Chapter 1

I Really Don't Understand about Him.

Untuk pertama kalinya, aku hidup sendirian. Setelah berhasil masuk ke SMA yang diimpikan, aku harus hidup sendiri akibat jauhnya sekolah baruku. "Non, sudah sampai." Ujar si sopir taksi, memberhentikan taksinya di depan sebuah gedung – yang tidak lain adalah tempat tinggal baruku. Sebuah apartemen yang biasa-biasa saja namun layak untuk dipakai.

"Terima kasih Pak." Aku menyerahkan ongkos taksi pada si sopir taksi. Saat kulihat sekeliling, tempat ini memang tertata dengan rapih. Soalnya kukira, sesuai dengan harga sewa yang relatif murah, membuatku berpikir apartemennya bobrok. Tapi setidaknya tempat ini cukup nyaman. Aku pun masuk ke dalam gedung itu. "Permisi…"

"Ya, selamat datang." Ujar seseorang dengan rambut pirang dan mata biru. Tampan, pikirku. "Ada yang bisa saya bantu?"

"Emm… Saya baru saja menyewa apartemen disini… Saya Kinomoto Sakura." Kataku gugup. Aku menarik napas sebentar.

"Oh, penyewa baru. Tunggu sebentar…" Lelaki itu pun pergi ke meja resepsionisnya, kemudian mengambil sesuatu dan menyerahkan sebuah kunci padaku. "Apartemenmu di lantai 7. Setiap lantai ada empat apartemen, kamu itu di apartemen no. 27…"

Aku pun berjalan ke arah lift, tapi lelaki itu memanggilku. "Tunggu sebentar!" Aku pun berhenti, dan lelaki itu menghampiriku.

"Kalau mau bantuan, tanya saja pada orang di sebelahmu. Dan jangan naik lift. Liftnya sudah nggak prima, kalau kamu maksain naik lift yang ada kamu terjebak di sana. Udah ada 15 orang nekat dan Cuma dua orang yang selamat. Lebih baik kamu naik tangga." Kata lelaki itu memperingatkanku. Itu gila. Naik tangga ke lantai 7 sambil bawa koper? Oh noooo! Tapi, daripada kejebak berjam-jam di lift, aku terpaksa naik tangga.

Sesampainya di lantai 7, aku berjalan ke arah apartemenku dengan letih. Maklum, kakiku udah nggak kuat lagi. Kalau naik lift, enak… Tapi kalau aku terjebak bagaimana? Perbandingan antara nggak selamat dan selamat – 13 : 2. Kubuka pintu apartemenku, dan apartemenku cukup simpel dan rapih. Fasilitasnya pun masih bisa diterima olehku. Aku langsung merebahkan diri di sofa. "Gila deh, naik tangga. Kapan sih tuh orang mau betulin lift?" pikirku.

Tak tersadar, aku tertidur. Aku bangun jam 6 sore, dan itu berarti aku telah tidur selama 5 jam! Perutku lapar, dan aku pun mengambil beberapa snack yang bisa dimakan. Selain itu, aku lupa nyari kerja sambilan. "Aduh mati aku! Mendingan aku siap-siap. Eh, tapi sebaiknya aku tanya Tomoyo dulu."

Tomoyo adalah sahabat baikku. Dia adalah sumber informasi terbaik yang pernah kumiliki. "Selamat sore…"

"Oh, Sakura-chan. Bagaimana kabarmu? Tempatnya bagus gak?" tanyanya.

"Bagus kok. Masih rapih dan nyaman. Oh ya, kamu tempat yang bagus buat kerja nggak?"

"Hmm… Beruntung deh, di dekat apartemen barumu tuh ada coffee shop, mending kamu kerja disana aja. Itu baru, dan masih ada lowongan. Lumayan kan?"

"Boleh juga tuh. Bagaimana kabarmu di sana, Tomoyo-chan?"

"Baik. Ngomong-ngomong, Eriol udah balik ke Jepang. Dia baru tahu kalau kamu SMA-nya bukan di Seijou, tapi di Shinonome…" Wah! Eriol-kun udah balik ke Jepang. Sayang banget aku nggak bisa ketemu sama dia.

"Oke deh. Udah dulu ya, Tomoyo-chan. Aku harus bergegas nyari lowongan. Bye!" Aku menutup telepon, lalu segera keluar dari apartemen dan menguncinya. Aku menuruni tangga dengan cepat, dan sesampainya di lantai dasar, aku menabrak seorang lelaki berambut coklat keemasan dengan mata amber. "Maafkan aku!"

