Pukul 05.30 AM, kediaman Kagamine Len
"Uaaahhm..., uh? Siapa nelpon pagi-pagi kaya' begini?" gumam Len sambil menatap layar handphone-nya. Dia lalu memutuskan untuk menjawab telepon itu.
"Ukh... Halo? Ini siapa?"
"Kau tidak perlu tahu..."
"Hee? Apa maksudmu?!"
"Yang pasti, ingat kata-kataku ini. Look at me... Before... Khukhukhu..."
"..."
TIT. Len menutup percakapan itu lebih dulu. Wajahnya tegang. "Kowai(menakutkan)...," gumam Len.
Pukul 07.30, kelas IX D...
"Hooo... Jadi kau mendapat telepon misterius, eh?" ujar Piko. "Ya. Dan, dia sempat bilang, 'Look at me... Before...', lalu terkikik mengerikan... Benar-benar menakutkan!" sahut Len dengan wajah pucat. "Kalau aku benar, dia adalah Secret Admirer-mu yang bertipe Yandere!" kata Piko, menarik kesimpulan. Len mengangguk. "Terus aku harus gimana?" keluh Len sambil menepuk dahinya. "Mana kutahu, emang aku penasihatmu? Tanya tuh, sama Kaito, dia kan jago ngasih solusi. Ntar pas waktu pulang sekolah kita ke Kaito. Setuju?" tawar Piko. Len mengangguk. "Okelah kalau begitu!" sahut Len bersemangat.
Tiba-tiba...
"KAGAMINE LEN! UTATANE PIKO!"
Len dan Piko membatu.
"Mati aku...," rutuk Len pelan.
"SIAPA SURUH KALIAN BICARA WAKTU JAM PELAJARAN, HAH?!"
"Nafsu kami, Bu..," jawab Piko ngawur.
"KURANG AJAR! KAMU BERANI JAWAB YA! KALIAN BERDUA, BERDIRI DI KORIDOR SAMPAI ISTIRAHAT!"
"Lho, tapi saya nggak ikutan jawab, Bu!" protes Len.
"KAGAMINE LEN!"
"Iya, deh, Bu..."
Saat itu, tidak ada yang menyadari, ada seorang gadis yang menatap Len lekat-lekat sambil menyeringai. Siapa dia...?
Pukul 12.00 AM, kediaman Shion Kaito...
TING-NONG~
"Kaito...," panggil Len. Dia kembali memencet bel. "Bagaimana?" tanya Piko. Len mengangkat bahu. "Nggak dijawab. Ini Kaito lagi tidur kali ya?" gumam Len kesal.
Tiba-tiba,
"L-LEN! T-TOLONG! UAAAAGHH!"
Diiringi bunyi,
JLEB!
CROOOT!
Len dan Piko terbelalak. Apa yang terjadi di rumah Kaito? "Len, aku akan masuk duluan. Kau tunggu aku. Jika dalam 10 menit aku tidak peduli, telepon polisi. Oke?" ujar Piko. "Hati-hati!" sahutku. Piko mengangguk. Kemudian masuk. Aku lalu menunggu.
1 menit.
2 menit.
3 menit.
4 menit.
5 menit.
6 menit.
7 menit.
8 menit.
9 menit.
Hingga...
10 menit.
Piko belum keluar. Wajah Len memucat. Jangan-jangan... Piko sudah... Len langsung berlari masuk ke dalam rumah Kaito, melupakan permintaan Piko untuk menelepon polisi.
"PIKO! PIKO! KAU DIMANA! PIKO! PI-" teriakan Len terputus.
Di depan matanya, ada Piko dan Kaito, terkapar berlumuran. Dan ada seorang gadis, gadis itu membelakangi Len. Rambutnya panjang berwarna abu-abu, masih memakai seragam, dan pisau di tangan gadis itu.
"Len-kun..."
Len terbelalak.
"Aku menginginkanmu jadi milikku..."
Gadis itu berjalan mendekati Len.
"Dan hanya milikku."
JLEBBB! CROOTT!
Darah bercucuran.
"K-kau... S-sssiapa...?" tanya Len sambil meringis kesakitan.
"Namaku..."
Gadis itu tersenyum,
"Sukone Tei."
Len terbelalak. Sesaat kemudian, dia menghembuskan nafas terakhir.
Tei tersenyum.
"I love you, Len-kun..."
