Disclaimer : Masashi Kishimoto
.
.
.
Warning : Out of Character here, many, mistakes, story from me.
Pairing : NaruSaku slight SasuHina and SaiIno
Rated : T slight M
.
.
.
Sequel from I Can't stop love you
Sakura Hidden.
.
.
.
Seorang wanita dengan mengenakan jubah khas dokter berjalan di koridor untuk menjenguk salah satu pasien dengan membawa beberapa obat dan segelas air mineral. Dokter cantik tersebut berhenti di salah satu kamar, ia menyentuh gagang pintu dan menekannya kebawah sehingga pintu tersebut terbuka.
Cklekk...
Dokter bersurai pink itu masuk ke dalam dan mendapati seorang lelaki tampan tengah berbaring diranjang. Lelaki tersebut menoleh keasal pintu dan langsung mengembangkan senyum lebar melihat kehadiran sang dokter di sana.
"Dokter Sakura!" Ia berseru riang.
"Bagaimana keadaan anda Shisui-san?" Tanya Sakura seraya menghampiri sang pasien.
"Selama dokter Sakura yang merawat, saya merasa lebih baik dari sebelumnya" Jawabnya bersemangat. Sakura hanya tersenyum menanggapi jawaban dari Shisui.
"Baiklah Shisui-san, anda harus minum obat ini agar kembali sehat seperti semula!" Ujar Sakura sambil memberikan beberapa obat dan segelas air yang dengan sigap pasien di sana menerimanya.
"Terimakasih" Ujarnya dan langsung menelan habis obat-obatan tersebut.
"Sekarang tidurlah!" Wanita bubblegum itu menuntun Shisui untuk kembali merebahkan diri dan menarik selimut guna membalut tubuh dingin lelaki itu.
Sakura merogoh kantong jubah ketika ponselnya berdering pertanda ada pesan baru masuk. Setelah dapat, ia segera menggeser layar tersebut untuk melihat isi pesan.
Senyum bahagia terlukis di bibir peach Sakura kala membaca pesan singkat dari sang suami membuat Shisui terheran karenanya.
"Dokter terlihat bahagia" Pertanyaan pemuda Uchiha tersebut mengalihkan pandangan Sakura kearahnya.
"Hanya kebahagian kecil" Jawabnya masih dengan senyum senang. Shisui ikut tersenyum melihat kebahagiaan sang dokter muda tersebut.
"Saya permisi dulu Shisui-san" Sakura berpamitan yang di balas anggukan serta senyum lebar oleh Shisui. Dan setelahnya Sakura keluar dari ruangan tersebut tak lupa ia menutup kembali pintu.
Sakura Haruno atau lebih dalamnya Sakura Namikaze. Dia adalah dokter muda dan sudah menikah dengan Naruto Namilaze sekitar dua tahun yang lalu. Selama itu mereka telah membangun rumah tangga tetapi belum di karuniai seorang anak di kerenakan pekerjaan Sakura yang harus membuatnya menunda kehamilan selama dua tahun. Hal itu membuat Naruto sangat kecewa. Sakura terpaksa melakukan penunda kehamilan itu. Ia juga sebenarnya sangat menginginkan buah hati dari Naruto. namun takdir berkata lain, ia tidak bisa menentang kewajiban yang sudah di tegakan sejak dulu.
Saat ini Sakura tengah berkemas untuk pergi jalan sore bersama sang suami. Wanita itu sedikit menempelkan bedak di wajah agar nanti terlihat cantik di hadapan Naruto. Setelah selesai bersiap-siap, ia segera melesat dari ruangan tersebut.
.
.
.
Suasana sore hari yang cerah membuat semua orang yang berada di taman kota terlihat bahagia dengan keluarga kecil mereka masing-masing. Anak-anak berlarian gembira di sekitar taman bersama teman-teman.
Sepasang suami istri sedang jalan-jalan sore sambil sebelah tangan mereka saling menggandeng bocah cilik berperawak kulit putih, surai biru kehitaman dengan jabrik yang mencuat kebelakang dan manik onyx pekat persis rupa sang Ayah sewaktu kecil.
Sang istri menghentikan langkah saat melihat wanita blonde bersama lelaki pucat sedang duduk berdua dibangku taman. Sesekali wanita ponytail disana mengusap perutnya yang membuncit besar membuat lelaki di sampingnya tersenyum.
"Sepertinya yang duduk disana itu Sai dan Ino" Hinata menatap ragu kearah bangku taman dibawah pohon.
"Mereka memang Sai dan Ino" Timpal Sasuke sambil berjalan menuju tempat dua insan yang duduk berdua disana di ikuti oleh Hinata dan sang anak.
