Disclaimer :

FF ini milik saya.

Cast dalam FF ini saya ambil dari :

Changmin dari karakter Changmin Dating on earth

Sungmin, Donghae, Hangeng dan Hyukjae dari karakter dari Sungmin, Donghae, Hangeng dan Hyukjae attack on the pin up boy

Lee Hyukjae *Suami saya* #Titik gak pakai koma#

Note :

Saya sedang bingung, pas muncul ide bikin sekuel mala hide geje ini yang muncul. Maaf jika tidak sesuai harapan. Dan maaf jika saya suka menyiksa main chara saya. Kekekeke #Demon Laugh#

Warning :

Membingungkan, typo, ada kekerasan, alur membingungkan, cerita membosankan, waspadai jika menimbulkan kegejean tingkat tinggi, Silent chara.

Genre :

Friendship, Romance, Hurt/comfort, little angst.

.

.

.

ONE

(sekuel of YOU)

~0:. HEART .:0~

.

.

Hyukkie akira

Present

.

.

Lets start

.

.

Sunyi senyap meramaikan kegelapan malam. Bulan tampak bersembunyi dibalik tumpukan awan. Bintangpun enggan bersinar. Seorang pemuda manis berwajah aegyo melangkahkan kakinya dengan tergesa, ia berusaha secepat mungkin menjangkau kenop pintu yang terletak di hadapannya.

Suasana kegelapan segera menyergap pandangan matanya. Ruangan itu tak ubahnya seperti pemakaman yang sunyi senyap, seolah tak ada kehidupan di dalamnya. Tak satupun lampu yang tergantung di ruangan itu yang menyala, sekedar memberikan sedikit penerangan.

Wajahnya menampakkan kepanikan. Segera dilangkahkan kakinya menyusuri ruangan yang menjadi satu-satunya ruang tamu di tempat itu, tak lupa dinyalakannya lampu untuk menerangi jalannya menuju sebuah kamar di ujung tempat tersebut.

Pintu kamar itu sedikit terbuka, sama dengan kondisi ruangan lain di rumah sederhana itu, hanya ada penerangan dari temaram lilin yang sengaja menghias indah di atas meja. Langkah kaki pemuda itu terhenti saat ia mendapati sosok rapuh yang kini sedang memeluk erat kedua lututnya, menempelkannya pada dadanya yang bergetar.

Pemuda itu sadar, sosok yang sedang meringkuk di dalam sana pastilah kini tengah menangis dalam diam, ini sudah hal yang biasa ia lihat. Semakin lama sosok itu semakin rapuh dan seolah sedikit demi sedikit api kehidupan itu akan padam, sekeras apapun ia mencoba bangkit namun luka itu jauh lebih menyakitkan, tak menyisakan sedikitpun kekuatan untuk berdiri kokoh kembali.

"Hyukkie…" Lirih pemuda yang ternyata adalah Lee Sungmin. Sahabat sekaligus satu-satunya orang yang mengetahui seberapa berat hidup yang dilalui pemuda itu. "Sudah satu tahun lebih semua berlalu, bahkan kita telah meninggalkan tempat itu sejak dua bulan lalu… Namun tak dapat merubah kesedihanmu. Kenapa harus kau, Hyukkie?" Ia masih bersandar dibalik dinding dengan wajah menahan tangis.

Yah, ia dan pemuda rapuh bernama Hyukjae itu memilih meninggalkan tempat mereka yang lama untuk mengubur masa lalu yang menyakitkan, mencoba bangkit menjadi sosok baru yang jauh lebih baik. Namun hal itu berakhir sebagai angan-angan semu. Karena kenyataannya kepindahan mereka ke tempat ini tak merubah sedikitpun sosok Hyukjae yang hancur.

Sungmin sudah terbiasa mendapati Hyukjae yang menangis dalam kesunyiannya, menangis hingga ia lelah dan terbuai dalam alam mimpi. Ia selalu menyembunyikan hal ini pada siapapun, menutupi kehancurannya dengan berpura-pura tegar keesokan paginya. Namun Sungmin selalu mengetahuinya, meski ia diam saja dan mencoba memberi dukungan tanpa mengungkit kesakitan yang di derita orang terkasihnya itu.

"Andai dulu kau tak mengenalnya, mungkin kau tak perlu menderita Hyukkie." Ia kembali bergumam dalam sunyi. "Seharusnya aku bisa menjagamu. Tapi aku memang hyung yang tak berguna." Sesalnya, meski ia sadar tak ada satupun suara yang akan membalas kata-katanya.

.

.

Sudah sepuluh menit lebih ia terdiam di tempatnya. Perlahan Sungmin melihat keadaan dongsaengnya yang kini tertidur dengan posisi memeluk dirinya sendiri. Bergulung di atas lantai dingin di samping single bed yang menjulang.

Perlahan langkah kaki Sungmin membawanya mendekati sosok Hyukjae yang tertidur dengan jejak air mata yang menganak sungai dipipi pucatnya. Dibelainya pelan rambut coklat kemerahannya yang kini sudah mulai panjang. Ia membawa tubuh itu ke atas tempat tidur, dan diselimutinya dengan penuh kasih sayang. Tak lupa sebuah ciuman hangat didahi Hyukjae sebagai hadiah pengantar tidur.

