Rahasia Kakek.
"Centaurus A" kenangan lama Kakek, kini telah mengudara. Dulu, tersimpan bagai memori ponsel yang terbakar. Sekarang telah menjelma menjadi sihir paten yang berkuasa.
"Luna."
"Oh, Kevin."
Aku menoleh antuasias, mengeratkan jubah merah milikku yang tampak seperti tokoh kartun klasik. Kevin yang menyapaku malah tertawa, matanya melengkung seperti bulan sabit. Dia memiliki mata hitam yang indah.
Ada taburan bintang di atas langit yang menjadi background atas dirinya. Aku terpesona sebentar oleh bayangan bintang itu lalu duduk di batu besar tempat aku dan lelaki muda ini biasanya nongkrong.
"Kau mau ke mana, Luna?"
Aku diam sejenak, duduk di atas batu besar dan menatap langit malam. Kututupi kepalaku dengan kupluk jubah ini dan mendengar Jangkrik menari. Sepi sekali di sini.
Faktanya adalah Kevin mengikutiku, ke sebuah tempat dekat bibir hutan. Aku sering ke sana bersama Kevin bahkan malam hari. Jangan berpikir aneh, aku dan Kevin adalah remaja berpikiran kuno yang bahkan tak memiliki pacar. Usiaku 15 dan Kevin 16, semacam itu.
Kusembunyikan lenganku di balik jubah merah. "Aku ingin tahu seperti apa tempat kita untuk Summer Camp."
Kevin tahu aku berbohong, dia bisa menebaknya. Sebenarnya aku sedang mencari Ibunya Kevin, ya, aku melakukan itu karena Kevin sahabatku, sahabat sejatiku. Oh, Ibunya Kevin menghilang beberapa hari lalu dan Kevin yang melihat bagaimana Ibunya menghilang.
Luna, Ibuku di culik Alien. Waktu itu malam dan aku ketakutan. Mereka menaiki sebuah pesawat aneh berbentuk bulat yang satunya seperti pesawat perang di kartun kesukaan kita.
Itu kata Kevin, lalu aku menjawab.
Aku bisa menemukan Ibumu, Kevin.
Tapi Ayahnya Kevin bilang jika Ibu mereka kabur dari rumah akibat keretakan rumah tangga. Aku hanya menguping saja, soalnya Ayahnya Kevin memiliki kebiasaan berteriak.
"Kevin, kau mau ikut? Kakekku bilang ada di sini tempatnya. Dia tahu di mana Ibumu berada."
Mood Kevin tidak stabil dan dia selalu tampak seperti remaja aneh yang sering mengkhayal. Ayahnya menanggap dia aneh atau Bipolar, tapi Kakekku percaya dengan segala ucapan Kevin. Kakekku percaya pada Alien dan kehidupan tentang Alien. Itu adalah alasan pertama yang membuat aku dan Kevin jadi dekat. Bahkan, Kakek lebih dekat sama Kevin dan aku sedikit cemburu.
Kakekku sangat menyukai cerita Alien dia berkelakar bahwa dirinya adalah Alien dari Planet lain, dia bukan manusia, dia selalu bilang begitu.
Luna, Kakek adalah Alien dan kau adalah seperempat Alien. Suatu saat kau akan menemukan takdirmu. Takdir yang tak bisa kau ubah, aku mengurusmu karena aku mencintaimu. Kedua Orangtuamu tak pernah mengerti.
Dia selalu berkata demikian ketika aku tidur, pulang sekolah, makan malam atau saat aku sakit parah dan faktanya aku diasuh Kakek sejak usia 5. Ayah dan Ibu sibuk bekerja. Tapi mereka jarang mengunjungiku.
Ketika aku 9 tahun, Kakek berkata kalau dia adalah swordsman laser dari Planet lain dan dia dijuluki Master pada usia yang muda. Dia pernah melawan makhluk jahat tapi tidak pernah membiarkannya mati. Makhluk itu memakai masker dan selalu terlihat sedih karena menyesali perbuatannya. Ilmu hitam yang membuatnya begitu dan kegelapan telah melahapnya.
Oh, ada hal aneh lain yang terjadi pada Kakekku selama aku kenal dirinya. Kakekku tidak pernah pergi ke Gereja, Thanks Giving atau Natal. Kupikir dia penganut agama lain dan aku menghargainya, aku tak pernah bertanya apa agamanya atau apa yang dia imani. Selama Kakekku bersikap baik aku tak memikirkan ini. Lagi pula aku bukan remaja yang relijius.