"Hay Ino !" Suara lembut seseorang mengalihkan perhatian Ino dari anak-anak yang berlarian.
"Hinata" Serunya riang sambil beranjak dan langsung memeluk sang teman.
"Sudah lama sekali ya" Hinata bersuara disela balas memeluk Ino dengan senyum manis yang terlukis di bibirnya.
"Benar" Balas Ino seraya melepas pelukan mereka lalu pandangannya tertuju kearah bocah cilik tampan yang tengah di gandeng oleh Sasuke.
"Yasuke-kun, kau semakin besar dan tampan saja" Puji Ino sambil mengacak surai bocah tersebut membuat pipi tembem sang empu terhias rona samar.
"Bagaimana kabarmu Yasuke-kun" Sai berjongkok di hadapan Yasuke lalu ia segera menggendong bocah polos tersebut.
"Baik, Paman sendiri bagaimana?" Balas Yasuke riang dengan suara khas anak usia tiga tahun.
"Kami sangat baik, sama seperti Yasuke-kun" Ino menimpal sambil mencubit gemas pipi chubby Yasuke membuat bocah itu meringis kecil. Hinata yang melihatnya hanya terkekeh geli, ia memaklumi perilaku Ino karena begitulah kondisi bawaan wanita hamil.
"Bibi, nanti pipiku bisa kendur" Yasuke berujar kesal sambil menggembungkan pipi tembemnya namun aksinya itu malah membuat Ino semakin gemas tak tertahan membuat para keluarga kecil disana tertawa bersama.
.
.
.
Naruto dan Sakura berjalan santai menyusuri taman kota dengan Sakura yang memeluk manja lengan sang suami. Wanita pink itu berhenti tiba-tiba membuat Naruto ikut terhenti dan menatapnya heran dengan alis bertekuk tipis.
"Ada apa?" Sakura menoleh dan menatap Naruto sambil memamerkan cengiran lebar.
"Aku ingin gulali yang ada disana.!" Naruto mengikuti arah telunjuk lentik Sakura, ia tersenyum tipis lalu membawa sang istri ketempat perjualan.
"Belakangan ini kau terlihat aneh" Lelaki pirang itu berujar disela mengiringi langkah cepat Sakura. Ia terheran melihat perubahan mencolok dari Sakura sekitar satu minggu yang lalu. Terkadang wanita itu ingin makan yang aneh-aneh, dia bahkan pernah memesan beberapa mangkok jumbo ramen spesial dan menghambiskannya tanpa sisa membuat Naruto terheran karenanya.
Lelah cepat menyerang tubuh Sakura sehingga ia kerap terlelap di jam yang biasanya untuk menghabiskan waktu bersama suami pirangnya dan Sakura akan masuk kedalam kamar setelah ia menyiapkan makan malam.
"Beli satu Paman!" Setelah tiba di tempat, Sakura langsung memesan tanpa menjawab pertanyaan Naruto tadi membuat lelaki itu memasang raut kesal.
"Ini Nona!" Dengan semangat Sakura menerima permen yang senada dengan warna rambutnya tersebut kemudian ia merogoh tas dan memberi selembar uang pas terhadap sang pedagang dan setelahnya mereka melanjutkan perjalanan.
"Hhmmm... Ini enak sekali" Sakura terlihat sangat menikmati makanan manis yang ia pegang sambil sesekali memejamkan mata akan rasa nikmat dari gulali tersebut. Sementara itu Naruto hanya menggeleng singkat melihat sikap kekanakan sang istri.
"Kau mau!" Tawar Sakura seraya mencubit kecil permen tersebut lalu ia kerahkan ke bibir Naruto.
"Tidak" Naruto menggeleng sambil menjauhkan pelan tangan Sakura.
"Kau harus mencobanya!" Sakura terus memaksa sehingga dengan berat hati Naruto membuka kecil mulutnya untuk menerima suapan disana. Ia berjengit merasakan manis yang sangat melekat di lidahnya.
"Ummm... Ini terlalu manis" Komentar dari Naruto tidak di tanggapi oleh Sakura. Wanita itu sibuk menelan penuh nikmat permen kapas tersebut sambil sesekali menyapu permukaan bibirnya yang terdapat lengketan manis.
"Lihat!" Seruan Naruto menyadarkan Sakura dari alam nikmatnya. Emeraldnya mengikuti Shappire milik Naruto yang mengarah ke perkumpulan keluarga kecil dibangku pinggir taman.
"Ino, Hinata" Sakura berlonjak girang dan segera menarik pergelangan Naruto membawanya menuju tempat teman mereka berkumpul tidak menghiraukan gulalinya yang terjatuh ditanah.