Sungmin perlahan beranjak meninggalkan ruangan itu, dengan langkah berat ia beranjak mematikan lilin yang meneragi ruangan itu, dan tepat sebelum ia menutup pintu Sungmin menggumamkan sebuah harapan dan do'a yang tak bernah absen ia ucapkan setiap hari. "Semoga esok jauh lebih baik, semoga kau kembali mendapatkan kebahagiaan itu lagi Hyukkie."

Pintu ruanganpun tetutup, meninggalkan sang pemilik yang kini sedang terlelap dalam belaian mimpi. Mimpi yang hanya berisi kekosongan dan kegelapan. Tak ada sedikitpun keindahan dalam hidupnya kini, walau itu hanya dalam mimpi.

.

.

Seorang pemuda jangkung berjalan menikmati udara pagi yang hangat, sesekali ia bersiul riang menikmati perjalanannya yang tinggal beberapa meter lagi dari tempat tujuan. Sebuah rumah mungil dengan cat peach indah berdiri dengan kokoh di depan matanya. Senyum terkembang dibibirnya saat didapatinya dua orang yang ia kenal berdiri di depan pintu.

"Sungminnie Hyung! Hyukkie-ya!" Teriaknya dari jauh sambil berlari kecil. Membuat dua pemilik nama yang tadi disebutnya seketika menoleh. Pemuda bernama Sungmin menoleh dengan tatapan kesal, sedangkan Hyukjae memberikan sebuah senyum tanpa makna itu lagi.

"Changminnie babbo! Sudah berulang kali kubilang panggil Hyukkie dengan sebutan Hyung!" Murka Sungmin melihat kelakuan anak yang ada di depannya kini.

"Andwe! Aku tidak mau… Hyukkie saja membolehkan aku memanggilnya tanpa embel-embel hyung!" Bela pemuda jangkung bernama Changmin itu. Sementara obyek perdebatan itu hanya menatap keduanya dengan gelengan kepala pelan.

Hyukjae menarik baju yang dikenakan Changmin dan Sungmin, ia memberikan isyarat bahwa ia harus pergi dulu, karena hari memang sudah siang dan ia harus menyerahkan lembaran kertas berisi editan artikel untuk sebuah percetakan majalah.

Pekerjaan baru Hyukjae adalah menjadi editor tidak tetap di sebuah percetakan majalah di kawasan Daegu, karena baginya pekerjaan itulah yang tidak membutuhkan pembicaraan dan dapat mengalihkan konsentrasinya pada tumpukan kertas bertinta itu.

Setelah berpamitan dengan caranya Hyukjae berjalan meninggalkan dua namja yang masih menatap sendu punggungnya yang beranjak menjauh. "Dia masih belum mau bicara ya, hyung?" Changmin memecahkan keheningan yang tercipta sepeninggal Hyukjae.

Sementara pemuda yang di ajak bicara Changmin hanya mengangguk dan mulai melangkahkan kakinya untuk menyambut aktifitas paginya. "Bahkan semalam ia menangis lagi." Jawab Sungmin iba dengan kenyataan itu. "Aku muak dengan kerapuhannya. Aku membenci Lee Donghae yang membunuh tawa Hyukkie!" Ia berjalan dengan langkah yang dihentakkan. Membuat pemuda jangkung itu tertegun dengan apa yang dilihatnya.

.

.

Langkah kakinya membawanya ke tempat ini, tempat yang setidaknya bisa sedikit membuat hatinya hidup. Yah, seorang Lee Hyukjae berjalan menuju sebuah panti asuhan di dekat tempatnya bekerja. Ia biasa menghabiskan waktunya disana dengan melihat anak-anak kecil bermain.

"Hyukkie hyung!" Seorang bocah mungil berlari menghampirinya, ia segera mendekap namja pirang yang berdiri di hadapanya itu. Mata bulatnya menatap wajah yang menyunggingkan senyum kecil itu.

"Hyukkie hyung, yoogeun kangen cama hyung…" Anak kacil itu semakin mengeratkan pelukannya. Sementara yang dipeluk membalas dengan mengusap kepala bocah kecil imut itu. Ia menganggukkan kepala sebagai jawaban.

Anak itu segera menarik namja pirang yang masih mematung di depan pintu, penghuni panti ini sudah terbiasa dengan kehadiran seorang Lee Hyukjae yang selalu dalam keterdiamannya, hanya anggukan, gelengan dan beberapa isyarat kecil yang ia gunakan untuk berbicara.

"Hyung… cini-cini, aku kenalin cama hyung balu di cini. Eomma yang nemuin dia pas pingcan di jalan…" Yoogeun menyeret Hyukjae untuk menemui seseorang yang disebut hyung baru itu. Ia hanya menurut saja saat salah satu dari namdongsaeng kecilnya ini membawanya ke lapangan belakang.

