DCMK (c) Aoyama Gosho

Warning : KaiCo, humor gagal, OOC, typo(s), yaoi, semi-canon, dll.

.

I'm not a PEDO!

.

Berbagai teriakan khas fans tengah membahana di sebuah hotel bintang 5 di tepi kota Beika. Suasana tambah gaduh oleh beberapa helikopter yang berterbangan di sekitar hotel bersamaan dengan teriakan tak kalah hebat yang terus berkoar memberi komando pada beberapa polisi di sekitar hotel.

Tepat di dalam hotel itu berdiri beberapa orang dewasa bersama seorang inspektur khusus divisi 2. Mereka tengah berdiri mengelilingi sebuah kristal ungu indah dengan seharga ratusan juta lebih. Kristal berbentuk diamond itu bernama Benitoite dikarenakan warnanya yang ungu kebiruan mendekati indigo. Melihat bagaimana kristal itu dijaga oleh beberapa polisi, sudah dipastikan bahwa kristal itu menjadi target pencurian pesulap kita, Kaito KID.

Suzuki Jirokichi yang sengaja membeli kristal itu untuk menantang Moonlight Magician, tentunya KID balas tantangannya dan akan hadir malam ini untuk mencuri permata tersebut—membuat Jirokichi tertawa hebat, karena ia yakin kalau kali ini dirinya akan menangkap pencuri putih itu.

Dengan semangat yang mengebu-gebu, Nakamori tak henti-hentinya berkoar lewat speaker pada bawahannya untuk memberikan instruksi. Bahkan dirinya ikut serta dalam pengecekkan wajah dengan mencubit semua bawahannya dan para pengunjung hotel untuk memastikan bahwa KID tidak menyamar menjadi mereka. Puas akan semua orang yang sudah ia cubit dan tak ada tanda-tanda KID—menyisakan gerutuan orang-orang yang dicubit—Nakamori pun mengambil stempel dan menandai semua wajah di sana.

"Heh, dengan begini dia tidak akan bisa kabur! Hahaha!" girangnya percaya diri dan segera kembali ke posisinya. Pria itu memandang jam tangannya lekat, KID akan muncul tiga menit lagi.

Dua menit.

Satu menit.

blackout!

"CEPAT HIDUPKAN LISTRIKNYA DAN JAGA KRISTALNYA!" teriak Nakamori kencang—meninggalkan KID yang menyeringai dalam gelap dan segera kabur diikuti oleh seorang anak kecil yang sedari tadi bersembunyi di balik para polisi.

.

.

.

Matahari mulai terbit dan menyinari seluruh bumi dengan sinarnya yang hangat. Sosok malam yang sempat tinggal di langit kelam berganti dengan cerahnya siang dan langit biru muda. Mereka yang tadinya bergelung di dalam kamarnya, mendesah malas saat sinar matahari mulai menelusup dari jendela kamar hingga mengenai wajah mereka.

Termasuk Kuroba Kaito yang masih menyelimuti tubuhnya dengan selimut akibat dirinya yang kurang tidur—ralat—tidak bisa tidur gara-gara aksi pencurian kemarin. Jika kalian berpikir kalau aksi pencurian itu gagal, itu salah besar! Kemarin Kaito melakukan aksinya dengan sempurna hingga melancarkan kembang api dan hujan bunga pada fans-nya.

Yang tidak ia sukai adalah saat dirinya memeriksa kristal itu di atap.

Dia yang menghela napas karena kristal itu bukan Pandora, langsung berubah riang ketika ia bertemu dengan pengkritik favoritnya Edogawa Conan.

Mereka berbincang khas seperti biasa, di mana Conan meminta kristalnya untuk dikembalikan dan dirinya yang menggoda detektif mini itu. Sudah menjadi kebiasaannya untuk menggoda siapapun yang berhasil mengikutinya sampai akhir, namun kasusnya berbeda dengan Tantei-kun. Kaito selalu menyukai rona merah di wajah manis Conan ketika ia menggodanya. Apalagi mendapat jawaban gugup Conan saat bersemu, terlihat sangat manis hingga membuatnya ingin berteriak 'Awww~ kawaii~'—yang sayangnya terhalang oleh poker face-nya.

