Sebelum saya mulai cerita ini, pertama-tama saya akan menjelaskan status para pemainnya biar gak bingung.

*klan, anggota, umur.

#Klan Senju(sebutan "Black Dahlia").

-Tsunade : 52 tahun

-Kakashi : anak sulung Tsunade, 25 tahun

-Sasori : anak ke-2 Tsunade, 21 tahun

-Sakura : anak ke-3 Tsunade, 19 tahun

-Gaara : anak bungsu Tsunade, 17 tahun

-Naruto : sepupu Sakura, 19 tahun

-Konohamaru : adik Naruto, 13 tahun

-Minato : ayah Naruto dan adik bungsu Tsunade, 39

-Kushina : istri Minato, 38

-Temari : sepupu Sakura, 23 tahun

-Kankuro : adik Temari, 20 tahun

#Klan Uchiha.

-Madara : 48 tahun

-Fugaku : adik Madara, 45 tahun

-Mikoto : istri Fugaku, 42 tahun

-Itachi : anak sulung Fugaku, 23 tahun

-Sasuke : anak bungsu Fugaku, 19 tahun

-Shisui : sepupu Itachi, 25 tahun

-Obito : kakak Shisui, 27 tahun

-Kagami : sepupu Itachi, 22 tahun

-Izuna : adik bungsu Madara, 35 tahun

-Tobi : sepupu Madara, 29 tahun

-Seiko : ibu Shisui, 54 tahun

1st Chapter.

Sebuah mobil Ford GT berwarna merah memasuki rumah mewah bergaya Victorian. Di belakangnya sebuah Ducati hitam mengikuti memasuki halaman rumah mewah tersebut.

Dari dalam Ford GT itu keluarlah seorang pria muda yang juga memiliki rambut semerah mobil yang tadi di naikinya. Dari sisi lain mobil itu, keluarlah seorang gadis cantik. Yang menarik dari menampilan gadis tersebut adalah rambut pinknya yang panjang dan berkibar-kibar tertiup angin. Si pengendara motor Ducati berjalan mendekati gadis itu sambil melepas helm yang dipakainya, memperlihatkan rambut merah yang lebih merah daripada pria berambut merah pertama. Dia lalu menbuka jaket hitamnya, memperlihatkan seragan KHS.

"Nee-san, Nii-san!" panggil si pria kedua. "Kenapa kita harus cepat-cepat pulang?" sambungnya lagi.

"Gaara, kau tau kan penyebab kita disuruh pulang lebih cepat untuk apa." jawab pria pertama tadi, sambil melirik ke arah pria kedua yang lebih muda tadi.

"Sudah-sudah. Ayo kita cepat masuk, jangan sampai dia berteriak lagi." sela gadis satu-satunya disana.

Mereka bertiga pun menghilang ke dalam rumah mewah itu. Belum sempat mereka menaiki tangga menuju ke kamar masing-masing, sebuah suara menghentikan mereka di anak tangga. "Darimana saja kalian bertiga, Sasori, Sakura, Gaara?"

Mereka menoleh ke lantai dua, dimana telah berdiri seorang wanita paruh baya berambut pirang panjang sepinggang, memakai gaun berwarna hijau tua. Di tangannya terdapat sebuah gelas berisi wine. Wanita itu kemudian berjalan menuruni anak tangga, dan berdiri di depan ketiganya.

"Maaf, Kaa-san. Itu karena-" Sasori mencoba menjelaskan, tapi segera di potong oleh adik bengsunya, Gaara. "Itu karena ak-", perkataan Gaara pun dipotong oleh kakak perempuannya. "Di jalan tadi ada kecelakaan, Kaa-san. Jadi kami sedikit terlambat." jawab Sakura mencari alasan.

"Segera berkumpul di ruang rapat. Semua sudah ada disana tinggal menunggu kalian saja." perintah wanita itu, Tsunade, pada ketiga anaknya. Di ikuti oleh anggukan ketiganya.

Di Ruang Meeting,

"Baiklah. Karna semuanya telah berkumpul, rapat akan kita mulai sekarang." ujar seorang pria berambut perak, yang berada di depan para anggota lainnya. Pria itu bernama Kakashi. Dalam organisasi ini dia bertugas sebagai kepala pelaksana. Sedangkan ibunya, Tsunade, bertindak sebagai ketua organisasi.