"Han hyung!" Teriak Yoogeun dengan nada ceria. "Cini Yoogeun kenalin cama Hyukkie hyung…" Lanjtnya sambil berlari menghampiri namja tinngi yang tadi memunggungi mereka.

Terlihat jelas ia masih terluka, buktinya beberapa perban melilit sekitar kepala dan lengan kekarnya. Wajahnya sangat tampan dengan senyuman ramah dan menenangkan. Ia berjalan menuju tempat Hyukjae berdiri. Menyapanya dengan ramah.

"Annyeong, Tan Hankyung imnida." Ucapnya dengan mengulurkan tangan, ia tersenyum lembut pada Hyukjae yang masih diam.

Tersadar dari lamunannya Hyukjae menyambut uluran tangan itu dengan senyum yang akhir-akhir ini menghiasi bibir kemerahannya. Ia tak membalas perkataan namja itu sehingga membuat namja tampan bernama Hankyung itu mengernyit bingung.

"Kau tak mau menyebutkan namamu?" Tanya Hankyung spontan. Pemuda itu hanya diam dengan tatapan mata kosong dan ekspresi datar, entah kenapa dalam hatinya Hankyung melihat kepedihan dan luka yang terpancar dari sosok manis ini.

"Han hyung tidak loleh bicala begitu… Hyukkie hyung tidak pelnah bicala cama capapun." Terang bocah kecil bermata bulat itu. Hankyung hanya mengernyit bingung. 'Apa pemuda ini bisu?' Pikirnya.

"Emm… Mian, apa kau tidak bisa bicara err Hyukkie-Sshi?" Tanya Hankyung yang dirundung penasaran itu. Pemuda itu hanya mengangguk dengan ekspresi yang bisa menyayat hati saat Hankyung yang melihatnya.

Tatapan mata sendu, senyum pilu yang dipaksakan, tak ada kata yang terucap dari bibir merah delimanya dan seluruh kemisteriusan yang menyakitkan dari namja di depannya itu sukses membuat Hankyung penasaran dengan sosok indah yang kini berjalan menjauh darinya.

'Siapa dia sebenarnya? Kenapa aku ingin tahu tentang apa yang terjadi di balik semua kemisteriusan sosoknya?' Tanya Hankyung pada dirinya sendiri.

.

.

Tuk… Tuk… Tuk…

Suara langkah kaki terdengar seperti sebuah ketukan di atas lantai marmer gedung megah itu. Bunyi itu berasal dari high heels yang menumbuk lantai. Seorang wanita dengan dress anggun selututnya menghentikan langkahnya tepat di depan double door yang ada dihadapannya.

"Oppa…" Suaranya beresonansi memanggil seseorang yang menjadi penghuni tempat tersebut. Namun tak ada sahutan dari dalam, hanya sunyi yang menembus pendengaran wanita cantik itu.

Dengan tak sabar ia menerobos masuk kamar bercat putih itu, di dalamnya berdiri seorang pria yang sedang memandang tanpa arah pada pemandangan di luar sana, bahkan ia tak peduli dengan langkah kaki yang mendekatinya.

"Oppa… Sudah dua minggu kita menetap disini, tapi oppa sama sekali tak beranjak dari ruangan ini. Bukannya ini yang oppa minta? Hidup normal meninggalkan Black Fire dan memulai semua dari awal." Yeoja tersebut meminta penjelasan. Benar saja, kedatangan mereka ke Daegu memang untuk menikmati kebersamaan mereka.

.

Donghae_POV

.

Ck, menyebalkan! Kenapa yeoja ini tidak berhenti menggangguku. Oke ini memang keputusan fatalku, aku yang memang tak bisa melihatnya terluka di depan mataku malah memilih jalan meninggalkannya. Hyukkie… Bagaimana kabarnya yah?

Sejak kejadian malam itu aku tak pernah sekalipun melihat sosoknya, yang terakhir tertekam dalam ingatanku adalah sosoknya yang terluka memandang kosong padaku dengan air mata yang mengalir deras, setelah itu aku tak tahu apa yang terjadi padanya. Mungkin dia sudah menemukan kebahagiaan lain yang lebih baik dari pada aku.

Aku sudah mencarinya selama ini secara diam-diam. Yah, karena aku tak mungkin membiarkan Yoona sekali lagi menyakitinya. Namun tak ada hasil yang kudapatkan, dia seolah menghilang tanpa jejak. Begitupun Sungmin hyung yang entah dimana keberadaannya.

"Oppa…" Suara memuakkan itu lagi. Kenapa yeoja tak punya hati itu masih ada di dekatku? Belum lelahkah ia aku acuhkan selama ini? "Jawab aku oppa?" Pintanya.

"Kau tahu sendiri bahwa kita kemari untuk hidup normal, tapi kenapa kau tak biarkan aku hidup sendiri saja?" Ujarku dingin.

"Bukankah oppa yang memilihku ketimbang namja bodoh itu, oppa sendiri yang bilang di depan mainanmu itu. Jadi wajar aku ada di dekatmu, lagi pula aku sudah meminta appa untuk mempersiapkan pertunangan kita." Yeoja keras kepala bernama Yoona itu beranjak menjauh dari tempatku.

