Chapter 1

Disclaimer: Masashi Kishimoto

Warning: AU, OOC, Highschool basi, aneh.


Sasuke berjalan santai menuju lokernya saat mendengar seruan bersemangat dari belakang dan beberapa gerutuan kecil juga disana. Rutinitas yang biasa terjadi di koridor setiap paginya. Sasuke menoleh dan benar saja, ia mendapati Sakura sedang meluncur dengan skateboard pink miliknya.

"PERMISIIII~ BERI JALAN BERI JALAN~ GOMEN NE~"

Seruan yang menggema di koridor beserta gerutuan taksuka di sekeliling. Sasuke tersenyum tipis saat mendengar seruan itu sekalilagi. Saat ia membuka loker miliknya, seseorang dengan cepat menabraknya. Untung saja Sasuke dapat menjaga keseimbangan agar mereka berdua tidak jatuh, punggungnya hanya menabrak lokernya sendiri sedangkan tubuh orang itu menabrak dadanya. Sasuke juga sudah tahu siapa gerangan yang menabraknya ini.

"Ah, Sasuke-kun!" Sakura menjauhkan tubuhnya. "Sepertinya aku terlalu bersemangat hingga lupa dimana tempat yang pas untuk berhenti." Sakura tertawa canggung saat melihat Sasuke tak mengacuhkannya dan kembali sibuk untuk menukar sepatunya. Sakura pun segera melakukan hal yang sama setelah memastikan skateboardnya tersimpan aman di dalam loker.

Sasuke menutup pintu lokernya dengan keras. "Bukankah kau selalu begitu? Setiap pagi membuat keributan di koridor dan berakhir dengan menabrak seseorang; kalau tidak Naruto dan Sai, pasti aku." Sasuke bersedekap di depan Sakura.

Sakura terkekeh sambil memainkan ujung rambutnya. "Tentu saja aku sering menabrak kalian, loker kita berempat bersebelahan dan kalian selalu ada disini saat aku datang tahu!" Kali ini Sakura tidak ingin kalah. "Dan kau yang paling sering berada disini, tentu saja kau selalu menjadi korban tabrak-luncur ku."

Sasuke mengangkat bahu tak acuh lalu berjalan menuju kelasnya, seolah tak mempedulikan Sakura. Sakura yang jengkel karena tak diacuhkan lagi, berlari menyusul Sasuke untuk mengomelinya sepanjang jalan menuju kelas.


Love Story in High School

.

by nopi


"Pagi Sakura-chan! Teme!" sapa Naruto saat melihat kedua sahabatnya memasuki kelas bersama. Sasuke tak menyahut dan segera duduk di bangkunya. "Tumben sekali kau datang lebih pagi hari ini," kata Sakura seraya menyikut Naruto. Naruto tersenyum bangga. "Tentu saja! Aku 'kan ingin menjadi anak rajin tidak seperti Teme," Naruto melirik Sasuke yang sudah menyumbatkan earphone di telinganya. "Aku dengar itu." Sasuke mendelik tajam. "Harusnya kau ingat wajahmu yang hampir menangis karena terlambatt beberapa hari yang lalu." Lanjutnya lagi. Naruto merengut saat diingatkan kembali pengalaman terlambat memalukannya itu. Ya, selama ini Naruto memang selalu datang kesiangan, namun sialnya saat ia terlambat tempo hari ia lupa jam pertama adalah pelajaran biologi dengan guru aneh, Orochimaru yang terkenal killer dan sering memberi hukuman tak wajar pada murid yang ia anggap menganggu pelajarannya.

"Lukisan yang bagus, Sai," puji Sakura saat melihat lukisan Sai yang baru setengah siap. "Terimakasih." Sai menoleh dan tersenyum sebelum ia kembali serius melanjutkan lukisannya.

"EH?!" Sakura berjengit kaget saat ada sesuatu yang tiba-tiba berada di dalam telinganya. Sasuke memejamkan matanya dengan kepala yang sedikit mengangguk-angguk. Sakura tersenyum lalu ikut menikmati alunan lagu lewat sebelah earphone biru milik Sasuke yang disumbatkan ke telinganya

You say good morning when it's midnight

Going out of my head, alone in this bed

I wake up to your sunset

And it's driving me mad, I miss you so bad

And my heart heart, heart is so jet lagged

Heart heart, heart is so jet lagged

Heart heart, heart is so jet lagged

Is so jet lagged

Sasuke mempunyai selera musik yang bagus, dan Sakura menyukai itu. Sambil menunggu guru ditengah kebisingan kelas seperti ini, mendengarkan lagu-lagu di playlist favorite-nya menjadi pilihan yang bagus. Dan Sasuke selalu mengajak Sakura turut serta, karena selera musik mereka tidak beda jauh dan sangat sering menyukai lagu yang sama.

