WARNING! Ini adalah Chapter Repost dari Cerita yang sebelumnya berjudul "What happen in Bali"

dan sekarang berubah menjadi "Just Don't Leave Me!", isi cerita dan tokoh masih sama,

entah karena authornya yang masih ababil atau ide yang kebiasaan suka kelayapan baru nongol lagi...

But, i hope you still keep reading this story... ah.. Saranghaeyeo!

RNR Please!

.

.

Reviewers' Replay corner:

im kirin and shinLophLoph : Anyeong reader-deul ... gumawo sudah ngereview tulisan sebelumnya...

maaf kalo ceritanya direkonstruksi lagi,

yang kemaren Chap 1 dan 2 sekarang di gabung di chap ini,

jd chap selanjutnya adalah lanjutannya...

.

.

DON'T GO!

Genre: GS. Romance, Hurt, Comedy

Cast : Kris, Suho, Chanyeol, Baekhyun dan Ace

Pairs : KrisBaek, KrisHo, ChanBaek, ChanHo

Rate : T-Semi M :D

WARNING : TYPO DIMANA - MANA

Disclaimers: Dalam cerita ini sudah jelas dan tentu saja

yang menjadi milik saya adalah ide dan alur ceritanya...

Dan Kris, Chanyeol, Baekhyun and Suho adalah

milik diri mereka sendiri, keluarga dan Fandom

.

.

NEED REVIEWERS

NEED CORECTION

NO PLAGIARISM

NO COPY PASTE

NEED REVIEW

NO BASH

HAPPY READING

.

.

.

Salju turun dengan lembut menambah cantik malam natal yang penuh cahaya. Seorang namja bertubuh tinggi berlari menyusuri trotoar, matanya terus mencari cari sesuatu disekitarnya. Berulang kali namja berambut hitam berjambul itu berputar – putar dengan mata bingung.

"Noona…."

Namja itu memanggil – manggil seorang yeoja yang dicarinya. Beberapa saat kemudian namja itu lalu berhenti dan memandang satu titik dimana yeoja yang ia cari berdiri. Namja itu tersenyum melihat yeoja yang sedang menatap kembang api meletup di langit. Tangan yang ia selipkan di kantung mantelnya mengepal. Aneh, seberapapun hangat mantel itu tangannya terasa sangat dingin. Sesuatu didadanya serasa ingin melompat keluar hanya karena melihat yeoja yang dicarinya terus tersenyum dan bertepuk tangan dibawah letupan kembang api.

"Noona…"

Suara berat itu berteriak lagi sambil berjalan kearah yeoja yang berada di kerumunan trotoar itu. Beberapa saat kemudian dia terhenti melihat sebuah pohon natal besar mulai memiring nampak akan jatuh… dan menimpa sang yeoja.

"Suho Noonaa…"

Namja itu berteriak lalu berlari kearah Suho yang kini hampir tertimpa pohon natal yang akan ambruk itu.

"Chanyeolliie…" kata yeoja itu langsung berbalik kearah suara yang benar – benar ia kenal sambil melambaikan tangannya.

Chanyeol langsung meraih tangan yeoja itu dan menarik tubuh si yeoja kepelukannya. Dan tiba – tiba..

BRUUAK…

Hanya berjarak 30 cm dari tempat Chanyeol memeluk Suho, sebuah pohon natal besar setinggi 5 meter ambruk dan membuat kaget kerumunan orang yang tadi melihat letupan kembang api. Beberapa detik mereka berpelukan, Chanyeol masih memelototi pohon natal yang kini terkulai dihadapannya. Suho dapat mendengar detakan jantung Chanyeol yang begitu kencang dan terdiam dipelukan namja yang lebih muda darinya itu.

"Noona.. gwuenchana?" tanya Chanyeol setelah melepas pelukannya dan menatap Suho.

"Gwuenchana…" Suho berkata dengan suara parau sangking kagetnya dengan kejadian pohon natal itu.

"Syukurlah… hampir saja pohon itu menimpamu noona…" kata Chanyeol sambil mengusap rambut suho yang terkena runtuhan salju yang jatuh dari pohon natal tadi.

"Gumawo Chanyeol-ah… jika kau tidak ada mungkin aku sudah tertimpa pohon itu" Suho kembali memeluk chanyeol dan dada chanyeol pun kembali berdegup kencang.

"Gwuenchana noona… aku akan selalu menjaga noona selamanya… menjaga noona.." kata Chanyeol dengan suara beratnya yang bernada sangat dalam menenangkan Suho.

"Noona … khaja…" Chanyeol melepas pelukan suho lalu menggenggam tangan Suho dan menggandengnya kesuatu tempat.

"Kita mau kemana Channiee?" Suho kebingungan namun terus mengikuti chanyeol.

