Don't Leave me
Disclaimer : Masashi Kishimoto, T-ara day by day and Don't leave MV drama ver
Peringatan : banyak typo(s)bertebaran, OOC , EYD hancur, dan kenistaan yang lain karena saya masih seorang author amatir.
Terinspirasi dari MV nya T-ARA-day by day yang drama version. Karena MV ini membuat saya tidak puas dengan endingnya.. hohohohoho
But, I hope you like my story. And
I will say, HAPPY READING :D
"Di masa ini, umat manusia menginginkan memakai baju layaknya dewa
Mereka berbicara seolah-olah mereka dewa dan membuat aturan seperti dewa
Bagaimana pun, tuhan tidak mentolerir keinginan mereka.
Di dunia yang telah hancur, manusia berubah seperti hewan daripada hewan itu sendiri
Mereka membawa pedang, mencoba menindas satu sama lainnya, dan membantai sesamanya.
Hingga suatu hari…."
AKAN ADA GADIS PENYELAMAT DUNIA YANG DI KABARKAN MEMILIKI KEMAMPUAN KHUSUS….
Kota Tokyo yang dulu modern indah dan aman kini menjadi sarang pembunuh yang hancur dan tak bersahabat. Pemandangan hijau kota itu beralih menjadi gersang dan penuh reruntuhan bangunan-bangunan yang hancur. Siapapun tak menyangka bahwa kota ini akan menjadi seperti ini. Tak ada hilir mudik kendaraan yang memenuhi kota. Kerumunan manusia yang pergi ke kantor bergerombol di trotoar kini hanya bisa di kenang lewat puing-puing kota itu. Pohon-pohon berubah menjadi seonggok arang tak berguna di seluruh penjuru kota. Rusa-rusa liar berlari di jalanan—yang kini hanya seperti hamparan aspal yang retak-retak—tanpa khawatir tertabrak kendaraan. Rumput teki gersang menyembul di balik retakan tanah dimana-mana. Wajah kota berubah menjadi mengerikan hanya dengan waktu singkat. Dimana-mana sisa pembakaran terlihat berserakan. Tidak peduli mobil, rumah, pertokoan, semua tak ada yang terlihat utuh. Api, abu, asap, dan jelaga mewarnai kelamnya wajah kota yang dulunya pernah jaya ini. Gagak hitam berterbangan menimbulkan kesan mengerikan di atas langit yang kelam. Semua ini penyebabnya,
MANUSIA.
Di pinggiran kota, terdengar mesin motor besar menderu. Seorang gadis berambut pink menyala mengendarai motor itu melewati padang rumput gersang di bawah cahaya matahari. Wajahnya terlindung topeng hitam sebatas hidungnya. Di belakangnya ada seorang gadis yang lebih muda berambut indigo sepanjang punggung. Gadis itu merentangkan tangannya . ia menikmati angin yang berhembus menerbangkan rambutnya. Matanya terpejam seolah dialah yang di terbangkan angin. Sementara motor kakaknya terus melaju menyusuri pinggiran kota.
Gadis pengendara itu adalah Sakura. Ia memakai pakaian ketat serba hitam dan beberapa ormanen belt yang melillit tubuhnya di sekitat atas lutut, lengan kanan dan beberapa tubuhnya yang lain. Motornya terlihat garang dengan knalpot motor double yang mengerung di belakangnya.
Gadis di belakangnya adalah adik semata wayang Sakura, Hinata. Gadis yang cukup cantik ini tak dapat melihat lagi dengan kedua matanya yang berwarna lavender. Tubuh mungilnya dibalut busana gelap dengan atasan lengan panjang dan celana jins hitam panjang. Wajahnya terlihat kalem dan tenang. Berbanding lurus dengan tubuhnya yang serapuh sebatang padi.
Mereka yatim piatu sejak kejadian tragis menimpa keluarga mereka. Dimulai sejak awal kehancuran kota dan mungkin planet ini. Dimulai sejak 15 tahun yang lalu….