Sakura, Gaara, Sasori duduk berdampingan. Disamping Gaara duduk seorang pria yang kurang lebih seumuran dengan Sakura. Dia memiliki rambut pirang jabrik, di kanan dan kiri pipinya terdapat masing-masing tiga buah goresan. Ya pria itu tak lain dan tak bukan adalah Namikaze Naruto.

"Heh, Gaara. Kenapa sih kita harus ikut rapat segala?" tanyanya tanpa melirihkan sedikit suaranya, sehingga membuat beberapa orang yang ada di ruangan itu melihat kearahnya.

"Naruto!" suara Kakashi sukses menarik perhatian Naruto. "Kecilkan sedikit suaramu atau kalau perlu jangan bicara hingga rapat selesai." perintah Kakashi tegas.

"Hai, Kakashi-nii!" jawabnya lalu menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Semua anggota kembali berkonsentrasi kepada rapat.

"Baiklah. Pada rapat kali ini yang ingin saya bicarakan adalah tentang anggota-anggota muda kita yang telah siap untuk memulai pelatihan mereka." kata Kakashi, seraya menatap seluruh orang yang ada di sana.

Setelah hampir satu jam, akhirnya rapat itupun selesai. Seluruh orang yang ada mulai keluar dari ruangan tersebut, hingga meninggalkan hanya beberapa orang saja.

"Baiklah, Sakura. Seperti yang tadi kau tau, Konohamaru akan ku serahkan padamu." kata Kakashi, sambil melihat adik perempuan satu-satunya itu. Sedangkan yang lihat hanya mengangguk sebagai jawaban, bahwa ia mengerti dengan tugasnya.

"Tung, tunggu dulu, Kakashi-nii." kata Naruto tiba-tiba. "Kenapa harus Sakura-chan? Konohamaru itukan adikku, kenapa bukan aku saja yang mengajarinya. Lagipula aku mampu kok." lanjut Naruto dengan bangga.

"Tidak." jawab Kakashi tegas.

"Ta-, tapi-" potong Naruto lagi.

"Tidak ada tapi-tapi, Naruto. Ini sudah keputusan rapat. Begitupun Minato ji-san." tambah Kakashi, lalu meninggalkan ruang rapat.

"Naruto, sudahlah, lagipula kau juga bisa ikut mengajari Konohamaru bersamaku kok." bujuk Sakura, sukses membuat senyum Naruto kembali bersinar.

"Arigato, Sakura-chan." katanya langsung memeluk erat sepupu tersayangnya itu. Lalu berlari keluar menuju ayahnya yang menunggu di luar.

Di ruang makan,

Sakura duduk sambil meletakan kepalanya di atas meja bar. Kakashi yang melihatnya hanya tersenyum, sambil terus menikmati kopi panasnya.

"Sakura-sama, untuk makan siang anda ingin makan apa?" tanya Shizune, kepala pelayan di rumah ini, dari seberang meja.

"Ah. Aku sedang tidak ada niat untuk makan, Shizune. Mungkin segelas jus jeruk saja." balas Sakura malas-malas.

"Hai, Sakura-sama." balas Shizune lagi.

"Tumben kau tidak ada selera makan, Sakura-chan." komentar Sasori dari belakang Sakura, kemudian duduk di sampingnya. "Shizune, aku juga minta jus jeruk satu ya." teriak Sasori ke arah dapur.

"Hanya malas saja kok." gumam Sakura.

"Apa karena kerjaan malan ini ya?" terka Kakashi yang meletakkan cangkir kopinya yang sudah habis di atas meja. Sakura hanya bisa mengangguk lemah.

"Memangnya kenapa dengan kerjaan kali ini? Siapa korbannya?" tanya Sasori yang menasaran dengan sikap Sakura yang uring-uringan kali ini.

"Momochi Zabuza, salah satu dari mafia terkenal di Kirigakure." jawab Kakashi, sambil memutar tempat duduknya sehingga menghadap ke arah Sakura.

"Dia bukan lawan yang sulit kan. Lalu apa masalahnya?" Sasori ikut-ikutan mutar tempat duduknya seperti Kakashi.

Sakura akhirnya menggangkat kepalanya dan membetulkan cara duduknya. "Masalahnya memang bukan siapa yang harus ku bunuh. Tapi, cuaca malam nanti yang membuatku malas." jawab Sakura sekenannya.

"Memang malam ini akan udara akan semakin dingin di sertai salju yang mulai turun." tambah Kakashi.

"Kalau begitu, biar ku temani saja. Mudahkan." sebuah suara menjawab dari arah ruang keluarga.