Mereka tiba disebuah halaman gereja, itu adalah gereja tertua di daerah Jeonju. Chanyeol melihat kesegala arah dan memasuki gerbang gereja itu. Chanyeol adalah seorang siswa SMA tingkat akhir yang sering melakukan kebaktian di gereja itu, dia tentu hapal betul jalan pintas masuk ke dalam bangunan gereja dan ia juga tau bahwa pintu belakangnya tak pernah terkunci. Chanyeol dan Suho memasuki ruang jemaat dan setelah lampu dinyalakan, sangat terlihat bahwa baru saja ada kebaktian natal di sana. Chanyeol terus menggandeng tangan Suho dan berhenti tepat didepan sebuah salib besar tepat di tengah ujung gereja.

Chanyeol menggenggam tangan Suho, mata Chanyeol begitu bercahaya, pipinya merona begitu merah dan senyumnya begitu gugup. Suho terus memandang Chanyeol tak mengerti namun tangannya yang berada dalam genggaman Chanyeol dapat merasakan betapa gugupnya namja itu.

"Kim Suho noonaa…. Aku Park Chanyeol, di gereja ini, dihadapan Jesus Cristus, di hari natal ini… dengan sepenuh hatiku… dengan sejujurnya … aku mengatakan bahwa aku… benar – benar mencintai noona… aku menyukai noona sejak aku pertama masuk sekolah SMA… namun baru hari ini aku memberanikan diri untuk mengatakannya… aku… mencintaimu noona…" kata chanyeol agak gemetar. Suho yang sangat kaget mendapat pernyataan cinta dari hoobaenya itu hanya terdiam dan memandang Chanyeol tanpa berkedip.

"Noona… maukah noona menjadi yeojachingu ku?" tanya chanyeol kemudian. Suho masih tak percaya, hoobae kesayangannya itu memintanya untuk menjadi yeojachingunya. Suho adalah Sunbae chanyeol di SMA dulu, usia mereka terpaut 2 tahun, ketika Suho kelas 3 Chanyeol baru masuk menjadi siswa baru di kelas 1. Tapi akhir – akhir ini Chanyeol dan Suho sering bertemu karena Chanyeol sibuk bekerja sama dengan Suho yang bekerja sebagai wartawan dalam mengurus majalah dinding di sekolah Chanyeol.

"Noo… Noona…" Chanyeol memanggil Suho karena Suho hanya terdiam. Beberapa saat kemudian bibir Suho terbuka dan berkata. "Ya! Park Chanyeol… kau terlihat begitu keren dengan menyatakan cinta di gereja seperti ini… aku merasa seperti menikah…" kata Suho memecah keheningan.

"Aku serius mencintaimu noona…" Chanyeol meyakinkan Suho.

"Nde.. aku mau menjadi yeojachingumu…Park Chanyeol.."

Mereka lalu berpelukan dan resmi menjadi sepasang kekasih di malam natal itu.

.

.

.

Sementara itu, dimalam yang sama, namun 189 Km kearah tenggara kota Jeonju, di Kota Busan. Malam natal begitu dingin dan mencekam. Salju yang turun cukup lebat terlihat dari jendela sebuah ruang emergency Rumah Sakit. Seseorang sedang sekarat di sana, tim dokter sedang berusaha sekuat tenaga memompa jantung Byun Kangin. Terus dan terus dilakukan, dan monitor indikator denyut jantung mengeluarkan garis lurus dan bunyi yang nyaring panjang. Dokter – dokter yang berkerumun di sekitar tubuh Kangin yang kini membeku lalu menggelengkan kepalanya.

Baekhyun yang melihat itu dari luar tanpa sadar mengeluarkan air matanya. Wajahnya begitu memerah dan tangannya dingin gemetar. Salah seorang dokter keluar dari emergency room dan menghampiri Baekhyun. "Baekkiee ya… maafkan ajhusi tak bisa menyelamatkan appamu… dia baru saja pergi.." kata Hangeng, sahabat Kangin yang juga menangis melihat anak sahabatnya kini berdiri mematung dan bercucuran air mata. Hangeng melihat seorang namja tinggi dan tegap yang berada di belakang Baekhyun, Hangeng mengangguk sebentar lalu pergi setelah namja tampan itu membungkuk kearahnya.

"A…Ap..Appa… Appa…" kata Baekhyun setelah memasuki ruangan emergency dan beberapa saat terdiam disamping tubuh Kangin. Namja itu lalu meletakkan kamera yang terkalung dilehernya di atas meja disebelah tempat tidur appa Baekhyun.

