya. Dua orang itu, selama 1 jam, mereka berciuman, menautkan lidah mereka dan saling bertukar air liur mereka, Otoo-san yang terus memegang-megang payudara Okaa-san. Okaa-san sendiri tampaknya tidak menolak perlakuan Otoo-san. Okaa-san juga menjilat leher Otoo-san. Dan yang paling penting, 'anu' Otoo-san yang terus 'tenggelam' di dalam 'anu' Okaa-san. Dan detik-detik terakhir, 'anu' Otoo-san mengeluarkan cairan putih-putih di dalam 'anu' Okaa-san. Jadi itu yang dinamakan air mani? Dan lagi, aku melihat blue film atau hentai secara live!
"Sasuke, kamu keluar banyak sekali…" kata Okaa-san. Wanita berambut aneh itu (pink) tampak terkulai lemas di atas kasur. Sedangkan Si Pantat Ayam tampak terkulai di atas Si Alien Surai Pink.
"Aku tidak peduli… aku benar-benar merindukanmu, My Queen," kata Otoo-san terdengar lembut. Otoo-san mengulurkan tangannya dan menepuk-nepuk perut Okaa-san. "Nah, sekarang kamu harus bersiap untuk melahirkan Si Uchiha Kedua anak kita ini," kata Otoo-san.
Okaa-san menangis bahagia mendengar perkataan Otoo-san. "Suamiku…" kata Okaa-san sambil memeluk Otoo-san. Okaa-san mengecup dahi Otoo-san. Seketika, pipi Otoo-san berubah memerah seperti tomat kesukaannya.
Aku tersenyum melihatnya. Lalu, aku segera menon-aktifkan sharingan. Aku pun segera pergi menjauh dari tempat itu. Sebelum, Otoo-san membunuhku dengan death glare andalannya. Juga Okaa-san yang memasang wajahnya yang tak kalah seram dengan Ogre maupun Godzilla (?). Oh, ya benar juga!
"Kaa-san, Too-san! Aku ijin pergi ke rumah Naruto Oji-san ya!" kataku sambil menahan tawa. Aku mengetuk pintuku.
"Kyaa!" jerit Okaa-chan kaget. "Oh, tentu Sarada-chan! Oh, ya! Kamu bawa ramen instan limited edition oleh-oleh Otoo-sanmu. Di atas meja itu! Aku yakin, Nanadaime-sama dan Boru-chan akan menyukainya. Oke, sekalian titip salam ke Hinata-chan, Hima-chan, Boru-chan, dan Naruto, ya!" kata Okaa-chan cepat.
"Ya~~" kataku dengan sedikit tertawa. Aku mengambil beberapa bungkus ramen instan di atas meja. Lalu memakai sepatu sandal hitam. Aku pun menggeser pintu tatami dengan motif sakura dan kipas Uchiha.
.
Dalam perjalanan menuju rumah Nanadaime, aku terus memikirkan 'kejadian' tadi. Terngiang wajah Okaa-san dan Otoo-san. Desahan Okaa-san, dada rata Okaa-san, punggung Otoo-san, 'anu' Okaa-san dan 'anu' Otoo-san. Pipiku memerah setiap detik aku memikirkannya. Aku tersentak saat imajinasi Otoo-san dan Okaa-san seolah 'berganti karakter'. Wajah Okaa-san diganti wajahku sedangkan wajah Otoo-san diganti Uzumaki Boruto, Si Brengsek itu. Akh! Kenapa bisa aku berimajinasi seperti itu? Dan aku menyadari bahwa, aku merasa 'basah' di celana dalamku. Nafasku memburu. Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal. Menggelengkan kepala berkali-kali. Mencoba menghapus bayangan itu. Sial! Kenapa yang muncul Si Brengsek itu? Di kepalaku terus terbayang wajah Boruto yang tertawa, tersenyum, wajahnya yang memuakkan, dan lagi… wajahnya yang memerah. Bahkan aku membayangkan tubuhnya yang telanjang! Sialan, apa yang sedang kupikirkan?
Tak terasa, rupanya aku sudah sampai di kediaman Nanadaime. Aku memencel bel pintu. Tak lama kemudian, di buka wanita cantik berambut violet. Hinata Oba-chan, istri Nanadaime.
"Sarada-chan, halo," sapa Hinata Oba-chan ramah.