Sungguh aku tak habis pikir, semua orang telah tertipu dengan tampang cantik dan lembutnya, mereka tak tahu siapa yeoja yang mereka banggakan itu. Tidak lebih dari seorang iblis kejam yang licik. Cih, ia berhasil membohongi appanya dengan mengatakan selama ini ia sedang menimba ilmu. Namun kenyataannya dia menjadi pemimpin organisasi Black Fire dan membawa serta diriku di dalamnya.

Muak, aku muak berada disini. Dengan langkah gusar aku meninggalkan tempatku mengurung diri, akan kucari udara segar kota Daegu yang kutempati kini.

.

.

Kini aku sedang menikmati udara luar yang menyejukkan, dengan pepohonan yang menjadi pelindung dari sinar matahari siang yang tak begitu terik. Kulihat sebuah kedai ice cream yang ada di ujung jalan sana. Aku ingin menikmati ice cream.

Hah, aku tersenyum miris mengingatnya, hanya dengan menyebut ice cream aku jadi mengingat namja manis yang sampai kapanpun akan mengisi hidupku. Ia sangat menyukai strawberry ice cream. Aku bisa mengingat dengat jelas senyum yang merekah dibibir indahnya saat aku mengajaknya membeli ice cream, ia akan menampilkan senyum polos yang sangat kurindukan saat ini.

Langkahku terhenti saat tak jauh dari sana kulihat sosok yang amat kukenal sedang berjalan dengan seorang namja jangkung yang ada di sampingnya. Reflek aku berlari mendekati sosok itu. Sosok yang mungkin saja dapat membawaku bertemu Hyukkie-ku.

"Su-Sungmin… Hyung…" Panggilku begitu ada di dekatnya, ia segera menoleh dan menatapku tak percaya. Sementara namja jangkung itu hanya mengernyit tak mnegerti. Namun sedetik kemudian tatapan mata Sungmin hyung berubah dingin dan menyakitkan, entah kenapa ia menatapku seperti itu.

"K-kau!" Suara Sungmin hyung mendesis dingin ke arahku. Aku jadi bingung dengan apa yang terjadi padanya. Kenapa ia menatap penuh kebencian padaku. Apa karena aku telah meninggalkan Hyukkie dulu?

"Hyung?" Panggilku dengan sedikit canggung, ia menatapku dengan mata bulatnya yang berkaca-kaca. Tangannya mengepal erat dengan wajah yang dihiasi ekspresi dingin yang kentara.

"Mau apa kau?" Ucapnya padaku dengan menatap tepat dimataku.

"Minnie Hyung, dia siapa?" Pemuda jangkung yang ada di sampingnya bertanya. Sepertinya ia menyadari ada yang berberda dari sosok Sungmin saat ini.

"Dia Lee Donghae, Lee Donghae yang tak punya hati." Jawaban Sungmin hyung sungguh menusukku. Kenapa dia berkata begitu? Apa dia tak tahu jika aku mengambil keputusan meninggalkan Hyukkie hanya untuk menyelamatkannya?

Mata pemuda jangkung itu terbelalak. Ia hanya menatapku dengan pendangan yang tak dapat kuartikan maksudnya, namun bibirnya terkunci rapat. Tak ada suara lagi yang keluar dari mulut namja itu.

"Mau apa kau Lee Donghae? Ah, atau mungkin lebih tepatnya tuan Lee Aiden." Sinisnya.

"Aku mau mencari Hyukkie, apa hyung tahu dimana dia?" Tanyaku langsung ke inti pembicaraan. Aku tak mau berbelit-belit, apa lagi dengan situasi yang aneh seperti ini.

"Heh, untuk apa kau mencarinya? Belum puas kau menyakitinya?"

'Deg!'

Aku memang telah menyakitinya, tapi apa aku salah jika aku ingin melindunginya dengan cara itu? Seharusnya Sungmin hyung tahu alasanku saat itu, iapun juga pasti akan melakukan hal yang sama bukan?

"Hyung, aku melakukannya karena ingin menye—"

"Ya aku tau." Potongnya cepat pada ucapanku yang belum sempat kuselesaikan. "Aku tahu kau tak ingin ia terluka bukan? Tapi asal kau tahu akibat dari keputusanmu saat itu! Hyukkie hancur tak tersisa. Kau yang membuatnya terpuruk dalam kerapuhannya. Kau—" Ia menghentikan kalimatnya.

Apa yang terjadi? Kenpa semua jadi begini? Mendengar pernyataan itu membuatku menjadi sakit, hatiku rasanya terkoyak saat mengetahui bahwa ia menderita karena ulahku.

"Dia kenapa hyung?" Tanyaku dengan suara yang nyaris seperti bisikan.

"Bukan urusanmu! Kau hanya akan menghancurkannya lagi." Sungmin hyung segera berlari meninggalkanku yang mulai goyah, aku tak tahu apapun yang terjadi padanya sejak saat itu, aku juga tak tahu jika karena ulahku aku telah menyakitinya, dia memang rapuh tapi aku tak berniat membuatnya hancur.

