Orang-orang datang dan pergi.
.
.
.
Until I See You Again
Chapter 1
Pandora Hearts fanfiction.
Pandora Hearts is owned by Jun Mochizuki.
This story is mine.
.
.
"Hey, Alice. Kamu sadar tidak?"
Di kota Leveiyu ini begitu banyak hal yang terjadi. Kedamaian dan perang yang berulang. Kebahagiaan dan penderitaan yang lalu lalang. Waktu yang terus berjalan. Orang-rang yang datang dan pergi. Ya— segala hal selalu berubah. Kehidupan ini dinamis dan tak akan diam beku.
"Apa?" Gadis itu bertanya dengan nada polosnya yang tak pernah berubah. Alice yang polos. Alice yang menyebalkan. Alice yang berisik, suka makan dan tidak pernah berpikir panjang.
Begitu juga dengan lelaki itu. Lelaki berambut hitam itu tidak lagi menggunakan jas hitamnya— tidak sekarang maksudnya. Ia kini sedang menggunakan kemeja putih— yang dulu amat ia benci— dan celana hitam panjang.
Ia sedang berjalan dengan santai sambil memegang setumpuk dokumen. Semenjak keluarga Nightray runtuh, kini semua beban dibebankan padanya. Ia harus mengurus segala macam surat dan itu amat sangat melelahkan. Belum lagi tugasnya sebagai Baskerville.
"Kalau kamu sendiri, aku dan Oz tidak ada, kamu akan melakukan apa?"
Ia menghela nafas pelan saat ia memasuki suatu cafe dan berjalan menuju sudutnya dan duduk di meja paling pojok. Kemudian, ia meletakkan kertas-kertasnya.
Seorang pelayan memanggilnya dan menyodorkan buku menu. Ia melihat-lihatnya sejenak lalu menunjuk beberapa menu.
"Double cream cake, daging panggang, salad dan teh? Juga beberapa permen?" tanya pelayan itu heran melihat kombinasi yang tidak wajar itu.
Lelaki itu hanya tersenyum tipis dan mengangguk.
Setelah pelayan itu pergi, ia pun mulai menekuni dokumennya. Menganalisa pengeluaran, pemasukan juga keuntungan dan sebagainya. Dan untuk semua aset nightray, tambahnya penuh penekanan. Kadang Vincent membantunya, walau Vincent jauh lebih banyak menghabiskan waktunya bersama Baskerville. Well, itu wajar. Karena mereka sepakat mengatakan bahwa Vincent sudah meninggal.
"Gilbert?"
Terdengar sebuah suara memanggilnya dengan penuh tanda tanya. Sebuah suara yang lembut. Gilbert segera berpaling melihatnya.
"Ada?" tanya Gilbert sambil membetulkan kacamatanya.
"Kamu sedang apa?" tanya Ada dengan gaun kuning pucatnya. "Aku ikut duduk, ya."
"Mengerjakan tugas." kata Gilbert sambil menghela nafas.
"Tumben di sini." kata Ada sambil tertawa kecil.
"Aku hanya ingin mengganti suasana." kata Gil sambil tersenyum tipis. "Akhir-akhir ini selalu banyak kerjaan. Kamu juga, kan?"
Ada kembali tertawa, lalu mengangkat sebuah tas berisi tumpukan dokumen, juga. "Aku tak tahu selama ini kerjaan ayah dan paman Oscar sesulit ini. Ini banyak sekali."
Gil terdiam mendengar dua nama yang disebut tadi.
"Maaf, ini pesanan anda." kata seorang pelayan mendadak, memecah lamunan Gilbert.
Dan Gilbert buru-buru memberi ruang di mejanya, sementara Ada menonton tiap gerakannya dengan cermat. Kemudian, ia meminta buku menu kepada si pelayan.
"Kamu bercanda." kata Ada sambil menatap makanan Gilbert dengan mata bersinar-sinar. "Dan aku bahkan tak menyangka Gil suka cake dan— oh, apa ini— permen? Seperti Break saja."
Gilbert hanya tersenyum kecil saat Ada menyadari mengapa Gilbert membelinya.
"Dan daging itu— Alice?" tanya Ada perlahan.
Gilbert hanya mengangguk.