"Halo, Baa-chan," aku balik menyapanya. Aku menyadari sesuatu. "Oh ya, Baa-chan, aku membawa oleh-oleh dari Otoo-san," kataku sambil menyerahkan tas plastik berisi beberapa bungkus mie ramen.
"Arigato, Sarada-chan. Nah, silahkan masuk. Boru-chan masih tidur di kamarnya. Oh ya, Sarada-chan, maukah kamu berada disini sampai jam 8 malam nanti? Aku dan Naruto-kun ada pertemuan antar Kage di Amegakure. Naruto-kun memintaku untuk ikut dengannya. Hima-chan juga ikut dengan kami," jelas Hinata Oba-chan. Hinata Oba-chan menggenggam tangan kananku erat. Dia memasang wajah memelas. "Jadi, maukah kamu menemati Boru-chan sebentar?" kata Hinata Oba-chan penuh harap.
Aku sweatdrop ketika melihat wajah memelas Hinata Oba-chan. "Baiklah…" kataku kemudian.
"Baiklah, Sakura-chan sudah mengijinkanmu disini untuk beberapa waktu. Nah, Himawari! Ayo kita berangkat!" kata Hinata Oba-chan berteriak.
"Nee… aku datang, Okaa-chan!" kata Himawari di dalam rumah. Gadis itu sudah di sebelah Hinata Oba-chan dalam beberapa menit. "Hai Sarada nee-chan!" sapanya sambil tersenyum.
"Lho, langsung berangkat?" kataku heran.
Hinata Oba-chan mengangguk. Himawari digendong Hinata Oba-chan di punggungnya. "Himawari, bersiap, ya! Nah, Sarada-chan, sampai jumpa! Sampaikan salam selamat tinggalku pada Boruto, ya!" kata Hinata Oba-chan sambil melambaikan tangannya. Hinata Oba-chan tiba-tiba menghilang dan muncul di atas atap dan melompati atap-atap itu dengan cepat.
Aku terdiam melihat kepergiannya. Cengo. Nah, jadi apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku memasuki rumah Nanadaime tanpa bilang permisi. Aku menutup pintu tatami dan menguncinya. Aku melepaskan sepatu sandal ninjaku. Aku meletakkannya di dalam rak sepatu.
Hmm… rumah Nanadaime selalu rapi seperti biasa. Hinata Oba-chan dan Himawari adalah 'pelaku' kebersihan dibalik semua ini. Dalam rumah ini, ada satu tempat yang sangat-sangat-sangat kemproh #anggap saja ini Bahasa Belanda (?). Tidak lain dan tidak bukan adalah kamar Boruto.
"Boruto?" aku memanggil namanya. Namun tidak ada respon dari si pemilik nama. Benar juga, saat ini Boruto masih tidur. Aku berjalan menuju kamarnya. Di depan pintu kayu dengan motif konoha, juga terdapat ukiran-ukiran dari shuuriken membentuk nama 'UZUMAKI BORUTO'.
Aku menelan ludah. Pipiku memerah saat imajinasi itu mulai terngiang lagi. Nafasku memburu dan jantungku berdegup kencang. Aku mengulurkan tanganku dan memutar knop pintu.
…
Jantungku berhenti berdegup kencang saat melihat 'pemandangan' ini. Aku memandang malas kamar Boruto yang penuh dengan baju-baju yang berserakkan. Sprei kasurnya terbuka sedikit. Nah, yang terpenting, Boruto tidak ada dalam kamar ini. Boruto kemana? batinku gemas. Aku masuk ke kamar Boruto. Jantungku kembali berdegup kencang saat mencium bau. Aroma anak lelaki. Aku merasakan celana dalamku kembali basah dan mengeluarkan banyak cairan. Aku berusaha menutupi celana dalamku dengan rok warna merah mudaku. Aku mulai terangsang dari bau ini. Bau ini seperti aphrodisiac yang dapat memicu nafsuku.
Hentikan! Apa yang aku pikirkan? Aku segera mengambil masker hijau di dalam saku rompiku. Lalu menutupi mulut dan hidungku sebelum ada beberapa hal yang tidak diinginkan terjadi. Aku pun mulai merapikan kamar Boruto.
.
[Time Skip] 45 menit kemudian…
.