Tubuhku lemas, aku terduduk di jalan yang lumayan ramai itu. Orang-orang yang tadinya melihat kearah kami kini telah kenbali pada aktifitasnya. Kurasakan sebuah tangan menarikku dan membimbingku ke tempat yang lumayan sepi, di sebuah kursi panjang di tepi jalan ia mendudukkanku.

Wajah pemuda itu terlihat lebih tenang, walau sorot matanya menyimpan banyak perasaan yang beradu di otaknya. "Apa benar kau Lee Donghae?" Pertanyaan itu hanya kubalas dengan anggukan singkat.

"Aku tak peduli siapapun kau, tapi aku tak akan memaafkan orang yang telah membuat Hyukkie seperti sekarang." Ucapanya tanpa melihatku.

"Memangnya dia kenapa?" Tanyaku dengan perasaan yang mulai tak nyaman.

"Entahlah, aku tak tahu pasti. Yang jelas setahun lalu aku membantu Sungmin hyung—sepupuku—untuk menjaga sesorang yang sedang koma, tubuhnya lemah, bahkan dokter pun mulai menyerah. Menurut mereka semangat hidup Hyukkie sudah musnah, jadi ia tak mungkin membuka mata selamanya. Yah bisa dibilang nasibnya sama seperti mayat hidup."

Kubiarkan namja itu bercerita dengan sendirinya. Dadaku sesak mendengar segala yang terucap dari bibirnya. Kenyataan pahit tentang seorang Hyukkie. Dan itu karena ulahku.

"Namun suatu ketika keajaiban membawa kesadarannya. Memang Hyukkie berhasil bangkit dari komanya, tapi ia tak bisa bangkit dari kehancuran hatinya."

Pemuda di sampingku it uterus saja bercerita, cerita tentang kenyataan yang semakin memperdalam penyesalanku, bagaimana tidak? Karena ulahku Hyukkie-ku koma, ia menjadi orang yang berbeda, bukan lagi seorang Lee Hyukjae dengan senyum polos dan tulusnya, tak ada lagi Lee Hyukjae yang penuh semangat dan keceriaan, Lee Hyukjae yang sekarang hanyalah manusia yang hatinya telah hancur, ia hidup namun hatinya seolah mati.

Aku tak sanggup berbicara lagi, lidahku kelu untuk sekedar mengucapkan sepatah kata. Hanya mendengarkan kenyataan pahit yang kutorehkan pada orang yang seharusnya ku lindungi sepenuh hati. Akulah yang menghancurkan hidupnya, aku yang memadamkan api semangatnya yang terakhir.

"Asal kau tau, dulu ia pernah mengalami hal yang menyakitkan dan berhasil bangkit dengan susah payah. Namun kau malah membuatnya terjatuh di lubang yang sama menyakitkannya, bahkan mungkin lebih sakit. Dan akibat dari itu…" Aku sudah tak mau mendengar lagi sudah cukup aku mengetahui kehancuran orang yang ku sayang karenaku.

"Dia tak mau membuka suara lagi, dengan kata lain dia seperti orang bisu." Pemuda itu menutup ceritanya dengan sebuah kenyataan lain yang benar-benar meruntuhkan pertahananku, air mataku menerobos keluar, mengalir deras tanpa henti.

Pantas saja Sungmin hyung membenciku, aku telah mengakibatkan dongsaeng kesayangannya menjadi sedemiakian rapuh dan hancur berkeping-keping karena kebodohanku. "Baiklah aku pergi dulu." Pemuda jangkung tadi meninggalkanku sendiri dalam kubangan penyesalan yang pasti akan menghantuiku selamanya.

.

End Donghae_POV

.

.

Sepasang kaki Hyukjae melangkah di tengah keramaian kota Daegu sore itu. Warna cerah langit yang merupakan warna biru bercampur oranye menjadi pemandangan tersendiri bagi siapapun yang melihatnya. Bahkan sang awan tak ada yang berarak rendah. Semua terlihat indah dan memukau mata.

Rasanya sedikit dari perasaan Hyukjae yang tersisa ingin menikmati keindahan yang disuguhkan alam untuk menghiburnya, namun seolah rasa bahagia dalam hatinya telah tertutup oleh sebuah kekecewaan atas segala dusta yang pernah menghancurkannya.

Langkah Hyukjae terhenti saat sebuah mobil mewah berhenti di depannya, namun ia berniat mengambil jalan berputar, saat ia akan berbalik tangannya ditarik kasar hingga tubuhnya berbalik mengahdap sang penarik tadi.

Ia menatap kaget pada orang yang sedang mencengkeram lengannya, itu adalah pamannya. Kenapa ia kembali lagi menemuinya? Dan dari mana mereka tahu kalau Hyukjae pindah ke Daegu?

Rasa takut menjalarinya saat ia dipaksa memasuki mobil mewah berwarna hitam tersebut, ia mencoba berontak namun tak bisa, saat tubuhnya dibanting kedalam jok ia hanya mencoba kabur dengan usaha yang sepertinya sia-sia. Mengingat pintu mobil yang terkunci.