Sayangnya sebelum Kaito memberikan kristalnya dengan godaan, sebuah tembakan terngiang di udara dan membuatnya langsung menerjang detektif mini itu untuk memeluknya—KID kan memiliki peraturan tidak boleh ada yang terluka—jadi ia harus memastikan Conan selamat.

Merasakan kalau tembakan itu terus terarah padanya 'Damn you, Snake!'—Kaito pun membawa Conan yang mencoba meronta di pelukannya ke bagian atap yang gelap untuk menghindar dari incaran peluru. Sebal akan rontaan anak kecil di tangannya, Kaito pun mendecakkan lidahnya dan segera membungkam bibir detektif itu untuk tak bersuara atau bergerak.

Anehnya, rentetan peluru itu berhenti—sepertinya Snake memutuskan untuk pulang ke rumah—good!

Kaito pun melepas ciumannya dan memperhatikan keadaan sekitar dengan was-was. Menghela napas lega karena tak menemukan tanda-tanda ular menyebalkan itu, Kaito pun memandang Conan yang masih merona dengan napas terputus-putus tengah memandangnya dengan pandangan aneh. Lengan kecilnya menyentuh bibirnya dengan mata yang setengah tertutup—jangan lupakan pose mereka di mana dirinya tengah menindih tubuh kecil itu seolah mengurungnya—oh—OH!

bluuuush!

Kaito ikut memerah sambil menelan ludahnya paksa, ekspresi Conan yang terlihat sangat erotik itu membuat darahnya naik dengan jantung yang berdetak kencang. Oh, oh ini tidak baik!

Buru-buru Kaito berdiri dan mengucapkan selamat tinggal setelah menyelipkan kristal itu di pakaian Conan—meninggalkan detektif mini yang masih shock atas ciuman dadakannya.

Sesampainya di rumah, Kaito mengganti kostum KID-nya dengan piyama. Bahkan ia sampai mengabaikan Jii yang tengah memasang raut khawatir padanya. Setelah mengucapkan kata baik-baik saja pada Jii. Kaito langsung masuk ke kamar dan menjatuhkan tubuhnya di atas kasur.

Sialannya itu, gambar di mana Conan dengan wajah merona sedang menatapnya lekat di bawah tindihannya tidak bisa MUSNAH dari pikirannya. Ini semua salah Snake! Bila ular hobi menembak itu tidak datang pasti kejadian tadi tidak akan terjadi.

Saking frustasinya dengan gambar erotik Conan, Kaito mulai berguling-guling di kasurnya dan mencoba untuk tidur. Tubuhnya yang kelelahan setelah beraksi ingin istirahat, tapi tolong! Kepalanya sama sekali tak bisa diajak kompromi dan malah mengulang gambar-gambar Conan yang manis—STOP!

Kaito hanya suka MENGGODANYA karena MANIS. Bukan berarti dia menyukainya dalam artian romantis! Tidak! Tidak! KAITO BUKAN PEDO!

Lagipula dia masih menyukai perempuan! Contohnya saja dia masih memiliki majalah porno yang ia sembunyikan di kamarnya, menandakan dirinya masih normal. Bukan PEDO! Titik!

Mengacak rambutnya frustasi, Kaito pun memejamkan matanya erat berharap bayangan manis Conan menghilang dari benaknya.

Dan disinilah Kaito berada, bangun dari tidur tak enaknya dan mendelik ke arah matahari yang telah terbit! Sial! Coba saja kalau hari ini libur sekolah! Pasti dia akan melanjutkan tidurnya. Ingin dirinya membolos, pasti si Hakuba sialan itu akan memborbardir dirinya dengan pertanyaan—mengingat kemarin ada aksi penembakan. Geez. Kenapa ia tak bisa hidup normal?

Ah, Kaito ingat. Kaito KID kan tidak akan pernah hidup normal—seperti dirinya yang menyukai anak kecil—arght!

Menggeplak kepalanya frustasi, Kaito pun melangkah ke kamar mandi dengan gontai. Bahkan ia sempat menabrak pintu WC saking tak fokusnya ia karena selalu teringat akan bayangan Conan yang manis dan imut.

Seperti biasa, Kaito numpang makan di kediaman Nakamori karena ibunya yang ada di luar negeri. Indigo-nya memperhatikan nasi di depannya dalam diam.