Kevin bilang kalau Kakekku penganut sekte dari Planet lain dan memuja roh yang dijuluki "Force" memang Kakekku selalu mengangung-agungkan itu, tapi aku rasa itu hanya perumpaaan. Seperti saat kau berkata "Holy shit" padahal hal seperti itu tak ada sama sekali.
"Luna, coba lihat! Siapa mereka?"
Aku melirik saat Kevin berteriak, kemudian menoleh karena aku tak dapat melihat apa-apa hanya dengan melirik saja. Kala mataku meneliti diantara Maple, kulihat segerombolan anak berlarian di hutan. Mereka di kejar sesuatu, ada bayangan hitam tinggi melayang-layang di belakang.
Gerombolan anak itu berbelok, karena melihat aku dan Kevin, mereka sempat mengumpat, terdengar marah dan takut. Setelah aroma keringat mereka tercium olehku, aku dapat melihat siapa saja mereka.
Roger, Gus dan Rome.
Gus, remaja gendut itu menatapku takut. "Foster! Kau benar, ada segerombolan orang aneh menculik beberapa warga!"
Aku pernah cerita soal penculikan warga di Sekolah dan Gus menganggap diriku sedang mengkhayal jadi dia berencana membuktikannya dan inilah yang terjadi.
Roger, lelaki paling tua dan paling tampan (kuakui) mengusap peluh dan berteriak tepat di wajahku. "Yang di katakan Winchester benar." Roger menatap Kevin grogi. "Ada pesawat aneh. Sebaiknya kalian pergi."
Rome menepuk pundakku. "Foster, dengar! Aku tahu kalau kita tak akrab. Tapi berlari lah! Sesuatu yang aneh mengejar kami."
Anak-anak itu berhamburan melarikan diri dan berteriak gila, kabur sebelum aku bertanya di mana mereka melihat pesawat itu. Tanpa berpikir panjang atau takut akan terjadi masalah, aku menuntut balas untuk mencari tahu. Awalnya Kevin agak tak setuju, tapi musim panas adalah hal yang paling keren untuk masuk ke hutan. Langit sangat cerah dan kau tak butuh senter.
Aku berlari kecil setelah dirasa atmosfer lebih tenang, Kevin mengikuti pasrah tak mau meninggalkanku. Hutan agak dingin dan di penuhi tapak kaki yang tak lazim kala kami melewatinya. Aku tak pernah melihat tapak sepatu bergerigi, ada juga pola bulat-bulat dan segitiga berserta spiral.
Sepatu yang aneh.
"Kevin, kau lihat? Langit bagus sekali." Aku bergumam di sela-sela perjalanan, malas memperhatikan deret tapak sepatu itu tapi diam-diam aku mengamatinya.
Kevin membalas dengan senyum kecil dan manis seperti saat aku berkenalan dengannya. Aku sadar sejak dulu kalau Kevin memiliki senyuman hangat. Dia mengingatkanku pada tokoh utama superhero.
"Tidak secerah biasanya. Ya, 'kan Luna?"
"Indah..."
Angin berhembus dan aku merasakan sesuatu. Kala itu berlangsung aku melihat penampakan pesawat tempur yang besar dan kuat, warnanya hitam diselubungi sinar putih. Ada beberapa makhluk putih berkeliaran di sana, mereka membawa sejenis softgun, seperti mainan tapi terlihat berat.
Kepalaku pusing dan mataku serasa berembun. Ada apa ini? Sensasi ini lagi...
"Merasakan itu lagi, Luna?"
"Hm..."
Sesuatu yang aku rasakan ini semakin dalam dan intens. Sesuatu itu memanggilku dari dalam diri dan minta di keluarkan. Aku mengingat-ngingat kembali sensasi ini, sensasi ini mirip sekali ketika pemberitaan komet yang jatuh dan temuan bangkai pesawat di Pasifik. Juga ketika meteor jatuh dan saat aku tak sengaja memakai lightstick hijau milik Kakek.
Rasanya dingin, panas lalu hangat. Aku mendengar seseorang memanggil, suara perempuan, seperti suara keibuan yang hangat.
Suara itu berkata...
"Aku menemukanmu."
Cepat aku menoleh ketika mendengar suara asing, sakit menjalar di kepalaku berserta dengung di telinga. Suara itu bukan ungkapan yang sama, tapi suaranya serasa familiar.
Suara yang aku dengar kali ini berat dan samar, aku bisa mendengar bahwa dia terkejut serta marah. Tapi aku tak tahu apa alasannya. Dia terlihat tidak normal. Pakaian hitam di kegelapan dan musim panas agak tak masuk akal. Tatanan rambut aneh acak-acakan tidak sesuai jaman. Sepatunya juga hitam.