"Aduh… Hati-hati dong kalau jalan. Nggak punya mata ya?" sindirnya tajam.

"Punya kok. Cuma kurang hati-hati aja… Ada yang sakit?" balasku tidak mau kalah. Sialnya, lelaki itu tidak menanggapinya dan langsung saja menaiki tangga. Karena kesal, kukatai dia. "Pengecut!" Tapi, dia sudah pergi. Orang itu benar-benar nggak sopan. Seenaknya aja bilang nggak punya mata! Udah deh, mending aku segera ke coffee shop yang diusulkan Tomoyo.

Sesampainya di coffee shop itu, aku mencoba mencari manager yang memiliki toko ini. "Permisi, apakah ada orang yang memiliki toko ini?" tanyaku kepada salah satu orang yang bekerja di kasir.

"Oh, mau ngelamar? Itu manajer, yang duduk di meja pojok." Katanya menunjuk orang berambut pirang dan mata biru. Aku kaget. Orang yang sama dengan pemilik apartemen. Eh, beda… Rambutnya lebih pendek. Ah, tak udah dipikirkan. Aku menghampiri orang itu.

"Maaf, bolehkah saya melamar?" kataku padanya.

"Oh boleh. Lagipula kami sedang kekurangan pegawai. Nama kamu siapa?" tanya orang itu dengan ramah.

"Ah… Kinomoto Sakura." Orang itu terkejut sedikit, seperti dia sudah mengenalku saja.

"Kamu yang baru saja tinggal di apartemen itu ya? Yah… Kalau begitu, kamu kerja setiap hari. Soalnya dekat sih…" Aku kaget. Setiap hari? Dia nggak ngasih waktu buat istirahat!

"Kok gitu…?"

"Oke deh. Senin-Jumat, kamu kerja mulai dari jam 4 sore sampai jam 9 malam. Kalau Sabtu-Minggu kamu kerjanya mulai jam 10 pagi sampai 3 sore. Gajinya lumayan kok, tenang aja." Katanya santai.

"Baiklah. Kapan saya boleh kerja?" tanyaku. Bukan masalah gaji sih, tapi gimana soal kesehatanku? Aku masih SMA dan disuruh kerja setiap hari. Ah, biarin aja. Daripada aku nggak bisa bayar uang sewa apartemen, mendingan aku kerja sungguh-sungguh di sini.

"Besok." Aku pun pergi meninggalkan toko itu, dan kembali ke apartemenku. Aku sudah mendapat tempat tinggal yang layak, kerjaan. Sekarang, aku harus segera tidur.

'PIP PIP PIP PIP PIP PIP PIP'

"Hoaaahhh…" Aku terbangun karena suara weker yang kupasang. "Sudah jam 6, lebih baik aku bergegas mandi dan sarapan, atau aku akan terlambat di hari pertamaku."

Aku membuka gorden di kamarku. Kuhirup angin pagi yang menyegarkan, dan aku pun masuk ke kamar mandi dengan segera. Selesai mandi, aku berganti baju dengan seragam SMA Shinonome dan menyisir rambut. Setelah itu aku membuat sarapan yang cukup simpel, omelet. "Hari pertama di tahun ajaran baru. Semoga aku bisa membuat sahabat-sahabat baru disana." Pikirku sambil menghabiskan omelet.

Selesai sarapan, aku memasang sepatu dan mengambil tasku. Aku segera keluar dari apartemen dan menguncinya. Tiba-tiba, seseorang menyapaku. "Selamat pagi, orang baru."

Orang yang kemarin! Aku pun memutuskan untuk buang muka, dan pergi meninggalkannya. Dia pun mengikutiku turun. Kenapa sih dia mengikutiku?

"Hei, nggak perlu buang muka. Kalau soal yang kemarin, maaf. Kemarin aku lagi kalap aja." Ujarnya bagaikan cenayang. Tahu darimana dia? "Aku bukan cenayang sih, tapi kamu itu gampang ditebak tahu."

"Udah deh, gak usah ngikutin." Kataku kesal.

"Siapa yang ngikutin? Aku kan bersekolah di sekolah yang sama denganmu? Jadi rutenya samalah." Katanya santai. What the…? Aku satu sekolah sama orang kayak dia? No way.

"Oh… Gitu." Aku pun melangkah lebih cepat. Aku malas sekali berbicara dengan orang sepertinya. Karena terlalu cepat, tak sadar aku terpeleset di tangga. "Kyaaaa!" Dengan cepatnya, orang itu memegang tanganku dan berhasil menangkapku.