CEKLEK.

Seketika suasana kelas menjadi sunyi senyap dan seluruhnya menghentikan kegiatan mereka masing-masing, setelah mendengar derit pintu yang terbuka. Hatake Kakashi, guru matematika sekaligus wali kelas mereka masuk dengan langkah santai—yang jika dilihat oleh orang yang sudah mengenalnya; ia masuk dengan langkah malas-malasan, salah satu sebab ia selalu terlambat.

"Hm, selamat pagi semuanya."

Tidak ada yang menjawab sapaan itu karena mereka semua terlalu terkejut mendapat seorang Hatake Kakashi masuk ke kelas pada waktu yang tepat. Kakashi melayangkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas, merasa murid-muridnya sudah lengkap—bahkan Naruto yang hampir selalu masuk ke dalam kelas bersamaan dengannya—Kakashi mengeluarkan setumpuk kertas dari ransel kecil yang selalu ia bawa kemana-mana.

"Hari ini kita ulangan dadakan," kata Kakashi dengan nada ringan dan senyum ramah yang membuat matanya menyiput.

"APA?!"

Sontak semua murid terkejut saat mendengar guru mereka mengatakan satu kalimat itu. Walau Kakashi mengatakannya dengan nada yang bersahabat, namun tetap saja mereka semua membenci itu. Bahkan Sasuke sempat membeliak kaget lalu kembali mengendalikan dirinya menjadi sikap tak acuh walau ia tetap mengeluarkan gerutuan kecil dengan hati dongkol setengah mati. Sakura sama seperti lainnya, ikut berseru protes. Naruto? Jangan ditanya lagi, ia adalah manusia yang paling heboh untuk tidak menyetujui ucapan gurunya barusan. Berbeda dengan Sai, ia terus melanjutkan lukisannya. Takpeduli pada sekelilingnya.

"Yang benar saja! Ini 'kan baru awal bulan, Sensei!" Gadis berambut merah yang duduk di ujung depan berseru protes. Setelah itu teman-teman yang berada dalam pergaulannya ikut memberikan suara yang sama dengannya.

"Karena ini awal bulan, makanya kalian harus berlatih dengan soal-soal ini, Karin." Kakashi masih memasang senyum ramah. Yang semakin membuat seluruh murid berdecak jengkel mendengar penuturan tak masuk akal dari Kakashi barusan.

"Bukannya ulangan itu diadakan setiap minggu kedua?" Gadis bercepol bertanya. "Tenten-chan, aku kan sudah bilang tadi; ini adalah ulangan dadakan, jadi tidak sesuai dengan jadwal biasanya," jawab Kakashi.

"Sudah terima saja. Memangnya ulangan itu harus sesuai jadwal dan tak boleh diawal bulan ya? Cih, seperti datang bulan saja," cetus Shikamaru lalu menguap lebar-lebar. Ino yang berada di sebelahnya membeliak marah. "Kau juga harus ikut protes, bodoh!"

"Baiklah, Hinata tolong bagikan kertas ulangan ini," Kakashi memberikan tumpukan kertas itu pada Hinata yang langsung dibagi-bagikan pada setiap murid.

Dengan terpaksa seluruhnyapun mengerjakan soal-soal itu sampai bel istirahat berbunyi.

.

.


.

.

"—SOAL-SOAL ITU BENAR-BENAR MEMBUNUHKU!"

Sasuke memutar bola matanya. Sakura mengangguk setuju. Dan sekalilagi, Sai masih terpaku pada lukisannya, terlalu sibuk untuk tidak memperhatikan sekelilingnya. "Kenapa kau belum mati juga?" ketus Sasuke pada Naruto. Naruto merengut dan menatap tajam pada Sasuke.