"Salad itu pasti pilihanmu." kata Ada antusias. "Dan teh itu—"
"Teh yang kita minum di tea partynya Oz." kata Gilbert sambil tersenyum tenang.
"Kakak." tambah Eida pelan. Terlihat sedikit guratan kesedihan saat Eida mengatakannya.
Kemudian keduanya terdiam cukup lama.
"Pesanlah sesuatu." kata Gilbert pada akhirnya.
Eida hanya mengangguk dan memanggilkan pelayan. Dan ia memesan persis apa yang Gilbert makan.
"Oke." kata Gilbert terheran-heran saat pesanan itu benar-benar datang. "Kamu tak akan bisa menghabiskan semuanya."
Ada hanya tertawa. "Tak seperti Alice?"
"Entahlah, rumput laut. Memangnya kau akan mati? Kau tidak akan mati kan?" tanya Alice penuh penekanan.
"Aku... Tidak tahu..."
Gilbert tertawa. "Kamu tahu dari mana sih?"
"Kakak yang bercerita." kata Ada singkat.
"Kau akan balik! Aku akan kembali. Kita bertiga akan bersama-sama lagi." kata Alice berkobar-kobar.
"Kalau tidak?"
Mendadak setetes air mata mulai menetes dari mata gadis pirang itu. Lalu dua, lalu tiga, dan ia mulai menangis.
Gilbert langsung mengeluarkan sapu tangannya dan menawarkannya pada Ada, yang langsung menerima dan memakainya.
"Kakak... Kakak... Aku kangen kakak..." sahut Ada diantara tangisannya. "Vincent juga..."
Mendadak rahang Gilbert mengeras. "Vincent sudah meninggal, Ada." kata Gilbert kaku. Ia tak pandai berbohong, dari dulu.
Ada kembali menangis, lalu menatap Gilbert lurus ke matanya. "Ia belum meninggal kan sebenarnya?" tanyanya pelan.
Gilbert tidak menjawab. Ia tak akan menjawab. Dan ia coba mengalihkan topik, "Dan Oz..."
"Kita akan, semoga. Nah, rumput laut, memangnya kamu tak akan menunggu kami kalau kami hilang?"
"Aku tentu akan menunggu kalau bisa, kelinci." kata Gil sambil mendengus
"Kau sendiri tahu jawabannya!" kata Alice sambil menunjuk-nunjuk Gil.
Gil terdiam. "Tapi, aku tak tahu apa rasanya."
"Well, kamu bisa melakukan banyak hal." kata Alice. "Makan daging, masak, kerja–"
"Aku tak bisa membayangkan sebanyak apa kerjaanku jika ini benar-benar berakhir." potong Gilbert frustasi menyadari kenyataan yang Alice katakan.
"Jadi, kamu akan menunggu, kan?" tanya Alice dengan mata berbinar-binarnya. "Nanti kamu masakin kami sebagai sambutan selamat datang."
Gilbert mendadak tertawa, lalu mengacak-acak rambut Alice dan mengusap kepalanya. "Kamu benar di saat begini."
Alice ikut tertawa. "Yuk, lanjutin cari Oz."
Dan Gilbert mengangguk.
Ya. Ia berjanji.
"Kita akan bertemu lagi." ucap Oz sambil tersenyum lebar.
Ya, mereka berjanji.
Lalu, ia menatap Ada dengan lembut. "...Oz akan kembali, bersama Alice. Ia sudah berjanji. Jadi, tenanglah."
Ada mulai terisak lagi. "Tapi, berapa lama? Aku semakin menua. Usiaku tak sepanjang kamu, Gil. Kamu masih bisa menunggu karena kamu seorang Baskerville. Sementara aku?" sahut Ada bertubi-tubi.
Dan hal itu sukses menusuk Gilbert. Ada benar. Gil memiliki kesempatan. Ia tahu dan ia harus mensyukuri itu.
"Kamu akan melakukannya kan, rumput laut?"
Suara Alice terngiang. Senyum lebarnya. Rambut acak-acakannya. Dan harapan di matanya yang saat itu bersinar-sinar penuh harap.
.
.
To be continued.
PandoraHearts tamat dan aku sedih :(
Thanks for all readers.