Flashback On
Ada seorang ilmuwan wanita kebanggaan Tokyo yang berhasil menemukan reaktor nuklir dalam waktu empat tahun, yang dapat menjadi sumber tenaga baru dalam kehidupan manusia. Nama ilmuwan itu adalah Karin Dekisugi. Dia lulusan terbaik Tokyo University. Ia menyelesaikan pendidikan S2-nya pada usia 16 tahun dengan predikat cumlaude di bidang teknologi. Seluruh negeri bahagia dengan ditemukannya reaktor hebat itu. Himpitan isu Global Warming semakin marak. Penemuannya disebut-sebut solusi terbaik mengatasi bencana itu. Pemerintah memberikan berbagai penghargaan dan menghadiahkan se-batalyon pasukan pengawal untuknya.
Di luar dugaan, di hari peresmiannya, reaktor itu meledak. Namun bukan Radiasi radioaktif yang di pancarkannya. Melainkan suatu zat yang dapat menghacurkan Zat hara di seluruh daratan. Semua semua manusia jadi kebal terhadap radiasi separah apa pun. Namun ledakan itu mampu meluluh lantakkan kota dalam waktu singkat. Korban Jiwa begitu besar dan infrastruktur yang rusak parah membuat pemerintah di salahkan. Sedangkan Karin Dekisugi—diluar dugaan, berhasil mendapat simpati rakyat. Dengan bantuan batalyon yang kini menjadi tentara ber-armor yang di namai, Black Crow, Karin menggulingkan kekuasaaan pemerintah dengan membantai siapapun yang berani menentangnya. Pengikutnya semakin banyak. Sebagian karena takut dengan tebasan pedang pengikut Karin, sebagian lagi karena haus kekuasaan.
Mulai saat itulah manusia bertingkah laku tak terkendali. Mempersenjatai diri dengan pedang, katana, atau seax*. Karin mendadak menjadi pemimpin yang dihormati sekaligus di takuti. Bangkai manusia yang berbau busuk tergeletak mengenaskan dimana-mana. Mengundang gagak-gagak dan burung bangkai terbang mengelilingi kota itu.
Di sisi lain, ada pemimpin anggota parlemen yang selamat dari kudeta besar-besaran itu. Dia adalah Hiashi Hyuuga, ayah dari Sakura dan Hinata. Istrinya, Haruka Hyuuga, meninggal akibat ledakan reaktor buatan Karin dan Hinata yang melihat langsung cahaya ledakan tersebut menjadi buta seketika. Saat itu Sakura berusia 3 tahun dan Hinata berusia 1 tahun. Hyuuga mengumpulkan orang-orangnya dan membuat gerakan bawah tanah yang melawan kebengisan Karin. Ia berusaha menyelamatkan orang-orang yang terluka akibat ulah pasukan Black Crow. Dan memimpin mereka yang sudah sehat untuk diam diam melawan Karin. Gerakan ini mereka namai, White Sun.
Sakura yang masih sangat, muda harus ikut melindungi adiknya yang masih terlalu kecil untuk ditinggal tanpa ibu. Tak ada sekolah, tak ada waktu bermain, dan tak ada waktu bersantai. Waktu luangnya hanya di habiskan untuk berlatih pedang dan merawat hinata. Mereka selalu ikut di barisan belakang pasukan ayahnya.
Setiap hari sepanjang tahun-tahun yang panjang, pasukan Karin dan Hiashi terus berperang. Setiap hari Sakura dan Hinata terancam keselamatannya. Perang, perang dan perang. Hari-hari di Tokyo kini di warnai dengan kekejaman perang yang tidak ada habisnya. Hingga suatu ketika. Karin membuat kudeta kedua kalinya dengan White sun sebagai lawannya. Perkelahian (atau bisa di sebut pembantaian) itu berhasil memporak porandakan seluruh pasukan White Sun. dan berhasil membunuh sang pemimpin, Hiashi Hyuuga. Sakura yang masih 15 tahun kala itu menemukan ayahnya yang sekarat di sebuah lapangan luas setelah kudeta berakhir dengan kemenangan Black Crow.
"Ayah!" seru Sakura sambil berlutut di samping badan ayahnya yang berdarah-darah dengan sebilah pedang yang masih menancap di perutnya.
