tersimpan dalam masa

bleach © kubo tite. saya tidak mengambil keuntungan materiil dari fanfiksi ini.

warnings. plot samar, simbolisme dan menotimia everywhere. if you squint, you will able to see the plot :))


Dalam sikap pemalu dan submisifnya, Hisana membagi rasa percaya dirinya pada Byakuya seorang. Dan dibalik imperialisme dan kehebatannya, ada satu mimpi sederhana yang ia persembahkan untuk Hisana saja.

Mereka tak lagi peduli dengan status mereka yang kini bertitel senior sekolah menengah atas. Dipandu oleh dering nyaring bel pulang, hari-hari yang dipenuhi soal dan simulasi ujian serasa se-Andromeda jauhnya. Keduanya saling mengekor sembari melangkah pelan; menyerapi setiap momen langka diantara koridor lengang, lembayung sore yang memantul di ubin pucat, dan bayangan lembut yang menyatakan kau dan aku masih ada dan bersama.

Destinasi mereka selalu sama. Dari saat layang pandang berjumpa untuk kali pertama hingga kini, ruang kedap suara yang berpusat pada upright piano tak pernah berhasil membuat mereka jenuh. Di studio empat kali enam meter itu, mereka terbuai dalam melodi piano dan tembang merdu. Di antara masa matahari yang akan berganti oleh rembulan, mereka saling melupakan.

Byakuya si maestro pianis dan Hisana sang soprano; dalam imajinasi mereka.

(Tentang ini, mereka bermimpi dan berkhayal bahwa itulah masa depan mereka.)

Angin berhembus bahwa mereka adalah sejoli.

(Sayangnya itu salah, meski ingin mereka membenarkan.)

Yang benar, mereka berbagi semangat yang sama.

Angin berspekulasi bahwa sang pangeran akan menuju puncak dunia dan sang dara akan terpuruk ke dasar bumi.

(Mungkin memang itu realitanya. Karena itulah, mereka bertemu. Untuk menyingkirkan realita itu sejenak dan menikmati bahwa saat ini mereka berbagi keinginan yang sama.)

Cukup masa yang merekam ini. Biarlah Tuhan yang menyaksikan hamba-Nya berbahagia serta menangis di saat bersamaan.

(Di surga dan dunia, mengapa Kau masih kejam pada mereka?)

.

.

tamat