Dia seperti pesulap.
"Kevin lari, katakan ini pada Polisi. Sepertinya kita tahu siapa yang menculik warga."
Kevin tak menurut, dia malah menantang dan berkata. "Apa aku mengenalmu? Apa kau yang mengejar Roger, Gus dan Rome?"
"Kau harus tahu soal takdirmu." Dia mengatakan hal yang sama seperti yang Kakek katakan, sembari menatapku sadis tanpa mau berpaling. Dia mengabaikan Kevin dan menganggapnya sebagai sampah.
Aku membual, memasang tampang jahat. "Jika kau ahli hipnotis dan kalimat itu adalah modal untuk menjerat warga komplek. Maka, kau sudah melakukan kejahatan."
"Kau yang membawaku kemari. Kau juga yang menjadi alasanku membawa makhluk bumi untuk investigasi, sayang sekali aku sudah memusnahkan mereka. Aku selalu tahu, aku tahu, kau musuhku hanya dengan sekali lihat. Kau adalah cucu Obi-Wan Kenobi."
Obi, siapa? Siapa yang dia maksudkan? Nama yang aneh dan tak bijaksana.
Kuhadiahi lelaki ini dengan tawa meledek. "Aku tidak punya keluarga dengan nama aneh macam Alien seperti itu. Aku berasal dari keluarga Foster. Aku Luna Foster."
Aku tak dapat menjamin kalau kami akan selamat dalam jerat lelaki ini. Lelaki hitam-hitam ini terlihat tak bersahabat dan jahat aku merasa dingin sejak pertama kali dia muncul secara asal di belakangku tanpa aku sadari. Aku punya refleks yang baik dan tajam, lalu orang ini muncul secara membabi buta dan berkata hal aneh seperti itu. Rasanya dia sudah mengenalku sejak lama atau tujuan yang sudah terangkai.
"Aku rasa kau tahu di mana Obi-Wan Kenobi. Darahnya mengalir di keringatmu dan aku harus menghabisinya setelah aku melakukan tindakan tak bermoral pada Han Solo."
Aku mengibaskan tangan di udara dan mulai bertindak semena-mena. Entah bagaimana aku kesal sendiri pada lelaki Pesulap ini.
Aku tersenyum, alangkah sinisnya senyum ini. "Aku tak peduli soal ceritamu atau siapa dirimu. Obi atau apalah kau menyebutnya. Kau telah melakukan tindakan aneh yang tak bermoral, Tuan. Ayo Kevin kita bawa dia ke Penjara biar Algojo menghukum dia."
"Oh, begitu." Dia menjawab sok tahu, setelah memicingkan mata karena kesal telah aku permainkan. "Mari kita bermain. Permainan Raja."
Setelah lelaki Pesulap ini mengatakan hal mengerikan semacam itu, berupa cerita tak berguna dan bualan mesra entah apa jenisnya. Dia menyembunyikan sebelah tangan di belakang pakaian hitam-hitam. Ada sesuatu di balik itu, aku yakin dia melakukan sesuatu.
Apa itu petasan? Siapa yang tahu dia menyimpan barang rahasia di dalam pakaiannya.
Juga...
"LARI!"
Sebelum sempat mataku menatap keadaan, aku sudah dibawa kabur oleh tangan dingin yang keras. Tangan kedinginan milik Kevin. Dari arah yang sama aku dapat melihat bahwa segerombolan robot cosplay putih mengejar kami sembari mengatakan sesuatu.
Lelaki Pesulap itu tidak ada. Tapi suaranya melayang-layang di angkasa.
Katakan di mana Obi-Wan Kenobi. Aku tak mau menambah daftar membunuhku. Aku tak mau membunuh makhluk bumi.
Dia berkata begitu dan juga.
Cepat berhenti.
Oh, menjengkelkan sekali dia melayang-layang seperti Batman berlagak seolah ini Central City. Oke, Bruce Wayne tidak senorak dia.
Di sela-sela berlari, aku melihat percikan api yang melesat melalui ekor mataku dan aku baru sadar kalau robot-robot putih itu menembaki kami! Oh, kupikir robot-robot itu hanya pajangan dan hanya untuk menakuti diriku.
"Astaga Kevin, dia cerewet sekali."
"Lelaki itu serius, aku merasa begitu. Aku pikir dia memang mencari Obi-Wan Kenobi."
"Kau bahkan ingat namanya."