"Ap..ppaa… appa …" tubuh baekhyun melemas , kakinya tak mampu menopang tubuh mungilnya lalu hampir terjatuh. Sontak namja di belakangnya menangkap tubuh mungil berambut panjang itu,

"Baekieaa… gwuenchana?" Kris menyangga tubuh lemas Baekhyun dalam dekapannya. "Appa… pergi… oppa eottoke?" kata Baekhyun masih dengan tatapan kosong. Kris lalu membalik tubuh Baekhyun dan memeluk gadis itu erat – erat. "Baekii.. oppa disini.. kau tak sendirian.. nde.." Kris membelai rambut baekhun dengan lembut.

"Appa… pergi menyusul eomma… oppa.. haruskah aku ikut mereka..?" Baekhyun membenamkan kepalanya dalam dekapan Kris lalu menangis sangat kencang. "APPAAA… EOMMAA… Jangan tinggalkan aku…" Baekhyun menangis semakin kencang.

Tiga hari kemudian, mata indah baekhyun masih kosong. Mata kosong itu kini melihat dua buah makam yang berdampingan. Batu nisan kedua makam itu terukir nama appa dan eomma gadis itu. Byun Kangin dan Byun Jungsu. Gadis itu memeluk erat makam sang appa dibawah salju yang turun dengan lebatnya, gadis itu kembali menangis.

Kris berjongkok dibelakang baekhyun sambil memayungi Baekhyun dari salju yang menambah beku suasana di pemakaman itu. Hanya ada mereka berdua di sana. Kris terus menatap Baekhyun yang berlinang air mata. Perasaan dalam hatinya begitu tak karuan melihat gadis mungil yang sudah dia anggap seperti adiknya sendiri itu tenggelam dalam tangis.

'Kini dia hanya sendiri.. sebatangkara… Kau harus menepati janjimu Kris..' Kris berkata dalam hati, sebelah tangannya membelai lembut punggung Baekhyun yang gemetar diatas makam appanya.

Flash Back

Seminggu sebelum Kangin meninggal, Kangin meminta Kris menghadapnya.

"Kris… kau datang.." Kangin menutup buku yang ia baca dan tersenyum dengan bibirnya yang pucat kearah anak sahabatnya itu.

"Nde.. Ajhusi.." Kris membungkuk lalu menutup pintu kemudian mendekat dan duduk disebelah tempat tidur Kris.

"Apa Baekki sudah di sekolah?" Kangin menatap namja muda tampan yang terlihat bingung dihadapannya itu.

"Nde ajhusi, dia sedang mendapatkan kelas tambahannya" jawab Kris perlahan.

"Baekhyun… hanya memiliki aku dan eomanya di dunia ini… namun, nampaknya kami berdua tak bisa menemani gadis itu di dunia ini hingga dia tumbuh besar dan menjadi yeoja dewasa yang cantik…" Kangin mengambil foto yang diletakkan di meja hanya bisa terdiam.

"Kau ingat, kau yang mengambil foto ini saat Baekhyun lulus SD. Kau… dan Baekkie ku… tumbuh bersama, sama seperti aku dan eomma mu.. Heechul… kau sudah seperti seorang kakak baginya…" Kangin memberikan foto itu pada Kris.

"Nde Ajhusi… Baekkie, adalah dongsaeng kesanyanganku.." Kris tak memandang foto itu, namun memandang mata Kangin yang kini menatap tajam matanya.

"Wu Kris… nampaknya, waktuku semakin dekat… aku tak akan bisa menjaga Baekkie ku lebih lama…" Kangin menggenggam kedua tangan Kris dan masih menatap mata coklat pemuda pirang itu.

"Kris… berjanjilah, berjanjilah padaku kau akan menjaga Baekhyunku, jaga dia baik – baik… aku berikan dia padamu… pegang erat tangannya, jadikan dia pendampingmu... jadilah pendamping terbaik baginya untukku Kris…" Kangin kini meneteskan air matanya. Kris bingung harus menjawab apa, semua ini serba mendadak untuknya.

"Kris… berjanjilah…" Kangin menggenggam erat tangan Kris, genggaman itu semakin erat, kemudain Kris berkata... "Nde Ajhusi,… aku akan menuruti kata – kata ajhusi… aku akan menjadi pendamping terbaik untuk Byun Baekhyun… Ajhusi… tak usah khawatir.."

Flash Back End

"Ajhusi… aku akan menepati janjiku padamu… aku akan menjaga Baekhyun dan mendampinginya seperti harapanmu…" Kris berkata dengan lirih sambil mengelus punggung gadis yang masih menangis memeluk makam appanya.

.

.

.

Skip Time

.

.

.

3 Tahun kemudian….

Seorang namja bertubuh tinggi, berambut agak panjang berwarna coklat keemasan, hidungnya mancung, bibirnya mungil berwarna peach dan mata coklatya tajam mempesona.

Sesuai dengan profesinya sebagai fotografer, Kris membidik dan menjepret Sunset indah di pulau Jeju.