"Hati-hati di tangga, jangan melangkah terlalu cepat." Katanya lembut. Tak sadar, dalam waktu 10 detik saja dia sudah berubah 180 derajat menjadi orang yang ramah dan lembut.

"Eh…" Kemudian, dia melepaskanku. Aku agak lega karena aku selamat. "Terima kasih." Ujarku tersipu malu. Dia tertawa kecil.

"Nggak usah berterima kasih, lagipula ini hanyalah permintaan maafku karena kejadian kemarin. Cuma, kayaknya kamu itu ceroboh ya."

"Apa?" Orang ini benar-benar baik sekali, tapi dia agak menyebalkan. Sepertinya aku bisa berteman dengannya, tapi nggak yakin juga.

Setelah upacara penerimaan murid baru, aku bergegas melihat pembagian kelas. Aku berada di kelas 1-B. "Kelas 1-B ya… Nggak ada yang kukenal." Kataku pelan melihat daftar nama kelas 1-B. Tiba-tiba, seorang gadis datang menghampiriku.

"Kamu kelas 1-B juga? Namaku Daidouji Minami." Ujarnya yang sepertinya mengetahui bahwa aku kelas 1-B. Tunggu… Daidouji? Itu kan nama keluarga Tomoyo? "Kamu pasti Kinomoto Sakura."

"Kamu mengenal Tomoyo-chan?" tanyaku.

"Iya, aku sepupunya. Aku mengetahuimu dari dia." Jawabnya. Syukurlah, sepertinya aku membuat sahabat pertamaku, dan juga dia mengenalku.

"Baiklah, lebih baik kita pergi ke kelas, Daidouji… Eh, Minami." Dia mengangguk dan menarik tanganku pergi. Sepertinya dia tidak begitu bermasalah dipanggil dengan nama kecilnya.

Sesampainya di kelas baruku, aku melihat orang berambut coklat keemasan dan mata amber yang sangat kukenal. Yakni tetanggaku sendiri. Sialnya, aku juga satu kelas dengannya. "Hei, kamu kenal Li-san ya?" tanya Minami yang melihatku menatapnya terus.

"Ah, dia tetanggaku di apartemen." Jawabku.

"Apartemen yang itu ya? Aku juga tinggal disana, namun di lantai 3. Semua orang di apartemen mengenalnya, soalnya dia itu bisa apa aja. Jadi sering dimintain sesuatu. Aku sih belum pernah minta tolong sama dia." Tak kusangka, orang yang dipanggil 'Li-san' itu adalah orang serba bisa?

"Kok kayaknya gadis-gadis lainnya pada ngedeketin dia ya?"

"Dia itu kan memiliki wajah yang tampan… Gadis-gadis di apartemen tuh suka sama dia, ada yang sampai rela ngerusakin keran Cuma buat ketemu sama dia. Bahkan ada yang mintain tolong sama dia sampai 28 kali." Jelasnya yang membuatku tercengang. Padahal dia menyebalkan! Tapi agak baik juga.

"Apa dia itu playboy?"

"Iya. Hampir semua gadis-gadis yang pernah minta tolong sama dia dikencaninnya."

"Hah? Nggak deh. Buat apa aku maafin dia? Bisa-bisa aku diapain lagi sama dia…" Komentarku setengah bercanda yang tak sengaja terdengar oleh orang itu. Dia menghampiriku dan Minami. Tiba-tiba dia menciumku. Dan semua gadis di kelas teriak 'Oh noooo!'. Minami sendiri malah senyum-senyum aja.

"Apa sih yang kamu lakukan?" tanyaku kaget.

"Kupikir dengan menciummu kamu baru memaafkanku dengan sungguh-sungguh. Tapi, aku tahu kalau kamu Cuma bercanda kok. Lagian, bibir kamu kelihatannya enak buat dicium." Jawabnya dengan tampang innocent yang membuatku tambah kesal.

Dan hari-hariku di sekolah baru kelihatannya akan tambah parah. Sepertinya aku bakal mendapat banyak masalah…? Dan yang paling pasti, aku benar-benar nggak mengerti tentang dia.


Ini fanfic pertamaku, jadi kalau agak aneh harap maklum… Aku mengharapkan review… (nggak ngereview juga ga apa2) Dan sebisa mungkin aku bakal ngupdate. Thanks for reading my fanfic…