"Sudah, jangan bertengkar," lerai Sakura. "Bagaimana kalau kita makan saja? Biar aku yang mengambil jatah makan siang kalian,"imbuhnya lagi. Ucapan Sakura berhasil membuat Naruto mengalihkan perhatiannya dari Sasuke. "Aku mau ramen, Sakura-chan! Ku mohon…"

"Aku jus tomat saja," ujar Sasuke. Sakura mengangguk. "Kalau kau, Sai?" Sai mendongak dan tersenyum. "Ah, aku ikut membantu mengambil jatah makan siang saja. Sakura pasti kesulitan membawa satu nampan berisi makanan untuk kita berempat," Sai menutup buku gambarnya dan berdiri. Sakura mengangguk senang. "Baiklah. Kami tidak akan lama," katanya lalu segera menghilang bersama Sai di balik punggung-punggung murid yang tumpah ruah di kantin. "Kami-tidak-akan-lama, eh?" cibir Sasuke. "Tumben hari ini Sakura-chan mau pergi untuk mengambil pesanan kita, biasanya selalu aku yang disuruh," gumam Naruto. Sasuke melirik dengan ekor matanya. "Harusnya kau bersyukur, bodoh."

Naruto kembali menatap tajam Sasuke, kali ini disertai geraman rendah. "Bisa tidak, berhenti mencari masalah denganku?!" Sasuke bersedekap dada dengan gaya menantang. "Ti-dak." Naruto yang hampir melayangkan tinjunya pada wajah menyebalkan Sasuke, tiba-tiba kembali menariknya. Bersahabat dengan Sasuke dari kecil membuatnya mengerti, jika ia meninju wajah mulus itu Sasuke tetap tak akan berubah dari sifat menyebalkannya. Naruto menarik napas sabar lalu bersikap tenang kembali.

"Oi Teme, kau tahu cara yang baik untuk menyatakan cinta pada cewek tidak?" tanya Naruto. Sasuke mengangkat sebelah alisnya. "Tidak jika cara itu untukmu." "HEH?!" Sasuke tersenyum miring saat melihat Naruto kebingungan. "Satu-satunya cara yang tepat untukmu adalah tidak usah menyatakan cinta pada cewek," kata Sasuke. "Kaupikir ada cewek yang akan menerimamu menjadi kekasihnya? Jangan bermimpi terlalu tinggi." Naruto membeliak marah pada Sasuke. "HARUSNYA KAU UCAPKAN ITU PADA DIRIMU SENDIRI!"

Sasuke memutar bola matanya. "Kalau aku tentu saja ada." Naruto mendengus. "Buktinya? Sekarang saja kau tidak mempunyai pacar, bahkan sejak dulu kau tidak pernah pacaran. Cih, tampang boleh ganteng, tapi laku tidak?" ucap Naruto meremehkan. Sasuke yang mendengar itupun mulai terpancing.

"Itu karena saat ini aku tidak ingin punya pacar, bodoh!"

"Hhh, itu hal yang mustahil. Seluruh cowok di sekolah ini pasti ingin sekali mempunyai kekasih. Dan mustahil sekali bagi cowok yang paling populer seperti kau; tidak ingin punya pacar."

"Memang begitu adanya."

"Minimal, kau pasti punya cewek incaran yang akan kau jadikan kekasih nantinya. Tapi sekarang saja kau tidak dekat dengan cewek manapun. Payah."

Sasuke berusaha menahan diri untuk tidak meninju Naruto disini. Membiarkan Naruto mengoceh sendirian, tampaknya bukan pilihan yang buruk.

"Kau selalu saja mengeluarkan aura-aura negatif jika sedang berhadapan dengan cewek. Bahkan saat bersama Ino, Hinata dan Tenten yang sebenarnya teman dekat kitapun, kau bersikap tak acuh. Bagaimana dengan jodohmu yang diluar sana yang belum kau kenal?"

Sasuke mulai bosan, dan memilih menyumbatkan earphonenya di telinga. Sambil berharap Sakura dan Sai cepat datang, agar topik pembicaraan Naruto bisa teralih.

" —sepertinya satu-satunya cewek yang bisa kauterima dengan baik itu adalah Sakur—" Naruto menggantung kalimatnya. Mencoba berpikir dan menyimpulkan sesuatu yang sudah ada sebelumnya. Detik berikutnya, Naruto menarik earphone Sasuke dengan gerakan cepat.

"Apa lagi sih, Dob—" Kalimat Sasuke berhenti saat Naruto berbisik rendah dan bisikan itu mampu membuatnya membeku selama beberapa saat.

"Kau menyukai Sakura-chan, ya?"

.

.

TBC...

.

.


Jetlag © Simple Plan

RnR?

23.06.2015