"Ah, kenapa tidak terpikir olehku." kata Sakura sambil memukul dahinya. "Baiklah kalau begitu. Gaara nanti tunggu aku pukul delapan ya." teriaknya lagi ke arah sosok berambut merah yang tengah menikmati acara televisi di depannya.

"Hn." gumamnya sebagai jawaban.

Malam harinya, pukul 19.45,

"Gaara, cepat dong. Katanya mau menemaniku!" teriak Sakura dari lantai satu. Sedangkan orang yang dimaksud hanya berjalan santai menuruni anak tangga.

"Sakura." suara Tsunade terdengar, membuat Sakura berpaling dari arah tangga berganti memandang ibunya.

"Ada apa, Kaa-san?" tanyanya bingung.

"Setelah selesai, tolong ambilkan barang-barang pesanan Kaa-san di tempat biasa, ya." lanjut Tsunade, lalu melemparkan sebuah kunci mobil yang sukses di tangkap oleh Sakura.

"Hai. Jangan khawatir, pasti ku ambil." jawab Sakura sambil berlalu bersama Gaara menuju garasi mobil. "Huhf, pasti banyak sekali barangnya sampai-sampai Kaa-san menyuruh kita memakai big baby ini." kata Sakura sambil berlalu memasuki mobil.

Sebuah mobil Hummer H2 limit edition berwarna hitam melaju membelah jalanan yang pada malan itu sangat sepi. Maklum saja, seperti yang tadi Kakashi katakan, udara di luar menunjukan 10 derajat celcius dan salju juga mulai turun.

Sakura memarkirkan mobilnya di dekat sebuah pohon pinus besar yang berada tepat di depan sebuah rumah mewah bergaya minimalis. Di dalam mobil dia tengah mempersiapkan sebuah M9 Beretta, beberapa peluru berukuran 7,62X39mm, dan tidak lupa ia menyelipkan sebuah pisau Gerber Mark II di ikat pinggangnya.

Setelah itu Sakura mulai menyelinap masuk ke dalam rumah itu melalui sebuah jendela yang terbuka, sambil bergumam, "cari mati." Setelah sampai di dalam tanpa menyia-nyiakan waktu, dia langsung mencari kamar dimana korbannya berada. Setelah beberapa saat, Sakura telah berdiri di depan kamar tempat Zabuza berada. Tanpa basa-basi Sakura membuka pintu yang kebetulan sekali lagi tidak terkunci. Di atas tempat tidur terlihat sosok pria besar yang tertidur terlentang. 'mungkin kelelahan setelah melakukan sesuatu yang menyenangkan' pikir sakura.

Pria itu tidak menyadari bahwa malaikat maut tengah berjalan pelan ke arahnya, untuk mengirimkan sebuah tiket menuju ke alam baka untuknya. Sakura perlahan mengambil sebuah bantal yang mungkin tanpa sengaja terjatuh ketika pria itu sedang melakukan aktivitasnya. Sakura melirik ke arah jam digital yang ada di atas meja, dan kembali bergumam, "cih, sial."

Dengan segera Dia arahkan M9 Beretta yang telah ia persiapkan tadi, dan menjadikan bantal di tangan satunya sebagai peredam bunyi tembakan. Kaki kiri, kaki kanan, punggung bawah, punggung atas, dan yang terakhir kepala. Maka, matilah pria itu tanpa sempat melakukan perlawanan untuk mempertahankan nyawanya. Segera Sakura pergi dari tempat itu, namun tidah lupa ia letakkan sebuah bunga Dahlia hitam di atas tubuh tak bernyawa itu.

Ketika hampir sampai di pintu gerbang sebuah suara teriakan wanita terdengar, dan membangunkan orang-orang yang ada di rumah itu serta beberapa tetangga dekat. Sakura dengan cepat memasuki mobil yang sudah menunggunya tepat di depan gerbang, dan berlalu.

"Sial. Ternyata wanitanya masih disana." dengus Sakura, lalu memasukan kembali Berettanya ke dalam tas.

"Bagaimana?" tanya Gaara yang kini tengah menyetir.

"Membosankan. Pria itu sama sekali tidak bergerak apa lagi melawan." balas Sakura atas pertanyaan adiknya.

Mobil itupun berlalu kembali membelah jalanan yang sedikit ramai kali ini. Dan berhenti di depan sebuah toko senjata di pinggir jalan. Mereka masuk kedlam toko dan sedikit berbas-basi dengan pemiliknya, sampai akhirnya, "baiklah, kami kemari untuk mengambil barang pesanannya." kata Sakura pada akhir pembicaraan dengan sang pemilik, yang merupakan seorang pria muda bernama Gekko Hayate itu.