Aku menghela nafas lebar. Aku memandang kamar Boruto dengan rasa puas. Akhirnya kamar ini menjadi bersih. Aku menyapu dan mengepelnya juga. Aku juga menyemprotkan aroma lavender pada kamarnya. Dengan begini, Nanadaime dan Hinata Baa-chan akan mengizinkanku aku dan Boruto menikah! Lalu, aku akan menjadi kakak ipar Himawari. Hah? Aku tersadar. Sebenarnya apa yang sedang kupikirkan? Aku jadi malu sendiri.
"Shannaro~~~!" kataku dengan penuh semangat. "Kali ini, aku akan membersihkan tempat lainnya yang masih belum bersih," tekadku. Aku pun membawa sapu dan alat pel keluar dari kamar Boruto.
Aku membuka satu demi satu kamar si rumah ini. Toilet, kamar Himawari, ruang makan, hingga gudang. Semuanya dalam keadaan bersih dan bersinar (?). Nah, tinggal kamar Nanadaime dan istrinya. Kemungkinan, aku akan menemukan kondom yang masih baru di bawah kolong meja tidurnya. Hei, lagi-lagi aku berpikir yang aneh-aneh!
Sudahlah, sambil membuka pintu kamar Nanadaime, aku terus menyimpan pertanyaan. Boruto tidurnya dima…
…na?!
.
.
.
"KYAAAAA…!"
.
.
.
Aku benar-benar tidak percaya apa yang kulihat ini! Aku tak percaya bahwa aku akan melihat 'hal' ini di umur mudaku! Tidak!
Aku melihat kamar yang bersih. Tentu saja itu bukan masalahnya. Pasalnya, di atas kasur berukuran king size itu terdapat buaya yang sedang tidur. Dia memasang wajah polos yang menurutku, itu menggemaskan. Sungguh, itu Boruto? Aku tidak pernah melihat wajah tidurnya. Namun, tentu saja itu bukan alasan aku berteriak kaget seperti itu.
Boruto ditemukan tertidur pulas dengan telanjang dada dan boxer orange yang menutupi tubuh bagian bawahnya. AC kamar terus menghembuskan 'nafas'-nya yang sangat dingin. Nah, yang menjadi pertanyaan, 'Kenapa bisa begitu?' dan 'Apa dia tidak masuk angin?'. Pipiku berdegup kencang. Aku meletakkan sapu dan alat pel di depan lemari berwarna coklat. Aku menutup pintu kamar.
"Boruto?" panggilku lembut sambil mendekati Boruto. Boruto tidak merespons jawabanku.
Kemaluanku mengeluarkan cairannya untuk yang ketiga kalinya saat melihat penis Boruto yang terbungkus kain celana boxer-nya. Akh! Aku tidak bisa menahan diri lagi!
Aku mencari selembar kain dan tali. Aku menemukan kain merah di lemari baju Nanadaime. Aku menutup mata Boruto yang masih terpejam itu. Aku berusaha melakukannya selembut mungkin agar dia tidak bangun. Saat aku mencoba mengangkat kepalanya…
"Sarada, mmm… jangan disitu…nyem…nyem…" igau Boruto. Aku membeku. Jangan-jangan, saat ini Boruto sedang memimpikanku? "Sarada, boleh…aku…lepas, …nih? Bra-mu," sontak pipiku langsung memerah mendengarnya. Hampir saja aku memukul wajahnya karena igauannya itu.
"Menyusahkan saja," kataku menghela nafas kesal. Aku berhasil memasang blindfold pada Boruto. Sekarang, yang harus aku cari adalah tali! Jangan gunakan tali tambang. Itu akan membuat tangannya lecet.
Aku menemukan banyak sekali selembar kain di salah satu rak lemari Nanadaime. Aku mengambil 4 lembar kain warna-warni. Aku pun mendekatinya dan duduk di sisi samping kasur. Aku mengangkat kedua tangan Boruto ke atas. Perlahan dan tetap lembut. Aku mengikat tangan kanan Boruto dengan salah satu kain pada tiang di sisi kasur. Lalu mengikat tangan kirinya. Setelah kedua tangannya terikat, aku tersenyum puas. Tanpa sadar, aku memandangi dadanya yang mulai membidang itu. Seksi! Benar-benar seksi! Tanpa ba-bi-bu lagi, aku langsung meluruskan kedua kaki Boruto yang menekuk. Lalu mengikat keduanya dengan tali.