Bahaya, bahaya, dirinya sama sekali tak bisa fokus. Bahkan untuk mempertahankan wajah poker face-nya. Hatinya galau dan kalut mengingat fakta bahwa ia kemungkinan menyukai anak kecil, ya menyukai anak kecil! Damn it!

Aoko yang memperhatikan ekspresi Kaito, memutuskan untuk bertanya. "BaKaito! Kau berniat untuk makan tidak?"

Bila dalam keadaan normal, Kaito akan mengeluarkan trik sulapnya atau menjawab sewot perkataan Aoko. Namun, kali ini Kaito hanya diam sambil memandang Aoko datar. "Un, sorry. Aku tidak sedang nafsu makan...,"

"Eh? Kau tidak sedang sakit kan Kaito? Kau baik-baik saja? Apa yang terjadi?"

"Ah, tidak kok. Hanya terlalu banyak berpikir. Tak usah khawatir!"

Nah, lho! Kaito kan tidak pernah blak-blakan dalam mengatakan sesuatu. Apa yang terjadi? Aoko pastikan untuk mencari tahu!

Dalam perjalanan ke sekolah, Kaito tak berbicara satu kata pun. Aoko makin khawatir, apa yang menyebabkan sahabatnya begitu terguncang sampai OOC seperti itu. Kaito yang biasanya lucky, hari itu benar-benar sial. Dimulai dari terpeleset; terkena tendangan bola; bahkan sampai salah menggunakan trik sulap. Baca! SALAH menggunakan SULAP!

Seumur hidup Aoko mengenal Kaito, sahabatnya satu itu tidak pernah salah bila melakukan trik sulap. Apa yang terjadi padanya?

Kaito saat ini tengah duduk di kursinya sambil membenamkan wajahnya di atas meja. Wajahnya yang terhalang tangan, membuat Aoko makin khawatir. Bahkan Hakuba yang berniat untuk bertanya perihal KID pun malah terdiam sambil memandang Kaito aneh.

Ketika seisi kelas tahu bahwa guru di pagi hari mereka tak masuk. Aoko, Keiko dan Hakuba langsung melesat ke kursi Kaito untuk menanyakan kondisi sang pesulap.

"Kaito, oi! Kau kenapa!"

Pesulap itu mengangkat wajahnya dan memandang raut khawatir Aoko. "Aku tidak apa-apa, hanya terlalu banyak berpikir."

"Tapi kau bisa memberitahuku kan? Siapa tahu Aoko bisa membantu!"

Sang pesulap memperhatikan kesungguhan di manik Aoko dan mengangguk pelan, dengan perasaannya yang masih berkecamuk Kaito berkata. "Aku punya teman yang menyukai seseorang yang umurnya 10 tahun lebih muda darinya. Apa itu normal?"

"Eh? Maksudmu jadi pedo?" perkataan polos Aoko bagai pisau yang menancab di jantung Kaito. Pesulap itu langsung terkekeh dan tertawa tanpa sebab. Bayangan Conan dan ciuman manis kemarin malam kembali menyerangnya sampai Kaito langsung berdiri dari kursinya. Pikirannya tambah parah ketika matanya menangkap sosok Keiko yang perlahan berubah menjadi Conan!

"A-aku..., sepertinya aku harus pergi dulu!" Kaito pun ngacir meninggalkan Hakuba, Aoko dan Keiko yang mengedipkan matanya heran dengan tingkah aneh Kaito.

Sementara itu, sang pencuri tengah melangkahkan kakinya secepat mungkin sambil menggelengkan kepalanya berkali-kali. Murid-murid dan para guru yang kebetulan dilewatinya hanya bisa memasang wajah heran mengenai murid tukang jahil yang berlari di koridor layaknya orang kesetanan.

Dalam hati Kaito terus merutuk pelan, kacamata yang dipakai Keiko mirip dengan Conan sehingga membuat pikiran dan hatinya kembali berperang. Di mana pikirannya menolak jawaban bahwa ia PEDO! Dan hatinya yang terus mengirim bayangan tentang betapa cantiknya bola mata jernih penuh intelejensi yang memandangnya; betapa manisnya rona merah di pipi; dan betapa menggiurkannya bibir ranum sang detektif mini yang hampir membuatnya kecanduan—dan ingin kembali mengecapnya—ugh.