"Sakura…." Panggil Hiashi lemah
"Ayah jangan bergerak. Aku akan mencari pertolongan. Tolong! Tolooooooonggg!" teriak sakura panik ke sekeliling lapangan
Namun tiba-tiba, dengan sisa tenaganya Hiashi menahan tangan Sakura. "Tak usah. Aku akan segera pergi menyusul ibumu. Jaga Hinata setelah ayah pergi. Jaga ia dari siapapun yang menginginkanya, jangan pernah meninggalkannya. Lindungi dia walau harus mengorbankan nyawamu. Hanya itu yang ayah inginkan darimu. Semoga kalian bahagia setelah ayah pergi." Ucapan Hiashi terhenti karena muntahan darah pekat keluar dari mulutnya.
"Ayah…." Tangis Sakura pecah melihat keadaan ayahnya yang tak dapat melanjutkan kata-katanya. Menyadari waktunya semakin sempit, Hiashi lalu menyentuh pipi Sakura dengan tangan yang penuh noda darah. Lalu tangan itu merosot seiring dengan menutupnya kedua belah matanya.
Flashback end
Hinata terbangun dari pangkuan Sakura. Kakaknya itu masih tertidur dan tak menyadari sang adik telah terbangun. Matanya terbuka lebar. Gelap. Hanya itu yang dilihatnya. Ia mencoba keluar dari mobil ringsek yang ia tempati bersama Sakura untuk tidur. Ia mulai meraba-raba permukaan jok mobil yang sudah terkoyak dimana-mana. Ia menghirup udara kering di luar. Dengan tertatih ia keluar dari badan mobil. Pendengarannya yang peka mendengarkan sebuah objek yang bisa melompat. Hinata mendekatinya, namun obyek itu malah kabur dan pergi begitu saja.
Kepala Sakura terantuk dan terbangun, ia kaget karena tidak menemukan adiknya dimanapun. Ia lalu menoleh kebelakang mobil dan menemukan adiknya sedang mengejar kelinci yang berlari menjauhinya. Ia lalu keluar dari badan mobil dan berjalan mendekati adiknya dengan senyum di wajahnya.
"Hinata!" panggilnya pada Hinata yang kecewa karena kelincinya kabur.
"Kakak."sahut Hinata sambil menoleh. Dan berbalik menuju Sakura. Sakura lalu melangkah dan langsung meraih pundak adiknya dan membimbing adiknya pergi dari kawasan yang sepertinya bekas tempat kecelakaan.
"Kau pasti lapar, kan?" Tanya Sakura
Hinata hanya mengangguk polos dan membuat Sakura menyunggingkan senyum. Sambil terus melingkari pundak adiknya, tangan kanannya menenteng harpoon panah yang biasa ia gunakan untuk memburu beberapa burung dara atau merpati liar di padang rumput teki. Sejak ledakan reaktor Karin—sebut saja begitu, semua tumbuhan jadi sulit tumbuh. Bahkan daerah pertanian yang jauhnya beratus-ratus kilometer dari Tokyo menjadi tak cukup subur untuk ditanami padi dan bahan pangan lainnya.
"Kau mau apa? Burung Dara goreng? Merpati bakar? atau yang lainya." Tawar Sakura dengan jenaka pada adiknya.
"Hinata hanya ingin apa yang kakak dapatkan untuk Hinata."Ujar Hinata polos
"Adikku yang patuh…" kata Sakura lembut sambil meraih puncak kepala Hinata dengan tangannya yang tadi melingkari pundak Hinata
"Hei Hinata. Tunggu sebentar." Kata Sakura sambil berlalu merunduk mengambil sesuatu. Hinata terdiam menunggu suara kakaknya yang terdengar seperti sedang berusaha menarik sesuatu.
"Nah. Ini Hinata. Bunga Dandelion. Warnanya putih. Sebersih hatimu." Kata Sakura terengah sambil meletakan bunga petikannya di telapak tangan Hinata.
Lalu mereka melanjutkan perburuan mereka. Sesekali Sakura menggoda Hinata dengan main petak umpet—yang tentu saja tanpa menyuruh Hinata menutup matanya. Sakura hanya ingin adiknya itu bahagia. Ia sangat bangga dengan adiknya yang walau buta, tetap sabar dan baik hati serta lembut tutur katanya. Dan ia bersyukur, kehidupan mereka tetap bahagia walau tinggal di kota yang hancur ini. Sebagian hatinya berdoa semoga ayah dan ibunya melindunginya dan adiknya dari atas sana.