Aku menghela nafas panjang ketika memastikan Boruto tidak bisa bergerak dan melihatku. Aku menelan ludah. Mencoba berpikir 2 kali. Uh, ini gara-gara penyakit penasaran akutku. Andai aku tidak mengintip Otoo-san dan Okaa-san, maka hal ini tidak akan terjadi! Aku berdiri di atas Boruto yang 'tampaknya' masih 'menikmati' tubuhku di mimpinya. Nah, Boruto bersiaplah! Di dunia nyata, akulah yang akan menikmatimu. Aku tak sadar bahwa air liur sudah mengalir dari sisi bibirku.
Aku memegang kedua pipi Boruto dengan kedua tanganku. Mencium Boruto yang mulutnya sedikit terbuka. Aku mencoba meniru ciuman yang dilakukan Otoo-san dan Okaa-san selama mereka 'bertempur' tadi. Saat bibirku bersentuhan dengan bibirnya, aku merasakan tonjolan kecil menusuk perutku. Aku melihat ke bawah lalu tersenyun usil padanya. Aku menjilati bibir bawahnya seperti Otoo-san lakukan pada Okaa-san. Boruto mengejang dan wajahnya perlahan berubah.
"Ngg~~" desah Boruto. Wajah Boruto berubah merah.
Aku menurunkan boxer Boruto. Aku melihat penis Boruto dengan seksama. Berdiri dan mengeluarkan sedikit cairan putih. Itu bukan sperma. Menurut artikel yang aku baca, kalau tidak salah namanya adalah cairan pre-cum.
"Jadi ini penismu, Boruto? Cukup besar untuk anak seusia 14 tahun," kataku sambil memainkan ujung buah zakarnya dengan jari-jariku.
"Agh…" Boruto kembali mengeluarkan suara aneh.
"Benar-benar masih perjaka," gumamku. Aku melepas seluruh pakaianku. Sehingga saat ini yang tersisa adalah sport bra berwarna abu-abu, rok pink, dan celana dalam. Aku kembali memainkan penis Boruto dengan mengelus penisnya dari bawah ke atas. Lidahku bermain pada bibir bawahnya.
Mataku membulat ketika merasa lidahku seperti 'ditangkap' oleh bibir Boruto. Aku menutup mataku. Aku berhenti memainkan penisnya. Kedua tanganku saat ini sedang memegang dada Boruto.
"Mnn~~" tanpa sadar aku mendesah.
"Sarada?" panggilnya. Aku segera menarik lidahku dari 'dekapan' dari bibirnya yang hangat. Rupanya dia sudah bangun. "Benar kan' ini Sarada? Sarada apa yang sedang kamu lakukan pada 'tubuhku'?" tanyanya dengan nada yang menjengkelkan. "Nah, Sarada-chan!" katanya gemas. Aku membeku. Tidak berani mengeluarkan kata-kata. "Sudah berapa kali kamu menempelkan sidik jarimu pada kejantananku?" tanyanya. "Kamu mengikatku dan menutup mataku, untuk apa?" sial! Orang ini mencoba mengintrogasiku. "Nah, bisakah kamu membuka penutup mataku? Setidaknya aku ingin melihat seberapa rata dadamu," katanya menggodaku.
Aku menurunkan penutup matanya sampai lehernya. Boruto membuka matanya perlahan. Cengirannya mendadak menghilang. Bibirnya menutup rapat-rapat. Dia berkali-kali menelan ludah. "Lebih besar dari yang ada dalam mimpiku," katanya tanpa sadar.
Aku langsung menampar pipinya mendengar perkataannya. "Shannaroo! Apa yang kamu katakan? Baiklah, lihat baik-baik bentuk dadaku!" kataku sambil melepas sport bra.
Boruto mendapat pemandangan yang tidak biasa. Dia kembali menelan ludah. "Ini punya Sarada," katanya dengan takjub.
Penisnya meraba-raba lubang vaginaku yang masih tertutup kain. Aku mengeluarkan desahan kecil saat Boruto mulai menggoyang-goyangkan pinggulnya dengan susah payah. Aku melepas celana dalamku. Lalu aku menunjukkan celana dalamku di depan Boruto. Boruto menelan ludah saat melihat celana dalamku. Aku melemparkan celana dalamku ke bawah kasur. Aku menggosokkan-gosokkan bibir vaginaku pada ujung penisnya.
"Sarada, kamu yakin tidak apa-apa? Kamu tidak tahu? Saat kamu berdarah karena kehilangan keperawananmu, rasanya itu sakit sekali! Sepertinya," kata Boruto merasa tidak enak.