'di akhir musim panas pun sunsetnya masih terlihat cantik' gumam Kris

Gayanya memotret sungguh tampan, cara berjalannya mempesona, bahkan caranya berdecak juga sangat keren. Beberapa yeoja yang nampak tengah berlibur tersenyum mendekat kearah Kris.

"Kau… maukah kau memotretku?" tanya yeoja itu memberikan ponselnya pada Kris, Kris hanya tersenyum menyeringai dan mengangkat sebelah alisnya lalu mengambil dua buah foto yeoja itu.

"Waah,… hasilnya bagus… ini karena fotografernya sudah professional… atau memang aku yang sangat indah?" rayu yeoja berdada montok itu mengedipkan matanya didepan Kris. Kris hanya tersenyum lalu berpaling dan kembali sibuk menjepret matahari yang sinarnya memerah ditengah sisa – sisa hujan di akhir bulan agustus. Yeoja sexy itu kemudian menutup lensa kamera Kris dengan tangannya membuat Kris berhenti memotret.

"Tak bisakah lensamu membidik hal yang lebih cantik selain matahari yang terbenam?" kata Yeoja itu menggoda. Namun sebelum Kris merespon tiba – tiba seseorang berteriak dibelakangnya.

"OPPA!"

Seorang gadis bertubuh mungil dengan kulitnya yang putih mulus. Mata sipitnya kini melotot kearah Kris dan yeoja yang menggodanya. Gadis itu masih berseragam lengkap dan masih menggendong tasnya.

"Hai Babe…" Kris tersenyum lalu mengalungkan kamera itu ke lehernya dan berbalik menuju kearah Baekhyun kemudian memeluk gadis yang masih melotot itu.

"Kenapa lama sekali?" Kris memeluk Baekhyun dan mengecup kening baekhyun di depan yeoja tadi.

"Dia adikmu?" tanya yeoja sexy itu mendekat kearah Kris yang memeluk Baekhyun.

"YA! SIAPA KAU BERANI DEKAT – DEKAT OPPAKU?" bentak Baekhyun dengan tatapan tajam kearah yeoja yang menyebalkan itu.

"YA! Hagsaeng! Kenapa kau membentakku?" yeoja itu ikut berteriak.

"YA! Kenapa kau berteriak kearah istriku?" Kris ikut melotot tajam kearah yeoja yang kini ikut melotot sangking kagetnya.

"Maaf… jika kau tertarik padaku, segeralah lupakan… aku sudah punya istri… dia istri kesayanganku.." Kris berkata dengan nada dingin lalu menunjukkan sepasang cincin yang tersemat di jari Kris dan Baekhyun. Baekhyun mendengus puas melihat yeoja itu pergi.

"Hahahahaha… oppa… kau…" Baekhyun lalu tertawa

"We?" Kris melepaskan tangan Baekhyun dan mengerutkan alisnya.

"Tapi kan kita belum menikah oppa…" Baekhyun berseru manja dan menatap imut Kris yang masih mengerutkan keningnya.

"Aku bahkan merasa kita sudah menikah karena kau memaksaku memakai cincin appamu ini… tapi nampaknya ini membantuku dari godaan yeoja seperti itu" Kris menatap cincin di jari manisnya dengan senyum dingin.

"Oppa… oppa tidak suka memakainya?" Baekhyun bertanya dengan puppy eyesnya yang sedih. Kris merasa bersalah melihat perubahan raut wajah Baekhyun lalu tersenyum lembut.

"Yaaa… bukan begitu.. oppa akan selalu memakainya… kan oppa sudah janji pada appamu… akan menjagamu selamanya…" Kris memeluk Baekhyun lagi dan mengusap rambut Baekhyun lembut lalu mencium pucuk rambutnya.

"YA… Baekhyuniie.. kau… sudah 17 tahun sekarang… berhentilah menggunakan Shampoo beraroma strawberry…" Kris meledek Baekhyun lalu berlari. Baekhyun mengejar Kris dengan sekuat tenaga. Kaki jenjang Kris sangat membantu dalam hal ini, ia mampu berlari sangat kencang dengan langkahnya. Dan baekhyun dengan kaki pendeknya selalu tak bisa mengejar.

.

.

Hari sudah larut ketika mereka sampai di Seoul. Semenjak appanya meninggal, Baekhyun ikut dengan Kris tinggal di Seoul. Mereka bahkan tinggal satu apartemen bersama, namun Kris sangat menjaga Baekhyun. Tak sekalipun Kris menyentuh gadis kecil imut itu. Kris sangat berhati – hati di apartemennya, iya tak mau sedikitpun menggangu kekasih kecilnya itu. Walaupun mereka adalah sepasang kekasih yang tinggal bersama, mereka tak pernah bersentuhan, bahkan berciuman bibirpun mereka tak pernah, paling jauh adalah genggaman tangan, pelukan singkat dan kecupan kening yang juga jarang mereka lakukan.