"Benarkah?"
"Iya da—"
"Teman-teman!" Kalimat Hinata terhenti kala Sakura berseru riang seraya menghampiri mereka bersama Naruto.
"Sakura!" Ino dan Hinata segera memeluk Sakura setelah wanita itu tiba di tempat mereka.
"Aku sangat merindukan kalian..." Para lelaki yang melihat istri-istri mereka hanya menyunggingkan senyum tipis.
"Ino-pig, berapa usia kandunganmu?" Sakura menyentuh perut buncit Ino dengan hati-hati setelah melepas pelukan mereka.
"Enam bulan dua puluh hari" Jawab Ino terlihat bahagia. Sakura terlonjak ketika merasakan sesuatu menendang tangannya dari dalam perut Ino membuat Naruto menghentikan perbincangannya bersama Sasuke dan Sai untuk melihat ketiga wanita disana.
"Pig, dia menendang tanganku" Mereka semua tertawa senang tidak terkecuali Naruto yang hanya menatap lekat perut besar Ino. Sakura terlihat senang akan perkembangan bayi Ino, ia menoleh kearah Naruto dan mendapati lelaki pirang tersebut hanya diam tak bersuara bahkan lengkungan tipis pun tidak terbentuk di bibirnya.
Batin Sakura meringis pedih melihat sang suami seperti itu. Ia tahu benar bahwa Naruto sangat menginginkan buah hati. Sakura melirik jam alorji yang terikat manis di pergelangannya.
"Maaf teman-teman, kami harus pulang sekarang sebelum matahari terbenam..." Ino dan Hinata mengangguk lalu mereka kembali memeluk Sakura sebagai salam perpisahan.
"Yasuke-kun, Bibi pulang dulu ya" Bocah cilik tampan itu tersenyum lebar membuat Sakura gemas dan langsung mencium pipi bulat Yasuke.
"Sampai jumpa semuanya" Mereka saling melambaikan tangan tetapi tidak dengan Naruto, lelaki pirang itu masih diam dengan raut datar. Sakura memeluk manja lengan sang suami kemudian mereka segera pergi dari taman yang banyak pengunjung tersebut.
.
.
.
Tepat jam delapan malam sepasang suami istri tersebut telah tiba di rumah setelah mereka pulang dari mengunjungi tempat tinggal orang tua masing-masing. Sakura segera melesat kedalam kamar untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket akibat berkeringat sedang Naruto berjalan menuju dapur mencari minuman dingin.
.
.
.
Suara decitan ranjang mengiringi geraman seorang lelaki dari dalam kamar. Lelaki itu terus bergerak liar diatas tubuh mungil sang wanita.
Ketika Sakura keluar dari kamar mandi. Naruto yang saat itu sedang duduk santai bersandar disofa yang terletak dalam kamar tepat di depan tirai jendela sambil berkutat dengan laptop langsung menghentikan aktifitasnya melihat tubuh indah Sakura yang hanya terbalut handuk putih diatas lutut.
Naruto menatap lapar tubuh sexy disana dan tanpa aba-aba ia langsung menerkam Sakura dengan beringas membuat wanita cantik itu memekik saat merasakan tubuhnya melayang secepat kilat dan tak terasa ia sudah terbaring di ranjang tempat biasa mereka bergumul atau tidur bersama dengan saling memeluk satu sama lain.
"Aakhhh—Naru~hh... Hmpelhanhh–hhpelhaa~nh—ouuhhh~" Suara Sakura terputus-putus dengan bercampur desahan akibat gerakan kasar Naruto. Ia tahu bahwa saat ini lelaki di atasnya tersebut sedang kesal setelah pulang dari taman kota tadi.
Naruto memang kesal, kesal karena ia iri terhadap Sasuke yang sudah menjadi seorang Ayah dan Sai yang tidak lama lagi akan menyusul Sasuke. Naruto semakin cepat memaju-mundurkan pinggulnya dengan kasar membuat tubuh Sakura ikut terguncang seirama dengan gerakannya.
Sakura melenguh nikmat saat milik Naruto yang keras dan panjang menyentuh titik terdalamnya. Berkali-kali wanita itu menggigit bibir bawah untuk membuka suara disela goyangan brutal Naruto, Ia bahkan sampai mencengkram bahu kekar lelaki itu untuk menahan guncangan liar mereka.