Beberapa saat kemudian, terlihat Gaara dan pria itu tengah memasukan beberapa kotak kayu kedalam mobil.

"Tolong sampaikan terima kasih saya pada Nyonya Besar. Dan tentang pesanan yang lainnya akan saya kirim langsung begitu baragnya tiba." jelas Hayate. Hanya di balas dengan anggukan oleh Gaara, yang kemudian melaju meninggalkan toko itu.

Sesampainya di rumah,

"Sakura-neechan." teriak seorang anak yang kemudian tiba-tiba memeluk Sakura yang kala itu baru saja membuka pintu. Tanpa rasa malu atau takut bocah itu menenggelamkan wajahnya di dada Sakura.

"Ko-, Konohamaru." jawab Sakura kaget.

Di belakang bocah bernama Konohamaru itu berdiri Naruto dan Sasori yang tengah berteriak-teriak.

"Konohamaru, apa yang kau lakukan pada Sakura-chanku." teriak Naruto. Yang di teriaki hanya berbalik-masih memeluk Sakura-sambil menjulurkan lidahnya.

"Dasar bocah mesum. Lepaskan milikku." sahut Sasori tak mau kalah.

Setelah beberapa saat akhirnya, Konohamaru mau melepaskan pelukannya pada Sakura. Mereka berenam kini tengah duduk di ruang keluarga. Konohamaru duduk di antara Kakashi dan niisannya, Naruto. Sedangkan Sakura duduk diantara Gaara dan Sasori yang kini memeluknya dari samping.

"Baiklah, karna Naruto dan Konohamaru akan menginap beberapa hari di sini maka, salah satu kamar kita akan di tempati oleh mereka." kata Kakashi memecahkan keheningan.

"Aku ingin tidur bareng Sakura-neechan." kata Konohamaru, yang di porong oleh triakan Naruto, "Tidak. Aku yang akan tidur dengan Sakura-chan."

"Jadi bagaimana?" tanya Kakashi lagi melihat ke arah Sakura. Sementara Naruto dan Konohamaru tengah berharap-harap cemas.

"Neesan, hari ini aku tidur di kamarmu,ya." kata-kata Gaara membuat kedua kakak-beradik itu melihat kearahnya dengan pandangan marah.

"Aa." jawab Sakura singkat.

"Tidak..." teriak kedua Namikaze itu bersamaan.

"Kalau begitu, Naruto dan Konohamaru kalian tidur di kamar Gaara." jelas Kakashi, tanpa melihat ekspresi keduanya.

Malamnya, di kamar Sakura,

"Gaara, ayo tidur aku capek nih." Sakura memenggil Gaara yang masih di dalam kamar mandi sedang berganti pakaian. Sakura sendiri sudah sejak 10 menit yang lalu berganti pakaian tidur. Dia memakai celana pendek 10cm berwarna hitam dan atasan tanktop merah.

Gaara yang telah keluar dari kamar mandi langsung merebahkan diri di samping kakaknya itu. "Malam ini dingin ya." kata Gaara tiba-tiba.

"Kau bisa merasak dingin juga ya ternyata." ledek Sakura sambil tertawa, yang di balas dengan death-glare dari pemuda di sisinya. "Iya, iya. Malam ini memang dingin." tambahnya lagi.

Beberapa saat setelah Sakura menutup matanya untuk tidur, dia merasakan seseorang memiringkan tubuhnya yang tadi terlentang. Sakura hanya tersenyum. Gaara lalu memeluk Sakura dan menenggelamkan kepalanya di leher Sakura. Sebelum rasa kantuk menyerangnya dan membuat dia menyerah dalam dunia mimpi, Gaara sempat menggoda Sakura dengan menjilat dan menggigit pelan bahunya.

"Gaara, tidur." perintah Sakura.

Pagi harinya,

Terlihat Naruto tengah berlari menuju kamar sakura, mungkin maksudnya ingin membangunkannya. Tapi apa yang dia lihat di kamar Sakura membuatnya berteriak, sehingga tidak hanya memebangunkan Sakura sajan namun juga orang-orang yang ada di rumah itu. Kakashi, Sasori, Konohamaru, dan juga Tsunade berlari menuju ke arah kamar Sakura, ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi hingga membuat seorang Namikaze Naruto berteriak pagi-pagi buta.