"Baekkiie ya… terima kasih kau telah mengantar oppa ke Jeju hari ini nee.." Kris berkata sesaat setelah membukakan pintu mobil untuk Baekhyun.

"Aku suka menemanimu oppa…" jawab Baekhyun riang dan sediikit melompat.

"Tapi… lain kali kau tidak boleh membolos seperti itu…" Kris kini menekan tombol lift.

"Tapi kan aku mau menemani oppa…" rengek baekhyun ikut memasuki lift.

"Tapi oppa tak mau sekolahmu terganggu…" Kris memencet angga 19 di dalam lift.

"Oke… aku tak akan melakukannya lagi… tapi…." Baekhyun memejamkan matanya dan sedikit mengkrucutkan bibirnya mengisyaratkan bahwa dia ingin dicium.

Kris menempel jari telunjuk dan jari tengahnya di bibir baekhyun dan sedikit mendorong tubuh baekhyun yang agak condong kearahnya. "Jangan sekarang… jangan di sini…"

Baekhyun mengerutkan keningnya kesal. Mereka berdua memasuki sebuah flat apartemen, baekhyun merebahkan tubuhnya di atas sofa, sementara Kris langsung menuju ke dapur dan mengambil sebotol jus mangga kesukaannya.

"Bekkie…" Kris menempelkan sebotol jus strawberry ke pipi baekhyun, lalu baekhyun membuka matanya dan mengambil jus itu.

"Baek… bulan depan nampaknya oppa tak bisa bersamamu dulu ya,…" Kris membuka percakapan.

"WEE?" Baekhyun berteriak hampir memuntahkan jus yang ada dimulutnya.

"Bulan depan oppa harus ikut Kai-ssi ke Bali… dia akan mengikuti lomba surfing internasional di sana… oppa akan menjadi fotografernya selama dia bertanding.." Kris menjelaskan sambil membersihkan kameranya.

"Aku ikut ya oppa…" rengek Baekhyun

"Andwue… kau harus fokus sekolah… ingat pesan appamu kan?" Kris berkata tanpa menatap baekhyun.

"Tapi kenapa harus oppa? Kenapa harus ke Bali..? tunggu… Bali itu di mana?" Baekhyun menyipitkan matanya dan mengambil ponselnya. Baekhyun mencari di menu safari di ponselnya, mengetik kata Bali dan memilih kotak search.

"Indonesia" Kris bergumam setelah melihat apa yang baekhyun lakukan.

"Waah… jauhnya… Kapan oppa berangkat? Sampai kapan di sana?" Baekhyun mengerutkan alisnya dan merengek sambil menghentak – hentakan kakinya di karpet.

"Oppa berangkat tanggal 27 Agustus… dan pulang tanggal 7 Oktober.." Kris memandang baekhyun yang matanya sudah memancarkan aura kesedihan

.

.

.

"MWO? BALI? WAE?" Chanyeol berteriak dan melotot kearah yeojachingunya,

"Ya Pabbo-ya… jangan berteriak…." bisik Suho melihat orang – orang disekitar mereka menebar pandangan terganggu oleh teriakan suara raksasa chaneyol.

Mereka sedang makan siang bersama. Chanyeol menyempatkan keluar dari kampusnya untuk makan siang bersama wartawan cantik kesayangannya itu. Kini Chanyeol adalah seorang mahasiswa jurusan musik di Fakultas Seni Sungkyungkwan University. Chanyeol memang terlihat agak idiot, terutama wajahnya ketika sedang tersenyum lebar, bahkan panggilan sayang Suho ke Chanyeol adalah "Pabbo Dobi". Namun jangan salah, Musik intelligent Chanyeol sangat tinggi. Ia mampu memainkan alat musik apapun, itulah mengapa dia mampu menembus universitas Sungkyungkwan yang legendaries itu.

"Untuk apa noona pergi ke Bali?" tanya Chanyeol mengecilkan volume suaranya yang tetap besar itu.

"Memang kau tau Bali di mana?" Suho mengangkat sebelah alisnya menantang Chanyeol.

"Meolla noona…" Chanyeol menggeleng dengan polosnya.

"Bali itu di Indonesia… jauh dari sini…" Suho mendesah lembut setelah menyedot bubble teanya.

"Untuk apa noona ke sana? Berapa lama noona di sana?" dahi Chanyeol kini mengkerut, iapun terus menganga sampai akhirnya Suho menjawab

"Ya… aku ini adalah wartawan majalah sport, di Bali akan ada turnamen Surfing Internasional, aku harus meliputnya, dan atlit surfing kebanggaan Korea, Kim Jong In akan bertanding… boss menugaskan aku untuk ke sana.." Suho menjelaskan secara perlahan kepada Chanyeol, mengingat kapasitas kepala chanyeol menangkap kata – kata tak secepat kemampuannya menangkap nada.