Aku tersenyum padanya. "Terima kasih atas kepedulianmu," kataku. Aku mencium Boruto. Aku melakukan ciuman yang sama seperti yang Otoo-san dan Okaa-san. Lidahku dan lidah Boruto saling bersentuhan. Kami saling bertukar saliva. Aku memeluk kepalanya erat. Lalu, aku mulai memasukkan penis Boruto ke dalam kemaluanku.
"Ittai…!" kataku tertahan. Aku merasa rasa sakit yang luar biasa seolah, penis Boruto telah merobek sesuatu yang ada dalam kemaluanku. Air mataku mengalir menahan rasa sakit ini. Namun tatapan Boruto seolah menenangkanku. Aku membuka mulutku dan membiarkan lidah Boruto 'bereksplorisasi' di dalam mulutku.
Beberapa menit kemudian, aku melepaskan ciuman Boruto karena kehabisan nafas. Aku tidak sadar ternyata, penis Boruto sudah ada dalam tubuhku. Rasa sakit itu juga perlahan mulai menghilang.
"Nnggh… sempit sekali… Sarada, gerakkan pinggulmu perlahan. Jangan terburu-buru," kata Boruto memberi komando.
"Oke…" aku menuruti perintah Boruto. Aku menaik-turunkan pinggulku. Aku merasa tersambar petir ketika penis Boruto menyentuh 'ujung' yang aku tidak tahu namanya itu.
Boruto mendesah, namun desahannya tidak sebesar dengan desahanku. Boruto benar-benar 'anak kecil' dan 'perjaka'. Aku menutup mataku saat lidah Boruto menyentuh puting dadaku. Aku memeluk kepalanya lagi untuk memudahkannya mengulum puting susuku. Tampaknya Boruto tidak protes karena aku telah 'melumpuhkan' kedua kaki dan tangannya.
Tubuh Boruto bergetar saat aku mulai mempercepat gerakan pinggulku. Aku mendesah berkali-kali dan tanpa henti.
"Sarada, aku mau keluar…" kata Boruto dengan nafas tersenggal-senggal.
"Jangan keluarkan di dalam. Aku bisa hamil nanti," kataku tidak jelas.
"Aku tidak tahan lagi!" crraaashhh… Sperma Boruto mengalir ke dalam rahimku.
Nafasku tersenggal-senggal.
Boruto menelan ludah ketika melihatku, Tiba-tiba dia bangkit lalu mendorongku ke atas tempat tidur.
"Kenapa kau..." ujarku heran ketika melihatnya tersenyum di depanku. Tubuhnya berada diatasku.
Boruto menunjukkan shuriken di depan mataku. "Maaf, Sarada. Kamu benar-benar seksi. Aku jadi ingin menerkammu," kata Boruto sambil menjilat bibir atasnya.
"Apa?" teriakku tidak percaya. "Tapi aku baru saja keluar. Aku capek!" tambahku.
Namun, Boruto sudah membungkam mulutku dengan mulutnya. "Mmnggg...Boruto!"
Sialan. Aku tidak punya tenaga yang tersisa. Boruto bodoh itu masih saja memaju mundurkan kejantananya itu di dalam vaginaku! Dia tidak terlihat capek saat ini.
Tiba-tiba, handphone Boruto berbunyi. Dia mengangkat teleponnya. Pinggungnya masih dia gerakkan. Dia tidak peduli bahwa si penelpon akan mendengar desahanku. "Halo?".
"Boru-chan? Maaf, kami semua tidak bisa pulang hari ini. Tiba-tiba ada urusan mendadak. Orangtua Sarada-chan juga sekarang sedang pergi sampai pagi. Kamu suruh Sarada menginap saja! Rumahnya sudah dikunci. Bilang padanya, dia disuruh menginap oleh orangtuanya. Sudah, ya!" Nanadaime-sama menutup teleponnya.
Boruto tersenyum seram kearahku. "Kita bisa bersenang-senang sampai malam, Sarada~~," kata Boruto dengan evil grin-nya yang ternyata cukup menyeramkan.
'Oh tidak, Kami-sama, tolong aku...'
Oke, segitu aja ceritanya. Nggak bakal lanjut. Maaf kalo saya buat adegang gitunya kurang panjang. Mohon reviewnya, ya. Love You All!