"Hm, kau tak mungkin kabur lagi, bocah sialan!" Ucapan dingin itu di lontarkan pada Hyukjae yang masih bersih keras untuk lolos dari cengkeraman yang terasa menyakitkan itu. "Ah, kau pasti pensaran kenapa kami bisa menemukanmu, bukan?" Lanjut pria itu.

Hyukjae memang peasaran, tapi ia sekarang tak peduli lagi, ia lebih peduli dengan keselamatannya yang terancam jika berada bersama paman dan bibinya itu.

"Kami sengaja menyuruh orang untuk mencari keberadaanmu, dan sekarang kau tak akan lolos lagi." Tanpa persetujuan siapapun wanita yang bernama Yuri itu menjelaskan bagaimana ia bisa mendapatkan Hyukjae sampai sejauh ini. "Cepat buat dia diam, dia menyusahkan kalau begini." Desisnya memerintah suaminya.

Dengan cepat lelaki paruh baya itu mengeluarkan sebuah jarum suntik yang telah berisi cairan obat dan menusukkannya pada lengan Hyukjae. Sementara sang empunnya lengan hanya menahan rasa sakit dan pusing yang menyebar ke seluruh tubuhnya, hingga akhirnya gelap membawa serta dirinya.

.

.

Sungmin hanya mondar-mandir tak tentu arah sejak tadi, sementara pemuda jangkug bernama Changmin di sebelahnya sibuk menghubungi beberapa nomer yang berbeda di hpnya, mereka berdua sedang dilanda kecemasan karena Hyukjae yang sejak tadi pagi belum juga menampakkan batang hidungnya.

Hari sudah beranjak larut tapi tak ada tanda-tanda kepulangan Hyukjae, raut hawatir kini menghiasi wajah kedua namja tersebut. Mereka tak akan bisa merasa tenang jika Hyukjae belum diketahui kabarnya.

"Bagaimana Changmin-ah? Apa ada kabar tentang Hyukkie?" Tanya Sungmin sambil mengambil posisi duduk di sebelah Changmin. Sebuah gelengan dan helaan nafas frustasilah yang menjadi jawaban dari namja di sebelahnya.

"Kemana perginya anak itu?" Gumam Sungmin lirih, tiba-tiba pikirannya melayang pada kemungkinan yang sangat tidak ia harapkan. "Apa Donghae yang membawanya?" Ujar Sungmin menimbang sekelebat pemikiran yang melintas di otaknya.

"Tidak mungkin dia Hyung, dia bahkan tak tahu apa-apa tantang keberadaan dan kondisi Hyukkie, lagi pula aku tak yakin dia bisa menyakiti Hyukkie." Balas Changmin santai.

"Lalu siapa? Dan lagi… Memang Hae tak mungkin sengaja menyakiti Hyukkie, tapi yeoja sialan yang bersamanya bisa saja membuat Donghae bertindak bodoh lagi." Setelah mengucapkan kalimat itu suasana jadi diam dan hening, tak ada satupun yang membuka suara, lebih pada pikiran masing-masing yang sedang berkalana jauh.

.

.

Matahari belum sempurna menampakkan wajahnya di langit pagi, namun dua orang ini telah bergegas meninggalkan bangunan kecil di bagian kota Daegu tersebut. Mereka bergegas menuju halte untuk menanti bus pertama pagi ini. Keduanya sudah berniat akan mencari Hyukjae ke panti asuhan tempat dimana Hyukjae sering menghabiskan waktu luangnya.

"Hyung, busnya datang." Panggil Changmin pada sosok aegyo yang sedang duduk setengah mengantuk itu.

Sedikit enggan namja aegyo itu berjalan menuju bus yang kini berhenti tepat di depan mereka, suasana masih nampak sepi, tentu saja hal tersebut dikarenakan belum waktunya ornag-orang melaksanakan kegiatannya.

Dua orang namja itu duduk berdampingan di bangku belakang, keduanya hanya mengisi kesunyian itu tanpa ada pembicaraan. Hingga tiba-tiba bahu Changmin merasakan berat di pundaknya yang tak diketahui apa itu. Namun begitu melihat bahwa itu adalah kepala Sungmin yang bersandar padanya dengan wajah tidurnya yang tenang membuat Changmin tak berkutik sama sekali. "Aku akan membangunkanmu jika sampai Hyung." Ucapnya lirih sambil mengusap lembut kepala hyungnya itu.

.

.

Kini mentari boleh duduk di singgahsana kekuasaannya, meninggalkan malam yang bersinar tanpa bulan dan memberi sinaran tersendiri bagi suasana pagi ini. Derap langkah membentur pelan di teras sebuah bngunan luas bertuliskan panti asuhan itu, namun masih belum ada kegiatan yang terjadi disana.

Tok… Tok… Tok

Suara ketukan di pintu kayu berwarna coklat itu membuat sang penghuni bangun dari mimpinya, terdengar suara sahutan dari dalam. Suara yang masih asing di telinga keduanya.