Sebelum sempat aku melanjutkan lari dan teriak aku melihat sosok lain di depan. Di depan mataku dan mematung tak berarti.
Begitu mendadak sehingga aku tak tahu dia siapa.
Ia memakai jaket kulit cowboy dan memeluk bulatan putih berisik yang menggeleng-gelengkan kepala.
"Awas!"
Teriakku kerasukan.
Telat.
'BRAK'
Tabrakan antar makhluk tak dapat di hindarkan. Cowboy yang ada di depanku terpelanting dan marah. Aku bangkit dari jatuh, meraba lututku yang sakit dan linu.
"Jangan lari!" Ia marah, menarik kupluk jubahku hingga aku kembali terjatuh. Oh, dia seorang laki-laki. Cowboy itu laki-laki.
"Aku akan menolongmu."
Aku tak mau. Aku tak percaya. Aku tak sudi melihat wajahnya, aku kabur.
Sinar putih menyembur. Aku terjatuh ke dalam jurang gelap.
.
.
.
"Kakek."
"Apa?"
"Kau menyembunyikan sesuatu."
"Aku adalah Obi-Wan Kenobi dan Ksatria Jedi."
"Apa itu Jedi?"
"Temui saja mereka dan kau akan tahu."
"Mereka itu komunitas ya, Kek?"
"Mereka orang-orang yang baik."
"Aku tak mau, aku ingin bersama Kakek dan Kevin."
"Kevin tidak bisa ikut. Kevin harus di sini."
.
.
.
Mimpi.
Mimpi itu lagi. Mimpi itu adalah gambaran 3 bulan lalu ketika aku dikejar si Pesulap Ren dan mendapati kalau Kakekku menyimpan rahasia.
Aku adalah Ksatria Jedi.
Apa-apaan ini semua? Bahkan tidak ada dalam ajaran kitab hal seperti itu. Ini aneh, ini sangat aneh. Jedi? Apa itu? Keanehan apa ini? Apa yang merasuki diriku?
Dan kau tahu aku ada di mana?
Ya. LUAR ANGKASA.
Jauh dari Centaurus A.
Dan mereka yang membawaku berkata.
Bergabunglah dengan Rebellion, Luna. Bersama kami.
Aku tidak suka politik. Aku menolaknya. Tapi sensasi aneh yang menyergapi membuatku terjun dan aku mau dan memilih bergabung.
Alasan aneh untuk gadis 15 tahun.
Aku menengok ke jendela dari tempatku tidur. Semuanya biru dan merah. Katanya kita sedang melewati kecepatan cahaya.
Wow. Pencapaian yang bodoh.
"Halo, Luna."
Suara robotik menyambut keheningan, aku tak tahu apa ini siang atau malam, semuanya terasa aneh. Tidak ada sesuatu yang bagus diangaksa dan aku bukanlah tokoh utama dari kisah fiktif ini. Oh, ini bahkan sangat primitif.
"Hey, halo, robot."
"Aku punya nama, Luna." Robot kuning itu menjawab ringan, aku pikir dia hanya rongsokan ajaib. Ternyata tidak. 3CPO namanya.
"Luna, sepertinya kau tidak suka ada di sini."
"Aku belum terbiasa."
"Tapi Kakekmu adalah orang yang baik, dia sangat perhatian dan dia bijaksana dia membuat semuanya terkesan menarik dan dia Guru yang baik. Kau akan sangat bangga dengan memperkenalkan Kakekmu di depan publik dan mengatakan bahwa kau adalah cucu Obi-Wan Kenobi..."
Aku kesal, sediki kesal. Bukan pada Kakekku tapi oleh cerita-cerita ini. Hampir semua alien di sini bilang kalau Kakek orang yang hebat tapi mereka menutup sebelah mata tentang diriku, mereka tidak melihat sebuah potensi dalam diriku kecuali sebuah garis darah yang mengatakan bahwa aku cucu Kenobi, seorang Jedi pemberani yang baik hati.
Itu semua mulai membuatku kesal. Walau klise, tapi semuanya tampak bodoh dan samar. Aku membenci segalanya, segalanya yang ada di sini.
"Kau mungkin kesal karena kau tak mengerti Luna. Aku punya sebuah catatan milik Kakekmu, bacalah..."
Dan kupikir ini menjadi awal kisah di mana aku sepatutnya bangga pada Kakekku.
...kurasa.
.
.
.
A/N : HALOOOOOOO, ini pertamakalinya saya bikin FF fandom Starwars dan udah lama tependam di file. Sepertinya bagus juga kalo buat FF dengan sudut pandang gini, semoga suka, terima kasih...