"Tapi kenapa noona? Noona kan yeoja, bagai mana bisa mengirim yeoja jauh – jauh sendirian?" protes Chanyeol yang tak lagi niat menghabiskan Hot Dog di piringnya.

"Jika aku berhasil meliput dengan baik, aku akan dipromosikan menjadi anggota editor. Tentu aku harus meningkatkan kualitas kerjaku, lagi pula aku satu – satunya yang belum menikah dan memilki anak, jadi aku bebas untuk kemana saja…" Suho kembali berbicara panjang lebar.

"Haruskah aku menikahi noona sekarang? Atau haruskah noona punya anak sekarang agar noona tidak dikirim ke Bali?" Chanyeol bertanya dengan tampang polos yang terkesan idiot itu.

"Ih… Pabbo-ya! Mana bisa seperti itu…" Suho memukul jambul Chanyeol pelan.

"Aku ikut ya noona…" rengek namjachingu Suho kekanak – kanakan

"Yaaah… seandainya saja kau tak sedang menghadapi ujian praktik musikmu pasti aku akan membawamu… lagian kau kan harus mengajar les privat music?" Suho yang hobi berbicara panjang mengingatkan tanggung jawab yang harus Chanyeol lakukan

"aaaah… ini menyebalkan sekali… tapi… berapa lamakah noona di bali?" Chanyeol mengedipkan matanya berulang kali.

"aku akan berangkat tanggal 27 Agustus ini dan akan kembali tanggal Akhir oktober…" Suho memperlihatkan surat perintah bekerjanya pada Chanyeol.

"Selama itukah?" Chanyeol berkata dengan tatapan kosong.

.

.

.

JRENG JRENG JRENG…

"YA! PABBO CHAN! HENTIKAN…." Bentak Sehun kearah sahabatnya yang kini memetik gitarnya tak beraturan.

"Sehun-ah… aku akan segera mati…" Chanyeol memeluk gitarnya dan menundukkan kepalanya.

"Aaaah Waee? Kau terlihat sehat – sehat saja… bahkan tampak bertambah tinggi.." Sehun terus saja dengan kegiatannya menyetem kunci – kunci gitar itu.

"Suho noona akan pergi ke bali selama sebulan… ini menyebalkan…" Chanyeol masih memeluk gitarnya dan melengkungkan bibirnya mengisyaratkan sedih.

"kau tak akan mati karena itu… biarkan saja dia pergi… dia juga sudah dewasa.." Sehun masih berkata tanpa memandang Chanyeol.

"Kau tak akan tau rasanya… menjalin hubungan yang sama – sama di Korea saja aku masih sangat kesulitan, apa lagi harus Long Distance Relationship seperti ini…" Chanyeol benar – benar sedih sekarang.

"Kapan Suho noona berangkat?" Sehun kini memandang sahabatnya

"Besok…"

"Kau akan diam saja?"

"Apa aku harus menghentikannya seperti di film – film?"

"Ish Pabbo ya… paling tidak kau tunjukkan perhatianmu… carikan sesuatu yang membuatnya mengingatmu disana…" Sehun tak habis pikir, sahabatnya ini benar – benar idiot.

.

.

.

"Yaa… baekiii… kenapa kau menangis?" Luhan mendapati sahabatnya menangis di banguknya

"Lulu-yaa…" Baekhyun merentangkan tangannya tanda ingin dipeluk Luhan. Luhan memeluk baekhyun dnegan penuh sayang, mereka berdua baru bersahabat sejak mereka menjadi siswa baru di sekolahnya Hannyoung International High School of Arts, namun keduanya sudah begitu dekat.

Baekhyun menjelaskan duduk masalah mengapa ia sudah menangis sepagi ini. Luhan lalu memberikan saran yang sama seperti saran Sehun ke Chanyeol. Baekhyun harus memberikan sesuatu pada Kris sebelum Kris berangkat ke Bali.

.

.

Sore itu, baekhyun masih dengan seragam musim panasnya berjalan menuju Hyundai Dept. Store milik orang tua Choi Luhan (hehehehe). Sekolahnya cukup ketat dalam mengatur siswa tingkat akhir, dimana anak – anak sekolah lainnya masih menikmati liburan musim panas tapi sekolahnya sudah harus kembali sekolah demi pelajaran tambahan. Itu semua agar siswanya bisa lolos ujian SAT dan masuk di Universitas terbaik yang mereka inginkan.