Di sisi lain di kota Tokyo, sekelompok pria berusia sekitar tiga puluhan berlari tak tentu arah di kawasan yang penuh dengan peti kemas. Peluh mereka membasahi seluruh bagian atas jubah panjangnya. Mereka di kejar oleh beberapa orang bertopeng yang membawa pedang yang bernoda darah. Hati mereka begitu gusar.
"Akh!" seseorang dari kelompok bertopeng berhasil menebas salah satu dari mereka
Tinggalah dua orang yang semakin ketakutan melihat temannya yang bersimbah darah dan tak lagi bernyawa. Ia berlari menuju gerbang dan berusaha menutupnya. Namun terlambat, kelompok bertopeng datang dan memberinya seringai mengerikan sambil menghunus pedang mereka yang penuh darah.
"Mau kemana kau? Heh!" gertak seseorang dari mereka.
Dua orang dari yang tersisa terlihat bingung karena di arah lain terdapat kawanan serupa telah mengepungnya.
"Hiyaaa!" serang salah seorang dari orang yang terpojok namun sayang seseorang yang bertopeng langsung menusukkan pedang di perutnya.
Temannya yang masih shock melihat seorang wanita yang masih muda dan—yah, lumayan—cantik di kawal dua orang bertopeng berjalan ke arahnya. Di bawah cahaya bulan, Wanita itu menatap ke arahnya seakan singa betina yang siap menerkam mangsanya. Ia berjalan mendekat secara anggun. Salah satu pengikutnya menodongkan senjata pada sang pria agar sang pria tidak melakukan perlawanan.
Merasa terpojok, sang pria memasang wajah pasrah tak berdaya miliknya. Wanita misterius itu menyodorkan selembar foto yang memperlihatkan seorang gadis berambut panjang yang cantik sedang tersenyum.
"Kau tahu siapa dia, kan?" tanya wanita itu dengan nada yang manis.
Namun sang pria hanya menggeleng. Matanya membelalak ngeri. Ia tahu benar siapa itu. sang wanita tahu bahwa sang pria berbohong. Ia hanya menatap sebal pada sang pria.
"Bedebah! Bunuh dia, kita sudah tidak membutuhkannya lagi." Makinya sok kuasa sambil berbalik meninggalkan sang pria yang sedang bersiap menemui ajalnya.
JRASH! Salah datu pedang pengikut bertopeng itu menembus perut sang pria. Dan langsung di cabutnya lagi. Sementara sang wanita sudah berjalan sambil menatap foto itu dengan lembut.
'Sebentar lagi, sebentar lagi kau akan menjadi milikku. Hinata Hyuuga.' Ujarnya dalam hati dengan licik dan serakah. Seperti perasaan seorang yang kikir terhadap uangnya. Atau perasaan pemburu pada hasil buruannya.
Di tempat lain Sakura masih berkutat dengan senjata dan sedang membidik seekor burung merpati putih. Hinata berdiam diri di sampingnya. Namun tiba-tiba Hinata bangkit dan langsung di tarik pelan Sakura agar duduk lagi.
"Jangan bergerak. Nanti buruan kita kabur…." Bisik Sakura pada Hinata
"Baik, kak." Sahut Hinata kalem
"Siap? Lihat ini. Bidikan kakak pasti kena sasaran." Sakura lalu menarik pelatuknya dan menembakkan sejurus panah melayang lurus. Namun Sang merpati lebih cepat menyadari ia dalam bahaya. Dan ia kembali terbang ke angkasa lebih cepat dari datangnya si panah.
"Ah… tidak kena." Kata Sakura lesu sambil mengacak-acak rambutnya dam menopangkan dagunya kesal.
"Hahahahaha" Hinata bangkit berdiri dan berlari dalam lingkaran sambil tertawa
Kelakuan Hinata kembali membuat Sakura harus tersenyum. Sekali lagi, bukan Sakura yang menghibur Hinata. Tapi sebaliknya.