"Arght! Fokus! Kaito fokus!" sebal akan hatinya yang selalu mengatakan bahwa dirinya menyukai detektif mini itu. Kaito pun berusaha membayangkan seorang gadis cantik dengan lekukan tubuh seksi, dada besar—rambut cokelat halus—mata sebiru lautan—senyuman arogan yang seksi—kacamata—eh? Eh? Kok!

Chikuso! Kaito malah kembali memikirkan Conan! Apakah dirinya harus pundung di pojokan dengan awan gelap imajiner dan mengakui bahwa dirinya suka anak kecil? No! No! Kaito masih normal! Dia masih suka menggoda cewek! Dia masih suka menggoda Co—

"ARGHT! Kenapa malah kembali pada DIA!" pekiknya tak terima. Kaito sudah capek mendengarkan hati dan otaknya yang berperang dari kemarin malam hanya gara-gara sebuah ciuman yang tak sengaja ia lakukan!

Tahu gak sih? Hari ini Lady Luck tengah membencinya! Diperjalan ke sekolah dia terus ketiban sial! Bahkan trik yang sudah dia buat tidak berjalan lancar seperti yang telah direncanakan! Ditambah lagi dirinya sangat OOC hingga membuat Aoko khawatir. Hiks. Kenapa dirinya harus menghadapi kenyataan berat seperti ini.

Haruskah ia mengaku kalau dia pedo? Julukan tak terpuji yang terkesan jelek? Tapi Kaito juga sudah rapuh, ia sudah tidak bisa melawan hatinya yang memang sudah terjatuh pada sosok detektif mini yang entah sejak kapan menjadi sosok penting dari hidupnya.

Oke, oke. Pikiran Kaito mengalah. Ia akan mengakui kalau dirinya itu pedo! Akan meminta maaf pada Nakamori-keibu atas kejahilannya kemarin malam dan akan mengajak Hakuba untuk menemaninya ke psikiater terdekat—ah, ke rumah sakit jiwa juga boleh. Pikirnya ngelantur.

Setelah 'berbohong' pada Aoko dan menjelaskan masalah yang menyebabkan ia depresi—kecuali Hakuba yang masih memandangnya tak percaya. Kaito pun memutuskan untuk melakukan aksi pencurian dan menambah pesan undangan pada Tantei-kun.

Persetan dirinya disebut Pedo! Faktanya dia sangat menyukai detektif kecil itu dan ingin kembali merasakan bibir rasa cherry yang telah dikecapnya tempo hari. Menyeringai mesum, Kaito pun menjalankan aksi mencurinya dengan lancar tanpa diganggu oleh monster ular hobi main tembak.

Ia dengan percaya diri kembali mengecup bibir Conan dengan lembut seraya mengatakan perasaanya. Dirinya hampir terlonjak riang ketika Conan membalas perasaannya.

Hingga tiga bulan kemudian Kaito menerobos kediaman Kudo dengan kasar dan memasang pose galak pada Conan!

"Jadi kau bukan anak kecil? Kenapa kau tidak memberitahuku?!"

Conan yang kala itu sedang nikmat membaca buku, mengalihkan pandangannya malas. "Kupikir kau sudah tahu kalau aku adalah Kudo Shinichi, mengingat kau tak pernah menganggapku anak kecil."

Seketika Kaito pun cemberut sambil membawa tubuh kecil Conan kepelukannya. Ia melampiaskan kekesalannya dengan menyerang leher sang detektif dengan cukup kasar hingga membuatnya mendesah kencang.

Kaito sebal! Kaito kesal! Dirinya merasa dongkol ketika ia tahu kalau Conan itu Shinichi! Remaja seumurannya yang mengecil karena racun obat!

Sia-sia dong dirinya galau hingga membuat seisi kelas berdatangan ke rumahnya dan menanyakan kondisinya.

Sia-sia dong ketika ia komat-kamit memohon pada yang maha kuasa tentang ketidaknormalannya.

Tapi ia lega! LEGA karena ternyata dirinya bukanlah seorang PEDO!

-END-

Re-post~

Terima kasih pada kalian yang sudah bersedia untuk membaca~