Luhan dan Baekhyun sepakat ingin kuliah di Sungkyungkwan Univesity karena jurusan musik disana sangat terkenal. Maka dari itu mereka mendaftar les privat bermusik untuk menambah skill praktik mereka. Harusnya hari ini mereka mulai belajar, namun demi mencari hadiah untuk Kris, Baekhyun terpaksa membolos.

Gadis imut itu pergi kelantai 4 tempat banyak sekali pernak – pernik couple dipajang disana. Sementara itu di lantai yang sama namun di sudut berbeda, seorang pemuda tampan berjalan dengan gagah dan kerennya. Banyak yeoja memandangi namja tinggi dan tampan itu. Chanyeol memberikan kesan imut dan tegas jika dia tidak tersenyum dan berjalan sambil menyelipkan tangannya di saku samping celananya. Tasnya disangkutkan hanya di pundak kanannya saja, membuat dia terlihat keren dan jauh dari kesan idiotnya. Ia juga menggunakan kaca mata bacanya dan berjalan sambil menyebarkan padangannya keseluruh penjuru.

Baekhyun melihat – lihat beberapa boneka di rak sebuah lapak di mall itu, ia mengambil satu boneka kelinci dan memutarnya lalu menaruhnya kembali. Ia berjalan mudur sambil membungkuk melihat beberapa boneka di rak terbawah itu.

PLAK…

Sebuah handphone terjatuh dari saku celana pemuda yang didepannya. Baekhyun mengambil hanphone pemuda itu dan memanggilnya.

"Cho… chogioo… Ponselmu terjatuh…" Pemuda yang menjatuhkan ponsel itu menatap Baekhyun sebentar lalu menyadari ponsel yang disodorkan Baekhyun itu miliknya.. "Oh… gumawo hagsaeng…" Chanyeol membungkuk kearah Baekhyun dan Baekhyun membalasnya sambil berkata "Nde.."

Chanyeol lalu berlalu dan mengambil sebuah earphone dengan phone yang lucu berbentuk tokoh bono bono kesukaan Suho. Chanyeol tersenyum lalu memilih kertas kado untuk membungkus earphone itu.

"Yaaa,… boneka ini lucu sekali…" gadis yang tadi menemukan ponsel Chanyeol mengambil sebuah boneka kambing bajak laut berompi pink.

"Semoga selama kita jauh, kau bisa menjaga oppa untukku nee…" Chanyeol tersenyum melihat gadis SMA itu memainkan boneka kambing yang ia pegang dengan lucu.

"MWO?" Baekhyun melihat dompetnya dan menghitung uang yang ada didalamnya, tidak cukup untuk membeli boneka itu. Baekhyun lalu mengedarkan pandangannya kesegala arah mencari Luhan. Chanyeol yang berdiri di antrian berikutnya setelah Baekhyun di kasir hanya memandang wajah imut itu yang kini memerah panic dan gugup.

"YA! Hagsaeng… harganya 50.000 won.." Penjaga kasir itu agak kesal melihat Baekhyun yang terus saja meminta kasirnya menunggu dan mengais uang di dompetnya.

"Chogiyoo… ini…" Chanyeol menyerahkan Platinum Credit Cardnya kearah penjaga kasir yang kaget melihat namja tampan itu tersenyum. Bakhyun ikut kaget melihat sebuah tangan dari belakangnya menyodorkan kartu kredit itu. Petugas kasir itu mengambilnya dan tersenyum kearah chanyeol. Chanyeol lalu memberikan earphone yang dia beli untuk dimasukkan.

"Ah… kau… ah…" Baekhyun tergagap melihat Chanyeol kini nyengir memamerkan deretan giginya yang indah.

"Gwuenchana… hagsaeng,,, tadi kau sudah mengembalikan ponselku… sekarang gantian aku yang menolongmu…" Chanyeol mengambil kembali kartu kreditnya dan memberikan bungkusan boneka kambing itu kepada Baekhyun.

Mereka berdua meninggalkan toko itu dan berjalan bersama. "Gumawoo… namaku Byun Baekhyun… sekali lagi.. Ghamsahamnida.." Baekhyun menundukkan badanya dengan formal.

"Ya.. tak usah seformal itu gwenchana…" Chanyol melambaikan tangannya dan tersenyum.

"Nanti pasti aku ganti… aku akan berusaha…" Baekhyun kembali membungkuk.

"Ya… ya,… tak usah begitu.. namaku Chanyeol, Park Chanyeol…" Chanyeol mengulurkan tangannya dan disambut dengan Baekhyun.

.

.

.

"Kau sudah mengurus bagasinya?" Suho menghampiri Chanyeol yang membawa beberapa lembar bukti boarding pass.

"Maaf menyuruhmu mengurus ini, tadi passportku bermasalah, tapi sekarang sudah tak masalah" Suho menepuk pipi Chanyeol yang mengembang.

.

.