"Kakak!" panggil Hinata pada Sakura yang masih termenung. Hinata tersenyum lalu menoleh dan mengibaskan rambut panjangnya. Sakura memandang mata adiknya yang berubah menjadi biru gelap dan bercahaya. Sakura semakin kagum terhadap adiknya ini. Ia punya ide. Sakura melangkah ke suatu tempat meninggalkan adiknya yang sedang termangu itu sebentar di bawah sinar matahari siang.
Hinata yang sedang melamun memikirkan betapa besar pengorbanan sang kakak demi dirinya. Ia bahkan belum bisa membalas kebaikan kakaknya. Ia berdoa agar mereka berdua tetap bersama selamanya. Tiba-tiba,
"Hinata. Ini kelinci." Kata sakura sambil berjongkok mensejajarkan tingginya dengan Hinata.
"Kakak…? Kelinci?!" sahut Hinata agak takut-takut.
"Ya. Coba kau pegang. Kakak menangkap apa yang tak bisa kau dapatkan tadi. Ayo coba pegang dia." Ujar Sakura pada adiknya
Dengan takut-takut, Hinata mencoba menyentuh kelinci putih itu. "Jangan takut. Dia sama seperti mu. Dia punya mata biru, sama sepertimu. Dia punya bulu lembut, sama seperti rambutmu. Apa lagi yang kau tunggu." Tutur Sakura lembut.
Seakan mendapat suntikan keberanian, Hinata meraih kelinci putih itu dan memangkunya. Dengan tersenyum Sakura memandang Adiknya yang asik membelai kelinci tangkapannya. Walau pada awalnya ia ingin memanggangnya untuk makan malam, melihat adiknya tersenyum lebar sambil memeluk kelinci itu, ia jadi tak tega. Ia hanya bisa menghela nafasnya dan memegangi perutnya yang mulai berbunyi. ia berharap adiknya tak mendengarnya.
Seorang laki-laki terjebak dalam kepungan pasukan bertopeng. Ia lari meliuk-liuk diantara rapatnya pemukiman tak berpenghuni. Kakinya kebas karena tak sanggup lagi berlari.
"Hyaaat!" teriak salah satu personil pasukan bertopeng sambil menerjang sang lelaki. Berhubung si lelaki ini membawa pedang mengkilap, ia langsung menebas si personil itu hingga tergeletak tak bernyawa.
Namun ia terhenti karena di hadapi kenyataan mengerikan bahwa ia sudah terkepung pasukan bertopeng hitam dan pemimpinnya yang cantik jelita. Para pembaca, perkenalkan, Karin Dekisugi. Wajahnya masih secantik remaja walau ia sudah berumur empat puluhan. Dengan seringaian liciknya ia menatap tajam sang lelaki. Sadar sudah tidak dapat menang melawan mereka, ia terduduk hingga berlutut di hadapan sang Ratu. Karin membuka telapak tangannya kearah salah satu anak buahnya. Anak buah itu langsung memberikan sebilah pedang padanya.
Karin lalu ikut-ikut berlutut di hadapan orang itu dan mengetukkan pedangnya hingga menimbulkan dentingan metalik. lelaki itu tak berdaya, keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya. Seakan-akan nyawanya sudah berada di ujung tanduk.
"Aku sudah lelah mencari-cari ke seluruh penjuru kota ini. Nah, kau tahu siapa dia, kan? Tak usah mengelak lagi. Dimana dia?" Tanya Karin dengan suara lembut sambil menyodorkan sebuah foto. Foto Hinata Hyuuga.
Namun lelaki itu hanya diam. Lalu Karin bergumam menunggu jawaban. Berpikir dengan memberikan jawabannya ia akan selamat, Si lelaki itu mengedikkan dagunya ke sebuah arah dan Karin mengikutinya.
"Oh. Terima kasih atas kerja samanya." Kata Karin. Kemudian ia berbalik dan meninggalkan sang pria agar di eksekusi anak buahnya. Matanya nyalang merasakan kehausan kekuasaan yang akan ia miliki.
"UKH!" jerit si lelaki tak bernama tertahan. Punggung nya di tebas pedang dari salah satu pengikut Karin.
Sekali lagi. Karin membunuh orang tak bersalah hanya karena keinginannya saja. Ia benar-benar wanita berdarah dingin. Tak peduli Informan itu memberinya informasi atau tidak. Ia pasti akan menutup mulut mereka bahkan untuk selamanya.