Tak berapa lama pintu terbuka dan menampakkan sesosok namja asing berdiri di hadapan dua namja yang mematung di balik pintu. "Ada yang bisa saya bantu?" Ucap pemuda asing berwajah oriental tersebut ramah.

"Ah… Kami ingin bertemu dengan Jung Nari ahjumma." Suara Cahngmin yang memberikan jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan namja tadi.

"Silahkan masuk, biar aku panggilkan dulu." Selesai mempersilahkan kedua tamunya masuk, namja asing tadi segera menemui Jung ahjumma, pemilik panti asuhan tersebut.

Tak perlu menunggu terlalu lama sosok yang mereka cari berjalan menuju ruang tamu, masih dengan pemuda tampan tadi disampingnya. Setelah ia mendudukan dirinya di kursi yang tersedia ahjumma bernama nari itu tersenyum ramah pada dua pemuda yang tak asing di matanya.

"Ada apa Sungminnie, Changminne, tumben sekali kalian pagi-pagi sudah kesini?" Wanita itu bertanya langsung dengan senyuman yang bertengger di wajah cantiknya yang sama sekali tak termakan usia.

Sungmin menjawab dengan agak gugup, ia sendiri merasa tak enak menganggu orang sepagi ini, tapi mau bagaimana lagi? Ia terlanjur hawatir pada sosok rapuh Hyukjae yang tiba-tiba hilang. "Kami kemari ingin menanyakan… Apa Hyukkie menginap disini?" Ungkap Sungmin terus terang.

"Hyukkie?" Pekik kedua orang itu bersamaan namun suara Hankyung terdengar lebih lirih.

"Sejak kemarin ia tak pulang ke rumah Ahjumma, jadi kami putuskan mencari kemari, dan melihat reaksi kalian sepertinya ia juga tak ada disini. Mungkin lebih baik kami mulai melaporkannya ke kantor polisi saja." Putus Changmin yang memang sudah memiliki rencana seperti itu.

"Tunggu…" Sebuah suara yang cukup asing terdengar di ruangan itu, suara itu berasal dari salah satu penghuni ruangan yang jujur saja belum di kenal Sungmin maupun Changmin. "Bolehkah aku membantu mencari?" Tanyanya.

Mereka yang ada disana hanya memandang bingung pada sosok itu. Merasa menjadi pusat perhatian, namja tadi akhirnya memilih menjelaskan maksudnya dengan tingkat ketenangan yang luar biasa ia berbicara.

"Aku ingin membantu kalian mencari pemuda bernama Hyukkie itu. Entah kenapa sejak pertama bertemu dengannya aku merasa tertarik padanya. Ada sesuatu yang tersembunyi dibalik cahaya matanya saat aku pertama melihatnya. Ada kesedihan dan kehancuran disana."

"Kau pernah bertemu Hyukkie?" Ketiga suara itu berkoar bersamaan menembus gendang telinga Hankyung.

"Yah, tepatnya kemarin siang. Yoogeun yang mengenalkannya padaku. Tapi dia hanya diam saja, apa kalian bisa menjelaskan tentang itu?"

"Maksudmu?" Lagi-lagi ketiga suara itu kembali menyuarakan pertanyaan bersama.

"Tentang Hyukkie. Semua yang ada pada Hyukkie." Pinta Hankyung, yah ini kesempatan baginya untuk mendapat informasi tentang orang yang sejak kemarin menghantui pikirannya. Ia benar-benar dilanda rasa penasaran yang besar.

Mereka bertiga saling bertatapan sebelum akhirnya menghela nafas panjang. Mungkin pemuda ini bermaksud baik, begitulah pemikiran mereka dan hal itulah yang membuat satu-persatu kata terucap dari mulut mereka secara bergantian membentuk sebuah kronologis carita pahit di masa lalu.

.

.

Sesosok pemuda meringkuk di ujung ruangan dengan luka yang menjalar di sekujur tubuhnya. Matanya yang sayu hampir terpejam erat namun kembali terbuka ketika ia merasakan sebuah lecutan ikat pinggang menghajar habis tubuhnya. Air mata kembali menggenang beriringan dengan sebuah ringisan kesakitan yang terdengar seperti helaan nafas.

Kini bahkan ia tak mampu lagi merasakan keberadaan tubuhnya, semua hanya terasa sakit yang kian menggerogoti tubuhnya. Ia sudah tak sanggup lagi menahan rasa sakit itu, sudah habis batas kesadarannya menerima kembali mimpi buruk ini. Hanya dalam hitungan detik kesadarannya pergi meninggalkan raga rapuhnya.

"Hey kau terlalu berlebihan menghajarnya, dia jadi pingsan sekarang." Seorang wanita cantik berkata dengan nada culas yang kentara.

"Aih, salahnya telah membuatku kesal!" Nada kekesalan terdengar jelas saat ia membalas pembicaraan tadi.

"Tapi kita tak dapat memaksanya menandatangani surat alih kuasa ini. Kalau dia setengah sadar mungkin kita bisa memaksanya menyerahkan seluruh warisannya pada kita." Lanjut wanita itu memberi argument.