"Naru—ughh~ anakhh kithaa—aakkhhh..." Gerakan Naruto terhenti, ia menatap Sakura sambil mengerjap. Lelaki itu tidak bodoh untuk hal ini. Meski pun suara Sakura patah-patah bercampur desahan ia masih bisa mendengar dengan sangat jelas bahwa tadi wanita dibawah tindihannnya tersebut mengatakan 'Anak kita'
"Anak...Kita ?" Sakura mengatur nafasnya yang terengah untuk menormalkan kembali suaranya.
"...Aku hamil, anakmu... Anak kita berdua..." Naruto tertegun dengan pandangan tak percaya. Ia membatin, bagaimana bisa Sakura hamil. Bukankah dulu wanita itu harus menunda kehamilan, lalu kenapa sekarang...?
Hanya melihat dari ekspresi Naruto, Sakura sudah bisa membaca isi pikiran lelaki pirang tersebut. Ia terkikik geli kemudian menjelaskan semua yang berkecamuk di pikiran Naruto.
"Usia pernikahan kita sudah dua tahun satu bulan... Sudah selama itu mana mungkin aku tidak di perbolehkan untuk hamil" Jelas Sakura panjang lebar sambil membelai penuh sayang pipi kokoh sang suami yang hanya diam dengan keadaan tubuh bawah mereka masih menyatu.
"Sudah berapa lama?" Tanya Naruto yang sudah bisa menggunakan pikirannya kembali.
"Dua minggu" Tatapan Naruto melembut tidak sedatar tadi sewaktu awal mereka mulai bercinta.
"Jadi, itu yang membuatmu berubah selama beberapa hari ini?" Sakura mengangguk sambil tersenyum manis. Sebenarnya ia tidak menyadari bahwa dirinya berubah belakangan ini.
"Kenapa tidak memberi tahuku" Naruto menyembunyikan wajahnya dileher jenjang Sakura membuat sang empu terkekeh kecil.
"Aku ingin memberimu kejutan" Jawab wanita itu sambil memeluk erat tengkuk Naruto dengan sesekali kembali membelai helaian sutra sang suami.
.
.
.
"Kalau anak kita laki-laki, akan kuberi nama Shinachiku..." Sakura tersenyum seraya menyentuh kepala pirang Naruto yang terletak di perutnya yang masih rata.
Saat wanita itu duduk disofa sambil nonton televisi Naruto datang menghampirinya dan langsung duduk bersimpuh di lantai dengan telinga yang menempel di perut Sakura.
"Bagaimana kalau anak kita lahir perempuan?" Sakura bertanya disela kegiatan membelai penuh cinta surai pirang tersebut.
"Namamu Sakura dan kuberi nama dia Hanami... Cocok bukan" Naruto mendongak untuk melihat wajah cantik sang istri. Sakura menangkup pipi Naruto, ia menyingkirkan kesamping poni panjang yang sedikit menutupi mata lelaki itu kemudian mengecup lembut dahi disana.
"Aku sangat mencintaimu suamiku..." Naruto memelingkarkan tangannya di sekeliling pinggang Sakura sambil sesekali mencium perut wanita itu yang terbalut oleh piyama bewarna pink.
Sakura bersumpah akan menjaga baik-baik jabang bayi yang tumbuh di dalam rahimnya demi Naruto. Ia tahu benar bahwa suami pirangnya sangat menginginkan buah hati sama seperti dirinya. Dan Naruto juga berjanji untuk selalu ada disisi sang istri dalam keadaan apapun. Ia sangat berterimakasih pada Sakura yang sudah mengabulkan keinginannya untuk menjadi seorang Ayah.
"Ohya, apa Ibu sudah tahu dengan kabar bahagia ini?" Sakura terdiam sesaat dan tak lama kemudian menjawab sambil tertawa kikuk.
"Su–sudah... Aku memberi tahu mereka saat kau berada di kamar mandi" Dengusan kesal terdengar dari bawah membuat Sakura semakin kikuk sambil memilin kaku helaian rambut Naruto.
"Kau akan mendapat hukuman dariku lebih sadis dari yang tadi" Sakura dapat merasakan hawa seram di sekeliling Naruto.
"An—"
"Aku tidak akan memasukannya... Kau hanya perlu 'mengulumnya' hingga empat kali mencapai puncak..."
Glek..
Sudut bibir Naruto terangkat membentuk sebuah seringai mesum membuat Sakura membatu di tempat dengan ekspresi yang sulit dibaca. Sepertinya ia tidak akan bisa tidur cepat malam ini mengingat Naruto yang sulit mencapai klimaks pertama. Bagaimana dengan yang kedua, ketiga dan yang keempat.? Pasti akan memakan waktu berjam-jam untuk memuaskan hasrat liar Naruto.
.
.
.
–END–