GRRRRRRMMM! Deru suara mesin motor sakura bergaung pelan dan kemudian melambat hingga berhenti total. Ia telah berburu dan memberi makan adiknya dengan rusa liar panggang tadi sore. Ia mematikan mesin motornya lalu men-standarkan motornya dan turun. Ia menuntun adiknya turun dari motor dengan hati-hati hingga selamat menyentuh tanah.
"Nah, ayo masuk. Kau pasti sudah lelah, kan?" kata Sakura pada adiknya sambil merangkul adiknya erat-erat. Hinata hanya mengangguk-angguk polos. Mereka lalu masuk ke tampat mirip flat yang tidak terurus. Inilah tempat mereka bermukim, walau lebih sering mereka tinggalkan ke kota. Karena menurut Sakura, bermukim terlalu lama akan membuat keselamatan Hinata lebih terancam.
Tiba-tiba. Datanglah beberapa orang yang mengepung mereka sambil menghunus pedang mengkilat. Pria-pria tak di kenal itu menyeringai jahat ke arah Sakura dan Hinata. Sakura mulai takut.
"Siapa kalian?!" tanyanya waspada sambil mencabut pedangnya dari tempatnya. Hinata berlindung di belakang bayangannya.
Mereka tak menjawab melainkan menyeringai. Tiba-tiba salah satunya mulai berlari menerjang mereka berdua dan siap mengayunkan pedangnya. Namun Sakura berhasil menangkisnya dengan pedang di tangannya hingga memercikkan bunga api.. Serangan bertubi-tubi di lancarkan oleh mereka, dan dapat di tangkis oleh Sakura. Namun serangan—dari lima orang, itu membuat Sakura mulai kewalahan namun satu dua goresan di lengan putihnya tak bisa ia pungkiri. Situasi mulai memburuk, Sakura membawa Hinata kabur.
"Hinata, lari!" serunya sambil menarik Hinata yang sudah sangat pucat.
'yang penting Hinata terlindungi' batinnya
JRASSS, satu lagi luka sayat lebar membentang di bagian kengan bawahnya. Luka itu membuat serangannya sedikit mengendur. Rupanya sepasukan berpedang lain telah datang pada mereka, mengiringi sebuah mobil berwarna merah muda dengan atap terbuka. Di dalamnya, duduklah Karin dengan wajah serasa sedang duduk di singgasana. Ia tersenyum girang mendapati tubuh Sakura penuh luka. Namun ke bengisannya tak berkurang.
"Kalian bodoh, ya?! Hanya untuk merebut anak tolol itu dari penjaga lembeknya, kalian membutuhkan waktu selama ini!? " Karin memaki anak buahnya karena belum berhasil mendapatkan Hinata.
Suara pedang beradu makin sengit. Pasukan pedang itu mengiring Sakura dan Hinata ke sebuah tanah lapang tak jauh dari flat mereka Sakura yang menahan serangan dari dua orang di depannya dengan sangat sengit. Sakura tersudut dan mulai kehilangan kesempatan untuk menyerang. Tanpa sadar ia melepaskan pegangan tangannya dari Hinata.
"Kakak!' seru Hinata ketakutan
Namun keduanya tidak sadar, seseorang dari mereka mendekati Hinata dan langsung mengangkut tubuh mungil Hinata dan membawanya ke Karin.
"KAKAK….!" Jerit Hinata
"HINATA ?!" raung Sakura. Tubuhnya terasa mati seketika melihat adiknya di bawa pergi. Pikirannya kosong dengan pata membelalak lebar. Serangan dan pertahanannya gugur. Yang dipertahankan dibawa pergi. Tawa Karin melengking hebat melihat ia mendapatkan buruannya. Namun tawa itu tak sampai ke matanya, yang tetap dingin dan tak berperasaan
"Hinata…." Tangisannya mulai merebak dengan isakan tertahan. Ia sadar tak seharusnya lengah melindungi adiknya
Ia jatuh dan terduduk. Sebilah pedang menyayat punggungnya dan membuatnya terdorong kedepan. Seseorang mempertahankannya dalam posisi duduk dari belakang. Dan seseorang lagi menikam perut sebelah kanannya dari depan dengan pedang hingga tembus ke belakang hingga darahnya memercik keluar. Mulutnya terbuka namun tidak ada suara yang keluar. Lalu roboh menggeletak di tanah seketika saat seseorang dari mereka mengirim tubuhnya ke belakang. Matanya tetap menatap perginya mobil Karin yang membawa adiknya. Airmatanya mengalir turun membasahi tanah lewat pelipisnya.