"Yah, tunggu dia sadar. Aku akan memaksanya kalau melawan." Kata pria yang notabene adalah suami wanita bernama Yuri itu acuh. Tanpa kata lagi ia meninggalkan ruangan pengap yang ada di bangunan tua tempat mereka menyekap pemuda malang itu.

"Hah, baiklah. Selamat tidur bocah." 'Bukk!' Yuri pergi beranjak menjauh dari tempat itu dengan memberi hadiah tendangan hingga tubuh yang semula telungkup menjadi terlentang. Menampakkan seluruh luka yang ada di tubuhnya.

.

.

"Hallo… Bagaimana? Apa kalian sudah menemukannya?"

"…"

"Apa? Gudang tua perbatasan Daegu sebelah selatan yah? Baiklah, kalian hubungi polisi, besok kita kesana." Kalimat itu menghentikan percakapan yang terjadi, sambungan telepon pun telah ia putuskan secara sepihak.

Matanya menatap dua wajah yang sedang memandang hawatir dan penuh tanda tanya padanya, namun ia hanya membalasnya dengan sebuah senyuman yang semakin meningkatkan rasa penasaran dihati dua namja itu.

"Aku sudah menemukan tempat Hyukkie berada. Dan besok pagi-pagi sekali kita kesana." Ucapnya dengan nada tenang dan senyum yang terpasang diwajah tampanya.

"Sungmin-ah, Changmin-ah, kita harus mempersiapkan segalanya sekarang." Kedua namja yang namanya disebut tadi mengangguk sebagai jawaban. Kini mereka bertiga telah meninggalkan ruangan bercat putih gading itu dalam sunyi.

.

.

.

TBC

.

.

.

Huwaaaaaaaaaa selesai juga bikin sekuel buat FF YOU yang kemarin…

Saatnya balas Ripiu…

MutyaHyukjae : Aloooow yeah saya udah terusin ini epep, mungkin bakal jadi two shots… okeeee saya haehyuk shipper loh! Moga suka Mutya-sshi… Gomawo ripiunya…

Dina IchiHitsu JewelsHyukkielf : Alow ka, tau ajah kalo aku rada Psicho gitu… iya lagi demen nyiksa orang… makasih banget udah mau baca epepku lagi, epep kamu yang kemarin keren~ nah ini aku buatin sekuelnya. Moga suka ^^

Kykyucloudsomnia : Hahaha iya saya pengen buat Suami saya menderita dikit disini… ini sekuelnya… moga suka deh! Gomawoooo~ udah ripiu dua kali o

Teukteuki Jewelfishy : Yeeeee mian kalo kemarin gantung, ini udah saya buatin sekuel di tengah ngebelanknya otak saya~ Semoga suka walau ini masih TBC… hehehe

Yehyuk Eunhae : Yeeeeeey Makasih *HUG* hehehe makasih udah suka ff n aku *Plak* kekeke iyah ini aku lanjutin loh, rencana Twoshots tapi masih baru part 1. Doain aja cepet update… kekeke gomawo for RnR…

Unykyuminmin : Huweeeee…/ Umm abaca epep abalku… Gomawoooo*HUG umma* Makasih umma, aku bakal berusaha lagi meski dilanda cobaan disini. Makasih umma udah bikin aku bangkit buat epep lagi n makasih udah baca epepku…#Nangis bombai# ini lagi dibikin sekuel, hehe maaf menantu umma aku bikin menderita, tapi mungkin bakal happy end kok umma!

Ryu ha na : Aniiiiiii~ jangan bawa suami saya~ *Narik peluk Hyukkie* Wah author yang sering bikin Uke Hyukkie dating buat RnR epep abal saya… Gomawooo Baca sekuelnya yah!

Elf4ever : Demikian epep angst latihan saya bikin orang nangis? Makasih~ *Cupcupcup* iyah saya juga mikir kasian banget hidupnya belum merasa enak sama sekali. Kekeke okeeeeeee ini sekuelnya moga sukaaaaaa yey…

Cumanakecil : Yuhuuuu chingu gomawo udah negur saya… n makasih infonya yah… maklum saya gak pernah baca guideline Cuma accept doank… kekeke

NOTE :

Saya bakal tetep di FFN sampai seluruh epep saya dibumi hanguskan, saya juga menunggu pertimbangan owner tentang RPF ini…

Selama belum hilang saya bakal tetp disini… reader yang masih ingin ketemu sama saya n epep saya jika benar-benar tak mungkin lagi berada disini bias hubungi saya di:

Akira_.id atau Hyukkie Akira Everlastingfriend (Facebook)

.id atau Hyukkie_Akira08 (Twitter)

.com bagi yang ingin baca epep saya jika ffn benar-benar ditutup untuk RPF dan jika seluruh archieve saya lenyap… Kekeke

jangan hawatir reader semua… kita hadapi bersama… kita adalah keluarga… kita saling membutuhkan dan saling melengkapi… mungkin ini kekanak-kanakan tapi saya saying reader dan author SPI semua… saya akan bertahan walau saya di bashing ato di cap jelek. Saya tetap akan di rumah SPI… kita bersama sampai akhir ya…