"Oppa sudah bawa obat – obatan? Alat mandi oppa? Jaket? Payung?" Baekhyun memeriksa daftar yang harus Kris bawa dalam tasnya.

"Sudah aku bawa semua, kan kau sendiri yang mengemas barang – barangku" Kris tersenyum melihat kepanikan Baekhyun.

"Aaaaa…. Berjanjilah oppa akan menelponku ketika sampai di Bali… nde? Nde? Nde?" Baekhyun menggoyangkan tangan Kris dan Kris hanya mengangguk sambil menatap ponselnya.

"Kau sudah di bali? …. Okay, nanti aku langsung naik taksi… aaa… kau kirimkan alamatnya ya.."

Kris berbicara dengan seseorang di telponnya. Baekhyun hanya memandangi kekasihnya.

.

.

"Berjanjilah jaga diri baik – baik, telpon aku kapanpun noona sempat, nde.." Chanyeol memberikan sebuah bingkisan pada Suho

"Apa ini…?" Suho membuka bingkisan itu dan mendapati earphone yang langsung ia suka.

"Jika noona lelah, dengarkan lah music menggunakan earphone ini, anggap saja aku yang memainkan musiknya untuk noona… karena selama disana aku tak bisa…" Raut wajah Chanyeol sangat jelas bahwa dia sedang sedih.

"Uri Pabbo dobbi jangan menangis…." Suho memeluk chanyeol dengan lembut. Chanyeol memeluk erat tubuh kekasihnya itu dan tak terasa matanya berair.

"Ah…. Chanyeol… Pesawatku nampaknya sudah akan berangkat… aku pergi dulu ya.. bye.." Suho mengecup bibir kekasihnya itu. Chanyeol agak kaget menerima kecupan yang baru pertama kali diterimanya itu"

.

.

Kris mengakhiri pembicaraannya ditelepon, tiba tiba Baekhyun memeluk tubuhnya dari belakang, kemeja tipisnya dapat merasakan sesuatu yang basah, Kris tau Baekhyun sedang menangis.

"Hanya sebulan saja Baekkiiee…" kata Kris menenangkan Baekhyun

Baekhyun melepas pelukannya dan memberikan boneka kambingnya. "Untukku..?" Kris mengangkat sebelah alisnya dan Baekhyun hanya mengangguk.

"Yaa… yeoppo ta… gumawo uri baekki" Kris memeluk boneka itu dan mencubit pipi Baekhyun.

"Oppa akan memanggilmu…. Ace.." Kris bergumam pada boneka kambing itu.

"Ah… pesawatku sudah siap… jaga diri baik – baik di Seoul ya… belajar music dengan giat ne.." Kris mengecup kening Baekhyun lalu meninggalkan Baekhyun, sesaat kemudian Kris menghilang ditengah kerumunan orang yang juga akan menuju ke pesawatnya.

"Oppa… cepat pulang ya…" gumam Baekhyun terbengong sendirian.

.

.

-Di Pesawat-

Suho mencari – cari tempat duduknya bernomor 4B. Suho menemukannya namun ia sedikit ragu apa itu benar tempat duduknya. Seorang pemuda berambut agak panjang berwarna kecoklatan yang diikat kebelakang mengenakan kaca mata hitam bersandar dengan santai di tempat duduknya sambil melipat tangannya di dada. Suho juga melihat sebuah boneka kambing lucu berukuran cukup besar duduk di kursi sampingnya.

"Cho.. Chogiiee… apakah ini benar kursi 4A-4B?" Suho membangunkan Namja tampan yang kurang tidur itu. Namja itu sedikit kikuk dan menoleh kearah sebelahnya. Benar disebelahnya kursi 4C-4D. Namja itu mengangguk lalu mengambil Ace di sebelahnya.

"Gumawo…" Suho membungkuk lalu duduk di sebelah namja itu. Suho tersenyum mengenakan sabuk pengaman dan membuka beberapa majalah di depannya. Tanpa sadar namja itu memperhatikan Suho terus menerus. Suho yang lama kelamaan merasa diperhatikan menoleh kearah kirinya, kepada namja yang duduk di samping jendela itu.

"Anyeong… namaku Suho… Kim Suho…" Suho mengulurkan tangannya.

"Hi.. Aku Kris… Kirs Wu…" Kris melepas kaca mata hitamnya dan menjabat tangan Suho.

Keudanya lalu saling berpandangan dan menjabat tangan, hingga cukup lama dan….

-TBC-

Author Corner : Hayoooo... kira - kira Apa yang terjadi pada Kris dan Suho di Bali...? dan Bagaimana nasib Baekhyun dan Chanyeol di Seoul? Ayo tebak tebak tebak,,... Reviers yang baik tebak ya,... ide yang bagus author bakal masukin dicerita... ghamsahamnida... maaf kalo masih banyak Typo...