"Mundur….!" Perintah Karin sambil mengangkat pedangnya ke angkasa. Pasukan itu langsung mundur. Dan salah satunya menancapkan pedangnya di perut sebelah kiri Sakura. Kali ini ia hanya menutup rapat matanya merasakan sakit di seluruh tubuhnya.
"Rambut yang bagus." Ujar Karin sambil mengambil sejumput rambut hitam Hinata. Hinata hanya bisa berusaha menghindar dengan airmata membasahi pipinya. Mobil itu lalu mundur dan pergi meninggalkan lokasi tersebut.
Sakura menatap kepergian Karin dengan penuh kesakitan.
"Hinata…." Bisiknya lemah sambil menahan sakit luar biasa dari luka terutama dari luka tusuk dengan pedang yang masih menancap tegak di perutnya. Kesadaran Sakura mulai menurun. Nafasnya pendek-pendek dan lemah. Ia terus kehilangan darah dari luka-luka di tubuhnya.
'ini yang ayah rasakan saat itu…'batinnya dan menggenggam tanah dengan kesal. Ia benci dirinya yang tak bisa melindungi adiknya, ia benci dirinya yang lengah dalam perlindungannya, ia benci pada dirinya yang tak berdaya melihat adiknya di renggut darinya. Di dalam hatinya seketika menganga lubang besar. Hampa. Belum sempat ia melanjutkan pikirannya. Ia sudah pingsan di tanah lapang itu.
Selang waktu yang tak terlalu lama, datanglah seorang pemuda berambut emo berjalan cepat mendekati Sakura. Baru saja ia mendapat kabar bahwa Sakura Hyuuga diserang dan menemukan tubuh Sakura tergeletak di sana. Ia kemudian memeriksa fisik Sakura dengan sekilas. Ia langsung mencabut pedang di perut sakura yang langsung membuat tubuhnya terlonjak kesakitan. Seperti kembali di tikam. Kemudian pemuda itu membopong Sakura dengan bridal style ke tempat lain utntuk mendapatkan pertolongan lebih cepat.
"Hinata…Hinata….Hinata…." bibir Sakura tak henti-hentinya menggumamkan nama Hinata.
Sementara sang pemuda tak henti-hentinya menatap wajah gadis yang ia gendong ini. Hatinya hangat. Akhirnya setelah sekian lama hanya bisa mengawasinya dari jauh, kini ia dapat menatap wajah Sakura dari dekat. Wajahnya tak kalah pucat dari Sakura yang telah kehilangan banyak darah. Hatinya kebat-kebit memikirkan keaadaan Sakura.
"Sakura, kau harus selamat. Kau pasti selamat. Masa depan Hinata ada di tanganmu." Kata Sasuke pelan di telinga Sakura walau ia yakin Sakura tak mendengarnya.
To Be Continued
Yeyeye! Yeyeye! Yeyeye! #narihula2
Akhirnya selesai juga… #nangisdarah
Nah gmana ceritanya? Seru nggak?
Ternyata susah ya menggambarkan adegan perkelahian dengan kata-kata. Jadinya jari2 ku berkungfu ria di keyboard deh (mana bisa?)
Dan untuk yang belum tahu, Seax itu pisau panjang klasik dari kebudayaan bangsa Celtic. Dan maaf buat beberapa istilah otomotif yang salah, itu bukan bidangku sih.. hwehehehe :D
Okey. Para pembaca,
Kalo suka silahkan review. Kuhargai masukan n support kalian…
Kalo nggak suka, Flame aja juga boleh.
Kalo buat SiDers, kalian Cuma tulis "lanjuut" aja aku udah seneng BANGET kok, satu dua kataaaa ajah….#puppyeyes
Nah, sampai jumpa di Chap berikutnya….! Dadah…..!
E.W. (ini singkatan, bukan di baca langsung, ntar kesannya kyak, EWW…..!)
